TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.
Metabolisme besi
Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam
hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk
keperluan metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat besi
terikat dalam sistem retikuloendotelial (RES) di hepar dan sumsum tulang
sebagai depot besi (cadangan). Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam
transporting iron binding protein (transferin), sedangkan sebagian kecil sekali
didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada proses
metabolisme dalam tubuh. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan terganggu
pada penderita anemia defisiensi besi.16-19
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,
dimana zat besi digunakan secara terus- menerus. Sebagian besar zat besi
Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila
ternyata tubuh membutuhkannya. 24-26
Feritin merupakan salah satu protein kunci yang mengatur hemostasis
besi dan juga merupakan biomarker klinis yang tersedia secara luas untuk
mengevaluasi
defisiensi besi. Kadar feritin pada laki-laki dan wanita berbeda, pada laki-laki
dan wanita postmenopause kadar feritin kurang dari 300ng/ml , pada wanita
premonoupase kurang dari 200 ng/ml. 27,29,32
Tabel 2.2. Distribusi normal komponen besi pada pria dan wanita (mg/kg)20
Gambar 2.1. Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa Andrews, N. C., 1999.
Disorders of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).
dari
sumber
nabati,
tingkat
absorbsi
dan
sangat
kompleks.
Dikenal
adanya
mucosal
block
Gambar 2.2. Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC,New Engl J Med.
341:1986-1995, Copyright 1999 Massachusetts Medical Society. All rights
reserved.
2.1.4. Mekanisme regulasi absorbsi besi
Terdapat 3 mekanisme regulasi absorbsi besi dalam usus:25,26,29
1. Regulator dietetik : absorbsi besi dipengaruhi oleh jumlah kandungan
besi dalam makanan, jenis besi dalam makanan (besi heme atau non
heme), adanya penghambat atau pemacu absorbsi dalam makanan.
2. Regulator simpanan : Penyerapan besi diatur melalui besarnya
cadangan besi dalam tubuh.
mol setara dengan 300 g/dL. Dengan demikian hanya sepertiga bagian
dari transferin yang berikatan dengan besi, sehingga masih tersedia
cadangan yang cukup banyak untuk berikatan dengan besi apabila terjadi
kelebihan besi. Hal ini penting dalam diagnosis gangguan metabolisme
besi.17,34,35
Besi (Fe3+) di dalam plasma yang berikatan dengan apotransferin (Tf),
Fe-Tf akan berikatan dengan reseptor transferin (TfR) pada permukaan sel.
Kompleks TfR dan Fe3+ -Tf bersama DMT 1 di clathin-coated pit, mengalami
invaginasi membentuk endosom. Pompa proton di dalam endosom akan
menurunkan pH menjadi asam (5,5) mengakibatkan ikatan antara Fe3+ dan
apotransferin terlepas. Apotransferin tetap berikatan dengan TfR di
permukaan sel, sedangkan Fe3+ yang dilepaskan akan keluar melalui DMT 1
mitokondria
dan
disimpan.
Besi
dengan
protoporfirin
selanjutnya
2.1.6. Erythropoiesis
Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah (eritrosit) dan prekursor
eritroid. Unit fungsional dari sitem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang
berfungsi sebagai pembawa oksigen. Prekursor eritroid dalam sumsum
tulang berasal dari sel induk hemopoietik, melalui jalur sel induk myeloid,
kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E dan selanjutnya CFU-E.
Prekursor eritroid dalam sumsum tulang dikenal sebagai pronormoblast,
berkembang menjadi basophilic selanjutnya polychromatophilic normoblast
dan acidophilic (late) normoblast. Sel ini kemudian kehilangan intinya, masih
tertinggal sisa-sisa RNA, yang jika di cat dengan pengecatan khusus akan
tampak, seperti jala sehingga disebut retikulosit. Retikulosit akan dilepas ke
darah tepi, kehilangan sisa RNA sehingga menjadi erotrosit dewasa. Proses
ini dikenal sebagai eritropoiesis, yang terjadi dalam sumsum tulang.18,23,26
Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (life span) rata-rata
selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan
(senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem RES. Apabila
destruksi terjadi sebelum waktunya (<120 hari) maka proses ini disebut
sebagai hemolisis. Komponen eritrosit terdiri atas membran eritrosit, sistem
enzim
(pyruvat
kinase
dan
G6PD)
dan
hemoglobin
(alat
angkut
oksigen).11,26,29
Gambar 2.4. Eritropoiesis. Adapted from Bron et al. Semin Oncol.2001, and
Weiss et al. N Engl J Med.2005
Gambar diatas menjelaskan bahwa hanya Fe2+ yang terdapat dalam
transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam
sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang
tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi
yang terikat pada -globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga
berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 hari)
dihancurkan
sehingga
besinya
masuk
ke
dalam
jaringan
limpa
aliran
darah
ke
sumsum
tulang
untuk
digunakan
eritroblas
membentuk hemoglobin.11,18,23,34
terbentuknya
eritrosit
dengan
sitoplasma
yang
kecil
berhubungan dengan
kejadian infeksi dan inflamasi, hal ini digambarkan dengan perubahan kadar
feritin serum, zat besi serum, dan saturasi transferin pada saat fase akut.
