Anda di halaman 1dari 34

1

IMPLEMENTASI ASESMEN DI SEKOLAH DASAR


(MENGAMATI PERKEMBANGAN SPELLING DAN MEMBACA
PERMULAAN)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Pembelajaran
Yang dibina oleh Dr. Titik Harsiati, M.Pd.

Oleh:
Rima Trianingsih
132103818610
Titi Anjarini
132103818635
KELAS A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
APRIL 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Implementasi Asesmen di Sekolah Dasar (Mengamati
Perkembangan Spelling dan Membaca Permulaan). Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.
1. Ibu Dr. Titik Harsiati, M.Pd, selaku dosen pembina Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran.
2. Orang tua yang selalu memberi semangat dan doa.
3. Pemakalah bab-bab sebelumnya yang memberi dorongan untuk menjadi lebih
baik.
Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua.
Malang, 1 April 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

iii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................


...................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................


...................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................

2.1

Hakikat Spelling .....................................................................

2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Spelling ....................................................................................

2.3

Perkembangan Spelling di Sekolah Dasar ...........................

2.4

Tujuan Pembelajaran Spelling ..............................................

2.5

Implementasi Asesmen Spelling ............................................

2.6

Pengembangan Isntrumen Asesmen Spelling ......................

2.7

Fungsi Asesmen Spelling ........................................................

12

2.8

Hakikat Membaca ..................................................................

13

2.9

Perkembangan Membaca Permulaan di Sekolah


Dasar ........................................................................................

15

2.10 Tujuan dan Pentingnya Membaca Permulaan.....................

16

2.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan


Membaca Permulaan .............................................................

18

2.12 Implementasi Asesmen Membaca Permulaan .....................

19

2.13 Pengembangan Instrumen Asesmen Membaca


Permulaan ...............................................................................
2

22

2.14 Fungsi Asesmen Membaca Permulaan .................................

28

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................

30

3.1

Kesimpulan .............................................................................

30

3.2

Saran ........................................................................................

31

DAFTAR RUJUKAN .....................................................................................

32

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1

Instrumen Asesmen Spelling ..............................................................

2.2

Petunjuk Tahapan Mengeja di SD .....................................................

10

2.3

Contoh Hasil Penilaian Spelling ........................................................

11

2.4

Rubrik Asesmen Spelling dengan Gambar ........................................

12

2.5

Indikator Asesmen Membaca Permulaan ..........................................

22

2.6

Instrumen Asesmen Membaca Permulaan .........................................

23

2.7

Instrumen Asesmen Membaca Permulaan (Kualitatif) ......................

26

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di awal usia sekolah yaitu kelas I dan II Sekolah Dasar (SD), anak masih
berada pada tahap adaptasi terhadap lingkungan barunya. Berusaha beradaptasi
dari lingkungan bermain di TK ke lingkungan sekolah di SD. Kondisi ini mungkin
akan sulit bagi beberapa siswa, namun banyak pula yang melewatinya dengan
mudah. Pada tahap ini pula seorang anak akan belajar tentang kemampuan literasi
(melek huruf). Di dalam pembelajaran literasi di kelas I dan II dapat diajarkan
melalui spelling, membaca permulaan, maupun menulis permulaan. Ketiga hal
tersebut sangatlah penting untuk diajarkan agar anak dapat mengenal huruf,
melafalkan serta merangkai kata dan menuliskannya dalam sebuah kalimat
sederhana. Kemampuan awal ini juga yang akan menentukan kemampuan anak
pada tingkat yang lebih tinggi karena spelling, membaca permulaan maupun
menulis permulaan berada pada tingkat rendah.
Berbicara mengenai spelling, tentunya akan terbayang ketika mulut
berusaha untuk melafalkan suatu huruf atau kata dengan artikulasi yang tepat dan
4

benar. Pada saat itu, anak benar-benar diajarkan untuk memahami bunyi bahasa.
Selanjutnya, anak akan mengenal membaca permulaan yaitu kemampuan
membaca tingkat rendah, ketika anak masih belajar untuk membaca. Di sini, anak
akan belajar untuk memahami simbol dan bunyi bahasa serta memahami
hubungan antara keduanya.
Ketika spelling dan membaca permulaan diajarkan di SD kelas I dan II,
banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan guna mendukung
tercapainya pembelajaran yang katif dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu hal
yang penting adalah mengenai bentuk asesmen dan instrumennya yang akan
dikembangkan dan digunakan dalam proses asesmen spelling dan membaca
permulaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan baik karena hasil asesmen
sangat penting bagi refleksi bersama terhadap pembelajaran baik untuk orang tua
maupun guru. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
Implementasi Asesmen Di Sekolah Dasar (Mengamati Perkembangan Spelling
Dan Membaca Permulaan).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada makalah ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah hakikat spelling?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan spelling?
3. Bagaimanakah perkembangan spelling di Sekolah Dasar?
4. Apakah tujuan pembelajaran spelling?
5. Bagaimanakah implementasi asesmen spelling?
6. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen spelling?
7. Apa sajakah fungsi asesmen spelling?
8. Bagaimanakah halikat membaca?
9. Bagaimanakah perkembangan membaca permulaan di Sekolah Dasar?
10. Apakah tujuan dan pentingnya membaca permulaan?
11. Apa sajakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
permulaan?
12. Bagaimanakah implementasi asesmen membaca permulaan?
13. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen membaca permulaan?
2

14. Apa sajakah fungsi asesmen membaca permulaan?


1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya pembahasan pada makalah ini adalah.
1. Untuk memahami hakikat spelling.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan spelling.
3. Untuk memahami perkembangan spelling di Sekolah Dasar.
4. Untuk memahami tujuan pembelajaran spelling.
5. Untuk memahami implementasi asesmen spelling.
6. Untuk memahami pengembangan instrumen asesmen spelling.
7. Untuk mengetahui fungsi asesmen spelling.
8. Untuk memahami halikat membaca.
9. Untuk memahami perkembangan membaca permulaan di Sekolah Dasar.
10. Untuk mengetahui tujuan dan pentingnya membaca permulaan.
11. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
permulaan.
12. Untuk memahami implementasi asesmen membaca permulaan.
13. Untuk memahami pengembangan instrumen asesmen membaca permulaan.
14. Untuk memahami fungsi asesmen membaca permulaan.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Spelling
Pada dasarnya spelling dikenal dengan nama metode eja (Spelling
Method). Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf
demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah.

Siswa

mulai

diperkenalkan

dengan

lambang-lambang

huruf.

Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
3

dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode dikelompokan


berdasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan
menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata (Sugiarsih, Tanpa Tahun:
http://staff.uny.ac.id).
Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada
sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I
dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok
dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan
pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
1. dapat menyenangkan siswa;
2. tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya;
3. bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien;
4. tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit.
2.2 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kemampuan Spelling
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi cara pengucapan dalam
berbahasa khususnya spelling.
1. Faktor Biologis
Yaitu potensi alami itu bekerja secara otomatis, Chomsky (dalam Halimah,
2007: http://file.upi.edu) menyebutnya sebagai potensi yang terkandung dalam
perangkat biologis anak dengan istilah Piranti Pemerolehan Bahasa (Language
Acquisuion Devices). LAD adalah struktur mental yang secara internal dimiliki
oleh setiap manusia, la bersifat kodrati atau bawaan (innate) dan terdapat di benak
manusia secara abstrak. Dengan LAD inilah setiap manusia normal mampu
sekaligus bahasa apa saja berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Perangkat
5

tersebut menentukan anak dapat memperoleh kemampuan berbahasa ada tiga,


yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap. Ketiga hal ini memiliki
peran yang mendasar. Alasan yang sangat mendasar, karena gangguan pada salah
satu dari ketiganya akan sangat menghambat pemerolehan bahasa anak.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Proses pemerolehan bahasa dari lingkungan atau bagaimana lingkungan
sosial itu memberikan dukungan kepada anak dalam proses pemerolehan bahasa,
menurut Fisher & Terry (dalam Halimah, 2007: http://file.upi.edu) di antaranya,
melalui berikut ini.
1) bahasa semang (motheresse), yaitu penyederhanaan bahasa oleh orang tua
atau orang dewasa lainnya ketika berbicara dengan anak;
2) parafrase, yaitu penggunaan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara
yang berbeda;
3) menjelaskan kembali (echoing), yaitu mengulang apa yang dikatakan anak,
terutama bila tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksudnya;
4) memperluas (expanding), yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan
anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks;
5) menamai (labeling), yaitu mengidentifikasi nama-nama benda, dapat dalam
bentuk benda yang sebenarnya atau benda tiruan, gambar, permainan kata,
dan sebagainya;
6) penguatan (reinforcement), yaitu menanggapi atau memberi respon positif
atas perilaku bahasa anak;
7) pemodelan (modeling), yaitu memberikan contoh berbahasa yang dilakukan
orang tua atau orang dewasa;
8) involved and participating, yaitu melibatkan dan mengajak anak berpatisipasi
dalam kegiatan berbahasa;
9) memilih (choosing), yaitu orang tua memilih kata atau kalimat yang dapat
dipahami oleh anak.
3. Faktor Intelegensi
Sesungguhnya, semua anak baik yang bernalar tinggi, sedang, ataupun
rendah, pada umumnya dapat belajar dan memperoleh bahasa dengan sukses.
Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang
berintelegensi tinggi, tingkat pencapaian bahasanya lebih cepat, lebih banyak, dan
6

lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak-anak yang mempunyai


kemampuan bernalar sedang maupun rendah.
4. Faktor Motivasi
Dalam belajar bahasa, seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri.
Mereka belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar,
haus, serta perlu perhatian dan kasih sayang Goodman, Tompkins & Hoskisson
(dalam Halimah, 2007: http://file.upi.edu).
2.3 Perkembangan Spelling di Sekolah Dasar
Berikut ini adapun contoh perkembangan dalam mengeja/Spelling yang
antara lain sebagai berikut:
Tujuan:
a. Mengembangkan kemampuan akademik
b. Alat bantu komunikasi
c. Mengadakan aktifitas menyenangkan
Prosedur :
Guru memperlihatkan huruf atau kata dan siswa mengerti
Prasyarat :
Siswa dapat menyamakan objek dengan objek dan gambar dengan objek.
Biasanya siswa telah mengerti reseptif
Kriteria lulus :
Siswa menunjukkan respon 8 sampai dengan 10 kali benar tanpa prompt.
Sebaiknya diulangi paling sedikit oleh 1 guru lain.
Tahap 1

: Menyamakan huruf dan angka

Tahap 2

: Menyamakan kata dengan kata

Tahap 3

: Menyamakan huruf tunggal ke kata yang diperintahkan

Tahap 4

: Menyebutkan alpabet

Tahap 5

: Identifikasi huruf besar

Tahap 6

: Identifikasi huruf kecil

Tahap 7

: Melabel/menyebutkan huruf besar

Tahap 8

: Melabel/menyebutkan huruf kecil

Tahap 9

: Mengambil kartu alpabet sesuai perintah

Tahap 10 : Menyebutkan huruf.


Guru memperlihatkan kartu huruf dan bertanya huruf apa ini ?
7

Tahap 11 : Mencampur huruf.


Letakkan 2 atau lebih kartu huruf, misal C, A, T.
Perintahkan anak

untuk membaca masing-masing huruf yang

ditunjuk
Tahap 12 : Menyamakan kata ke benda/gambar.
Setelah itu anak membaca kartu dan menunjuk pada objek yang
dimaksud.
Tahap 13 : Identifikasi/menunjuk kata yang disebutkan guru
Tahap 14 : Mengeja kata-kata
Tahap 15 : Membaca kalimat
Tahap 16 : Menyamakan frase ke gambar
Tahap 17 : Pemahaman. Anak memahami apa yang dibacanya.
a. Siapa yang melakukan ?
b. Apa yang dilakukan ?
c. Di mana ?
d. Bagaimana/mengapa ?
Tahap 18 : Melakukan instruksi tertulis
a. Instruksi satu kata
b. Instruksi dua kata
c. Instruksi 3 kata
d. Kalimat lengkap
(Watashi, 2013: http://watashii.co.vu).
2.4

Tujuan Pembelajaran Spelling


Tujuan Spelling di sekolah dasar antara lain sebagai berikut.

