Anda di halaman 1dari 59

LI LBM 2 MODUL MATA

2010
Bheta Silfana Ulul Azmi
01.210.6106

Bagaimana mekanisme terjadi mata


merah, gatal
Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahui secara
jelas, tapi terutama dihubungkan dengan reaksi
hipersensitivitas pada mata. Reaksi hipersensitivitas tipe I
merupakan dasar utama terjadinya proses inflamasi pada KV.
Pemeriksaan histopatologik dari lesi di konjungtiva
menunjukkan peningkatan sel mast, eosinofil dan limfosit pada
subepitel dan epitel. Dalam perjalanan penyakitnya, infiltrasi
sel dan penumpukan kolagen akan membentuk papil raksasa.
Penemuan ini menjelaskan bahwa KV bukan murni disebabkan
oleh reaksi hipersensitivitas tipe I fase cepat, melainkan
merupakan kombinasi tipe I dan IV. Bonini dkk, menemukan
bahwa hiperreaktivitas non spesifik juga mempunyai peran
dalam KV. Faktor lain yang berperan adalah aktivitas mediator
non Ig E oleh sel mast. Reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai
dengan terbentuknya antibodi IgE spesifik terhadap antigen
bila seseorang terpapar pada antigen tersebut. Antibodi IgE
berperan sebagai homositotropik yang mudah berikatan
dengan sel mast dan sel basofil. Ikatan antigen dengan
antibodi IgE ini pada permukaan sel mast dan basofil akan
menyebabkan terjadinya degranulasi dan dilepaskannya
mediator-mediator kimia seperti histamin, slow reacting
substance of anaphylaxis, bradikinin, serotonin, eosinophil
chemotactic factor, dan faktor-faktor agregasi trombosit.

Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang mengakibatkan


efek vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada mata. Keadaan ini
ditandai dengan gejala seperti mata gatal, merah, edema, berair, rasa
seperti terbakar dan terdapat sekret yg bersifat mukoid. Terjadinya reaksi
hipersensitivitas tipe I fase lambat mempunyai karakteristik, yaitu dengan
adanya ikatan antara antigen dengan IgE pada permukaan sel mast, maka
mediator kimia yang terbentuk kemudian akan dilepaskan seperti histamin,
leukotrien C dan derivat-derivat eosinofil yang dapat menyebabkan
inflamasi di jaringan konjungtiva. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, terjadi
karena sel limfosit T yang telah tersensitisasi bereaksi secara spesifik
dengan suatu antigen tertentu, sehingga menimbulkan reaksi imun dengan
manifestasi infiltrasi limfosit dan monosit (makrofag) serta menimbulkan
indurasi jaringan pada daerah tersebut. Setelah paparan dengan alergen,
jaringan konjungtiva akan diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil dan
basofil. Bila penyakit semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi
dan terjadi sintesis kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang besar
pada lempeng tarsal. Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan oleh ikatan
alergen IgE, tetapi dapat juga disebabkan oleh anafilatoksin, IL-3 dan IL-5
yang dikeluarkan oleh sel limfosit. Selanjutnya mediator tersebut dapat
secara langsung mengaktivasi sel mast tanpa melalui ikatan alergen IgE.
Reaksi hiperreaktivitas konjungtiva selain disebabkan oleh rangsangan
spesifik, dapat pula disebabkan oleh rangsangan non spesifik, misal
rangsangan panas sinar matahari, angin.

Gejala klinis utama adalah rasa gatal yang terus


menerus pada mata, mata sering berair, rasa
terbakar atau seperti ada benda asing di mata.
Gejala lainnya fotofobia, ptosis, sekret mata
berbentuk mukus seperti benang tebal berwarna
hijau atau kuning tua. KV dapat terjadi pada
konjungtiva tarsalis atau limbus, atau terjadi
bersamaan dengan dominasi pada salah satu
tempat tersebut. Pada konjungtiva tarsalis superior
dapat dijumpai gambaran papil cobblestone yang
menyerupai gambaran mozaik atau hipertrofi papil.
Sedangkan pada limbus dijumpai satu atau lebih
papil berwarna putih yang disebut sebagai trantas
dots, yaitu terdiri dari tumpukan sel-sel eosinofil.
Apabila penyakit meluas sampai kornea, disebut
sebagai keratokonjungtivitis vernalis (KKV) dan
digolongkan ke dalam penyakit yang lebih berat,
karena dapat menyebabkan penurunan visus.
SUMBER : Konjungtivitis Vernalis, oleh Siti
Budiati Widyastuti, Sjawitri P. SiregarSari
Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004

INJEKSI KONJUNCTIVA

INJEKSI SILIAR

Jelaskan penyebab mata merah


selain peradangan

Edema Konjungtiva
(Chemosis conjunctivae)
Causa :
-Penyakit konjungtiva sendiri
(radang).
-Penyakit tubuh yang bersifat
umum :
-Penyakit ren dan cor.
-Neurovasculair oedeem.
Pada tarsus oedeem tak dapat
besar sekali.
Pada
pembengkakan
yang
hebat kadang-kadang sampai
menutupi rima palpebrae dan
kornea,
menekuk
keluar
sehingga mata tak dapat
ditutup.

Simblefaron
Perlekatan konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra
Penyebab :
Trauma kimia
Syndroma Stevens Johnson

Pterygium
Merupakan proses degenerasi fibrovaskuler
Lipatan konjungtiva ke cornea

KONJUNGTIVITIS
- Ialah radang pada Konjungtiva.
- Kausa : infeksi, trauma, allergi.
Infeksi :
-Bisa disebabkan oleh bermacam-macam kuman.
-Cara menentukan penyebab :
-Ambil sekret konjungtiva, lihat dibawah mikroskop.
-Lebih safe ambillah epithelnya
Tempat mikroorganisme :
1.Diluar epithel misal toksin dari staphylococcus
aureus.
2.Penetrasi ke epitheel misalnya gonococcen.
3.Disamping penetrasi juga berproliferasi.
Terdapat pada kuman-kuman yang membentuk
granuloma misalnya tuberculosa, lepra dll.

KONJUNGTIVITIS
Gejala-gejala :
Terdapat tanda-tanda radang umum yaitu
dolor, tumor, rubor dan calor.
Calor panas , karena daerahnya kecil tak
terukur
Rubor merah berupa conjunctival injeksi
Dolor berupa ngganjel,gatal, perih
Tumor sebagai proses eksudasi dan
infiltrasi berupa
Sekret
Bangunan patologis

KONJUNGTIVITIS
Gejala subjektif (keluhan) :
Merah
Ngeres/ngganjel
Keluar kotoran (nglodok)
Dempet waktu pagi hari
(O.K kotoran yang kering waktu tidur)

KONJUNGTIVITIS
Gejala objektif (pemeriksaan) :
Conjunctival injection
Sekret (+) (akibat proses eksudasi)
Ada bangunan patologis pada conjunctiva
palpebra (akibat rposes infiltrasi)

Bagaimana proses pemeriksaan untuk


menentukan terjadinya injeksi
konjungtiva

Cara mengecek :
Tekan pangkal arteri : anaemis sebentar.
Gerak-gerakan konjungtiva bulbi : ikut
bergerak.
Ini
menandakan
letaknya
superfisial. Warna merah muda sebab
superfisial.

Mengapa pada a. siliaris terjadi


penurunan visus sedangkan pada a.
konjungtiva posterior tidak terjadi
penurunan visus?

Mengapa didapatkan visus tetap


normal dan bagaimana terjadinya mata
merah mempengaruhi visus

Mengapa pada mata terdapat secret


berwarna putih kental dan apa
penyebabnya dan apa macam secret
dan ciri- cirinya
Macam-macam sekret:

serous, (cair bening)


mucous, (kental bening elastis)
purulen, (cair keruh kuning)
membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat
tak berdarah)
pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila
diangkat berdarah)
Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret serous
Encer seperti air dengan
penyebabnya virus.
Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi
mukopurulen, karena super infeksi
dari kuman komensal, (daya tahan
menurun sehingga kuman komensal
tumbuh tak terkendali)

Sekret mucous
kental, bening, elastis (bila
ditarik dengan ujung kapas),
penyebabnya biasanya
karena proses khronis/alergi
Fibrin-fibrin dalam keadaan
utuh.
Klinis : bila ditutul kapas
akan mulur (elastis) Sebab
zat mucous terdiri dari fibrin

Secret purulen

Makin ganas kumannya makin purulen


(nanah) mis : Gonococcen
Banyak sel yang mati, terutama
leucocyt, dan jaringan nekrose
Kuman-kumannya type ganas, fibrin
sudah hancur.
Bila ditutul kapas, ia akan terhisap,
sifatnya seperti air,berwarna kuning
Campuran : mucopurulen, kental
berwarna kuning, elastis.
Penyebabnya: biasanya
kuman coccen yang lain.

Sekret Pseudo-membranacea
Seolah-olah seperti melekat
pada conjunctiva tetapi mudah
diambil dan tak mengakibatkan
perdarahan. Penyebabnya antara
lain streptococcus haemoliticus

Sekret Membranous :
Misal : pada conjunctivitis
diphtherica.
Terbentuk sekret, sel - sel
lepas dan terbentuk
jaringan nekrotik.
Terjadi defek konjungtiva.
Membran sukar dilepas dan
bila dipaksa akan berdarah
karena ada ulkus
dibawahnya.
Bila dilepas /dikupas akan
berdarah

Sekret Sanguis
Sekret berdarah.
Terdapat pada konjungtivitis karena
virus yang sangat virulent.
Sering disertai sekret purulent
setelah dua/ tiga hari, karena ada
super infeksi dari bakteri komensal.

Bagaimana skret konjungtivitis alergi,


konjungtivitis vernalis, konjungtivitis
bakteri dan virus

Konjunctivitis Bakteri
- Paling sering : Stapilokokus
- Sekret : Muco purulen/purulen
- Akut/kronis
- Pemeriksaan Lab :
- Sekret : Bakteri dan PMN (+)
Kronis Perlu sensitivity Test
Perhatikan :
- Margo Palpebra
- Pungtum Lakrima

Konjungtivitis
bakteri
Sekret
mukopururulen
Konjungtiva
kemotik
Injeksi
konjungtiva

Terapi Konj. Bakteri


- AB yang sesuai
Gram (+) :
- Kloram fenikol/Sulfa cetamid
- Gramisidin
- Cefazolin
- Vancomycin
Gram (-) :
- Gentamycin/tobramycin
- Dibekacyn
- Cyprofloksasin

Non
Infeksi
1. Alergi/Hipersensitivitas
- Konj. Vernal :
- Limbal
- Palpebra
Gatal (++), Sekret seperti benang, kambuh-kambuh.
- Hati-hati penggunaan steroid, pilih yang paling
ringan dalam pengaruhi 10P/TIO flouro
metholon
Akut : Mast Cell Stabilizer : + Steroid
- Cromolyn sodium
- Lodoxanide

Konjungtivitis
alergik

Konjungtiva
kemotik
Konjungtiva
terpajan

Konjungtivitis alergi lensa


kontak
Konjungtivitis
alergi
Papil pada
konjungtiva
tarsal
Sering terdapat
pada alergi
lensa kontak
Giant papillary conjungtivitis

Super infeksi : disebabkan oleh mikroba yang tadinya


tidak patogen. Timbul karena populasi mikroba menjadi
berlebihan karena resistensi terhadap antibiotika
karena pemberian antibiotika yang berlebihan.
Contohnya adalah pemberian antibiotika dalam waktu
lama dengan dosis besar, dapat menyebabkan
terjadinya jamuran.
Koinfeksi : Infeksi dengan dua infeksi secara
bersamaan, mis. infeksi HIV bersamaan dengan TB
atau hepatitis virus.
Infeksi sekunder : ni adalah merupakan akibat dari
Infeksi Primer, yang disebabkan oleh virus seperti pada
tulisan di awal.
Infeksi Sekunder ini disebabkan oleh Bakteri. Bakteri ini
antara lain dari golongan : Streptococcus, Salmonella
Influenzae, dsb.

Mekanisme Hipersensitivitas tipe 1 dan


4

Bagaimana proses terbentuknya cobble


stone?

Gejala klinis utama adalah rasa gatal yang terus


menerus pada mata, mata sering berair, rasa
terbakar atau seperti ada benda asing di mata.
Gejala lainnya fotofobia, ptosis, sekret mata
berbentuk mukus seperti benang tebal berwarna
hijau atau kuning tua. KV dapat terjadi pada
konjungtiva tarsalis atau limbus, atau terjadi
bersamaan dengan dominasi pada salah satu
tempat tersebut. Pada konjungtiva tarsalis
superior dapat dijumpai gambaran papil
cobblestone yang menyerupai gambaran
mozaik atau hipertrofi papil. Sedangkan pada
limbus dijumpai satu atau lebih papil berwarna
putih yang disebut sebagai trantas dots, yaitu
terdiri dari tumpukan sel-sel eosinofil. Apabila
penyakit meluas sampai kornea, disebut sebagai
keratokonjungtivitis vernalis (KKV) dan
digolongkan ke dalam penyakit yang lebih berat,
karena dapat menyebabkan penurunan visus.

Jelaskan bangunan patologis dan


mekanisme terbentuknya dan gambar
Sebagai akibat proses infiltrasi

Bentuknya macam-macam :
papula,
folikel,
vesicula,
excrecencies,
concretio,
phlyctaen,
pinguiculum.

Papula :
Ujud kelainan yang menonjol
dari permukaan konjungtiva
dengan diameter kurang dari 5
mm karena terkumpulnya
infiltrat, neutrofil, limphocyt
dan leukosit yang lain

Follicel:
Merupakan pembesaran
lymphadenoid.
Besarnya kira-kira sama.
Tersusun berderet-deret.
Lebih sering di conjunctiva
palpebrae inferior

Vesicula :
Karena terkumpulnya cairan. Batasnya
tegas.
Causa : proses degenerasi, penyakit
virus (herpes), combustio.

