Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Budidaya tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan bagi sektor pertanian.

Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikultura yang setiap tahunnya kian
meningkat. Seiring dengan meningkatnya taraf

hidup masyarakat di Indonesia maka

kebutuhan akan pangan terutama makanan pokok seperti buah dan sayuran akan
meningkat. Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi
makanan sehari-hari dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi sayuran, karena sayuran
merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati,dan tentunya serat (Hendro, 2003).
Tanaman sayur dapat berbentuk rumput, perdu, semak, atau pohon. Bentuk
pertumbuhanya tegak pendek, menjulang, atau menjalar dengan hasil berupa umbi, bunga,
buah atau biji. Umumnya tanaman sayur berbunga sempurna (hermaphrodit), yakni dalam
satu bunga terdapat bunga jantan dan betina. Ada pula tanaman yang berbunga betina dan
jantannya terpisah atau berkelamin tunggal (unisexualis), tetapi dalam satu pohon. Selain
itu ada juga tanaman sayur yang berumah satu (monoecus), seperti melinjo, nangka, dan
keleweh (Hendro, 2003).
Dari sekian banyak tanaman horthikultura, Kangkung (Ipomoea Reptans)
merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura. Bagian yang diambil adalah daundaun yang masih muda. Daun kangkung sebagai makanan sayuran memiliki bermacammacam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kangkung selain

dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran, juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
atau terapi bermacam-macam penyakit (Cahyono, 2003).
Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan yang ada pada kangkung
seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, posfor, zat besi, natrium, kalium,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Senyawa kimia
yang dikandung adalah saponin, flavonoid, dan poliferol. Tanaman bernama Latin Ipomoea
Reptans ini terdiri dan dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan
kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara
kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih
kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih.
Kangkung merupakan tanaman yang bermanfaat. Kangkung mempunyai senyawa
yang dapat digunakan untuk pengobatan bagi penderita susah tidur. Serat pada kangkung
sangat baik untuk mencegah konstipasi sehingga dapat menghalangi terjadinya kanker
perut. Karetenoid dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A serta klorofil tinggi. Kedua
senyawa ini berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dan
menghalangi mutasi genetik penyebab kanker.
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia.
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat. Di Kecamatan Kuta
Baro Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk
konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar. Pada daerah pedesaan misalnya, banyak
warga yang membudidayakan tanaman kangkung dengan skala yang kecil sehingga hasil
yang diperoleh dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual kepasar.

Tanaman Kangkung merupakan salah satu komuditi tanaman yang mempunyai


potensi atau mempunyai peluang pasar yang baik dan dapat diusahakan pada skala yang
lebih besar. Dengan banyaknya gizi yang terdapat pada tanaman kankung dan
pembudidayaan yang relatif mudah, maka tanaman ini dapat dikembangkan sebagai
tanaman komersial sehingga dapat meraih keuntungan yang lebih besar dan dapat
meningkatkan pendapatan.
1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang penulis identifikasi

dalam praktek ini adalah bagaimana cara budidaya tanaman kangkung berdasarkan Kuliah
Kerja Praktek dan bagaimana hasil analisis usahataninya, layak atau tidak.
1.3

Tujuan Praktek
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari praktek ini

adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman kangkung berdasarkan Kuliah Kerja
Praktek dan mengetahui hasil analisis usahatani, layak atau tidaknya untuk dijalankan.
1.4

Kegunaan Praktek
Dengan dilaksanakannya praktek ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat-manfaat

seperti tersebut di bawah ini, yakni :


1.

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam upaya
memperdalam pengetahuan di bidang ilmu Manajemen Agribisnis.

2.

Dapat menambahkan wawasan cara kinerja di lapangan dan mengetahui bagaimana


cara memproduk tanaman kangkung yang baik dan benar..

1.5

Tinjauan Pustaka

1.5.1 Botani Tanaman Kangkung


Menurut Anggara (2009), sistematiks tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans L.
poir) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae ( tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )


Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio

: Magnoliophyta ( berbunga )

Kelas

: Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )

Sub-kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Familia

: Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan )

Genus

: Ipomea

Spesies

: Ipomea reptans Poir

Berdasarkan klasifikasi tanaman kangkung di atas, maka secara morfologi tanaman


kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung darat,
yang mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung yang runcing, berwarna hijau
keputih-putihan dan bunganya berwarna putih. Misal, sutera, Bangkok, dan lain-lain.
Kangkung darat biasanya ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan
kangkung air biasa ditanam di pinggir-pinggir kolam, rawwa dan lain-lain. Misal:
Sukabumi, Biru, dan lain-lain (Sumaryono, 1984).

