Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Kegiatan pemetaan ini mempunyai maksud untuk mempelajari, mengetahui dan
memetakan kondisi geologi secara menyeluruh pada daerah pemetaan, sesuai dengan
disiplin ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan. Adapun tujuan dari pemetaan ini
adalah mengetahui keadaan bentang alam, mengetahui persebaran jenis batuan, dan struktur
geologi yang ada pada daerah pemetaan. Sehingga dapat disusunnya stratigrafi satuan
batuan, sejarah geologi, dan evaluasi geologinya secara baik dan sistematis.
1.2 Daerah Pemetaan
Lokasi daerah pemetaan terletak pada daerah Karangmanggu dan sekitarnya, Kecamatan
Majenang, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah ini terletak
di 07 26 45.81 07 30 00 LS dan 109 06 33,08 109 09 17,02 BT. Secara
administratif, bagian utara berbatasan dengan desa Mentelu, bagian barat berbatasan dengan
desa Karanggandul-Kidul, bagian selatan berbatasan dengan Gunung Sanggawedi, dan
bagian timur berbatasan dengan Desa Pesanggrahan. Daerah pemetaan memiliki luas 30
km dengan bentuk persegi panjang.
1.3 Studi Pustaka
Studi pustaka daerah pemetaan dilakukan dari peta geologi regional berskala 1:100.000
yang merupakan hasil penelitian geologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
yang dikepalai oleh : Irwan Bahar, yang merujuk pada Peta Geologi Lembar Purwokerto dan
Tegal, oleh : M. Djuri, H. Samodra, T.C. Amin dan S. Gafoer (1996).

BAB 2
GEOMORFOLOGI REGIONAL
Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Tengah dibagi menjadi 6
zona fisiografi, yaitu : Daratan Aluvial Jawa Utara, Deperesi Jawa Tengah, Antiklinorium Bogor
Serayu Utara Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pengunungan Serayu Selatan dan
Pengunungan Selatan Jawa. Berdasarkan proses geologi bekerja termasuk ke bentukan bentang
alam asal endogen dan satuan geomorfologinya yaitu yang bentuk asal struktural (A. Handaya
dan Hindartan, 1992).
Kondisi geomorfologi (bentang alam) daerah penelitian terbagi menjadi empat satuan,
yaitu daerah dataran, meliputi Kota Purwokerto dan Kota Kecamatan Sokaraja, Karanglewas,
Patikraja, Banyumas, Wangon, Jatilawang dan Rawalo. Daerah bergelombang lemah, merupakan
peralihan antara dataran lembah dan punggungan bukit. Meliputi wilayah sebagian Ajibarang,
Cilongok dan Karanglewas. Daerah perbukitan dengan relief rendah, merupakan rangkaian
perbukitan memanjang dengan relief rendah, tersusun oleh batuan sedimen berlapis dan struktur
perlipatan, meliputi daerah Patikraja, Kalibagor, Ajibarang. Daerah perbukitan relief terjal,
merupakan rangkaian perbukitan tinggi dan memanjang tersusun oleh batuan sedimen berlipat
kuat dan berumur tua (Tersier), seringkali dijumpai struktur patahan yang membentuk gawir
curam. Daerah tubuh gunung berapi, meliputi lereng selatan - tenggara Gunung Slamet, tersusun
dari endapan rempah vulkanik.

Gambar 2.1 Peta Kontur Daerah Karangmanggu dan sekitarnya

BAB III
GEOLOGI REGIONAL
3.1 Stratigrafi Regional
Berdasarkan peta geologi lembar Purwokerto - Tegal (M. Djuri ; 1975) ; jenis batuan yang
menyusun daerah penyelidikan terdiri dari endapan aluvium, endapan vulkanik muda (Kuarter)
dan batuan sedimen berumur Tersier; yaitu:
a.

Satuan aluvium dataran banjir dan undak sungai, berupa material lepas, terdiri dari

lempung, pasir dan kerikil, tersebar di daerah dataran rendah.


b.

Satuan aluvium gunung api, berasal dari migrasi batuan gunung api ke arah wilayah yang

lebih rendah, berupa material lepas terdiri dari pasir, kerikil dan bongkahan batuan beku ;
tersebar di daerah bergelombang lemah dan kaki perbukitan.
c.

Satuan batuan gunung api merupakan hasil kegiatan Gunung Slamet, terdiri dari lelehan

lava, rempah/material lepas terdiri dari breksi, lapili, tufa pasiran, abu vulkanik. Pada umumnya
tersebar dan membentuk tubuh gunung dan lereng yang relatif terjal di bagian utara Purwokerto.
d.

Satuan batuan sedimen berumur Tersier (Miosen - Pliosen)

e.

Terdiri dari beberapa Formasi ; antara lain F. Tapak; F. Kumbang; F. Halang dan F.

Pemali ; telah mengalami perlipatan kuat dan membentuk perbukitan berelief rendah dan terjal.
f.

