Anda di halaman 1dari 7

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Industri

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu yang membahasa tentang kesehatan dan
keselamatan pekerja, lingkungan kerja, dan hasil kerja. Produktivitas suatu perusahaan salah satunya
sangat bergantung pada peran yang dilakukan oleh tenaga kerjanya. Kemampuan tenaga kerja untuk
melakukan produksi memerlukan dukungan dan jaminan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya.
Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses kerja yang aman,
dan hubungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations), maka tenaga kerja dapat mengerjakan
tugas dan tanggung jawab dengan kemampuan terbaik mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa
pelaksanaan K3 ditempat-tempat kerja masih jauh dari harapan, hal ini disebabkan karena masih
rendahnya pengetahuan akan K3 dan umumnya manajemen masih menganggap K3 sebagai
pemborosan (ferliest post). Sementara dengan kemajuan teknologi permesinan yang semakin canggih
dan proses produksi yang semakin kompleks akan menghasilkan berbagai faktor polutan yang semakin
beragam bentuknya, serta tingkat paparannya yang dapat berbahaya bagi tenaga kerja. Untuk penangan
bahaya industri tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan personalia K3 di setiap tempat kerja
industri atau perusahaan.

1. Pentingnya K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu yang membahasa tentang kesehatan dan
keselamatan pekerja, lingkungan kerja, dan hasil kerja. Produktivitas suatu perusahaan salah satunya
sangat bergantung pada peran yang dilakukan oleh tenaga kerjanya. Kemampuan tenaga kerja untuk
melakukan produksi memerlukan dukungan dan jaminan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya.
Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses kerja yang aman, dan
hubungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations), maka tenaga kerja dapat mengerjakan tugas
dan tanggung jawab dengan kemampuan terbaik mereka. Oleh karena itu kondisi kesehatan tenaga kerja
yang baik dan lingkungan kerja yang aman merupakan kebutuhan perusahaan yang memerlukan
perhatian khusus.
Gangguan kesehatan dan kecelakaan pada tenaga kerja dapat ditimbulkan oleh faktorfaktor yang
berkaitan dengan pekerjaan dan bukan pekerjaan. Kejadian kecelakaan kerja baik terjadi pada tenaga
kerja maupun pada peralatan kerja merugikan perusahaan karena dapat menurunkan produksi dan
menjadi beban ekonomi yang mungkin tidak sedikit bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan
memerlukan upaya yang dapat menciptakan tenaga kerja yang sehat dengan cara membuat program
pengobatan, dan pencegahan secara dini bagi tenaga kerja. Begitupula dengan lingkungan kerja perlu

disehatkan dengan cara; memberikan pengaman bagi peralatan yang berbahaya bagi pekerjanya,
melindungi tenaga kerja dengan APD, dan menggunakan bahan baku yang aman, dan proses kerja yang
ergonomis. Pembinaan dan perlindungan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja dapat dilakukan melalui
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Pengertian K3
K3 merupakan singkatan dari kata Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Kesehatan Kerja
Kesehatan berasal kata sehat yang artinya tidak mengalami suatu penyakit. Kerja adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sesuatu produk, jadi kesehatan kerja adalah suatu
keadaan dimana kesehatan pekerja, lingkungan kerja dan hasil kerja yang dihasilkan kondisinya sehat.
Pekerja yang sehat, lingkungan kerja yang sehat merupakan salah satu syarat untuk menghasilkan
produk yang baik.

1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja berasal dari kata selamat artinya terhindar dari bahaya, karena ini berhubungfan
dengan pekerjaan maka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan :
1. Mesin
2. Pesawat
3. Alat Kerja
4. bahan dan prosesnya
5. Tempat dan lingkungan kerja
6. Cara melakukan pekerjaan (Undang-Undang No. 1 Tahun 1970).

1.
o Secara Filosofi: suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keuntungan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur.

o Secara Keilmuan: ilmu pengetahuan dan penerapannya tentang dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
3. Tujuan K3
Keselamatan Kerja bertujuan untuk :
1. Melindungi Kesehatan dan keselamatan pekerja
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kenerja
3. Menjamin kesehatan dan keselamatan orang lain dalam lingkungan kerja
4. Mengamankan sumber polutan
5. Menyehatkan lingkungan kerja
6. mengefisienkan kegiatan
4. Istilah-Istilah Dalam K3

1. Potensi Bahaya (hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan
kecelakaan atau kerurian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan
fungsi yang telah ditetapkan.

2. Tingkat bahaya (danger)


Adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relatif. Kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan
tetapi dapat menjadi tidak begitu berbagaya karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.

1. Risiko (Risk)
Menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada priode waktu tertentu atau siklus operasi
tertentu.

2. Insiden (Incident)
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber energi melebihi
nilai ambang batas badan atau struktur.

3. Kecelakaan

Adanya suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan prosesproses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

4. Aman/Selamat
Adalah suatu kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).

5. Tindakan tidak aman (Unsafe action)


Adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap kejadian
kecelakaan.