Beberapa penelitian menunjukkan beberapa penanda proses inflamasi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan proses inflamasi yang berkaitan
dengan perubahan kadar zat besi dalam tubuh. Penelitian terbaru
menunjukkan penanda protein fase akut yang paling sering yaitu C-Reaktive
Protein.42
Protein fase akut memegang peran dalam proses inflamasi yang
kompleks. Konsentrasi protein fase akut akan meningkat secara signifikan
selama proses inflamasi akut misalnya adanya infeksi, tumor, tindakan
pembedahan, infark miokard. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
peningkatan sintesis di hati namun tidak dapat digunakan untuk menentukan
penyebab inflamasi. Pengukuran protein fase akut dapat digunakan untuk
mengamati progresivitas dari inflamasi serta melihat respon terapi dengan
menilai kapan protein fase akut mulai meningkat dan kapan kadar yang
tertinggi tercapai.43
Kadar CRP kan meningkat cepat pada infeksi disebut respon fase
akut. Peningkatan CRP berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
interleukin-6 (IL-6) didalam pasma yang sebagian besar diproduksi oleh
makrofag. Makrofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan
kadar zat besi dalam tubuh manusia. Makrofag membutuhkan zat besi untuk
memproduksi highly toxic hydroxyl radical , juga merupakan tempat
penyimpanan besi yang utama pada saat terjadi proses inflamasi. Sitokin,
radikal bebas, serta protein fase akut yang dihasilkan oleh hati akan
mempengaruhi homeostasis besi oleh makrofag dengan cara mengatur
ambilan dan keluaran besi sehingga akan memicu peningkatan retensi besi
dalam makrofag pada saat terjadi inflamasi. Besi juga mengatur aktivitas
sitokin, proliferasi, dan aktivitas limfosit sehingga diferensiasi dan aktivasi
makrofag akan terpengaruh.44
2.2.
Donor darah
Donor Darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka
rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah atau di UTD, dan
sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah.1,2,45,46 Mengenai pendonor
darah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7
tahun 2011 tentang pelayanan darah, Bab VI pasal 28-33.45
komersial:
menerima
uang/hadiah
untuk
darah
yang
2.
3.
4.
5.
Tekanan darah baik sistole antara 100-180 mmHg, diastole antara 60100 mmHg
2.2.3.1. Pada saat kapan harus menjadi pendonor darah yaitu 2,46 :
1. Setelah cabut gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh.
a. Pemberian informasi
Acid Citrate Dextrose ( ACD ) atau Citrate Phosphat Dextrose ( CPD ) dan
disimpan di lemari pendingin dengan suhu 40C. ACD dan CPD merupakan
anti koagulan yang banyak dipakai untuk menyimpan darah. Sitrat dalam
larutan berperan sebagai anti koagulan sedangkan dextrose berguna untuk
sumber energi bagi sel darah merah. Anti koagulan yang lain adalah heparin,
karena mempunyai waktu paruh yang singkat (4 jam), jarang digunakan.
Darah lengkap dengan anti koagulan ACD dan CPD masa simpan 21 hari
2.2.6.1. Flebotomi.
Flebotomi
meliputi
penusukan
vena
dan
pengambilan
darah.
Label pada kantong darah dan tabung harus diperiksa dengan teliti
sebelum dan sesudah pendonoran untuk mencegah terjadinya
kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi resipien.1,46,47,48,49
2.2.6.2. Hemaferesis.
Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada pengambilan
whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan menjadi komponenkomponen
darah,
penyimpanan
komponen
yang
diinginkan
dan
terhadap 2425 wanita dan pria, didapati dua pertiga pendonor reguler
perempuan (66%) dan pendonor reguler laki-laki (49%) menderita defisiensi
besi.50 Mittal dkk juga mendapatkan bahwa dari populasi pendonor laki-laki,
49% didapati defisiensi besi pada pendonor regular dengan donasi 34x/tahun.51 Toby L. Simon dkk di Mexico (1981) meneliti terhadap
516
pendonor wanita dan 505 pendonor laki-laki. Pendonor wanita dan laki-laki
dibagi atas 2 kelompok, yang pertama kali donasi, dan 2-6 kali donasi/tahun.