1) Membantu anak anda untuk percaya diri dan memperoleh keterampilan


dengan huruf, kata serta mengeja dengan mengadakan aktivitas dan
permainan yang sederhana di rumah.
2) Dapat mengetahui beberapa huruf yang ada.
3) Memberikan modal pada anak untuk ke depan bisa merangkai huruf demi
huruf menjadi sebuah kata, berlanjut menjadi kalimat utuh.
4) Anak mampu mengenali serta menyebutkan bunyi huruf,
8

5) Dapat mempelajri kata demi kata dengan susunan huruf yang tidak sulit dan
mudah dipahami anak.
6) Anak akan mampu membaca lancar karena dilakukan secara bertahap
(Anonim, Tanpa Tahun: http://artikel.co/4216/cara-mudah-mengajari-anakbelajar-membaca.html).
2.5 Implementasi Asesmen Spelling
Berikut ini penerapan asesment spelling di sekolah dasar terutama kelas
satu yang antara lain dipaparkan dalam instrumen sebagai berikut.
Tabel 2.1 Instrumen Asesmen Spelling
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Siswa mengeja
TIDUR
KAPAL
HUJAN
MAMA
IBU
BOLA
BIBI
MEJA
MATA
KAKI

Kata
TI-DUR
KA-PAL
HU-JAN
MA-MA
I-BU
BO-LA
BI-BI
ME-JA
MA-TA
KA-KI

Kata yang benar


()
()
()
()
()
()
()
()
()
()

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://readingandwritingproject.com


2.6 Pengembangan Instrumen Asesmen Spelling
Pada dasarnya yang dimasud dengan assesment spelling yaitu cara
penilaian siswa yang diukur berupada cara membaca dengan menggunakan alat
artikulasi, baik pengucapan secara vokal maupun secara non vokal atau konsonan
dengan menggunakan alat artukulasi dengan cara yang tepat dan benar sesuai
dengan cara pengucapannya. Selain itu, dalam menyusun assesment spelling
dilakukan dengan menggunakan skala misalnya dengan menggunakan lembar
ckecklis maupun dengan menggunakan skala likert sesuai dengan menyusunan
indikator intrumen yang telah disusun.
Kita ketahui bahwa dalam pengkuran spelling di sekolah dasar dibedakan
antara kelas rendah dengan kelas tinggi. pada kelas rendah khususnya tingkatan
kelas 1-3 masih menggunakan pendekatan secara kontekstual yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa misalkan mengajarkan membaca permulaan dengan
berbantuan gambar dan stimulus seperti menghubungkan dengan cerita kehidupan
sehari-hari misalkan dengan metode bunyi contohnya Bagaimana suara ayam di

pagi hari yaitu Kukuruyuk, bagaimana suara bebek yaitu Wek-wek dan
seterusnya. Berikut ini daftar yang menunjukan penilaian pengucapan kosakata.
Tabel 2.2 Pentunjuk Tahapan Mengeja di SD

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com


Contoh Hasil Penilaian Spelling Siswa Kelas 5 dalam Pelajaran Bahasa Inggris
Tabel 2.3 Contoh Hasil Penilaian Spelling

10

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com


Contoh Rubrik Penilaian Spelling dengan Gambar
Berdasarkan hal tersebut selain rubrik penilaian berbentuk lembar
checklish dan penskoran berikut ini adapun contoh rubrik penilaian yang lain
yaitu dengan model penilaian pengucapan siswa dengan menggunakan gambar.
Tabel 2.4 Rubrik Asesmen Spelling dengan Gambar
Ucapkan nama setiap gambar. Tulislah suku kata yang kalian
dengarkan!

11

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com


Panduan di atas menjelaskan bagaimana menilai siswa untuk penempatan di setiap
kata yang mereka ucapkan kemudian diwujudkan dengan bentuk tulisan.
2.7 Fungsi Asesmen Spelling
Berikut ini adapun beberapa fungsi asesmen Spelling (dalam Algazali,
2011: http://saidahalgazali.blogspot.com) yang antara lain sebagai berikut.
a. Dapat mengetahui pekembangan membaca siswa dengan tekni
mengeja /Spelling.
b. Proses mengeja dapat memotivasi siswa dalam belajar. kegiatan penilaian
harus dapat memberikan model penggunaan bahasa yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari.
c.

Kegiatan penilaian mengeja dan umpan balik dalam mengeja dapat


mendukung kegiatan belajar selanjutnya.

d.

Hasil penilaian siswa dalam mengeja harus dapat membantu guru


merencanakan kegiatan belajar selanjutnya.

e.

Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi dan peningkatan proses


pembelajaran tentang kemampuan membaca khususnya mengeja.
12

f. Penilaian mengeja bukan hanya sekedar pengetesan. Seorang guru yang


terampil, secara terus menerus menilai keberhasilan siswanya melalui apa
yang ia ketahui dan menafsirkan hasilnya berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.
g. Pengetesan, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti melalui
penilaian portofolio, penilaian unjuk kerja, dan penilaian diri Keempat,
penilaian harus sejalan dengan pembelajaran. Artinya, penilaian harus
didasarkan atas apa yang telah dipelajari, serta menggunakan kegiatan
penilaian yang dikenal siswa sehari hari. kognitif ke penilaian alternatif
seperti penilaian unjuk kerja. Sebagai contoh, orang tua siswa yang terlibat
dalam kegiatan literasi di sekolah menyadari bahwa pada kelas-kelas awal,
membacakan ceritera pada anak akan lebih efektif dalam meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis daripada tes pelafalan. Akibatnya,
mereka lebih banyak membelikan buku-buku.
2.8 Hakikat Membaca
Tarigan (dalam Ratno, 2012) mendefinisikan membaca sebagai suatu
proses yang dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh pembaca untuk menangkap
pesan yang hendak disampaikan penulis melalui tulisannya. Soedarso (dalam
Ratno, 2012) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses interaksi antara
pembaca dengan pesan tertulis (tulisan). Sunendar (dalam Ratno, 2012)
memperjelas bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui
makna dari suatu teks tulisan. Jadi, membaca merupakan proses untuk
memperoleh informasi/pesan yang disampaikan seorang penulis melalui
tulisannya.
Anderson (dalam Harsiati, 2013) menyatakan bahwa kemampuan
membaca terdiri dari 2 komponen penting yaitu produk dan proses . Membaca
sebagai produk adalah membaca tingkat tinggi, yaitu kemampuan pemahaman
kata, kalimat maupun paragraf. Membaca sebagai proses mekanis tergolong
sebagai membaca tingkat rendah. Menurut Hairuddin, dkk (2007:3.23), membaca
sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat

13

membaca, sedangkan membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas mental


maupun fisik.
Membaca sebagai suatu proses merupakan suatu hal yang rumit dan
kompleks bukan hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai
proses visual di dalamnya terdapat proses menerjemahkan simbol tulisan ke dalam
kata-kata lisan. Membaca sebagai proses berpikir yaitu berupa aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, pemahaman
kreatif. Membaca sebagai proses linguistik yaitu skema pembaca dapat
membangun makna, sedangkan fonologi, semantik, dan fitur sintaksis membantu
mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Membaca sebagai
suatu proses metakognitif yaitu membaca melibatkan perencanaan, pembetulan,
suatu strategi, pemonitoran dan pengevaluasian (Istarocha, 2012).
Burns (dalam Hairuddin, dkk, 2007:2.23) menyatakan bahwa
proses membaca terdiri dari delapan aspek yaitu:
a. aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol
tertulis;
b. aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa
yang dilihatnya sebagai simbol atau kata;
c. aspek sekuensial, yakni kemampuan mengikuti pola-pola urutan,
logika, dan gramatikal teks;
d. aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara
simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang dipresentasikan;
e. aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan katakata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan
makna itu;
f. aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan
evaluasi dari materi yang dipelajari;
g. aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang
telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta
yang baru dipelajari;
h. aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca
yang berpengaruh terhadap keinginan membaca.

2.9 Perkembangan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar


Gani (dalam Holic, 2011: http://monic-holic.blogspot.com) menyatakan
bahwa berdasarkan tingkatnya, membaca dibedakan menjadi tiga yaitu membaca
permulaan, membaca lanjut, dan membaca untuk orang dewasa. Supriyadi, dkk
(dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa dalam pengajaran membaca di Sekolah
Dasar, membaca dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu membaca permulaan
14

dan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan kelas II dengan
menekankan pada keterampilan atau proses mekanis. Mulyati (Tanpa Tahun:
http://file.upi.edu) menyatakan bahwa membaca permulaan lebih berorientasi
pada kemampuan membaca tingkat rendah yaitu kemampuan literasi (melek
huruf). Proses belajar membaca permulaan di kelas I dan II merupakan bagian dari
masa peralihan anak dari dunia bermain di TK atau di rumah ke dunia sekolah.
Oleh karena itu, pengajaran hanya sebatas anak-anak dapat mengubah dan
melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada
tingkat membaca permulaan ini terdapat suatu kemungkinan seorang anak dapat
melafalkan huruf yang dibacanya tanpa memahaminya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa membaca permulaan diajarkan pada kelas I dan II Sekolah Dasar dengan
mengutamakan kemampuan anak untuk mengenal rangkaian huruf dan kata
melalui bunyi-bunyi bahasa (menyuarakan secara lisan).
Kennedy, et.al (2012) menjelaskan bahwa strategi terbaik untuk
mengajarkan literasi (melek huruf) adalah dengan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan keterampilan penting dalam konteks yang
bermakna. Dalam keterampilan membaca permulaan, guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca nyaring berbagai jenis teks, bermain
khayalan, membaca teks bersama-sama, membaca teks dengan dibimbing guru,
membaca teks yang dipilih sendiri secara mandiri. Supriyadi, dkk (dalam Ratno,
2012) menjelaskan bahwa membaca permulaan di Sekolah Dasar merupakan
proses melatih siswa terhadap beberapa keterampilan bahasa, diantaranya: latihan
lafal (baik vokal maupun konsonan), latihan nada, latihan penguasaan tanda-tanda
baca, latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide, latihan
kecepatan mata, latihan ekspresi (membaca dengan perasaan). Melalui membaca
pemahaman ini diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat,
dan mampu membaca dalam berbagai konteks.
Darmiyati dan Budiasih (dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa
pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap
yaitu.
1. Pramembaca

15

Pada tahap pramembaca, siswa belajar tentang bagaimana sikap duduk


yang baik, cara menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik
halaman buku yang tepat, serta cara memperhatikan gambar dan tulisan.
2. Membaca
Pada tahap membaca, siswa belajar tentang lafal dan intonasi kata/kalimat
sederhana dengan menirukan guru, belajar tentang huruf-huruf yang banyak
digunakan dalam kata atau kalimat sederhana yang dikenal siswa. Pada tahap ini,
huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai 26 huruf.
2.10

Tujuan dan Pentingnya Membaca Permulaan

1. Tujuan membaca permulaan


Membaca permulaan adalah tingkat membaca untuk memahami tulisan
sebagai produk visual bahasa, maka dari itu sering disebut sebagai tingkat belajar
membaca (lerning to read). Membaca permulaan sebagai suatu tingkat rendah
membaca diajarkan pada siswa kelas rendah di sekolah dasar yaitu kelas I dan II
karena pada tingkat kelas ini anak masih berada pada masa peralihan dari dunia
bermain ke dunia sekolah. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran membaca
permulaan sebagai proses pembiasaan. Secara umum, tujuan diajarkannya
membaca permulaan adalah sebagai proses pembiasaan agar anak melek huruf,
dalam arti anak dapat mengenal huruf-huruf dan penggunaannya. Oleh karena itu
membaca permulaan erat kaitannya dengan menulis permulaan (Mulyati, Tanpa
Tahun: http://file.upi.edu). Secara khusus, tujuan diajarkannya membaca
permulaan yaitu agar siswa dapat memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang tepat dan wajar (Kusnawanto, 2009). Wassid dan Sunendar (dalam
Istarocha, 2012) menjelaskna bahwa tujuan membaca permulaan adalah untuk
mengenali bunyi bahasa dan simbol-simbol bahasa, mengenal kata dan kalimat,
menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, serta menceritakan kembali isi bacaan
yang pendek/sederhana.
2. Pentingnya membaca permulaan
Membaca merupakan suatu alat yang fundamental untuk sukses di dunia
sekarang ini. Membaca merupakan kunci utama untuk menguasai semua mata
pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun mulai dari PAUD,
16

TK, dan SD anak-anak sedang mengembangkan keterampilan yang dapat


membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan membaca (Ohio
Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us). PIRLS
(Progress in International Reading Literacy Study) memiliki definisi tersendiri
tentang pentingnya membaca yaitu sebagai proses interaksi sosial melalui teks
serta sebagai pendorong berkembangnya cinta dan sikap positif terhadap
membaca (Kennedy, et.al: 2012).
Sebagai suatu kemampuan yang mendasari kemampuan selanjutnya,
membaca permulaan merupakan suatu hal yang penting. Membaca permulaan
dapat diibaratkan sebagai pintu gerbang untuk memperluas pengetahuan. Oleh
karena itu, membaca permulaan haruslah diajarkan di kelas I dan II guna
memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak (Permana,
2014: http://eostudent.blogspot.com). Jika dikaitkan dengan teori gelombang otak,
maka orang membaca mungkin hanya mengetahui secara umum karena orang
tersebut tidak berada dalam gelombang alpha. Gelombang alpha adalah
gelombang di mana otak bisa melakukan penyerapan secara sempurna. Kegiatan
membaca permulaan di Sekolah Dasar juga penting untuk memberikan bekal pada
otak anak agar dapat melakukan penyerapan secara sempurna, karena untuk
mencapai gelombang alpha diperlukan banyak latihan (Harianto, 2013).
2.11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca


Permulaan
Membaca baik membaca permulaan maupun membaca lanjut merupakan

suatu proses yang rumit dan kompleks, artinya di dalamnya terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Lamb & Arnold (dalam Ratno, 2012),
kemampuan membaca baik permulaan maupun lanjut dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, jenis kelamin, dan kelelahan. Kesehatan fisik yaitu kesehatan alat
berbicara, penglihatan, dan pendengaran. Pertimbangan neurologis yaitu adanya
kemungkinan keterbatasan neurologis (cacat otak) serta kekurang matangan
17

secara fisik. Faktor kelelahan yaitu kondisi di mana siswa tidak dalam kondisi
bagus untuk membaca.
2. Faktor intelektual
Faktor intelektual yaitu kemampuan individu sesuai dengan tujuan, cara
berpikir rasional, serta tindakan yang serasi dan efektif terhadap lingkungan.
Semakin tinggi intelegensi, anak akan semakin mudah untuk dilatih melalui
pengalaman, di antara membaca.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah latar belakang dan pengalaman
siswa di rumah serta kondisi sosio-ekonomi keluarga. Latar belakang keluarga
yang harmonis dan memiliki kegemaran membaca akan memberikan dorongan
anak untuk ikut membaca sehingga timbullah pengalaman pada diri anak. Tingkat
sosio-ekonomi keluarga dalam hal ini adalah kemampuan orang tua untuk
menyediakan bacaan. Faktor sosio-ekonomi juga berkaitan dengan lingkungan
rumah siswa. Semakin tinggi status sosio-ekonomi, siswa biasanya akan semakin
tinggi kemampuan verbalnya.
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dimaksud adalah motivasi, minat, serta kematangan
sosio-emosi dan penyesuaian diri. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dapat
menimbulkan kecintaan/minat terhadap membaca. Minat merupakan suatu kondisi
yang dihubungkan dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan
faktor luar diri . Dalam hal membaca, maka minat dapat timbul dalam diri siswa
secara mandiri, dan dapat pula muncul akibat adanya pengaruh dari luar diri
siswa. Kematangan sosio-emosi sangat berpengaruh terhadap emosi, kepercayaan
diri anak pada aktivitas membaca, serta berpengaruh pada keaktifan siswa dalam
proses diskusi hasil bacaan.
2.12

Implementasi Asesmen Membaca Permulaan


Asesmen merupakan kegiatan terpenting dari pembelajaran membaca

permulaan yang digunakan untuk menginformasikan kondisi siswa dalam suatu


pembelajaran. Langkah pertama ketika hendak menerapkan pembelajaran
membaca yang baik adalah menentukan keterampilan dasar siswa. Siswa masuk di
18

Sekolah Dasar dengan latar belakang dan keterampilan literasi yang berbeda,
bahkan beberapa siswa mungkin memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itu
diperlukan desain pembelajaran membaca permulaan yang mampu memenuhi
kebutuhan masing-masing siswa. Kebutuhan individu tersebut dapat ditentukan
melalui hasil asesmen. Rhodes & Shanklin (dalam The Access Center, 2012)
menyatakan bahwa asesmen menyediakan berbagai informasi bagi guru yang
dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran untuk semua
siswa, termasuk siswa penyandang cacat atau berkebutuhan khusus.
Asesmen adalah satu kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu
proses untuk mengumpulkn informasi tentang apa yang anak-anak tahu. Dua hal
yang dapat menggambarkan proses tersebut yaitu pengujian (testing) dan
pemeriksaan (screening) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun:
http://boardman.k12.oh.us). Berkaitan dengan membaca permulaan pada anak,
ada beberapa cara di mana guru dapat belajar tentang apa yang anak ketahui,
yaitu:
1) dengan mengamati anak sepanjang hari di sekolah dan merekam informasi
(observasi);
2) dengan aktif mendengarkan apa yang dibicarakan anak dan mempelajari lebih
banyak tentang minat yang ditunjukkan anak (observasi);
3) dengan mengumpulkan pekerjaaan anak selama jangka waktu tertentu untuk
ditinjau (portofolio);
4) dengan duduk bersama anak dan meminta mereka untuk menunjukkan apa
yang mereka ketahui melalui gambar, mengulang kata atau kalimat, serta
menyalin kata-kata (tes);
5) dengan bertanya kepada orang tua, apakah mereka telah menyadari
ketertarikan anaknya pada buku, surat-surat, dan menulis (angket atau
wawancara) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun:
http://boardman.k12.oh.us).
Adapun secara khusus kegiatan asesmen membaca permulaan pada anak
(dalam Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us)
terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi.
1) Meminta anak mengidentifikasi huruf
19

Pada kegiatan ini, guru akan bertanya untuk mengidentifikasi huruf


alphabet. Guru akan mengarahkan siswa pada satu huruf dan bertanya kepada
mereka huru apa itu. Kegiatan ini terdiri dari dua bagian yaitu mengidentifikasi
huruf kapital dan huruf non kapital. Skor siswa mengindikasikan berapa banyak
huruf yang dikenali dan dapat disebutkan.

