MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Pembelajaran
Yang dibina oleh Dr. Titik Harsiati, M.Pd.
Oleh:
Rima Trianingsih
132103818610
Titi Anjarini
132103818635
KELAS A
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Implementasi Asesmen di Sekolah Dasar (Mengamati
Perkembangan Spelling dan Membaca Permulaan). Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.
1. Ibu Dr. Titik Harsiati, M.Pd, selaku dosen pembina Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran.
2. Orang tua yang selalu memberi semangat dan doa.
3. Pemakalah bab-bab sebelumnya yang memberi dorongan untuk menjadi lebih
baik.
Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua.
Malang, 1 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................
2.1
2.2
Spelling ....................................................................................
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
12
2.8
13
2.9
15
16
18
19
22
28
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................
30
3.1
Kesimpulan .............................................................................
30
3.2
Saran ........................................................................................
31
32
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1
2.2
10
2.3
11
2.4
12
2.5
22
2.6
23
2.7
26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di awal usia sekolah yaitu kelas I dan II Sekolah Dasar (SD), anak masih
berada pada tahap adaptasi terhadap lingkungan barunya. Berusaha beradaptasi
dari lingkungan bermain di TK ke lingkungan sekolah di SD. Kondisi ini mungkin
akan sulit bagi beberapa siswa, namun banyak pula yang melewatinya dengan
mudah. Pada tahap ini pula seorang anak akan belajar tentang kemampuan literasi
(melek huruf). Di dalam pembelajaran literasi di kelas I dan II dapat diajarkan
melalui spelling, membaca permulaan, maupun menulis permulaan. Ketiga hal
tersebut sangatlah penting untuk diajarkan agar anak dapat mengenal huruf,
melafalkan serta merangkai kata dan menuliskannya dalam sebuah kalimat
sederhana. Kemampuan awal ini juga yang akan menentukan kemampuan anak
pada tingkat yang lebih tinggi karena spelling, membaca permulaan maupun
menulis permulaan berada pada tingkat rendah.
Berbicara mengenai spelling, tentunya akan terbayang ketika mulut
berusaha untuk melafalkan suatu huruf atau kata dengan artikulasi yang tepat dan
4
benar. Pada saat itu, anak benar-benar diajarkan untuk memahami bunyi bahasa.
Selanjutnya, anak akan mengenal membaca permulaan yaitu kemampuan
membaca tingkat rendah, ketika anak masih belajar untuk membaca. Di sini, anak
akan belajar untuk memahami simbol dan bunyi bahasa serta memahami
hubungan antara keduanya.
Ketika spelling dan membaca permulaan diajarkan di SD kelas I dan II,
banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan guna mendukung
tercapainya pembelajaran yang katif dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu hal
yang penting adalah mengenai bentuk asesmen dan instrumennya yang akan
dikembangkan dan digunakan dalam proses asesmen spelling dan membaca
permulaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan baik karena hasil asesmen
sangat penting bagi refleksi bersama terhadap pembelajaran baik untuk orang tua
maupun guru. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
Implementasi Asesmen Di Sekolah Dasar (Mengamati Perkembangan Spelling
Dan Membaca Permulaan).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada makalah ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah hakikat spelling?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan spelling?
3. Bagaimanakah perkembangan spelling di Sekolah Dasar?
4. Apakah tujuan pembelajaran spelling?
5. Bagaimanakah implementasi asesmen spelling?
6. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen spelling?
7. Apa sajakah fungsi asesmen spelling?
8. Bagaimanakah halikat membaca?
9. Bagaimanakah perkembangan membaca permulaan di Sekolah Dasar?
10. Apakah tujuan dan pentingnya membaca permulaan?
11. Apa sajakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
permulaan?
12. Bagaimanakah implementasi asesmen membaca permulaan?
13. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen membaca permulaan?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Spelling
Pada dasarnya spelling dikenal dengan nama metode eja (Spelling
Method). Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf
demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan
harfiah.
Siswa
mulai
diperkenalkan
dengan
lambang-lambang
huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
3
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
: Menyebutkan alpabet
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7
Tahap 8
Tahap 9
ditunjuk
Tahap 12 : Menyamakan kata ke benda/gambar.
Setelah itu anak membaca kartu dan menunjuk pada objek yang
dimaksud.
Tahap 13 : Identifikasi/menunjuk kata yang disebutkan guru
Tahap 14 : Mengeja kata-kata
Tahap 15 : Membaca kalimat
Tahap 16 : Menyamakan frase ke gambar
Tahap 17 : Pemahaman. Anak memahami apa yang dibacanya.
a. Siapa yang melakukan ?
b. Apa yang dilakukan ?
c. Di mana ?
d. Bagaimana/mengapa ?
Tahap 18 : Melakukan instruksi tertulis
a. Instruksi satu kata
b. Instruksi dua kata
c. Instruksi 3 kata
d. Kalimat lengkap
(Watashi, 2013: http://watashii.co.vu).
2.4
5) Dapat mempelajri kata demi kata dengan susunan huruf yang tidak sulit dan
mudah dipahami anak.
6) Anak akan mampu membaca lancar karena dilakukan secara bertahap
(Anonim, Tanpa Tahun: http://artikel.co/4216/cara-mudah-mengajari-anakbelajar-membaca.html).
2.5 Implementasi Asesmen Spelling
Berikut ini penerapan asesment spelling di sekolah dasar terutama kelas
satu yang antara lain dipaparkan dalam instrumen sebagai berikut.
Tabel 2.1 Instrumen Asesmen Spelling
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Siswa mengeja
TIDUR
KAPAL
HUJAN
MAMA
IBU
BOLA
BIBI
MEJA
MATA
KAKI
Kata
TI-DUR
KA-PAL
HU-JAN
MA-MA
I-BU
BO-LA
BI-BI
ME-JA
MA-TA
KA-KI
pagi hari yaitu Kukuruyuk, bagaimana suara bebek yaitu Wek-wek dan
seterusnya. Berikut ini daftar yang menunjukan penilaian pengucapan kosakata.
Tabel 2.2 Pentunjuk Tahapan Mengeja di SD
10
11
d.
e.
13
dan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan kelas II dengan
menekankan pada keterampilan atau proses mekanis. Mulyati (Tanpa Tahun:
http://file.upi.edu) menyatakan bahwa membaca permulaan lebih berorientasi
pada kemampuan membaca tingkat rendah yaitu kemampuan literasi (melek
huruf). Proses belajar membaca permulaan di kelas I dan II merupakan bagian dari
masa peralihan anak dari dunia bermain di TK atau di rumah ke dunia sekolah.
Oleh karena itu, pengajaran hanya sebatas anak-anak dapat mengubah dan
melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada
tingkat membaca permulaan ini terdapat suatu kemungkinan seorang anak dapat
melafalkan huruf yang dibacanya tanpa memahaminya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa membaca permulaan diajarkan pada kelas I dan II Sekolah Dasar dengan
mengutamakan kemampuan anak untuk mengenal rangkaian huruf dan kata
melalui bunyi-bunyi bahasa (menyuarakan secara lisan).
Kennedy, et.al (2012) menjelaskan bahwa strategi terbaik untuk
mengajarkan literasi (melek huruf) adalah dengan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan keterampilan penting dalam konteks yang
bermakna. Dalam keterampilan membaca permulaan, guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca nyaring berbagai jenis teks, bermain
khayalan, membaca teks bersama-sama, membaca teks dengan dibimbing guru,
membaca teks yang dipilih sendiri secara mandiri. Supriyadi, dkk (dalam Ratno,
2012) menjelaskan bahwa membaca permulaan di Sekolah Dasar merupakan
proses melatih siswa terhadap beberapa keterampilan bahasa, diantaranya: latihan
lafal (baik vokal maupun konsonan), latihan nada, latihan penguasaan tanda-tanda
baca, latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide, latihan
kecepatan mata, latihan ekspresi (membaca dengan perasaan). Melalui membaca
pemahaman ini diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat,
dan mampu membaca dalam berbagai konteks.
Darmiyati dan Budiasih (dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa
pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap
yaitu.