6. Keadaan tak man (Unsafe condition)


Adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
5. Sejarah Perkembangan K3

1. Sejarah Perkembangan K3 Tingkat Dunia


Kapan perkembangan K3 dimulai secara tepat tidak diketahui, namun ada anggapan bahwa K3 mulai
timbul sejak adanya pekerjaan dalam hubungannya dengan adanya sistim pengupahan atau penggajian.
Dari beberapa literature ditemukan bahwa pada abad ke-16 mulai ada keterangan-keterangan
yang lebih jelas tentang gambaran kecelakaan dan penyakit yang diderita oleh pekerja tambang.
Pada abad ke-17, Bernardine Ramazzini yang oleh beberapa penulis dianggap sebagai Bapak
K3, di dalam bukunya yang berjudul De Morbis Artificum Diatriba menguraikan tentang berbagai jenis
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Dengan demikian Ramazzini
telah memperjelas persoalan bahwa pekerjaan dapat menimbulkan penyakit, yang sampai saat ini
dikenal dengan penyakit akibat kerja. Selaian itu dia juga manambahkan cara-cara menegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja.
Pada pertengahan abad ke-18, dengan terjadinya revolusi industri di Inggris, dimana saat itu
mulai ditemukan cara-cara berproduksi baru, mesin-mesin baru untuk industri seperti mesin tenun,
generator serta mesin untuk pengangkutan, maka K3 pun juga mengalami perkembangan yang lebih
pesat lagi. Perkembangan yang demikian juga terjadi dinegara-negara Erpa lainnya serta Amerika.

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi dinegara-negara maju pada abad ke-20 ini, seperti
teknologi produksi didalam industri, teknologi komunikasi, teknologi pertambangan, dan teknologi canggih
lainnya merupakan tantangan bagi perkembangan K3. Dan kenyataan mampu berkembang mengikuti
kemajuan yang cepat sesuai dengan laju pertumbuhan teknologi.

1. Sejarah Perkembangan K3 di Indonesia


Seperti halnya dengan perkembangan K3 dinegara-negara maju lainnya. Perkembangan K3 di
Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di eropa sangat
dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, nemun perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan
(terjadi) bebrapa tahun setelah Negara kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-Undang Kerja
dan Undang-Undang Kecelakaan, meskipun permulaannya belum berlaku, namun telah memuat pokokpokok tentang K3.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan pada tahun 1967 didirikan lembaga Kesehatan Buruh yang
kemudian pada tahun 1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh.
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga igiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga
Kerja, dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen
Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang
berkedudukan di Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja) yang ada dipemerintah dari tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan nama
sebagai berikut:
1. Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
2. Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(Hiperkes).
3. Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
4. Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
5. Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan
kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku,
majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk, poster dan disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia. Kegiatan lain
adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan secara berkala dan terus
menerus.

Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI) yang memiliki cabang
diseluruh Provinsi Wilayah NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pndidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk mata kuliah pendidikan formal
yang diberikan pada beberapa jurusan di Perguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk In formasl
berupa kursus-kursus keahlian K3. dan salah satu keahlian yang berkembang di tahun 2004 adalah
HIMU = Higiene Industri Muda.
Dari segi peraturan perundang-uandang yang berlaku, yaitu perundangan yang menyangkut K3
yang terdapat dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri dan Surat edaran telah
banyak diterbitkan.

Terdapat banyak peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Peraturan perundangan tersebut berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah,Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Menteri serta Surat Edaran
Menteri. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menangani K3.Salah satu
Undang-Undang yang terkait dengan K3 adalah Undang 67Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.Undang-undang ini merupakan pengganti undang-undang tentang
K3 pada masa pemerintahan Belanda, yaitu Veiligheids Reglement Tahun 1910 (VR 1910 Stbl.
406). UU No. 1 Th. 1970 terdiri dari 11 Bab dan 18 Pasal, dan mulai berlaku sejak 12 Januari
1970.

Undang-Undang lain yang terkait dengan K3 adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.Undang-undangini terdiri dari 28 bab dan 193 Pasal, dan mulai
berlaku sejak 25 Maret 2003.Walaupun Undang-undang ini banyak mengatur tentang ketenaga
kerjaan,namun disinggung juga tentang K3, terutama pada Bab X yang berisi tentang
Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan.Terkait dengan K3 di bidang pesawat uap dan
bejana tekan, terdapat Undang-Undang Uap Tahun 1930(Stoom Ordonantie 1930).

Selain Undang-Undang, terdapat beberapa peraturan yang merupakan penjabaran atau


pelaksanaan dari Undang-undang tentang K3.Beberapa peraturan yang terkait dengan K3 di
bidang industri yang perlu diketahui antara lain:

1. Paraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening 1930).

1. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahn 1964 tentang


Syarat-syarat Kesehatan,Kebersihan, dan Penerangan di Tempat
Kerja.
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-01/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan


Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER-01/MEN/1982 tentang
Bejana Tekan.

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04.MEN/1987 tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Tata Cara Penunjukan,Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-02.MEN/1992 Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP. 13/MEN/1984 Tentang Pola Kampanye
Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Anda mungkin juga menyukai