Hasilnya antara kelompok 1 dan 2
terdapat
kelompok 1 dan 3
(p=0,000).9
Beberapa peneliti di atas ada yang membandingkan pendonor regular
yang mengkonsumsi zat besi dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi
(Simon T.L ,Mozaheb Z).4,6 Ternyata didapati bahwa pada pendonor regular
yang mengkonsumsi zat besi terdapat penurunan kadar serum feritin yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi.
atau
menyebutkan
besi. Besi yang dikeluarkan berbeda pada laki-laki dan perempuan, pada lakilaki 236 mg sedangkan pada perempuan 213 mg. Besi yang tersimpan pada
perempuan 30% lebih rendah daripada laki-laki (Simon TL,Finch CA).52,53
Telah diketahui bahwa di dalam darah terdapat komponen-komponen
darah dimana jumlahnya 45% dari volume darah
sedangkan plasma
jumlahnya 55% dari volume darah. Feritin dalam plasma, jumlahnya sangat
kecil yaitu sebanding dengan konsentrasi feritin didalam tubuh atau apabila
terdapat 1g feritin serum setara dengan 10 mg simpanan besi dan setiap
1ml eritrosit mengandung 1,1 mg besi.13,14,16 Jika dalam 1 ml darah terdapat
0,5 mg besi maka setiap kali donasi sebanyak 300 ml darah, zat besi yang
akan keluar adalah sebanyak 150 mg sehingga kebutuhan akan zat besi
harus terpenuhi untuk aktivitas eritropoiesis.
Bila kebutuhan zat besi didalam darah tidak terpenuhi maka feritin akan
melepas besi dalam jumlah yang banyak dan bila kebutuhan untuk
pembuatan hemoglobin meningkat maka cadangan besi akan di mobilisir
secara cepat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan cadangan
besi dan bila berlanjut terus akhirnya cadangan besi menjadi kosong dan
aktivitas eritropoiesis akan menurun.11,13,15
Berbeda pada keadaan seperti infeksi, inflamasi atau proses
keganasan, pemakaian zat besi sebagai hasil pemecahan oleh sel-sel sistem
retikulo endothelial berjalan lebih perlahan disebabkan karena adanya
perubahan kemampuan pelepasan zat besi menurun mengakibatkan
pelepasan zat besi ke eritroid menjadi kurang, transport zat besi dari pool
plasma ke sum-sum tulang menjadi kurang, konsentrasi plasma zat besi
menurun dan aktivitas eritropoiesis menurun sehingga dijumpai feritin yang
meningkat pada keadaan ini.11,23,29
Di PMI cabang Medan, setelah melakukan donor darah pada institusi
tertentu atau lembaga sosial kemasyarakatan selalu membagikan suplemen
besi 1 hari sekali dalam 3 hari. Pertanyaannya adalah apakah suplemen besi
tersebut cukup dikonsumsi memenuhi kebutuhan besi dalam tubuh sampai
pada masa donasi kembali. Apabila pendonor tidak memenuhi kebutuhan zat
besinya sendiri baik melalui makanan dan suplemen besi maka akan
beresiko terjadinya penurunan kadar serum feritin, hingga terjadinya
defisiensi besi sampai anemi defisiensi besi..
Klasifikasi defisiensi besi :21,24,29,36
1. Deplesi besi (iron depleted state): cadangan besi menurun, tetapi
penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu.
2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis): cadangan
besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis terganggu tetapi
belum timbul anemia secara laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong disertai anemia.
Stored iron
Transport iron
Functional iron
Low
Low
Low
Low
Low
Normal
Iron depletion
Low
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Iron overload
High
High
Normal
Feritin serum . Kadar feritin dalam serum sangat kecil, secara garis
besar sebanding dengan simpanan besi sehingga dapat membantu
Kadar besi serum (SI) adalah pemeriksaan jumlah total besi dalam
serum.
Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin ratarata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi
hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg,
mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
adalah
Lauryl
Sulfate
(SLS)
dirubah
menjadi
ferri
yang
disebut
Electrical Impedance
Reagent-working solutions27,58 :
Reagen M berisi streptavidin yang dilapisi mikropartikel 0,72 mg/mL,
dengan preservatif.
Reagen R1 merupakan konjugat yang terdiri dari biotinylated
monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) 3 mg/L yang dilabel dengan
ruthenium 3 mg/L dalam bufer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan
preservatif.
Reagen R2 berisi monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) yang
dilabel dengan kompleks ruthenium biotin yang telah dilapisi dengan
antibodi monoklonal terhadap feritin dari tikus 6,0 mg/L bufer fosfat
100 mmol/L, pH 7,2 dan preservatif.
Setelah dibuka mempunyai stabilitas selama 12 minggu pada
penyimpanan 2-80C.
2.5.1.3. CRP59
Prinsip pemeriksaan CRP berdasarkan prinsip aglutinasi latex dimana
antibody (serum) ditambahkan dengan reagen CRP akan terjadi aglutinasi
(partikel latex dapat memberi gumpalan dengan y globulin). Bila serum
mengandung 0,8 mg/dl CRP maka akan terjadi aglutinasi dapat mendeteksi
adanya antibodi terhadap kuman penyebab C- Reaktif Protein.
Komposisi reagent : 59