Anda di halaman 1dari 3

AJIAN GELAP NGAMPAR DAN AJIAN

LEMBU SEKILAN
Dipublikasi pada 29 Oktober 2009 oleh wongalus

37 Votes
Melongok Tanah Jawi masa silam, kita akan tahu bahwa di dalam sejarahnya, di Jawa
yang tidak pernah sepi dari konflik baik berupa intrik terbuka maupun peperangan,
memaksa setiap wong Jowo untuk mempersiapkan diri dari bahaya baik dari dalam
maupun dari luar.Bisa dikatakan Sejarah Jawa adalah sejarah perjuangan manusia untuk
bisa hidup damai, tentram dan bahagia namun juga harus bersiap menghadapi segala
tantangan. Sikap nrimo dan pasrah itu perlu, namun yang juga perlu adalah bahwa
manusia Jawa adalah manusia yang siap untuk struggle for survive (bertahan hidup) di
tengah berkecamuknya kepentingan yang berbeda-beda. Itu sebabnya, di Jawa memiliki
ilmu-ilmu kesaktian hampir bisa dipastikan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari hidup seseorang.
Salah satu orang Jawa yang terkenal kesaktiannya adalah Raden Rangga. Siapa dia? Raden
Rangga adalah anak satu-satunya Panembahan Senopati dan Ratu Kali Nyamat. Sejak kecil
hingga remaja, Raden Rangga sudah bakat menjadi pendekar sakti dan tangguh. Sayangnya, dia
memiliki watak buruk yaitu pemarah dan suka memukul.
Suatu ketika seorang pendekar pilih tanding dari Banten datang untuk menantang adu kesaktian
Panembahan Senopati, sang ayah yang juga pendiri dinasti Mataram ini. Raden Rangga tahu
kedatangan pendekar Banten ini dan meminta pada Panembahan Senopati agar dirinya saja yang
menghadapi. Permintaan dari sang anak pun dituruti sekaligus untuk mengetahui sampai
seberapa hebat ilmu kesaktian Raden Rangga.
Adu kekuatan pun terjadi antara Raden Rangga vs Pendekar Banten. Mulai menggunakan tenaga
biasa hingga tenaga dalam tingkat tinggi. Akhirnya, dengan pukulan tenaga dalam, sang
pendekar Banten tewas berkalang tanah.
Raden Rangga memiliki segudang ilmu kesaktian. Salah satunya adalah kekuatan jari tangannya
untuk menusuk-nusuk batu. Batu yang keras terasa oleh Raden Rangga seperti menusuk tanah
lunak. Suatu ketika, dia diperintahkan oleh sang ayah untuk berguru ke Ki Juru Martani. Aku

ini sudah sakti mandraguna, tapi kenapa masih diperintahkan untuk berguru ke eyang Juru, saya
akan mendapatkan apa? begitu katanya dalam hati.
Singkatnya, Raden Rangga pun menurut dan pergi menghadap Ki Juru Martani. Sesampai di
depan rumah Ki Juru yang ada masjid kecil di teras, dia terpaksa menunggu. Sebab Ki Juru
sedang sholat dhuhur. Raden Rangga pun duduk di trap mesjid yang terbuat dari batu kumalasa
dan iseng jarinya ditusuk-tusukkan. Batu itu pun berlobang-lobang.
Usai sholat, Ki Juru keluar masjid. Dia langsung menyapa Raden Rangga. Cucuku, apa jarimu
tidak sakit menusuk batu yang keras itu? Seketika itu pula, batu itu menjadi keras dan kesaktian
Raden Rangga hilang seketika. Benar kata ayah bahwa saya harus berguru pada panjenengan
eyang Juru Martani. Saya sadar, orang muda seperti saya tidak boleh menyombongkan ilmu
kesaktian pada orang yang lebih tua
Ki Juru Martani kemudian mengajari raden Rangga berbagai ilmu kesaktian. Salah satu yang
diajarkannya adalah Aji Lembu Sekilan. Ajian ini untuk menghadapi lawan di dalam peperangan.
Senjata tajam dan tumpul tidak akan mampu melukai tubuh bagi pemilik ajian ini. Untuk
melakukan penyerangan pukulan, aji lembu sekilan sangat efektif karena bisa melipat gandakan
tenaga ratusan kali tenaga biasa.
Bagi para pendekar yang ingin memiliki ajian ini, dia tidak boleh memanggil lembu (sapi) dan
tidak diperkenankan memakan dagingnya. Dia harus menjalani laku berupa puasa 40 hari hanya
makan dedaunan yang dikulup dengan bumbu garam. Minumnya air kendi dan apabila sudah
selesai 40 hari lalu dia kemudian erlu nglowong tiga hari tiga malam mulai hari Kamis Wage.
Cara matek aji ini yaitu membaca mantra di bawah ini:
Niat ingsun amatek ajiku si lembu sekilan,
Rosulku lungguh ibrahim nginep babahan,
Kep karekep barukuut kinemulan wesi kuning,
Wesi mekakang, secengkang sakilan sadepo,
Sakehing brojo ora nedhasi bedil pepet mriyem
Buntu tan tumomo songko kersaning Allah.
Seketika itu pula daya gaib ajian ini bekerja.
Raden Rangga juga dibekali ajian penutup yang sangat hebat. Nama ajian pemberian Ki Juru
Martani ini adalah Ajian Gelap Ngampar. Ajian yang konon milik salah seorang sahabat
Rasulullah, yaitu Baginda Ali ini untuk menghadapi peperangan massal. Sekali matek aji dan
berteriak maka nyali musuh akan ciut dan mereka akan buyar lari tunggang langgang ketakutan.
Pendekar pemilik Ajian Gelap Ngampar sangat ditakuti karena tubuhnya kebal senjata dan
memiliki mata yang bisa memancarkan sinar sangat kuat sampai yang dilihat terbakar.
Cara mendapatkan Ajian Gelap Ngampar ini dituturkan Ki Juru Martani sebagai berikut:
Puasa mutih 40 hari, makan hanya sekali tiap 12 malam. Setelah puasa selesai, maka dia harus
nglowong (tidak tidur dan begadang di luar rumah) selama 7 hari 7 malam dan mulai puasa pada

hari sabtu Kliwon Ajian ini otomatis bekerja bila dalam peperangan sang pendekar membaca
mantra di bawah ini:
Niat ingsun amatek ajiku si gelap ngampar,
gebyar-gebyar ono ing dadaku,
ulo lanang guluku
macan galak ono raiku
suryo kembar ono netraku
durgodeg lak ono pupuku,
gelap ngampar ono pangucapku
gelap sewu suwaraku
yo aku si gelap ngampar
Demikian sedikit sejarah dua ajian dahsyat unggulan para pendekar Jawa masa silam ini. Tidak
salah kita belajar berbagai ilmu kesaktian dengan harapan agar kita semakin bijaksana bahwa
samudra ilmu Tuhan begitu luasnya. Sementara ilmu manusia hanya memiliki sedikit ilmu
seperti setitik air saja. Namun, setitik air ilmu itu pun bila dimanfatkan secara optimal dengan
tujuan luhur akan mendatangkan berkah. Berbagai ilmu ajian warisan para leluhur ini pun bisa
mendatangkan manfaat yang besar. Misalnya, untuk menghadapi kejahatan yang kini semakin
banyak terjadi, atau menghadapi bahaya musuh yang mengancam wilayah negara kita. Wallahu
alam.
@wongalus, 2009

Anda mungkin juga menyukai