Anda di halaman 1dari 9

ASCARIASIS

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tinja dengan cara:
1. Cara sederhana
2. Cara konsentrasi ( cara Kato)
3. Cara kuantitatif(kato-katz)
ANKILOSTOMIASIS NECATORIASIS/UNCERIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan tinja (cara Kato, cara sederhana)
2. Hemoglobin dapat turun sampai 2gr%
3. Eosinofil 30-60%
TRIKURIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan tinja (cara Kato, cara sederhana)
2. Eosinofil
ENTEROBIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Menggunakan uji coba selofan/tinjamikroskop
FILARIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Darah tebal pukul 22.00-02.00 untuk melihat mikrofilaria
ANISAKIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Perdarahan tersamar (occult)
2. Eosinofil 10%
KAPILARIASIS
Pemeriksaan laboratorium
Tinja :
1. Telur menyerupai telur
2. Larva
3. Dewasa menyerupai benang
TRIKINOSIS
Pemeriksaan laboratorium
1.
2.
3.

Pemeriksaan tinja
Biopsi otot untuk melihat kista
Tes flokulasi bentonik terbaik

GNATOSTOMIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Eosinofil 35-80%
2. Liquor hemoragis atau xantokrom
PENYAKIT CACING PITA Sistiserkosis, Penyakit Hidatid
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan tinja untuk telur dan proglotid. Pemeriksaan telur dapat
dilakukan dengan cara tes pita selofan (cellophane tape test)
2. Anemi megaloblastik makrositik
CREEPING ERUPTION (CUTANEUS LARVA MIGRANS)

SCHISTOSOMIASIS
Pemeriksaan laboratorium
1. Eosinofil
2. Leukosit
3. Telur dalam tinja

Penjelasan Pemeriksaan Laboraturium


a. Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk
infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%.
Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing
dengan kotoran disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa
fecesnya.
Dasar teori : eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna
kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan kotoran yang ada.
Kekurangan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya
yang di perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan sedikit.

Alat

1. Gelas obyek
2. Pipet tetes

3. Lidi
4. Cover glass
5. Mikroskop

Bahan

1. Tinja anak kecil


2. Eosin 2%

Cara kerja :

1. Gelas obyek yang bersih di teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologi atau eosin 2%
2. Dengan lidi, di ambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan /larutkan, kemudian di tutup dengan gelas
beda/cover glass.
b. Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula
jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung
dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang
digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil
untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori
dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang
diperiksa fecesnya.
Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.
Kekurangan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi
Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.

Alat

1. Obyek glass
2. Mikroskop
3. Cover glass
4. Penyaring teh

5. Tabung reaksi
6. Pengaduk dan beker glass

Bahan

1. Tinja
2. Larutan NaCl jenuh (33%)
3. Aquades

Cara kerja

1. 10 gram tinja di campur dengan 200 ml NaCl jenuh (33%), kemudian di aduk
sehingga larut. Bila terdapat serat-serat selulosa di saring menggunakan
penyaring teh.
2. Di diamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan lidi di ambil larutan
permukaan dan di taruh di atas gelas obyek, kemudian di tutup dengan cover
glass. Di periksa di bawah mikroskop.
3. Di tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan
permukaan tabung, didiamkan selama 5-10 menit dan di tutup/di letakkan
gelas obyek dan segera angkat. Selanjutnya di letakkan di atas gelas preparat
dengan cairan berada di antara gelas preparat dan gelas penutup, kemudian di
periksadi bawah mikroskop.
c. Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing
Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini
memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas
saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam
air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator
Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari larva
cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7
hari menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu
yang dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva
infektif mengingat bentuik larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.

Alat

1. Kantong plastik ukuran 30x200mm


2. Kertas saring ukuran 3x15cm
3. Lidi bambu
4. Penjepit
5. Mikroskop

Bahan
1. Tinja
2.
Aquades steril

Cara kerja

1. Plastik di isi aquades steril kurang lebih 5ml.


2. Dengan lidi bambu, tinja di oleskan pada kertas saring sampai mengisi
sepertiga bagiannya tengahnya.
3. Kertas saring di masukkan ke dalam plastik tersebut diatas. Cara memasukkan
kertas saring dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan
aquades dan tinja jangan sampai terkena aquades.
4. Nama penderita, tangggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa.
Tabung di tutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan dimbil dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah
mikroskop.

d. Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane
tape. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih
banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih
sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur

Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat
ringannya infeksi cacing parasit usus
Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang
hijau. Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa
mengeluarkan tinja kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces
mengandung 100 telur maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
Kekurangan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah
telur dan cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan
tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi
sehingga dapat di diagnosis.

Alat

1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak

Bahan

1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari
100 bagian aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3%
dan tinja 30mg.

Cara kerja

1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite


green selam kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas
tinja tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga
di dapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus
keluar di atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring
kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di
taruh gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.

5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi


transparan.
6. Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.
e. MATERI DAN METODE
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi
berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%.
Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing
dengan kotoran disekitarnya.
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh
yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan
mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung
sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan,
sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikelpartikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk
telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari
famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing
Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini
memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas
saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam
air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane
tape. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih
banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih
sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.

g. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja bertujuan untuk menegakkan diagnosis pasti, ada dan
tidaknya infeksi cacing, berat ringannya infeksi serta jenis telur cacing yang ada.
1)
Bahan dan Peralatan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Aquadest
Glycerin
Malachite green (hijau malasit)
Gelas obyek
Cellophane tape (selofan), ukuran lebar 2,5 cm.
Karton ukuran tebal 2 mm dan dilubangi dengan perforator
Kawat saring atau kawat kasa (wire screen).
Pot plastik ukuran 10 15 cc atau kantong plastik obat.
Lidi atau tusuk gigi

j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)
t)
u)
v)
w)

Kertas minyak
Kertas saring atau tissue
Spidol tahan air
Tutup botol dari karet
Gunting logam
Waskom plastik kecil
Sabun dan deterjen
Handuk kecil
Sarung tangan karet
Formalin 5 10 %
Mikroskop
Formulir
Ember
Counter (alat penghitung)

2)

Cara

Pembagian

dan

Pengumpulan Tinja

Brown,

a)

Sebelum pot tinja dibagi perlu dilakukan wawancara tentang


pengetahuan Cacingan, kebiasaan hidup sehat dengan menggunakan
kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar atau responden.

b)

Setelah wawancara, responden dibagikan pot


tinja yang telah diberi kode sesuai dengan kode yang tertulis pada
kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar. Bila sasarannya masyarakat
maka kode yang dicantumkan ditambah alamat lengkap, desa RT dan RW.
Pot tersebut diisi dengan tinjanya sendiri dan dikumpulkan pada keesokan
harinya.

c)

Jumlah tinja yang dimasukkan ke dalam pot /


kantong plastik sekitar 100 mg (sebesar kelereng atau ibu jari tangan).

d)

Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang


sama, sebab jika tidak telur cacing tambang akan rusak atau menetas
menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 510% sampai terendam.

H.

W.

1969.

Dasar

Parasitologi

Klinis.

Gramedia,

Jakarta

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan

Sekolah Menengah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Bakti,


Bandung.
Gandahusada,S.W .Pribadi dan D.I. Heryy.2000. Parasitologi Kedokteran.Fakultas
kedokteran UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai