Anda di halaman 1dari 9

Delapan

Membangun Paradigma Gerakan Renaisans


Gerakan Renaisans Islam yang sebenarnya atau gerakan perubahan dan perombakan total
berdasarkan nilai-nilai keagungan ajaran Islam yang senantiasa mengutamakan keadilan,
kedamaian, persamaan, kemakmuran dan keselamatan adalah gerakan yang sangat sesuai untuk
menyembuhkan krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Karena gerakan ini bukan
semata-mata gerakan tambal sulam seperti gerakan reformasi ataupun gerakan sporadis ektrim
seperti gerakan revolusi yang menyulut dendam dan permusuhan. Gerakan ini adalah sebuah
gerakan tatolitas dengan pendekatan yang sesuai dengan fitrah dan kebutuhan umat manusia
yang telah diajarkan Sang Pencipta kepada para utusan-Nya, yang dipenuhi dengan nilai-nilai
keagungan moral yang bertujuan memberikan rahmat dan kasih sayang kepada seluruh umat
manusia, tanpa membedakan ras, suku dan golongan mereka. Gerakan renaisans Islam adalah
gerakan penyembuhan total, terencana, memiliki tahapan-tahapan dan tujuan yang jelas,
sebagaimana terang dan jelasnya ajaran Islam. Gerakan yang menuntut para penggeraknya
untuk mencerahkan dan merubah dirinya terlebih dahulu, baik dalam kesucian jiwa, kebeningan
fikiran, kebersihan cita-cita dan tujuan serta kelurusan jalan hidupnya sebelum merubah
masyarakatnya. Demikian pula gerakan ini bukan hanya sebuah gerakan yang akan
menumbangkan seorang tiran dan menggantikannya dengan tiran baru, namun pada hakikatnya
gerakan ini adalah gerakan yang bertujuan untuk membentuk manusia-manusia unggul yang
memiliki kesempurnaan intelektualitas, ketinggian moralitas dan keagungan spiritualitas
sebagaimana yang digambarkan para generasi shahabat yang dibina Muhammad Rasulullah.
Diatas keagungan pribadi-pribadi inilah kemudian dibangun sebuah tatanan masyarakat utama
yang menegakkan ajaran-ajaran Tuhannya. Gerakan renaisans adalah gerakan yang merombak
seluruh

kehidupan

manusia,

baik

keyakinannya,

moralnya,

karakternya,

budayanya,

orientasinya, idiologinya, tata kehidupannya, kebiasaannya, ekonominya dan seluruh sisi


kehiduapan lainnya. Itulah sebabnya gerakan ini sangat sesuai untuk bangsa Indonesia yang
terpuruk dengan berbagai krisis yang dideritanya saat ini. Gerakan renaisans Islam yang
sebenarnya dengan segala keutamaan dan kesempurnaannya akan menjadi terapi yang ampuh
dan tepat bagi kebangkitan Indonesia menuju Indonesia Baru yang dicita-citakan.
Setelah mencermati karakteristik gerakan perubahan dalam Islam yang dicontohkan
Rasulullah saw dalam membangun sebuah masyarakat baru dengan peradabannya dan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, maka dapat disusun sebuah paradigma dan pokok-pokok pikiran