2) Meminta siswa menjawab pertanyaan siapa, apa, kapan, mengapa, dan


bagaimana
Dalam kegiatan ini, anak diminta menjawab tiga pertanyaan, misalnya
Mengapa kamu sikat gigi? atau Di mana kamu makan siang?. Guru kemudian
menunggu jawaban anak selama beberapa detik, dan kemudian mencatat apa yang
dikatakan anak-anak. Dalam hal ini, guru tidak terpaku dengan satu jawaban
benar, namun guru lebih melihat apakah anak menjawab pertanyaan mengapa
dengan jawaban berupa alasan dan pertanyaan di mana dengan jawaban yang
menyebutkan tempat.
3) Meminta anak mengulangi kalimat
Dalam kegiatan ini terdiri dari empat item. Di mana untuk setiap item,
anak akan diminta mendengarkan dan mengulangi kalimat. Misalnya, guru
mengatakan Doni anak pandai dan kemudian anak akan diminta mengulangi
kalimat tersebut.
4) Meminta anak untuk mengidentifikasi kata-kata berima sama
Dalam kegiatan ini, anak dihadapkan pada tujuh pertanyaan yang
membantu penilaian kata berima. Anak diminta untuk mengatakan apakah
terdapat dua kata yang terdengar sama satu sama lain, misalnya guru bertanya
Apakah kata sakti dan bakti memiliki kata yang terdengar sama satu sama lain?.
5) Meminta anak untuk menyebut sebuah kata yang menghasilkan rima yang
sama.
Dalam kegiatan menghasilkan kata berima, di sini siswa dihadapkan pada
lima pertanyaan. Menghasilkan kata berima adalah kemampuan untuk melihat
bahwa beberapa kata memiliki suara yang sama. Anak diminta untuk memberikan
sebuah kata yang bersuara sama dengan kata lain, misalnya guru mengatakan
20

maya dan meminta anak berpikir dan mengatakan kata lainnya yang memiliki
suara yang sama, mungkin anak akan merespon dengan raya atau daya.
6) Meminta anak mendengarkan dan mengidentifikasi suara kata-kata awal.
Pada kegiatan ini, guru meminta anak untuk menemukan gambar yang
mewakili sebuah kata yang dimulai dengan suara yang diberikan. Pertama, guru
akan memberikan satu set gambar yang terdiri dari empat buah gambar. Kemudian
, guru akan menanyakan kepada anak gambar yang dimulai dengan suatu bunyi
yaitu sebagai target atau gambar pertama. Misalnya guru menarik perhatian siswa
dengan gambar baju, lalu menjelaskan bahwa kata baju dimulai dengan kata ba.
Setelah itu, guru akan meminta anak untuk menemukan gambar sesuatu yang
dimulai dengan suara yang sama seperti baju. Respon yang benar dalam contoh
ini, anak akan menunjukkan gambar batu.
2.13

Pengembangan Instrumen Asesmen Membaca Permulaan


Sebelum membuat suatu instrumen asesmen membaca permulaan. seorang

guru harus memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen. Dalam
menetapkan ruang lingkup, guru harus mampu menetapkan indikator-indikator
apa saja yang hendak dinilai. Instrumen membaca permulaan dapat disusun
berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut:
1. kesadaran akan bunyi bahasa,
2. kesadaran simbol bahasa,
3. kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa.
Dari ruang lingkup tersebut, kemudian disusunlah indikator instrumen
membaca permulaan sebagai berikut.
Tabel 2.5 Indikator Asesmen Membaca Permulaan
ASPEK
A. Kesadaran bunyi bahasa
1. Bunyi Fonem
1.1. Fonem vocal
1.2. Fonem Konsonan

BUTIR INSTRUMEN
1.1. membunyikan fonem vocal
/a/,/i/,/e/,/o/,/u/
1.2. membunyikan fonem konsonan
/b/,/c/,/d/,
/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v/
/w/,/x/,/y/,/z/
21

ASPEK
1.3. fonem (vocal rangkap/diftong)
2. Bunyi Morfem :
2.1. morfem dasar
2.2. afik-frefik (awalan dan akhiran)
B. Kesadaran symbol bahasa :
1. Simbol huruf (fonem)
1.1. Symbol dari vocal
1.2. Simbol dari konsonan

1.3. Simbol diftong


2. Symbol Morfem :
2.1. morfem dasar
2.2. afik-frefik (awalan dan akhiran)

BUTIR INSTRUMEN
1.3. membunyikan /ng/, /ny/, /oi/, dan /au/
2.1. membunyikan kata dasar ; missal:
makan, lari
2.2. membunyikan : kata yang mengandung
me,ber, ke-an, pe-an, ; memakan, pemakan,
pelarian, berlari, dll
1.1. menunjukkan symbol dari fonem :
/a/,/i/, /e/, /o/,/u/
1.2. menunjukkan symbol dari fonem
konso- nan ;
/b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,
/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v/,/w/,/x/,/y/,/z/
1.3. menunjukkan symbol diftong ; /ng/,
/ny/, /oi/, dan /au/
2.1. menunjukkan kata dasar ; makan dari
kata kata ; ikan , makan, makam
2.2. menunjukkan kata yang mengandung
awalan, akhiran, awalan dan akhiran dari
kata: makan, lari,
Seperti; pemakan, makanan,
berlari, pelarian, dll
Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)

Jika indikator sudah jelas, selanjutnya akan dikembangkan ke dalam


instrumen sebagai berikut.
Tabel 2.6 Instrumen Asesmen Membaca Permulaan
Nama
Kelas
Hari/Tanggal
Alamat Sekolah

:
:
:
:

Nama Asesor :

Dapat
(Skor 1)

A. Kesadaran akan bunyi bahasa


1. Pinta anak untuk menunjukkan bunyi huruf
vokal:
/a/, /i/,/u/,/e/,/o/
2. Pinta anak untuk menunjukkan gambar yang
diawali dari vocal /i/ pada gambar :
22

Tidak dapat
(Skor 0)

Gambar
Apel

Gambar
Ikan

Gambar
Unta

Gambar
Elang

3. Pinta anak untuk menunjukkan huruf konsonan


dari masing-masing konsonan :
/b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,
/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/, /y/,/z/
4. Pinta anak untuk menunjukkan huruf
konsonan /b/ dari konsonan /g/,/d/,/b/, dan /p/
5. Pinta anak untuk menunjukkan huruf-huruf
konsonan pada gambar yang diawali dari
konsonan :/b/,/c/,/d/,/f/,/g/, /h/,/j/,/k/,
/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/,/y/,/z/
Misalnya: buku untuk /b/, cabe untuk /c/, duren
untuk /d/, fanta untuk /f/ dst.
6. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
mengandung unsur vocal rangkap pada gambar
seperti ; ngantuk, pulang, tangki, nyamuk,
minyak, pulau, aula, piala, dll
7. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
berakhiran /au/ dari tiga gambar; pulau, piala dan
aula
8. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
berawalan /ng/ dari tiga gambar ; cangkul,
ngantuk, pulang
9. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki awalan ber dari tiga gambar ; berjalan,
lari, jongkok
10. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki akhiran an pada tiga gambar ; makan,
sayuran, buah
11.Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki awalan dan akhiran pe-an pada dua
gambar : perpisahan, menangis
Dapat
(Skor 1)

B. Kesadaran akan symbol bahasa


1. Pinta anak untuk menunjukkan symbol dari
huruf vocal /e/:
dari symbol-simbol huruf ; /a/, /i/,/u/,/e/,/o/
2. Pinta anak untuk menunjukkan gambar mana
yang memiliki vocal /a/ pada awal dan vocal /a/
pada akhir kata dari gambar :
Gambar
Apel

Gambar
Ikan

Gambar
Unta

Gambar
Elang

23

Tidak dapat
(Skor 0)

3. Pinta anak untuk menunjukkan symbol huruf


konsonan /b/ dari konsonan /g/,/d/,/b/, dan /p/
4. Pinta anak untuk menuliskan (meniru) 6 huruf
konsonan dari masing-masing konsonan
/b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/, /k/,/l/,/m/, /n/,
/p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/, /y/,/z/
5. Pinta anak untuk menuliskan huruf-huruf
konsonan pada gambar yang diawali dari
konsonan :/b/,/c/,/d/,/f/,/g/, /h/,/j/,/k/,
/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/,/y/,/z/
Misalnya: buku untuk /b/, cabe untuk /c/, duren
untuk /d/, fanta untuk /f/ dst.
6. Pinta anak untuk menuliskan kata satu kata
yang mengandung unsur vocal rangkap /ng/,
/ny/, /au/ pada gambar seperti ; ngantuk, pulang,
tangki, nyamuk, minyak, pulau, aula, piala, dll
7. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
berakhiran /au/ dari tiga kata yang dibacakan ;
pulau, piala dan aula
8. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki awalan /ng/ dari tiga kata yang
dibacakan ; cangkul, ngantuk, pulang
9. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki awalan ber dari tiga kata yang dibacakan
; berjalan, lari, jongkok
10. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki akhiran an pada tiga kata yang
dibacakan ; masak, masakan, buah
11.Pinta anak untuk menunjukkan kata yang
memiliki awalan dan akhiran pe-an pada dua
gambar : perpisahan, menangis
Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)
Pengembangan instrumen juga dapat dilakukan dalam bentuk kualitatif,
sebagai berikut.

Tabel 2.7 Instrumen Asesmen Membaca Permulaan (Kualitatif)


Aspek
A. Kesadaran akan bunyi dan symbol
bahasa

24

Respon

Aspek
1) Mengenal bentuk dan lapal huruf
(vocal: /a/,/i/,/u/,/e/,/o/ )

Respon

2) Menganal bentuk dan lapal huruf


(konsonan)
3) Menganal bentuk dan lapal huruf
gabungan k-v (ba-ki, bu-ku dll)
4) Menganal bentuk dan lapal huruf
gabungan v-k-v (ibu, aku, ani dll)
5). Mengenal bentuk dan lapal huruf
gabungan k-v-k (ba- pak, ka-tak )
6) Menganal bentuk dan lapal huruf
pada kata dasar ( mobil, pasar, dll)
7) Mengenal benuk dan lapal huruf :
pada kata yang mengandung afik :
(mencuci, bernyanyi, dll)
8) Mengenal bentuk dan lapal huruf : pada
kata yang mengandung : afekfrefik(menyanyikan, berlarian )
9) Mengenal bentuk dan lapal huruf :
pada kata yang mengandung diftong
(siang, ngantuk, cangkul, dll)
B. Cara dan kebiasaan dalam membaca
1. mengaja :
a). dieja tanpa hambatan
b).kesulitan menggabungkan ejaan (b-a
menjadi eb-a, l-a menjadi el-a)
c) kesulitan menggabungkan dua suku kata
yang dieja (ba -- tu,..)
2. cara dan kebiasaan dalam membaca kata
a). Mengulang-ngulang di awal kata
(batu= ba-ba- ba tu )
b). Menebak-nebak kata
c). cenderung dibaca dalam hati sehingga
nampak komat-kamit
3. cara dan kebiasaan dalam membaca
kalimat :
a). Menghilangkan huruf atau kata (bunga

25

Aspek
itu merah dibaca bunga merah)
b). Menambah kata (bunga merah dibaca
bunga itu merah)
c) Mengganti kata ( ayah membaca koran
dibaca bapak)
d) mengganti ejaan (ibu memasak nasi
dibaca (ibu menanak nasi)
e) Mengulang-ngulang kata (ibu masak
nasi dibaca ibu-ibu
f) membalikan urutan kata (ibu pergi ke
pasar dibaca ibu ke pasar pergi)
g) Tidak memperhatikan tanda baca
h) Nampak ragu dalam membaca (selalu
melihat guru )
i) Membaca tersendat-sendat (Bu ita
pulang dibaca Bu.i..tapu...la..ng)
C. Perilaku dalam membaca
1) menunjuk setiap kata yang dibaca
2) selalu melihat guru (terkesan minta
diyakinkan )
3).menelusuri semua bacaan ke bawah
4) cenderung melihat pada gambar
5) nampak gelisah dan tidak bisa lama
6) nampak berkeringat dan tidak mau diam
7) cenderung minta berhenti atau meminta
aktivitas lain (mencari alasan)
8) cenderung beralih perhatiaan saat
membaca
9) Cenderung menolak dengan
memperlihatkan aksi terentu
10) cenderung menggerakkan kepala dan
bukan mata
11) cenderung menguasai teks bacaan dari
iklan atau TV dari pada teks pada buku
atau yang diberikan guru
12) cenderung memegang benda saat
membaca
13) cendeung minta dipegang atau
memegang tangan guru saat membaca

26

Respon

Aspek

Respon

Catatan lain yang khas saat membaca:


