IDENTITAS ;
NAMA
: Harsono, dr., Sp. A(K)
TEMPAT/TGL LAHIR
: Blitar/ 17 Februari 1951
JABATAN
: Ka. Bag. IKA FK UNS/ RSDM
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. Dokter Umum FK UGM, lulus tahun 1977
2. Dokter Spesialis Anak FK UNDIP lulus tahun 1985
3. Dokter Spesialis Anak (Konsultan Alergi Imunologi) tahun 2008
RIWAYAT PEKERJAAN :
Kepala Puskesmas Kecamatan Rantau Badauh, Barito Kuala, Kalimantan Selatan
(1978-1979)
Kepala Puskesmas Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
(1979-1980)
Kepala Puskesmas Kecamatan Batang Alai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan
Selatan (1980-1981
Staf ICU RSU Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah (1981-1982)
Mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak (PPDS I IKA)
FK UNDIP/RSU Dr. Kariadi, Semarang (1982-1985).
Dokter Spesialis Anak di RSUD Waluyo Jati, Kraksaan, kabupaten Probolinggo, Jawa
Timur (1986-1991)
Staf Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr.
Moewardi, Surakarta (1991-sekarang)
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS (1998-2003)
Wakil Direktur Penunjang Medis dan Pendidikan RSUD Dr..Moewardi, surakarta (20031
SJS:
Sindrom kelainan kulit berupa:
eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura yang mengenai kulit, selaput
lendir orifisium, dan mata dg keadaan
umum bervariasi dari baik sampai buruk
Klasifikasi:
SJS: adalah bentuk ringan dari NET:
o permukaan tubuh yang terkena < 10%.
Overlaping SJS/NET:
o permukaan tubuh yang terkena 1030%.
NET:
o permukaan kulit yang terkena > 30%.
4
ETIOLOGI:
Infeksi
Obat obatan
Keganasan
Faktor genetik
Idiopatik (25-50%)
Infeksi:
Viral:
o herpes simpleks, HIV, Coxsackie, influenza, hepatitis, parotitis
o Pada anak, bisa: virus Epstein-Barr & enterovirus
o >50% didahului oleh infeksi saluran nafas atas
Bakterial:
o Streptokokus BHA, difteria, bruselosis, limfogranuloma venereum,
mikobakteria, pneumonia mikoplasma, riketsia, tularemia, tifoid
Fungal:
o koksidiomikosis, dermatofitosis, histoplasmosis
Protozoa:
o Malaria, trikomoniasis
Obat-obatan:
Antibiotik
Analgesik, obat batuk pilek, NSAID
Obat psiko-epileptik
Anti gout
Obat-obatan:
Antibiotik:
Penisilin, sulfa
siprofloksasin
Antikonvulsan:
fenitoin
karbamazepin
okskarbamazepin (trileptal)
asam valproat
lamotrigin
barbiturate
Antiretroviral:
nevirapin
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors lain
indinavir
Obat lain:
modafinil (provigil), allopurinol, mirtazapin, antagonis TNF-alfa (infliximab, etanercept,
adalimumab), kokain, sertralin, pantoprazole, dan tramadol
Pd orang dewasa & orang tua SSJ sering disebabkan karena obat-obatan &
keganasan
Faktor
Genetik:
HLA-B*1502
HLA-B*5801
HLA-B*44
HLA-A29
HLA-B12
HLA-DR7
HLA-A2
HLA-B*5801
HLA-A*0206
HLA-DQB1*0601
PATOFISIOLOGI:
10
MANIFESTASI KLINIS ..
11
Riwayat penyakit:
12
Pemeriksaan fisik:
Makula, papula, vesikula, bula, urtikaria,
eritema
Pusat lesi: vesikula, purpura atau jaringan
nekrotik
Lesi berupa gambaran target, yg patognomonik
Lesi menjadi bula, bula pecah, kulit terbuka
Infeksi menyebabkan terjadinya jaringan parut
Lesi paling sering di badan, telapak tangan,
telapak kaki, punggung tangan, permukaan
ekstensor
13
Pemeriksaan fisik
14
Pemeriksaan fisik
o konjungtiva:
papula, folikel, keratinisasi, fibrosis, subepitelial
mengkerut, forniks memendek, symblefaron,
ankiloblefaron
o cornea:
keratitis pungtata superfisial, kerusakan epitel, ulkus
kornea, neovaskularisasi, keratinisasi, limbitis,
konjungtivalisasi, kekeruhan kornea, perforasi
15
DIAGNOSIS:
Tidak ada pemeriksaan lab yg spesifik selain biopsi kulit
Serum darah: peningkatan kadar tumor necrosis factor (TNF)alpha, reseptor interleukin 2 terlarut, interleukin 6, CRP
Darah lengkap: jumlah lekosit normal atau lekositosis non spesifik
Jumlah lekosit yg sangat tinggi: kemungkinan ada superinfeksi
bakteri
Pemeriksaan elektrolit & kimia darah
Kultur darah & kulit
Kultur urin dilakukan apabila dicurigai adanya infeksi
Pemeriksaan fungsi renal dan adanya hematuria
Biopsi kulit: bula subepidermal, nekrosis epidermal, infiltrasi
limfosit pada area perivaskuler
Pemeriksaan lain: bronkoskopi, esofagogastro-duodenoskopi,
kolonoskopi, foto rontgent dada
16
Pemeriksaan histologi:
Sedikit infiltrasi sel radang pada dermis dan nekrosis
yang tebal pada epidermis
Epidermal-dermal junction: vakuola , bula
subepidermal
Apoptosis keratinosit
Dermis: Terdapat sel limfosit T CD4
Epidermis didominasi sel limfosit T CD8
Pada dermoepidermal junction dan epidermis
terdapat infiltrasi sel lifosit CD8
C3 dan Ig G terdeposisi pada dermoepidermal
junction & sekeliling pembuluh darah kecil pada
dermis
17
Pemeriksaan histologi
Konjungtiva: infiltrasi limfosit dan sel plasma pada sub epithelial
Limfosit juga dijumpai pada sekeliling dinding pembuluh darah
Infiltrasi limfosit yang dominan adalah sel T helper.