yang akan menjadi landasan dalam menyusun sebuah gerakan perubahan atau gerakan
renaisans, gerakan kebangkitan kembali yang berdasarkan Islam namun berhubungan dengan
dinamika sejarah bangsa Indonesia. Diantara kerangka dasar dan pokok-pokok pikiran tersebut
haruslah mencerminkan kenyataan seperti di bawah ini.
Gerakan Renaisans Indonesia adalah Kelanjutan Dari Pergerakan Islam Indonesia
Gerakan Renaisans di Indonesia adalah kelanjutan dari pergerakan dan perjuangan
panjang para pendakwah, penyeru dan pejuang Islam, mujahidin, yang telah berupaya
menegakkan ajaran Islam dengan segala daya kemampuan mereka sejak Islam pertama kali
masuk ke Indonesia sampai saat ini. Gerakan Islami ini bukan sebuah pergerakan yang berdiri
sendiri dan muncul secara tiba-tiba, namun sebuah kelanjutan estafet perjuangan panjang para
pejuang Islam yang memiliki akar sejarah pada bangsa Indonesia. Gerakan perubahan ini bukan
sebuah cangkokan dari berbagai bentuk perubahan ataupun revolusi, baik yang berada di Barat
maupun di Timur, namun gerakan perubahan ini lahir dari dinamika sejarah dan pergerakan
bangsa Indonesia yang kaya tradisi dan budaya, bangsa yang besar dan memiliki peradaban
agung. Gerakan perubahan ini adalah puncak perjuangan para penyeru dan pembela Islam yang
akan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh komponen bangsa Indonesia, sebagaimana
tujuan Islam di turunkan di atas bumi oleh Allah Yang Maha Esa sebagaimana telah
diperjuangkan generasi demi generasi dengan segala suka dan dukanya. Gerakan renaisans ini
adalah sebuah rangkuman dari perjuangan panjang para pejuang Islam bangsa Indonesia yang
telah mengorbankan segala-galanya untuk tegaknya Islam.
Dengan demikian gerakan renaisans di Indonesia adalah sebuah perubahan yang berakar
kuat pada perjuangan para mujahidin di jalan Allah, yaitu para mujahidin awal yang telah
membawa masuk Islam ke bumi Nusantara sekitar awal abad pertama hijriah atau sekitar abad 7
masehi dan dilanjutkan dengan pergerakan Wali Songo yang menegakkan pemerintahan Islam
ala Indonesia dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa mayoritas muslim. Gerakan
kebangkitan kembali ini adalah warisan semangat para pejuang revolusioner Islam yang telah
mempertahankan tanah air dan mengusir penjajah kafir Barat seperti Pangeran Dipenogoro,
Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien dan lainnya. Demikian pula
gerakan ini adalah cerminan dari perjuangan agung para pembela Islam di zaman Indonesia
modern seperti HOS. Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyary, Syekh Ahmad
Surkaty, Agus Salim, M. Natsir, SM. Kartosuwirjo, M. Roem, A. Hassan dan mereka yang telah
berjuang menjadikan Islam sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dan gerakan ini
2

adalah akumulasi dan kesimpulan dari perjuangan panjang kalangan modernis, fundamentalis,
neo-modernis dan neo-fundamentalis Islam yang telah merumuskan perjuangan Islam dengan
segala suka dukanya selama dalam pemerintahan rezim Soeharto. Ahirnya gerakan renaisans ini
adalah kelanjutan dari gerakan reformasi yang telah memberi arah baru bangsa Indonesia.

Gerakan Renaisans Indonesia adalah Perombakan Peradaban Bangsa Indonesia


Gerakan perubahan yang akan digerakkan bukan seperti gerakan revolusi yang akan
mengantarkan bangsa Indonesia menuju bangsa hancur porak poranda yang penuh dengan
konflik dan peperangan serta pertentangan antar klas. Namun gerakan ini adalah gerakan
perombakan yang akan mendorong, merespon, membimbing dan mengantarkan bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang maju dan beradab dengan dengan pencapaian-pencapain
maksimal, baik dalam pengetahuan, teknologi, peradaban, ekonomi, politik, pendidikan, budaya
dan sebagainya. Itulah sebabnya gerakan renaisans akan menggerakkan beberapa jenis
perombakan dan pembangunan kembali untuk kebangkitan/kelahiran kembali (reconstruction
and renavation for revival/rebirth), dalam bidang sosial-politik, pemikiran, moral, pengetahuanteknologi, industri, budaya, ekonomi, pendidikan, peradaban dan perombakan-perombakan
dalam bidang lainnya dengan agenda-agenda yang menyertainya. Namun perombakan besar ini
mau tidak mau harus dimulai dengan menggerakkan perombakan sistem yang mendasari
tatanan masyarakat bangsa Indonesia. Sistem dalam tatanan masyarakat yang selama ini menjadi
biang kerok kemandekan bangsa Indonesia perlu dirombak dan diganti dengan sistem yang
sesuai dengan corak, sejarah, tradisi dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas muslim.

Gerakan Perubahan Yang Mengutamakan Keselamatan, Keamanan dan Kedamaian


Gerakan Renaisans Indonesia adalah sebuah gerakan perubahan yang menganjurkan dan
mengutamakan keselamatan dan kedamaian sebagaimana ciri khas dan karakteristik ajaran Islam
yang senantiasa menuntut pemeluknya memberikan rahmat keselamatan dan kedamaian pada
seluruh umat manusia tanpa membedakan mereka. Namun dalam kenyataannya, tidak semua
manusia bertoleransi dan mau menerima kebenaran yang dibawakan kepadanya, sebagaimana
ditunjukkan oleh sikap tiran diktator Namrud, Firaun dan para bangsawan berjouis Makkah
yang menetang keras bahkan melakukan perlawanan terhadap para nabi dan pengikutnya yang
mengajak mereka menuju kebenaran dan keselamatan. Maka jika hal ini terjadi, gerakan
renaisans akan mengambil sikap sebagaimana sikap para nabi-perubah yang dengan bimbingan
wahyu Allah memerintahkan mereka menghadapi kesombongan dan kesesatan. Para penentang
3

ini harus disadarkan dengan hujjah-hujjah yang nyata dengan dialog-dialog yang tulus ikhlas,
memberikan peringatan dan ancaman serta diminta jangan menghalang-halangi perjuangan suci
pembebasan ini. Jika mereka telah diberi peringatan, diajak bermusyawarah dengan baik, namun
tetap keras kepala dan menolak bahkan memerangi gerakan penyelamatan dan pembebasan ini,
maka sikap yang akan diambil oleh gerakan kaum perubah adalah sikap yang telah diajarkan
Allah Sang Pencipta alam kepada nabi agung-Nya, Muhammad saw sebagaimana disebutkan alQuran :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal
ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (al-Baqarah : 216).
Berperang, menumpahkan darah, mencelakakan, membuat cacat, memusnahkan
peradaban bahkan membunuh manusia adalah sesuatu yang mengerikan dan dibenci oleh hati
nurani manusia. Hati kecil tidak akan menerima sebuah upaya pembunuhan dan pemusnahan
peradaban, sementara gerakan perubahan bertujuan untuk menghidupkan dan membangun
peradaban sebagaimana dinyatakan Albert Camus dalam karya agungnya The Rebel
(Pemberontak). Namun disinilah, Allah Yang Maha Mengetahui sangat memahami karakteristik
manusia yang diciptakan-Nya. Nurani tidak menyukai peperangan dan pembunuhan, namun
jika dilihat hikmahnya, bahwa boleh jadi untuk menuju kehidupan dan perkembangan
peradaban diperlukan sebuah peperangan dan pembunuhan sebagai jalan yang harus ditempuh,
sebagaimana dikatakan al-Quran : bahwa pada pembunuhan itu ada kehidupan. Kematian bagi
seorang tiran, diktator, eksploitator yang jumlahnya kecil adalah kehidupan bagi kaum tertindas
yang jumlahnya besar dan mayoritas. Kenapa hati nurani mesti menolak memerangi dan
pembunuhan segelintir penguasa tiran dan antek-anteknya untuk menghidupkan mayoritas
rakyat yang tertindas, jika peperangan dan pembunuhan sebagai jalan satu-satu menuju
pembebasan.
Mengomentari ayat ini, salah seorang pejuang Islam yang syahid menegakkan
keyakinannya, Sayyid Qutb dalam tafsirnya fi dhilal al-Quran menulis : Berperang di jalan Allah
merupakan suatu kefardhuan yang sangat berat, tetapi ia merupakan suatu kefardhuan yang wajib
ditunaikan. Wajib ditunaikan, karena di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak bagi setiap muslim,
kaum muslimin, semua manusia, kebenaran, kebaikan dan kesalehan.

Gerakan Perubahan Yang Menolak Cara-cara Anakhis dan Menghalalkan Segala Cara
Gerakan Renaisans Islam yang agung dan mulia sudah sepatutnya menolak segala bentuk
cara-cara perjuangan yang anarkhis, kotor, teror, intrik, menghalalkan segala cara, menimbulkan
kekacauan dan kerugian masyarakat dan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai agung
ajaran Islam. Karena gerakan perubahan ini adalah pergerakan agung yang dilandasi oleh nilainilai perjuangan agung, yang digerakkan oleh semangat keagungan dan kesuciam tujuan. Caracara perjuangan yang akan digunakan adalah cara-cara yang tetap berpegang pada garis koridor
yang telah diajarkan Islam yang senantiasa mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi dan kelompok, mengedepankan moral dan menjauhkan pertentangan yang
tidak perlu. Jikapun diperlukan pertentangan dan pergolakan massa dalam mencapai tujuan,
tetap dalam koridor ajaran Islam. Bahkan jika dikehendaki perang dalam menempuh perubahan,
maka perang itu adalah sebuah perang suci yang berlandaskan doktrin jihad fi sabilillah yang akan
menjamin keselamatan manusia dan mendapat imbalan syurga bagi pelakunya. Dengan
demikian perubahan ini mengadopsi cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam yang senantiasa
mengedepankan kemulian dan keagungan. Gerakan perubahan yang menerima cara-cara
bersemangat kaum revolusioner ataupun ketangkasan ilmiayah rasional para intelektual
sebagaimana menerima perang gerilya para tentara profesional. Gerakan yang menerima seruanseruan mulia penuh kasih sayang para kaum moralis sebagaimana menerima cara-cara radikal
kaum demontran pemberontak. Cara dalam menegakkan perubahan adalah seluas jangkauan
kehidupan manusia, selama berada dalam batas-batas ajaran Islam.

Gerakan Perubahan Yang Memahami Keadaan dan Tingkat Masyarakat Indonesia


Hakikat masyarakat bangsa Indonesia, jika dihubungkan dengan sejarah pergerakan
perubahan yang telah dilakukan Rasulullah, bukanlah sebuah masyarakat jahiliyah 100 %
sebagaimana yang dihadapi gerakan perubahan Islam di Makkah. Mengklaim masyarakat
Indonesia sebagai sebuah masyarakat jahiliyah 100% akan menimbukan implikasi sosiologis yang
akan menafikan jasa para pejuang terdahulu. Karena masyarakat bangsa Indonesia hari ini,
berbeda secara struktur sosiologis dengan masyarakat Makkah di mana Rasulullah memulai
gerakannya yang berhadapan dengan tatanan masyarakat yang secara aqidah kepercayaan
adalah masyarakat musyrikin yang dengan penuh pengetahuan dan kesadaran menyembah
tuhan-tuhan nyata, berbentuk patung berhala, selain daripada Allah Yang Esa. Itulah sebabnya
ketika Rasulullah menyerukan la ilaha illallah, sebuah gerakan perubahan radikal yang akan
menafikan dan membuang semua tuhan-tuhan sesembahan mereka dan menggantikannya
5

dengan aqidah tauhid yanga hanya mengesakan Allah saja, kaum musyrikin bangkit berontak
menentang gerakan Muhammad Rasulullah dan memeranginya dengan segala cara.
Masyarakat bangsa Indonesia saat ini adalah kelanjutan sebuah tatanan masyarakat yang
telah mengakui keagungan Islam sebagai agamanya dan menyatakan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Esa sebagaimana yang diajarkan Islam, namun mereka belum memahami secara benar dan
mendalam hakekat la ilaha illallah yang senantiasa mereka proklamirkan dengan segala
implikasi logisnya akibat kebodohan

mereka ataupun kepicikan pengetahuan para penyeru

Islam. Kebodohan inilah yang akhirnya mengantarkan mereka kepada prilaku-prilaku yang
dapat mengakibatkan tergelincir kepada perbuatan syirik dan murtad secara tidak sadar. Lebih
jauh keadaan ini membawa implikasi yang telah meredupkan bahkan menghilangkan jiwa tauhid
yang senantiasa menjadi sistem penggerak utama dalam tatanan masyarakat muslim yang akan
membebaskan mereka dari segala bentuk belenggu serta mendorong mereka untuk berkarya dan
berprestasi. Tercabutnya jiwa tauhid dalam masyarakat berarti terbelenggunya masyarakat
dalam kejumudan dan kebodohan sebagai masyarakat statis yang tidak berdaya dan tidak
mampu berkereasi lagi serta menimbulkan berbagai dilema dan krisis. Sehingga struktur dan
citra masyarakat ini, walaupun menamakan diri sebagai masyarakat muslim, sangat mendekati
tipe masyarakat jahili yang digambarkan Islam. Keadaan ini telah membingungkan sebagian
penyeru Islam dalam mengklassifikasikan bangsa Indonesia, apakah masyarakat jahili yang
harus diperangi atau masyarakat madani yang perlu dibela.
Melihat kenyataan sejarah dan struktur sosiologis masyarakat bangsa Indonesia dari segi
Islam, maka keseluruhan tatanan masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sebagai sebuah
masyarakat yang berada dalam persimpangan antara masyarakat jahili dan masyarakat madani
yang sedang mengalami kerancuan dan kebingungan. Tidak dapat sepenuhnya dikatakan
masyarakat jahili dan juga tidak sepenuhnya dapat dikatakan masyarakat madani. Kerancuan
dan kebingungan dalam lapangan teologis maupun sosiologis telah menjadikan bangsa Indonesia
mengalami

