Hipotermi
Hipotermi
A. KONSEP DASAR
1.
DEFINISI
ETIOLOGI
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas:
1. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan
disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
(Kosim, 2008 : 90)
2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
(Kosim, 2008 : 90)
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara:
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti.
(Wiknjosastro, 2008 : 123)
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari
tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
(Wiknjosastro, 2008 : 123)
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
(Wiknjosastro, 2008 : 124)
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
(Wiknjosastro, 2008 : 124)
3. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan
fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat persalinan/post
partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi) dapat menekan respons
neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah
dalam pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi.
(Kosim, 2008 : 91)
3.
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C 37 C) yang diatur oleh SSP
(sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi sel sel
yang sangat sensitif di hipotalamus( chemosensitive cells).Pengeluaran panas dapat melalui
keringat, dimana kelenjar kelenjar keringat dipengaruhi serat serat kolinergik dibawah
kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meingkat akibat adanya
vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan dingin
yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui
mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya
perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut serabut
Faktor Predisposisi
-
Bayi asfiksia
(Wiknjosastro, 2007 : 253)
Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio
luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya.
(Kosim, 2008 : 90)
Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel.
(Kosim, 2008 : 90)
BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-obatan.
(Kosim, 2008 : 90)
Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat
5.
KLASIFIKASI
Hipotermi sedang
Hipotermia berat
Hipotermia Sedang
-
Dapat disertai adanya gerakan pada bayi yang kurang normal (Hidayat, 2005:143)
Hipotermia Berat
-
disertai salah satu tanda sebagai berikut seperti mengantuk atau letargis atau terdapat
bagian tubuh bayi yang berwarna merah dan mengeras (sklerema). (Hidayat, 2005 :
144)
7.
Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di aksilla ( rektal hanya dilakukan
satu kali untuk menghilangkan adanya kemungkinan anus imperforata) butuh 3 menit. Proses
kehilangan panas telah dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa apabila kaki bayi
hangat dan berwarna pink maka dikatakan normal. Apabila kaki dingin dan abdomen hangat
maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen dingin maka hipotermi.
(makalah growth and development. www.scribd.com/doc)
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi.
Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal
adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
(Kosim, 2008: 94)
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh karena mudah,
sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan
pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan
adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur pemeriksaan
yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.
(Kosim, 2008: 94)
8.
PENATALAKSANAN
Hipotermia Sedang
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang,
tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda sepsis.
Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya,
bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi
dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen
Gangguan napas.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6
mmol/L),tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar)
setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali dalam batas normal.
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/ jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam.
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap
jam.
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
PENCEGAHAN
Pengeringan segera
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan. Mencegah kehilangan panas
dan anjurkan ibu untuk rnenyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalarn waktu satu jam pertama kelahiran.
(Sumarah, 2009 : 174)
Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk
menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
(Saifuddin. 2007 : 374)
Metode perawatan kontak kulit dengan kulit (Skin to skin contact / Kangoroo mother care /
KMC / perawatan bayi lekat) dalam perawatan bayi selanjutnya sangat dianjurkan khususnya
untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa penelitian dilaporkan adanya penurunan secara
bermakna angka kesakitan dan angka kematian bayi-bayi kecil.
(Kosim, 2008: 99)
Pemberian ASI
Rawat Gabung
Transportasi hangat
Resusitasi hangat
Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup kecuali jika bayi perlu
telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatan atau prosedur.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Letakkan hanya satu bayi di bawah tiap pemanas radian.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Ubah posisi bayi dengan sering ketika di bawah pemanas, jika memungkinkan.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Jika bayi mendapatkan cairan IV atau perasan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau susu
10% dan volume harian total per hari selama bayi dibawah pemanas radian.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Periksa suhu pemanas dan ruangan setiap jam, dan sesuaikan pengaturan suhu berdasarkan hal
tersebut.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Berikan bayi kepada ibunya segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan prosedur dan terapi
yang sering.
(World Health Organization, 2007 : 286)
Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam perawatan ini mampu menggunakan
inkubator dengan benar, memantau suhu bayi, dan menyesuaikan suhu inkubator untuk
mempertahankan lingkungan suhu netral (NTE).Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak
terputus, petugas terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta ketersediaan suku cadang
untuk perbaikan.Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari jendela
yang tidak bisa ditutup rapat. Suhu ruangan harus tepat dan tiupan angin minimal.Catatan: Jika
inkubator terkena sinar matahari langsung atau lampu fototerapi digunakan, pemantauan suhu
neonatus dan penyesuaian suhu inkubator perlu sering dilakukan untuk mencegah pemanasan
yang berlebihan. Jika neonatus memerlukan perawatan dalam inkubator, penting untuk
menganjurkan orang tua bayi berkunjung dan memeluknya sesering mungkin, dan
memanfaatkan kontak kulit dengan kulit agar suhunya stabil.Suhu neonatus harus dipantau
secara berkala, setiap 4 jam atau sesuai instruksi dokter untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5
37,5C. Lubang jendela inkubator sedapat mungkin harus digunakan saat melakukan
perawatan neonatus, dan tidak dengan membuka pintu inkubator yang lebih besar.
(makalah growth and development. www.scribd.com/doc)
SUHU INKUBATOR
BERAT LAHIR SUHU INKUBATOR (OC) MENURUT UMUR
35oC
34 oC
1-10 hari
>5 minggu
1500-2000 g
1-10 hari
11 hari 4 minggu
>4 minggu
2100 2500 g
1-2 hari
3 hari 3 minggu
>3 minggu
1-2 hari
> 2 hari
<1500 g
>2500 g
33 oC
32 oC
KOMPLIKASI
Distress respirasi