Jiunkpe Ns s1 2001 21495110 13727 Konstruksi Chapter2 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

II.

TINJAUAN LITERATUR

1. SEJARAH CONSTRUCTABILITY
Pada tahun 1962, Emmerson Report mengemukakan beberapa poin
rekomendasi untuk meningkatkan koordinasi antara arsitek, konsultan, dan
kontraktor yang harus diminimalisasi, yaitu kurangnya persiapan yang cukup
dalam rencana sebelum tender dan kurangnya komunikasi antara team desain
dan konstruksi.
Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1964, The Banwell Report
mengemukakan bahwa desain dan konstruksi yang terpisah tidak dianjurkan.
Selain itu sangat diperlukan adanya suatu kejelasan dalam dcflnisi atas scmua
kebutuhan pemilik, juga menjadikan sebagai suatu kebutuhan yang mendesak
untuk bekerja sama dengan kontraktor seawal mungkin sehingga dapat
dikembangkan suatu hubungan optimal antar disiplin ilmu.
Pada tahun 1967 NEDO {National Economic Development Office)
dalam The NEDO Report menemukan bahwa masih ada keraguan dimana
kontraktor dibawa dalam tahap desain dan merekomendasikan lebih banyak
penelitian dengan kontraktor dalam team desain.
The Wood Report (1975) merekomendasikan adanya perbaikan dalam
hubungan antar Desain-Konstruksi. Kontraktor mempunyai banyak kontribusi
dalam tahap desain pada penerapan konstruksi, tetapi pada prakteknya
kontraktor disertakan terlambat dalam pelaksanaannya.

Pada tahun 1982, The Business Roundtable melalui Construction


Industry Cost Effectiveness Project (CICE) menyelesaikan empat tahun
penelitiannya tentang constructability dan kemudian

mempublikasikan

"Integrating", 1982.
Sejak saat itu Construction Industry Institute (CII) dari Texas
University, Austin, Texas melakukan riset khusus tentang constructability
dengan membentuk Constructability Task Force, kemudian mempublikasikan
dokumen-dokumen

constructability

yaitu

"Constructability",

1986;

"Constructability", 1987 ; dan "Guidelines", 1987.


Pada tahun 1983, sebuah laporan yang berjudul 'Pembangunan yang
Lebih Cepat untuk Industri' mengemukakan bentuk sebuah kontrak yang
menjelaskan bahwa desain harus membawa kemajuan di lapangan dengan
penggunaan buildability dan kontribusi dari kontraktor.
Pada tahun 1987 Tatum dan Tucker mengemukakan enam jenis utama
dari 'perbaikan constructability'. Poin pertama adalah penggunaan desain
konstruksi yang sensitif, yang memperhatikan desain optimal dari teknik
konstruksi

murni,

standardisasi/repetisi

penyederhanaan
elemen,

konfigurasi/kombinasi

flexibilitas/adaptabilitas

elemen,

elemen,

dan

aksesibilitas-desain yang 'sadar'; poin kedua adalah komunikasi yang efektif


pada informasi teknik dengan memperhatikan ketersediaan informasi dan
kejelasan informasi; poin ketiga pada konstruksi yang optimal, dengan teknik
konstruksi murni, dengan perbaikan pada teknik konstruksi, penggunaan
material, penggunaan

peralatan; poin keempat pada kebijakan/standard

manajemen sumber-sumber konstruksi yang efektif, sumber daya manusia,

material konstruksi, peralatan, biaya/jadwal/kualitas; poin kelima adalah


perbaikan

layanan

vendor/subkontraktor

yang

menitikberatkan

pada

persetujuan identifikasi material/transport dan perbaikan penugasan tanggung


jawab; poin keenam pada masukan kontraktor pada desain.
Delapan pendekatan umum untuk penerapan constructability yang
dikemukakan oleh Radtke pada tahun 1992 adalah: catatan tentang
penggunaan

manajemen

konstruksi

yang

lalu,

dokumen

kontrak

constructability, layanan constructability, peninjauan desain constructability,


program peningkatan kualitas, program constructability formal yang khusus,
panduan standard constructability, dan pelaksanaan yang komprehensif.
Pada jurnal constructability tahun 1993 dikemukakan tentang 'Proses
Constructability Pada Tingkat Proyek' yaitu komitmen untuk menerapkan
constructability, meinbuat program bersama, memperoleh

kemampuan

constructability, merencanakan

menerapkan

penerapan constructability,

constructability, dan penggunaan program bersama terbaru.