kemadekan

dan

kejumudan

dalam

berfikir,

bertingkah

laku

ataupun

mengembangkan kereasi-kreasi agung yang dapat dibanggakan. Pemahaman-pemahaman keliru


dalam mengartikan ajaran-ajaran kunci Islam, baik dalam bidang teologi, syariat, muamalat,
akhlak dan lainnya telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa muslim yang jumud,
sebagaimana dikemukakan Jamaluddin al-Afghani : Umat Islam lemah karena kebenaran Islam telah
dirusak oleh gelombang kesalahan yang bertubi-tubi. Demikian pula pemaksaan para tiran dalam
menerapkan Pancasila dan UUD 45 terhadap kaum muslimin menjadikan mereka sebagai
6

masyarakat yang bertambah jauh dari citra tauhid yang dikehendaki Islam dan menimbulkan
krisis dan dilema yang berkepanjangan.
Keadaan masyarakat ini dikemukakan Alwi Sihab dalam desertasinya Membendung Arus
yang menulis : Hampir 90 persen penduduk Indonesia mengaku beragama Islam. Tetapi, pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam oleh mereka jelas tampak bertingkat-tingkat, sangat bervariasi dari satu kelompok ke
kelompok lain atau dari satu wilayah ke wilayah lain. Ada yang menerima dan menjalankan secara taat
prasyarat mutlak yang dituntut dalam keimanan Islam dan ada pula mereka yang, sementara terus
menegaskan diri sebagai penganut Islam, tidak menjalankan praktik-praktik keislaman sepenuhnya. Pada
satu sisi, terdapat mereka yang berusaha, jika memungkinkan, membangun masyarakat mereka sejalan
dengan citra Islam yang paling ekstrem dan mendirikan negara Islam; sedangkan pada sisi lain terdapat
kelompok yang msih sangat tertarik kepada kebudayaan-kebudayaan masa lalu, dan tidak lebih dari sekedar
kaum Muslim nominal.
Menggerakkan sebuah perubahan dalam masyarakat Islam yang jumud dan dalam
persimpangan jalan, sebagaimana di alami bangsa Indonesia tidak mesti sama persis seperti yang
dilakukan Rasulullah terhadap masyarakat jahiliyah Makkah, karena kedua masyarakat ini, baik
struktur sosial-politik ataupun pemahaman teologisnya berbeda satu dengan lainnya.
Masyarakat jahiliyah Makkah masa itu adalah masyarakat yang secara totalitas dan mayoritas
dalam kekafiran dan kemusyrikan yang menolak ajaran tauhid, sementara masyarakat bangsa
Indonesia adalah masyarakat yang sedang mengalami kerancuan dan kebingungan serta diantara
mereka masih terdapat para ulama, intelektual dan orang-orang ikhlas, istiqamah yang
menjalankan ajaran Islam sesuai kemampuannya.

Memvonis masyarakat bangsa Indonesia

sebagai masyarakat jahili dikwatirkan akan mengarah pada pengkafiran mereka. Untuk itu perlu
dikembangkan sebuah konsep pemikiran yang berlandaskan nila-nilai

ajaran Islam yang

dicontohkan Rasulullah dan para shahabatnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
bangsa Indonesia. Namun konsep ini tidak boleh merupakan sebuah jiplakan dari konsep-konsep
pemikir Islam yang telah menemui kegagalan dan kemandekan akibat ketidaksesuaiannya
dengan dinamika sejarah dan tradisi bangsa Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, gerakan
renaisans Islam berarti gerakan yang akan meluruskan kembali (taslim), menghidupkan kembali
(tajdid), memperbaiki kembali (islah) serta membangun kembali (ijtihad) masyarakat yang sudah
ada dengan mencabut unsur-unsur jahiliyah dan digantikan dengan Islam.

Perubahan Yang Menggerakkan Pembaruan


Gerakan renaisans ini adalah gerakan pembaruan dalam artinya yang luas, sebuah
gerakan yang mewarisi gerakan-gerakan pembaruan sebelumnya yang kumandangkan para
pembaru di Indonesia sejak zaman harimau nan salapan pimpinan Haji Miskin, HOS.
Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Surkaty sampai zamannya Nurcholis Madjid
yang telah menghasilkan pemikiran-pemikiran cemerlang untuk pembangunan bangsanya.
Namun gerakan ini tidak hanya menjadi gerakan yang menerima apa adanya segala pemikiran
yang dikemukakan terdahulu sebelum diadakan dekonstruksi yang akan menilai relevansinya
dengan keadaan masyarakat bangsa Indonesia saat ini. Demikian pula gerakan ini adalah
gerakan yang akan menjadi wadah mata rantai dalam mempelajari, menganalisis, mengkritik dan
mengembangkan pemikiran-pemikiran cemerlang dari gerakan pembaruan pemikiran Islam,
baik yang dilakukan oleh kelompok tradisionalis, modernis, fundamentalis, neo-modernis, neofundamentalis, post-modernis, post-fundamentalis dan lainnya.