1. Pramembaca
15
suatu proses yang rumit dan kompleks, artinya di dalamnya terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Lamb & Arnold (dalam Ratno, 2012),
kemampuan membaca baik permulaan maupun lanjut dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, jenis kelamin, dan kelelahan. Kesehatan fisik yaitu kesehatan alat
berbicara, penglihatan, dan pendengaran. Pertimbangan neurologis yaitu adanya
kemungkinan keterbatasan neurologis (cacat otak) serta kekurang matangan
17
secara fisik. Faktor kelelahan yaitu kondisi di mana siswa tidak dalam kondisi
bagus untuk membaca.
2. Faktor intelektual
Faktor intelektual yaitu kemampuan individu sesuai dengan tujuan, cara
berpikir rasional, serta tindakan yang serasi dan efektif terhadap lingkungan.
Semakin tinggi intelegensi, anak akan semakin mudah untuk dilatih melalui
pengalaman, di antara membaca.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah latar belakang dan pengalaman
siswa di rumah serta kondisi sosio-ekonomi keluarga. Latar belakang keluarga
yang harmonis dan memiliki kegemaran membaca akan memberikan dorongan
anak untuk ikut membaca sehingga timbullah pengalaman pada diri anak. Tingkat
sosio-ekonomi keluarga dalam hal ini adalah kemampuan orang tua untuk
menyediakan bacaan. Faktor sosio-ekonomi juga berkaitan dengan lingkungan
rumah siswa. Semakin tinggi status sosio-ekonomi, siswa biasanya akan semakin
tinggi kemampuan verbalnya.
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dimaksud adalah motivasi, minat, serta kematangan
sosio-emosi dan penyesuaian diri. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dapat
menimbulkan kecintaan/minat terhadap membaca. Minat merupakan suatu kondisi
yang dihubungkan dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan
faktor luar diri . Dalam hal membaca, maka minat dapat timbul dalam diri siswa
secara mandiri, dan dapat pula muncul akibat adanya pengaruh dari luar diri
siswa. Kematangan sosio-emosi sangat berpengaruh terhadap emosi, kepercayaan
diri anak pada aktivitas membaca, serta berpengaruh pada keaktifan siswa dalam
proses diskusi hasil bacaan.
2.12
Sekolah Dasar dengan latar belakang dan keterampilan literasi yang berbeda,
bahkan beberapa siswa mungkin memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itu
diperlukan desain pembelajaran membaca permulaan yang mampu memenuhi
kebutuhan masing-masing siswa. Kebutuhan individu tersebut dapat ditentukan
melalui hasil asesmen. Rhodes & Shanklin (dalam The Access Center, 2012)
menyatakan bahwa asesmen menyediakan berbagai informasi bagi guru yang
dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran untuk semua
siswa, termasuk siswa penyandang cacat atau berkebutuhan khusus.
Asesmen adalah satu kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu
proses untuk mengumpulkn informasi tentang apa yang anak-anak tahu. Dua hal
yang dapat menggambarkan proses tersebut yaitu pengujian (testing) dan
pemeriksaan (screening) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun:
http://boardman.k12.oh.us). Berkaitan dengan membaca permulaan pada anak,
ada beberapa cara di mana guru dapat belajar tentang apa yang anak ketahui,
yaitu:
1) dengan mengamati anak sepanjang hari di sekolah dan merekam informasi
(observasi);
2) dengan aktif mendengarkan apa yang dibicarakan anak dan mempelajari lebih
banyak tentang minat yang ditunjukkan anak (observasi);
3) dengan mengumpulkan pekerjaaan anak selama jangka waktu tertentu untuk
ditinjau (portofolio);
4) dengan duduk bersama anak dan meminta mereka untuk menunjukkan apa
yang mereka ketahui melalui gambar, mengulang kata atau kalimat, serta
menyalin kata-kata (tes);
5) dengan bertanya kepada orang tua, apakah mereka telah menyadari
ketertarikan anaknya pada buku, surat-surat, dan menulis (angket atau
wawancara) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun:
http://boardman.k12.oh.us).
Adapun secara khusus kegiatan asesmen membaca permulaan pada anak
(dalam Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us)
terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi.
1) Meminta anak mengidentifikasi huruf
19
maya dan meminta anak berpikir dan mengatakan kata lainnya yang memiliki
suara yang sama, mungkin anak akan merespon dengan raya atau daya.
6) Meminta anak mendengarkan dan mengidentifikasi suara kata-kata awal.