Excrecensies :
Hypertrophie papillair ( papula ) di
palpebra superior.
Dasar : hypertrophie papula dan
adanya degenerasi hyalin permukaan
datar, seperti bludru.
Kalau lebih besar dari biasa : seperti
batu yang disusun (pada tembok) =
cobble stone pavement.
Warna : merah kasar.
Terdapat pada konjungtivitis vernalis.

Concretio :
Disini terdapat hypertrophie yang berlebihan
dan pemadatan sehingga berwarna
putih seperti kapur.
Pemadatan ini dapat dicukil keluar.
Sering disebut lithiasis

Phlyctaen :
Lokasasi : konjungtiva
bulbi, limbus kornea dan
kornea.
Tonjolan berwarna putih
kekuningan, berisi
limfosit, dengan tanda
radang disekitarnya.

Pinguiculum :
Merupakan proses regresi/
kemunduran.
Kausa :irritasi kronis
misalnya debu, asap,
angin.
Misalnya : tinggal dekat
pabrik.
Letak : pada konjungtiva
bulbi yang tak tertutup
palpebra.
Terjadi dari jaringan
pengikat hyalin/elastis.

Apakah ada kaitannya gejala yang


timbul dengan riwayat habis
makan udang

( udang atau kerang) saat itu


menyerang di mata? Mengapa
terjadinya alergi terjadi di tempat
tertentu?
Alergi adalah suatu proses
inflamasi yang tidak hanya berupa

reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi


kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan
pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit
dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan
komponen yang berperanan inflamasi.
Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau
polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan
panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan dapat
menimbulkan reaksi alergi.
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan
dapat berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset
reaction) dan reaksi lambat (delayed onset reaction).
Immediate Hipersensitivityatau reaksi cepat terjadi berdasarkan
reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa
menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan
alergi.

Delayed Hipersensitivityatau reaksi lambat terdapat 3


kemungkinan, yaitu terjadi berdasarkan reaksi
hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi hipersensitifitas
tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Terjadi lebih dari
8 jam setelah terpapar allergen.
Reaksi tipe III dihubungkan dengan bukti ditemukannya IgG
terhadap susu dalam sirkulasi anak yang alergi susu.
Sedangkan reaksi tipe IV secara invitro terbukti dengan
reaksi selular terhadap fraksi protein susu melalui uji
stimulasi limfosit, uji tranformasi blast dan uji hambatan
migrasi leukosit.
Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui
pengeluaran mediator yang mengganggu organ tertentu
yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut
misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah
batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan
terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran
pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya

Mengapa di setiap orang dengan yang


lain punya perbedaan tingkat alergi
( yang satu alergi namun yang lain
tidak alergi)?

Mengapa tiap orang muncul


hipersensitivitas 1,2,3,4?
Bagaimana mekanismenya?

Mengapa dokter memberikan obat


tetes mata dan apa isinya dan
obat apa yang diberikan obat
selain obat tetes mata?
Pemirolast Kalium dindikasikan untuk
Konjungtivitis alergi dan
konjungtivitis vernal dengan bentuk
sediaan tetes mata dengan kadar
0,1%.

Histamin, gatal:obat tetes


antihistamin (Naphcon A/
Vasachon A) generiknya apa?

Kapan dipakaikan tetes mata, salep, oral,


dan sistemik per-oral
Mata saat alergi terdapat gatal, obat apa
yang diberikan? Alasannya diberikan?
Mengapa saat itu diberikan antihistamin
dan saat itu diberikan antihistamin atau
obat yang lain

DD?

Diagnosis banding KV adalah konjungtivitis


alergika musiman, keratokonjungtivitis atopik, dan
giant papillary conjungtivitis. Pada konjungtivitis
alergi musiman, bersifat akut, mereda saat musim
dingin, terdapat edem konjungtiva, jarang disertai
perubahan pada kornea. Pada keratokonjungtivitis
atopik tidak ada perbedaan usia atau jenis
kelamin, adanya sekret yang jernih, letak kelainan
lebih sering di palpebra inferior, tidak terdapat
eosinofil pada scraping konjungtiva, Pada giant
papillary conjunctivitis kelainan juga terdapat di
konjungtiva tarsal superior namun dengan ukuran
diameter papila yang lebih dari 0,3 mm, penyebab
tersering iritasi mekanik yang lama terutama
karena penggunaan lensa kontak.

normal, mata merah visus


turun, mata normal visus
turun (mendadak atau
Trauma basa lebih berbahaya dari
lambat)
pada trauma asam.
Karena air aki

Anda mungkin juga menyukai