Gerakan Perubahan Yang Melahirkan Gerakan Kesadaran Kolektif Bangsa Indonesia


Gerakan Renaisans Indonesia diharapkan akan melahirkan sebuah gerakan alternatif bagi
masyarakat bangsa Indonesia, namun tidak mengulangi kesalahan-kesalahan gerakan terdahulu
yang telah menumbuhkan semangat fanatisme kelompok pada pengikutnya. Fanatisme dalam
artiannya yang positif harus ditumbuh kembangkankan, namun fanatisme pada Islam dan
bukannya pada kelompok ataupun figurnya. Gerakan massa yang akan mentranformasikan
kesadaran individual yang sedang berkembang pesat di tengah-tengah pergumulan
masyarakat menjadi kesadaran kolektif yang akan mampu menggerakkan perubahan total.
Sebuah gerakan perubahan modern yang menitikberatkan pada kekuatan jaringan kordinasi dan
kerjasama seperti sebuah oraganisasi dinamis dalam sistem internet, dimana setiap gerakan yang
sudah ada diberikan tumbuh berkembang sesuai dengan identitasnya dan tujuannya masingmasing, namun pada saat bersaman menjadi sebuah gerakan bersama yang dinamis dengan
keutamaannya masing-masing bergerak menuju tujuan pembangunan masyarakat Indonesia
Baru. Sebuah gerakan perubahan dinamis yang mengambil unsur-unsur positif dan nilai-nilai
utama gerakan-gerakan Islam terdahulu, baik gerakan Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul
Ulama, Masyumi, Darul Islam, Persatuan Islam, Al-Irsyad, Gerakan Ahlul Bayt para Habaib dan
lainnya, dikombinasikan dengan gerakan moral aktif gerakan-gerakan sufi dan tariqat mutabar
serta gerakan-gerakan revolusioner seperti Ikhwan al-Muslimun, Hizb al-Tahrir, Salafi, Jamaah
Tabligh, maupun Mujahidin. Dengan demikian gerakan ini akan menjadi sebuah gerakan
8

dinamis yang berakar pada gerakan tradisional yang memelihara warisan Islam, gerakan
pembaruan pemikiran kontemporer, gerakan profesional modern, gerakan moralis ala sufi,
gerakan radikal revolusioner sampai kepada gerakan gerilya dan tentara profesional kaum
mujahidin.
Gerakan perubahan yang akan dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju tata baru
hanya sebuah gerakan yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam dan lahir dari dinamika sejarah
bangsa Indonesia. Setiap gerakan perubahan, apapun bentuk dan namanya, selain daripada
gerakan yang berdasarkan Islam dan tradisi Indonesia tidak mungkin akan berkembang dan
mencapai tujuannya. Revolusi Prancis hanya sesuai dengan kondisi masyarakat Prancis, revolusi
Kuba hanya sesuai untuk masyarakat Kuba, demikian pula revolusi Islam Iran hanya hanya
sesuai dengan kondisi masyarakat Islam Iran yang memiliki dinamika sejarah dan tradisi yang
berbeda dengan bangsa Indonesia. Setiap upaya yang memaksakan sebuah perubahan yang asing
bagi bangsa Indonesia, baik nilai-nilai maupun tradisinya, akan mengalami kegagalan dan akan
menambah penderitaan rakyat yang penuh dengan penderitaan, dan menambah kebingungan di
atas kebingungan mereka. Untuk itu, dalam upaya mencapai tujuan terbentuknya sebuah
gerakan perubahan yang akan mengantarkan masyarakat bangsa Indonesia menuju cita-cita
Indonesia baru, perlu dikembangkan sebuah agenda umum gerakan perubahan sebagai petunjuk
dalam pelaksanaannya secara terperinci sesuai dengan keperluan-keperluan mendesak saat ini.

Anda mungkin juga menyukai