Anda di halaman 1dari 5

pewarnaan spora

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba,
sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana
kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak
menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan basillah yang dapat
membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu berbuat demikian. Beberapa spesies
Bacillus yang aerob dan beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora.
Spora ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro,
2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat refraktif,
dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina.
Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak
generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi
sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi
spora. (Pelczar,1986)
1.2. Maksud dan tujuan
1.2.1. Maksud dari praktikum ini adalah :
Untuk memahami prosedur pewarnaan spora bakteri.
Untuk memahami prinsip pewarnaan spora bakteri.
Untuk mengetahui bentuk dan letak spora pada bakteri.
1.2.2. Tujuan dari praktikum ini adalah :
Membuat sediaan untuk pewarnaan spora bakteri.
Untuk melakukan proses pewarnaan spora bakteri.
Untuk melihat bentuk dan letak spora pada bakteri .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam tubuh
vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun
tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara
metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang

sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun
kimiawi.
Santoso (2010) menyebutkan bahwa ada dua genus bakteri yang dapat membentuk
endospora, yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di
dalamtubuh vegetative bakteri disebut sebagai endospora (endo=dalam, spora=spora) yaitu
spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora
merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta
memiliki beberapa lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada
kondisi yang ekstrim.Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat
hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora
terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan
tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan
oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk
memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga
sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati,
bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat
warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment
pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga
memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
namun menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun
tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena
bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang
memiliki satu fase sporulasi
BAB III
ALAT , BAHAN ,dan METODE KERJA PEWARNAAN SPORA

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
Ose
Gelas objek
Bunsen
Tabung reaksi
Rak tabung
mikroskop
Bahan :

NaCl 0,9%
Sampel Biakan
Malacit Green
Safaranin

H2SO4 2%
Oil Imersi
3.2 Metode kerja
Dibuat suspesi bakteri,ditambah malacit green.
Dipanaskan dengan api kecil selama 6 menit
Kemudian dikeringkan dan fiksasi
Dilunturkan dalam H2SO4 1% selama 1-2 detik
Dibilas dengan air.
Digenangi dengan safranin selama 1 menit.
Bilas dan dikeringkan
Diperiksa dengan perbesaran 100x

BAB IV
HASIL PEMBAHASAAN DAN PENGAMATAN
4.1 HASIL

Keterangan : 1.Badan bakteri berwarna merah


2. Spora bakteri berwarna hijau
4.2 PEMBAHASAN
Prinsip : Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat
masuk masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau.melalui pendinginan warna utama akan
terperangkap di dalam spora,dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan
terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua (safranin), sel vegetatif akan berwarna merah.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah
bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu
dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada
bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan
pemindahan
piaraan
ke
medium
yang
baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang
mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat
enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata
lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara
mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang
tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa. Dinding
spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah
melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel
vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan
hijau
malachit
atau
carbol
fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam
sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih
besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman.

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Di temukan Spora sentral pada bakteri
5.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis (praktikan) sampaikan melalui laporan ini adalah
sebagai berikut :
a. Membaca dan mempelajari protab terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
b. Menggunakan APD pada saat praktikum.
c. Mengikuti protab pada saat praktikum.
d. Tidak menukar-nukar pipet untuk menghindari kontaminasi antar larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta


Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Anda mungkin juga menyukai