Imunohistologi konjungtiva menunjukkan sejumlah sel HLA-DR
positive pada substansia propria, dinding pembuluh darah, dan
epithelium
Pada epitel, HLA-DR dijumpai pada sel Langerhans, makrofag, dan
sel T yang aktif
Deposisi imunoreaktan pada dinding pembuluh darah, kompleks
imunoglobulin dan komplemen.
Dengan mikroskop elektron pada konjungtivitis berulang
menunjukkan metaplasi epitel squamosa, kerusakan membran
basalis vaskular, reduplikasi, dan penebalan
Pemeriksaan mikroskopi konfokal in vivo berguna untuk indikasi
terapi dan pemantauan kelainan mata
18
DIFERENSIAL DIAGNOSIS:
19
PENGOBATAN:
Perawatan sebaiknya di ICU/ruang
perawatan luka bakar
Tidak ada pengobatan yang spesifik
Pengobatan simtomatis seperti
perawatan pasien luka bakar
20
Penanganan di IGD:
Mengenali gejala penyakit sejak awal dan memberikan perawatan
yang semestinya
Koreksi gangguan keseimbangan cairan & elektolit
Menghentikan obat yang mungkin menjadi penyebab
Infeksi penyebab & infeksi sekunder segera diidentifikaasi & diobati
Jaga stabilitas hemodinamik, stabilitas jalan nafas, kecukupan
cairan, dan mengurangi rasa nyeri
Pengobatan terutama secara suportif dan simtomatis
Ada yg menganjurkan pemberian steroid, siklofosfamid,
plasmaferesis, hemodialisis, imunoglobulin
Lesi pada mulut diberikan obat kumur
Anestesi lokal mengurangi rasa sakit & agar pasien bisa minum
Kulit dikompres dengan larutan garam atau larutan Burowi
Pencegahan tetanus
21
22
Pencegahan infeksi:
Perawatan di ruang isolasi & teknik
aseptik: mengurangi infeksi nosokomial
Kultur secaraberkala:
darah, kateter, pipa lambung, kateter urin
Pencegahan infeksi .
Sepsis:
berikan antibiotik sistemik
Perawatan kulit:
Debridemen epidermis yang mati, diikuti
biologic dressings
Biologic dressings: xenografi kulit, allografi
kulit, amnion-based skin substitutes, collagenbased skin substitutes
Penutupan mata dengan membran amnion
Allotransplantasi kulit mengurangi rasa sakit ,
mengurangi kehilangan cairan, memperbaiki
pengaturan suhu, mencegah infeksi bakteri
Oksigen hiperbarik mempercepat
penyembuhan
25
Pengobatan imunomodulasi:
Belum ada konsensus
Menghentikan obat penyebab dan pengobatan suportif masih
merupakan standart pengobatan
Pengobatan dianjurkan: plasmaferesis, pemberian obat
imunosupresif, dan IVIG
Pemakaian steroid sistemik masih kontroversi, diberikan sejak awal,
jangka pendek (4-7 hari), dan diberikan intravena dosis tinggi
Pemberian steroid sistemik & topikal mengurangi morbiditas mata
Beberapa ahli mengatakan bahwa steroid intravena dan
imunoglobulin tidak memperbaiki kesembuhan
Siklosporin, azatioprin, atau siklofosfamid, pada fase akut kurang
popular
IVIG dapat memblok reseptor FAS pada permukaan keratinosit,
sehingga mencegah apoptosis
Belum ada konsensus tentang dosis dan lamanya pemberian IVIG
26
27
PENYULIT:
Erupsi dapat berlanjut 2-3 minggu
Striktur esophagus
Kelainan mukosa trakeobronkial: gagal
nafas
Kebutaan krn panoftalmitis & keratitis berat
Komplikasi renal (jarang terjadi)
Stenosis vagina, jaringan parut penis &
fimosis
Kulit: hiperpigmentasi dan hipopigmentasi
Kuku tumbuh abnormal
28
PROGNOSIS:
Lesi kulit sembuh dlm 1-2 minggu, kecuali ada infeksi sekunder
Kebanyakan sembuh tanpa sequelae
Mortalitas bergantung pada luas kulit yang mengelupas
< 10%: angka kematian 1-5%.
> 30%: angka kematian 25-35%, bahkan 50%
29
30
TERIMA KASIH
31