Secara fisik jenis batuan terdiri dari batu pasir, konglomerat, breksi, batu pasir gampingan,

batu gamping, batulempung/napal, lava andesit; tufa dan batuan intrusi.


g.

Sifat fisik batuan sedimen tua tersebut, pada umumnya kompak, padat dan keras dengan

tingkat kelulusan relatif kecil.


h.

Tingkat kelulusan (permeabialitas) batuan yang paling kecil yaitu pada batu lempung dan

napal, terutama pada anggota Formasi Tapak (Tpt).

3.2 Struktur Regional


Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu Lempeng
Eurasia di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia dibagian selatan. Pergerakan dinamis
dari lempeng-lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan tektonik Jawa dari waktu ke
waktu. Secara berurutan, rejim tektonik Jawa mengalami perubahan yang dimulai dengan
kompresi, kemudian mengalami regangan dan kembali mengalami kompresi.

Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi terjadi pada
Kapur Akhir-Eosen (80-52 juta tahun yang lalu), yang diakibatkan oleh penunjaman berarah
timurlaut-baratdaya dari Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Tektonik
regangan terjadi pada Kala Eosen-Oligosen Akhir akibat dari berkurangnya kecepatan gerak
Lempeng Indo-Australia. Tektonik Kompresi kembali terjadi pada kala Oligosen-Miosen
Awal, akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan Jawa. Pada Eosen Akhir-Miosen
Awal pusat kegiatan magma berada di Pegunungan Serayu Selatan, Bayat, dan Parangtritis.
Kegiatan magma yang lebih muda yang berumur Miosen Akhir-Pliosen bergeser ke utara
dengan dijumpai singkapan batuan volkanik di daerah Karangkobar, Banjarnegara (Asikin,
1992). Pada kala Miosen Tengah-Pliosen Awal, posisi tektonik Cekungan Serayu Utara
merupakan bagian dari cekungan belakang busur (Kartanegara dkk., 1987).

BAB IV
KONDISI UMUM DAERAH PEMETAAN
Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya dan merupakan bagian dari
Provinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108 39` 17`` sampai 109 27` 15``
& di antara garis Lintang Selatan 7 15` 05`` sampai 7 37` 10`` yang berarti berada di belahan
selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
1.

Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.

2.

Sebelah Selatan: Kabupaten Cilacap

3.

Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

4.

Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten


Banjarnegara

Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56
ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri
dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk
pemukiman & pekarangan, dan seba-gian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis
terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten Banyumas masih
tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari
permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif. Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten
Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah.
Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan
maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang
seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan
lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4 C 30,9 C

BAB 5
METODA PENELITIAN

5.1

Metodologi Penelitian

Pada kegiatan Pemetaan Geologi ini, Metedologi penelitian yang digunakan yaitu 1)
Tahap persiapan dan studi pustaka, 2) Tahap pengumpulan data primer atau tahap Pemetaan
Geologi, 3) Tahap analisa data dan 4) Tahap penyusunan laporan dan kolokium.

5.1.1

Tahap persiapan dan studi pustaka


Tahap persiapan dan studi pustaka dilakukan untuk menunjang tahap
pengumpulan data primer atau tahap pemetaan. Tahap persiapan dan studi
pustaka berupa pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari
referensi-referensi yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan. Mulai
dari membaca literatur yang berhubungan dengan daerah kegiatan, penentuan
tempat bermukim, penentuan lintas yang akan dilewati nantinya serta
persiapan fisik.

5.1.2

Tahap pengumpulan data primer atau tahap pemetaan geologi


Tahap pengumpulan data primer atau Tahap pemetaan Geologi
merupakan inti dari kegiatan yang akan dilakukan di daerah kegiatan. Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data-data lapangan
dengan pendekatan rumusamn masalah dan nantinya dapat memberikan hasil
yang diharapkan untuk menjawab batasan masalah.

5.1.3

Tahap analisa data

Tahap analisa data merupakan tahap lanjutan setelah Tahap


pengumpulan data primer telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisa
terhadap sampel batuan, fosil, mikrofosi dan analisa struktur yang diambil saat
pengumpulan data primer. Analisa batuan dan fosil dilakukan dengan
menggunakan mikroskop analisis. Hasil dari pengataman dibawah mikroskop
nantinya dapat memberi data yang lebih akurat untuk mendukung data primer
yang telah dikumpulkan.

5.1.4

Tahap penyusunan laporan dan kolokium


Setelah melakukan tahap analisa data selanjutnya dilakukan tahap
penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap penulisan hasil data yang
diperoleh dilapangan serta analisa data yang telah dilakukan di laboratorium .
Penulisan data yang didapatkan berupa laporan geologi, nantinya setelah
selesai melakukan laporan geologi dilanjutkan dengan kegiatan kolokium

Anda mungkin juga menyukai