2. DEFINISI-DEFINISIDARI CONSTRUCTABILITY
Definisi lama mengatakan bahwa constructability dapat dilihat
sebagai

kemampuan

kondisi-kondisi

proyek

untuk

memungkinkan

penggunaan secara optimal sumber-sumber konstruksi.


Pada tahun 1986, Construction Industry Institute (CII) dari Texas
University, Austin, Texas mendefinisikan constructability sebagai berikut:
"Constructability adalah penggunaan optimum dari ilmu konstruksi dan
pengalaman dalam perencanaan, desain, persiapan, dan operasi lapangan

untuk mencapai sasaran proyek secara keseluruhan." {"Constructability",


1986).
Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 1982, The Business
Roundtable melalui Construction Industry Cost Effectiveness Project (CICE)
telah mendefinisikan constructability sebagai keterlibatan secara terencana
dari konstruksi dalam proses engineering {"Integrating", 1982).
Definisi ini pada intinya sama dengan definisi dari CII yaitu adanya
keterlibatan konstruksi pada proses desain. Perbedaannya, CII lebih
menekankan perlunya unsur pengalaman, selain pengetahuan konstruksi,
dalam proses desain.
Definisi lain yang tidak jauh berbeda dari definisi CII dipublikasikan
oleh The Construction Management Committee, divisi konstruksi dari
American Society of Civil Engineering (ASCE), yang mendefinisikan
constructability sebagai aplikasi disiplin, optimalisasi yang sistematik dari
procurement, konstruksi, test, dan tahap start-up oleh personel konstruksi
yang berpengetahuan, berpengalaman, yang merupakan bagian dari tim
proyek {"Constructability",1991).
Anderson mendefinisikan constructability sebagai gabungan dari
pengetahuan konstruksi, sumber-sumber, teknologi, dan pengalaman kedalam
engineering dan desain dari proyek {Anderson et al. 1995) dimana definisi
inipun mirip dengan definisi yang dikemukakan CII.
Definisi yang agak berbeda dikemukakan oleh Hugo pada tahun 1990,
yang mendefinisikan

constructability sebagai ukuran kemudahan atau

kelayakan dimana sebuah fasilitas dapat dibangun {Hugo et al. 1990).

3. TERMINOLOGI-TERMINOLOGI LAIN YANG BERKAITAN


3.1. Buildability
Ada anggapan yang mengatakan constructability adalah sama dengan
buidability, sebuah istilah yang telah lama dikenal, terutama di Inggris. Di
Inggris

istilah

buildability

didefinisikan

sebagai

"Usaha

yang

memudahkan desain sebuah fasilitas bangunan untuk didirikan, sasaran


untuk seluruh keperluan penyelesaian bangunan." {"Buildability", 1983).
Definisi lain diungkapkan oleh Ferguson (1989) yang mendefinisikan
buildability sebagai: "...kemampuan untuk mendirikan sebuah bangunan
secara efisien, ekonomis dan sesuai dengan kualitas pada penggunaan
material sesungguhnya, komponen, dan sub penyusunnya."
3.2. Value Engineering (VE)
VE didefinisikan

sebagai usaha sistematik yang ditujukan

untuk

menganalisa fungsi yang diperlukan dari sistem, peralatan, fasilitas,


prosedur, dan persediaan dengan tujuan mencapai fungsi utama proyek
pada biaya total terendah, konsisten dengan kinerja, reliability, kualitas,
maintability, keindahan, keamanan, dan ketahanan terhadap api yang
diinginkan" {Kavanagh et ai, 1978). Tujuan utama dari VE adalah untuk
mengurangi biaya total proyek, sedangkan constructability lebih terfokus
pada optimalisasi keseluruhan proyek konstruksi. Pada banyak kasus
penerapannya, VE dimulai pada tahap desain dari proses konstruksi.
Program constructability formal yang efektif idealnya dimulai pada tahap
perancangan konsep dan terus berlanjut sampai akhir konstruksi. Tabel
berikut ini akan menampilkan perbandingan dari VE dan constructability.