1.5.2 Morfologi Tanaman Kangkung


1. Akar
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan
melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air.
Akar berukuran kecil sampai sedang, ulet kadang-kadang rapuh, berkayu atau lunak,
kompak atau berongga, percabangan akar banyak atau sedikit, bentuk kerucut atau
filiformis, warna putih-coklat, kuning-coklat atau kuning kotor.
Akar I. crassicaulis berkayu, kompak, ulet, percabangan banyak, bentuk kerucut,
memanjang ke bawah, warna putih-coklat, panjang 0,15-1,0 m, diameter 1-2,5 cm. Akar I.
aquatica dan I. reptans lunak, rapuh, sedikit kompak, percabangan banyak, agak menyebar,
bentuk filiformis, warna putih kekuningan. I. aquatica panjang 15-40 cm, diameter 1-3
mm. I. reptans panjang 20-40 cm, diameter 1-4 mm. Akar I. leari berkayu, kompak, ulet,
percabangan sedikit, memanjang ke bawah, bentuk kerucut, warna kuning kotor, panjang
15-45 cm, diameter 2-4 mm.

2. Batang
Berkayu atau herbaseus (banyak mengandung air), bulat, kompak atau berongga,
tumbuh menjalar, membelit, condong atau tegak. Percabangan batang monopodial, cabang
merupakan sirung pendek, arah tumbuh batang condong. Batang bergetah atau tidak,
permukaan batang licin, berambut halus atau banyak lentisel.

Batang I. crassicaulis berkayu, bulat, kompak, permukaan batang banyak lentisel,


bergetah, tinggi batang 1,5-2,5 m, diameter 0,5-3 cm. Batang I. aquatica dan I.reptans
herbaseus, bulat berongga, permukaan batang licin, bergetah bening hingga putih keruh,
arah tumbuh menjalar, dari buku batang keluar akar. Panjang I. aquatica 0,5-3 m, diameter
4-5 mm. I. reptans panjang 1-1,5 m, diameter 5-6 mm. Batang I. leari sedikit berkayu,
bulat, kompak, permukaan batang berambut, tidak bergetah, batang membelit, panjang
batang 1-1,5 m, diameter 1-3 mm.

3. Daun
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan
permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

4. Bunga
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk
terompet dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung . Bagian
-bagian bunga beberapa jenis kangkung adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Infloresensi
Flos (Bunga)
Calyx (Kelopak)
Corolla (Mahkota)
Stamen (Benang Sari)
Anthera (Kepala Sari)
Connectivum (Penghubung ruang sari)
Stigma (Kepala Putik).

5. Buah
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua
dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah
kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna
cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat
biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative. Bagianbagian dari beberapa jenis buah buah kangkung adalah sbb :
a. Ovarium (Bakal Buah)
b. Fructus (Buah)
c. Semen (Biji).
1.5.3 Tipe dan Varietas Tanaman Kangkung
Pembiayaan bermasalah merupakan bagian dari pengelolaan pembiayaan bank,
karena pembiayaan itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi oleh bisnis perbankan.
Arthesa dan Handiman (2006) memberikan pengertian mengenai pembiayaan bermasalah
sebagai berikut :
Pembiayaan Bermasalah secara umum adalah semua pembiayaan yang mengandung
risiko tinggi. Atau pembiayaan-pembiayaan yang mengandung kelemahan atau tidak
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.
Menurut Nora (2007 : 18), Pembiayaan bermasalah yaitu pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya belum mencapai / memenuhi target yang diinginkan oleh pihak koperasi,
memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi koperasi, dalam arti luas

dan mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban baik dalam bentuk pembayaran
kembali pokoknya dan atau pembayaran keuntungan. Selain faktor debitur, banyak
pembiayaan bermasalah yang terjadi karena kesalahan pihak lembaga keuangan sebagai
penyalur pembiayaan. hal ini disebabkan kurang akuratnya analisa pembiayaan dalam
meneliti karakter/watak debitur, keliru dalam memperkirakan kondisi usaha debitur, dan
keengganan untuk menolak permohonan kredit yang tidak layak. Jika saja permasalahan
tersebut dapat diminimalisasi, maka kecenderungan terjadinya pembiayaan bermasalah
dapat dikurangi. (Siswanto Sutojo, 1997:10).
1.5.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung
1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea
reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah
curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur,
asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada
umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang
rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka

kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh
ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1C
(Aditya, 2009).
2. Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung
darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk.
Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman
kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah
yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik
(Haryoto, 2009).
3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air,
kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di
dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).

Anda mungkin juga menyukai