Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini kita dapat dengan mudah menemukan obat-obatan
dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan padat seperti tablet dan
kapsul, sediaan semi padat seperti gel dan cream, serta sediaan cair seperti
sirup dan elixir. Bentuk-bentuk tersebut memiliki jalur pemberiannya masingmasing tergantung dari sifat fisikokimia zat aktif yang terkandung dalam
sediaan tersebut dan juga target dari sediaan farmasi tersebut. Jalur-jalur
pemerian tersebut antara lain secara oral ( melalui saluran gastrointestinal ),
injeksi ( intavena,intramuscular,dll ), transdermal , dll. Sediaan transdermal
ialah sediaan yang dirancang agar zat aktif/obat dapat menembus kulit secara
kontinyu dan masuk ke pembuluh darah.
Inflamasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi pembengkakak di
bagian tubuh manusia yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk
mengatasi hal tersebut digunakan obat-obatan anti inflamasi yang tergolong
steroid ataupun non steroid. Obat anti inflamasi golongan non steroid
( NSAIDs ) antara lain asam mefenamat, alluporinol, peroxicam, natrium
diklofenak, dlsb. Penggunaan natrium diklofenak sebagai obat anti inflamasi
sudah cukup umum saat ini, terutama sediaan oral. Namun diketahui bahwa
natrium diklofenak memiliki efek samping yang cukup kuat dalam
menyebabkan tukak lambung, selain itu natrium diklofenak juga dikeahui
mengalami first pass effect yang cukup besar sehingga mengurangi
bioavabilitasnya.
Kekurangan natrium diklofenak secara oral tersebut dapat dihindari
dengan memformulasi natrium diklofenak dalam bentuk sediaan lain yang tidak
melalui saluran gastrointestinal,yaitu dalam bentuk sediaan transdermal. Dalam
bentuk sediaan transdermal diharapkan zat aktif/obat memiliki daya permeasi
yang baik sehingga bioavabilitas obat juga baik.
[Type text]
Page 1
[Type text]
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Inflamasi
Tubuh manusia dapat mempertahankan dirinya sendiri terhadap
berbagai macam bentuk serangan dengan serangkaian kejadian
seluler,vaskuler, dan kimiawi yang disebut inflamasi. Inflamasi berasal dari
manifestasi klinis dari panas pada area lokal pertahanan dan meningkatkan
panas tubuh pada umumnya, yang disebut sebagai demam. Celsus, seorang
filosof Yunani terdahulu, mengamati perubahan yang ada saat pertahanan
terhadap serangan. Perubahan ini dikenal sebagai Tanda Cardinal Inflamasi
yang meliputi Rubor ( kemerahan ) , Caldor ( panas ) , Tumor ( membengkak ),
dan Dolor ( nyeri ) ( William et al ) .
Redness merupakan hasil dari dilatasi pada pembuluh darah pada
bagian yang terluka. Panas dihasilkan oleh peningkatan metabolisme jaringan
local. Pembengkakan lokal dari perubahan vaskuler yang memungkinkan
lewatnya cairan, partikulat, dan cel-cel inflamasi pada jaringan yang rusak.
Rasa nyeri dihasilkan oleh tekanan pada ujung saraf dan dari pelepasan
kimiawi saat respon inflamasi pada luka ( William et al ) .
2.2 Anti Inflamasi
NSAIDs ( Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs ) merupakan obat anti
inflamasi golongan non steroid yang berefek untuk mengurangi rasa nyeri dan
tanda-tanda dari inflamasi atau peradangan seperti demam,pembengkakan,
dan kemerahan. NSAIDs juga dapat digunakan untuk beberapa kondisi seperti
keseleo,tegang, sakit kepala, dan nyeri pada menstruasi.NSAIDs juga
merupakan pengobatan yang umum penyakit kronis seperti arthritis, baik itu
arthritis rematoid, osteoarthritis, dll, dan juga pada peyakit lupus ( American
College of Rheumatology , 2012 )
NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim pada tubuh yang
mengkatalis terbentuknya prostaglandin ( suatu senyawa kimia yang berperan
dalam penyebab rasa sakit dan inflamasi ). NSAIDs lainnya seperti ibuprofen
menghambat dua enzim, yaitu COX-1 dan COX-2, namun celecoxib ( celebrex
) biasanya menghambat COX-2 ( American College of Rheumatology , 2012 )
[Type text]
Page 3
[Type text]
Page 4
Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan lapisan
kulit menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut
absorbsi perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang
lambat yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat darikonsentrasi tinggi
(pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat
dapat mempenetrasi kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak,
atau kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan
inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit
dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut, kelenjar minyak, maupun
kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas permukaan diantara
keempatnya (Lucida, 2008 ).
[Type text]
Page 5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan ialah natrium diklofenak (CAS 1530779-6 ) yang didapat dari Alborz Company ( Ghazvin, Iran ). Disodium fosfat,
monopotassium fosfat, etanol, carbopol 914, lesitin kedelai, kolesterol, dan
span 80 yang didapat dari Merck Company ( Darmstadt, Germany ).
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Preparasi Formulasi Acuan
a.Dilarutkan natrium diklofenak (1%w/w) dalam campuran etanol : air
( 20:80 ) pada suhu ruangan
b.Diddispersikan serbuk Carbopol 914 secukupnya pada campuran
dengan pengadukan konstan menggunakan alat magnetic stirrer
c.Didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan hingga mengembang
d.Dinetralkan campuran dengan menambahkan triethanolamine
(0,5%w/w)
3.2.2 Preparasi Liposom Konvensional, Ethosom, dan Transfersom
a.Liposom
1.Dilarutkan fosfolipid ( biasanya digunakan Phosphatidylcholine atau
lesitin kedelai, kolesterol, dan zat aktif ( obat ) dalam etanol
2. Diinjeksikan perlahan-lahan pada medium aqueous sambil diaduk
dengan alat homogenizer.
b.Etosom
1. Dilarutkan lipid dan obat dalam etanol dan ditambahkan komponen
aqueous seara perlahan sambil diaduk dengan homogenizer selama
60 menit
[Type text]
Page 6
c. Transfersom
1. Dilarutkan fosfolipid,surfaktan, kolesterol, dan zat obat pada labu
alas bulat kering dan bersih dengan sedikit campuran pelarut
kloroform : methanol ( 3:1 )
2. Dipisahkan pelarut organic dengan menggunakan rotary evaporator
pada tekanan rendah dengan suhu 45 oC .
3. Dihidrasi lapisan tipis lipid yang dihasilkan dengan zat obat yang
mengandung larutan aqueous dengan dirotasi selama 1 jam
4.Disaring dengan menggunakan metode filter extrusion dan dihasilkan
vesikel unilamellar
[Type text]
Page 7
Page 8
[Type text]
Page 9
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]
Page 10