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)
2.14

Fungsi Asesmen Membaca Permulaan


Asesmen membaca permulaan memiliki beberapa fungsi penting dalam

pengembangan pembelajaran maupun program kurikulum yang lebih baik bagi


perkembangan anak.
1. Hasil asesmen sebagai refleksi pengembangan pembelajaran
Respon anak terhadap asesmen yang dilakukan akan memberikan
gambaran kecil beberapa hal yang dia tahu dan bisa lakukan dengan kata-kata dan
huruf pada saat usia kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar. Informasi ini dapat membantu
orang tua dan guru dalam membuat keputusan yang baik tentang bagaimana
caranya untuk mendukung perkembangan membaca anak. Guru akan
menggunakan hasil asesmen untuk memutuskan apakah penilaian lain diperlukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kesulitan yang dapat mengganggu
perkembangan membaca anak (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun:
http://boardman.k12.oh.us).
2. Hasil asesmen sebagai refleksi pengembangan program kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum baru, sangat perlu
memperhatikan hasil asesmen siswa, begitu pula untuk hasil asesmen membaca
permulaan. Informasi yang terkumpul berdasarkan hasil asesmen dianalisis, untuk
kemudian dilihat lebih lanjut apakah terjadi kesenjangan antara apa yang
dibutuhkan anak dengan proses pembelajaran yang selama ini dituntut dalam
kurikulum atau dalam program yang telah dibuat. Susunlah hasil asesmen tadi
secara berurutan dari yang telah, sampai kepada yang belum dikuasai, dari yang
diprediksi akan mudah diselesaikan sampai kepada yang dianggap sulit untuk
dikerjakan anak. Selanjutnya analisis kurikulum atau program yang telah dibuat
27

sebelumnya, diselaraskan dengan hasil asesmen sebagaimana materi yang terdapat


pada kurikulum atau program sebelumnya, sehingga tersusunlah program
pembelajaran hasil penyelarasan antara kurikulum dengan hasil asesmen
(Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu).

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spelling sering dikenal dengan nama metode eja (Spelling Method).
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara pengucapan dalam berbahasa khususnya
spelling yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial dan faktor motivasi.
Assesment spelling yaitu cara penilaian siswa yang diukur melalui pengucapan
secara vokal maupun konsonan dengan menggunakan alat artikulasi dengan cara
yang tepat dan benar sesuai dengan cara pengucapannya. Dalam menyusun
assesment spelling dapat menggunakan skala, misalnya dengan menggunakan
lembar ceklist maupun dengan menggunakan skala likert sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan. Fungsi dilakukannya asesmen spelling ini adalah sebagai
bahan untuk mengetahui kemampuan spelling siswa, dengan harapan dapat
membantu guru dalam mengidentifiakasi kebutuhan belajar siswa selanjutnya
serta guna memberikan pembelajaran yang lebih baik.
Membaca permulaan adalah tingkat membaca untuk memahami tulisan
sebagai produk visual bahasa, maka dari itu sering disebut sebagai tingkat belajar
membaca (lerning to read). Pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar
diberikan secara bertahap yaitu pramembaca dan membaca. Tujuan membaca
permulaan adalah untuk mengenali lambang-lambang atau simbol-simbol bahasa,
mengenal kata dan kalimat, menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, serta
menceritakan kembali isi bacaan yang pendek/sederhana. Sebagai suatu
kemampuan yang mendasari kemampuan selanjutnya, membaca permulaan
merupakan suatu hal yang penting. Instrumen membaca permulaan dapat disusun
berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut:kesadaran akan bunyi bahasa;
28

kesadaran simbol bahasa; kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa.
Asesmen membaca permulaan memiliki beberapa fungsi penting dalam
pengembangan pembelajaran maupun program kurikulum yang lebih baik bagi
perkembangan anak.
3.2 Saran
Banyak fungsi penting dari suatu hasil asesmen, terutama yang berkaitan
dengan kemampuan literasi anak. Sebaiknya, pembelajaran literasi di tingkat dasar
(baik spelling, membaca permulaan, menulis permulaan, dsb) harus ditekankan
pada hasil asesmen anak sebelumnya, sehingga anak benar-benar dapat belajar apa
yang mereka butuhkan dan apa yang mereka minati. Dengan demikian,
pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah bagi anak.
DAFTAR RUJUKAN
Algazali, S. 2011. Ejaan. (Online), (http://saidahalgazali.blogspot.com), diakses
29 Maret 2014.
Anonim. Tanpa Tahun. Word Their Way: Assessment. (Online), (http://mypearson
training.com), diakses 29 Maret 2014.
Cahyo. 2013. Cara Mudah Mengajari Anak Belajar Membaca. (Online),
(http://artikel.co/4216), diakses 29 Maret 2014.
Dmetzger. Tanpa Tahun. Word Study/Spelling. (Online),
(http://readingandwritingproject.com), diakses 29 Maret 2014.
Hairuddin, Puspita, L, Mirizon, S dan Zahra, A. 2007. Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Halimah, L. 2007. Menumbuhkembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD
melalui Penerapan Quantum Teaching dalam Pembelajaran Terpadu.
(Online), (http://file.upi.edu), diakses 29 Maret 2014.
Harianto, Ha. 2014. Rahasia Belajar Lulusan Terbaik Bard High School. Depok:
Puspa Swara.
Harsiati, T. 2013. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM PRESS).
31

Holic, M. 2011. Perencanaan Alat Evaluasi Keterampilan Membaca. (Online),


(http://monic-holic.blogspot.com), diakses 23 Maret 2014.
Istarocha. 2012. Bab II Hakikat Membaca Permulaan. (Online),
(http://eprints.uny.ac.id), diakses 22 Maret 2014.
Kennedy, E, Dunphy, E, Dwyer, B, Hayes, G, McPhillips, T, Marsh, J, OConnor,
M & Shiel, G. 2012. Literacy in Early Childhood and Primary Education.
Dublin: National Council for Curriculum and Assessment.
Kusnawanto. 2009. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I
SD dengan Metode Mueller. (Online), (http://library.um.ac.id), diakses 22
Maret 2014.
Mulyanti, Y. Tanpa Tahun. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.
(Online), (http://file.upi.edu), diakses 22 Maret 2014.
Ohio Department of Education. Tanpa Tahun. A Family Guide to Understanding
Early Reading Skills. (Online), (http://boardman.k12.oh.us), diakses 22
Maret 2014.
Permana, A. 2014. Pembelajaran Membaca Permulaan. (Online),
(http://eostudent-blogspot.com), diakses 28 Maret 2014.
Ratno, S. 2012. Bab 2 Kajian Teori.Pdf. (Online), (http://eprints.uny.ac.id),
diakses 23 Maret 2014.
Rochyadi, E. 2012. Asesmen. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 31 Maret
2014.
Sugiarsih, S. Tanpa Tahun. Membaca Permulaan. (Online), (http://staff.uny.ac.id),
diakses 29 Maret 2014.
The Access Center. 2012. Early Reading Assessment: A Guiding Tool for
Instruction. (Online), (http://readingrockets.org/article/14510), diakses 30
Maret 2014.
Valentine, F. 2013. Tahapan Belajar Membaca. (Online),
(http://watashii.co.vu/2013/10/tahapan-belajar-membaca.html), diakses 29
Maret 2014.

33

34

Anda mungkin juga menyukai