Pada kegiatan ini, guru meminta anak untuk menemukan gambar yang
mewakili sebuah kata yang dimulai dengan suara yang diberikan. Pertama, guru
akan memberikan satu set gambar yang terdiri dari empat buah gambar. Kemudian
, guru akan menanyakan kepada anak gambar yang dimulai dengan suatu bunyi
yaitu sebagai target atau gambar pertama. Misalnya guru menarik perhatian siswa
dengan gambar baju, lalu menjelaskan bahwa kata baju dimulai dengan kata ba.
Setelah itu, guru akan meminta anak untuk menemukan gambar sesuatu yang
dimulai dengan suara yang sama seperti baju. Respon yang benar dalam contoh
ini, anak akan menunjukkan gambar batu.
2.13
guru harus memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen. Dalam
menetapkan ruang lingkup, guru harus mampu menetapkan indikator-indikator
apa saja yang hendak dinilai. Instrumen membaca permulaan dapat disusun
berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut:
1. kesadaran akan bunyi bahasa,
2. kesadaran simbol bahasa,
3. kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa.
Dari ruang lingkup tersebut, kemudian disusunlah indikator instrumen
membaca permulaan sebagai berikut.
Tabel 2.5 Indikator Asesmen Membaca Permulaan
ASPEK
A. Kesadaran bunyi bahasa
1. Bunyi Fonem
1.1. Fonem vocal
1.2. Fonem Konsonan
BUTIR INSTRUMEN
1.1. membunyikan fonem vocal
/a/,/i/,/e/,/o/,/u/
1.2. membunyikan fonem konsonan
/b/,/c/,/d/,
/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v/
/w/,/x/,/y/,/z/
21
ASPEK
1.3. fonem (vocal rangkap/diftong)
2. Bunyi Morfem :
2.1. morfem dasar
2.2. afik-frefik (awalan dan akhiran)
B. Kesadaran symbol bahasa :
1. Simbol huruf (fonem)
1.1. Symbol dari vocal
1.2. Simbol dari konsonan
BUTIR INSTRUMEN
1.3. membunyikan /ng/, /ny/, /oi/, dan /au/
2.1. membunyikan kata dasar ; missal:
makan, lari
2.2. membunyikan : kata yang mengandung
me,ber, ke-an, pe-an, ; memakan, pemakan,
pelarian, berlari, dll
1.1. menunjukkan symbol dari fonem :
/a/,/i/, /e/, /o/,/u/
1.2. menunjukkan symbol dari fonem
konso- nan ;
/b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,
/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v/,/w/,/x/,/y/,/z/
1.3. menunjukkan symbol diftong ; /ng/,
/ny/, /oi/, dan /au/
2.1. menunjukkan kata dasar ; makan dari
kata kata ; ikan , makan, makam
2.2. menunjukkan kata yang mengandung
awalan, akhiran, awalan dan akhiran dari
kata: makan, lari,
Seperti; pemakan, makanan,
berlari, pelarian, dll
Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)
:
:
:
:
Nama Asesor :
Dapat
(Skor 1)
Tidak dapat
(Skor 0)
Gambar
Apel
Gambar
Ikan
Gambar
Unta
Gambar
Elang
Gambar
Ikan
Gambar
Unta
Gambar
Elang
23
Tidak dapat
(Skor 0)
24
Respon
Aspek
1) Mengenal bentuk dan lapal huruf
(vocal: /a/,/i/,/u/,/e/,/o/ )
Respon
25
Aspek
itu merah dibaca bunga merah)
b). Menambah kata (bunga merah dibaca
bunga itu merah)
c) Mengganti kata ( ayah membaca koran
dibaca bapak)
d) mengganti ejaan (ibu memasak nasi
dibaca (ibu menanak nasi)
e) Mengulang-ngulang kata (ibu masak
nasi dibaca ibu-ibu
f) membalikan urutan kata (ibu pergi ke
pasar dibaca ibu ke pasar pergi)
g) Tidak memperhatikan tanda baca
h) Nampak ragu dalam membaca (selalu
melihat guru )
i) Membaca tersendat-sendat (Bu ita
pulang dibaca Bu.i..tapu...la..ng)
C. Perilaku dalam membaca
1) menunjuk setiap kata yang dibaca
2) selalu melihat guru (terkesan minta
diyakinkan )
3).menelusuri semua bacaan ke bawah
4) cenderung melihat pada gambar
5) nampak gelisah dan tidak bisa lama
6) nampak berkeringat dan tidak mau diam
7) cenderung minta berhenti atau meminta
aktivitas lain (mencari alasan)
8) cenderung beralih perhatiaan saat
membaca
9) Cenderung menolak dengan
memperlihatkan aksi terentu
10) cenderung menggerakkan kepala dan
bukan mata
11) cenderung menguasai teks bacaan dari
iklan atau TV dari pada teks pada buku
atau yang diberikan guru
12) cenderung memegang benda saat
membaca
13) cendeung minta dipegang atau
memegang tangan guru saat membaca
26
Respon
Aspek
Respon
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spelling sering dikenal dengan nama metode eja (Spelling Method).
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara pengucapan dalam berbahasa khususnya
spelling yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial dan faktor motivasi.
Assesment spelling yaitu cara penilaian siswa yang diukur melalui pengucapan
secara vokal maupun konsonan dengan menggunakan alat artikulasi dengan cara
yang tepat dan benar sesuai dengan cara pengucapannya. Dalam menyusun
assesment spelling dapat menggunakan skala, misalnya dengan menggunakan
lembar ceklist maupun dengan menggunakan skala likert sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan. Fungsi dilakukannya asesmen spelling ini adalah sebagai
bahan untuk mengetahui kemampuan spelling siswa, dengan harapan dapat
membantu guru dalam mengidentifiakasi kebutuhan belajar siswa selanjutnya
serta guna memberikan pembelajaran yang lebih baik.
Membaca permulaan adalah tingkat membaca untuk memahami tulisan
sebagai produk visual bahasa, maka dari itu sering disebut sebagai tingkat belajar
membaca (lerning to read). Pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar
diberikan secara bertahap yaitu pramembaca dan membaca. Tujuan membaca
permulaan adalah untuk mengenali lambang-lambang atau simbol-simbol bahasa,
mengenal kata dan kalimat, menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, serta
menceritakan kembali isi bacaan yang pendek/sederhana. Sebagai suatu
kemampuan yang mendasari kemampuan selanjutnya, membaca permulaan
merupakan suatu hal yang penting. Instrumen membaca permulaan dapat disusun
berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut:kesadaran akan bunyi bahasa;
28
kesadaran simbol bahasa; kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa.
Asesmen membaca permulaan memiliki beberapa fungsi penting dalam
pengembangan pembelajaran maupun program kurikulum yang lebih baik bagi
perkembangan anak.
3.2 Saran
Banyak fungsi penting dari suatu hasil asesmen, terutama yang berkaitan
dengan kemampuan literasi anak. Sebaiknya, pembelajaran literasi di tingkat dasar
(baik spelling, membaca permulaan, menulis permulaan, dsb) harus ditekankan
pada hasil asesmen anak sebelumnya, sehingga anak benar-benar dapat belajar apa
yang mereka butuhkan dan apa yang mereka minati. Dengan demikian,
pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah bagi anak.
DAFTAR RUJUKAN
Algazali, S. 2011. Ejaan. (Online), (http://saidahalgazali.blogspot.com), diakses
29 Maret 2014.
Anonim. Tanpa Tahun. Word Their Way: Assessment. (Online), (http://mypearson
training.com), diakses 29 Maret 2014.
Cahyo. 2013. Cara Mudah Mengajari Anak Belajar Membaca. (Online),
(http://artikel.co/4216), diakses 29 Maret 2014.
Dmetzger. Tanpa Tahun. Word Study/Spelling. (Online),
(http://readingandwritingproject.com), diakses 29 Maret 2014.
Hairuddin, Puspita, L, Mirizon, S dan Zahra, A. 2007. Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Halimah, L. 2007. Menumbuhkembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD
melalui Penerapan Quantum Teaching dalam Pembelajaran Terpadu.
(Online), (http://file.upi.edu), diakses 29 Maret 2014.
Harianto, Ha. 2014. Rahasia Belajar Lulusan Terbaik Bard High School. Depok:
Puspa Swara.
Harsiati, T. 2013. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM PRESS).
31
33
34