Tabel 2.1. Perbandingan Value Engineering dan Constructability.


Kriteria
Fokus

Penerapan

Waktu

Value Engineering
Pengurangan pada biaya total
proyek.

Constructab ility
Optimalisasi proses konstruksi
pada bidang biaya, jadwal, dan
kualitas konstruksi.
Sesi brainstorming dimana
Bagian yang utuh dari
al ternati f-alternatif b i aya
manajemen proyek dan jadwal
dipertimbangkan sebagai
dengan cara menggabungkan
komponen sistem dengan
pengetahuan konstruksi dan
tetap mempertahankan fungsi pengalaman kedalam rancangan
desain.
proyek dan desain.
Biasanya dimulai pada tahap Terus berjalan mulai dari
perancangan konsep sampai
desain. Pada banyak kasus,
dimulai sebagai reaksi untuk pada konstruksi dan start-up.
mengurangi biaya setelah
desain diselesaikan.

4. PROSES CONSTRUCTABILITY PADA TINGKAT PROYEK


CII

dalam

publikasinya

("Constructability",1993)

memaparkan

sebuah model proses constructability pada tingkat proyek, yang merupakan


masukan dari Constructability Implementation Task Force dan penyelidikan
dari program constructability yang sedang diterapkan pada industri. Model
proses ini terdiri atas tonggak-tonggak hirarki, step-step, dan aktifitas-aktifitas
yang tertata rapi dan detil untuk menerapkan constructability dalam proyek.
Point-point utama pada model proses constructability tersebut adalah :
Komitmen untuk menerapkan constructability.
Membuat program bersama.
Memperoleh kemampuan constructability (tonggak 1).
Merencanakan penerapan constructability (tonggak 2).
Menerapkan constructability (tonggak 3).
Memperbaharui program.

10

Untuk jelasnya tentang model proses ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Bentuk
anggota
kunci tim
pemilik
Definisikan
tujuan dan
ukuran
constructabil
ity
Pilih strategi
kontrak
proyek
Amankan
kontraktor,
vendor, dan
konsultan

komitmcn
untuk
mencrapkan
constructabititv

Mcnyusun
program
bcrsama

Mcmpcroleh
kcmampuan
canstructabilih

Kembangkan
tim
constructabil
ity
Kenali
halangan
proyek
Kembangkan
prosedur
constructabil
it}1 dan
gabungkan
ke dalam
aktifitas
proyek

Merencanakan
pcncrapan
conslruclabilitv

Aplikasikan
konsep dan
prosedur
constractabil
ity
Monitor dan
evaluasi
effektifitas
program
proyek
Dokumentasi
kan pelajaran
yang
diperoleh

Mencrapkan
constmctabilitx

Mcmpcrbarui
propra"-

Gambar 2.1. Proses constructabil ity pada tingkat proyek


Sumber: Radtke, M. W., and Russel, J. S. (1993). "Project Level Model
Process for Implementing Constructabil ity. " Journal of Construction
Engineering and Management, ASCE, 119(4), 813-831.

Dari keenam point utama tersebut diatas, ada tiga point yang mempunyai
tonggak beserta langkah-langkah dan aktifitas-aktifitasnya, yaitu point ketiga,
keempat dan kelima. Tabel 2.2 akan memperlihatkan ringkasan langkahlangkah dan aktifitas-aktifitas ketiga tonggak tersebut.

11

Tabel 2.2. Tonggak, langkah, dan aktifitas dari model proses constructability.
Lkh.
1

Nama Langkah
Nama Aktifitas
Aktf.
Tonggak 1: Memperoleh kemampuan constructability
Menyusun anggota team kunci untuk
Memilih manajer proyek pemilik
1
pemilik
untuk melaksanakan
constructability
2
Menyusun kriteria untuk memilih
anggot? kunci tim pemilik
Mendefinisikan sasaran dan ukuran
1
Menyusun sasaran proyek berdasarkan
constructability
constructability
2
Menyusun sasaran constructability
3
Mengidentifikasi ukuran yang cocok
untuk sasaran
Mengenali sumber-sumber
Memilih strategi konstruksi proyek
1
constructability yang telah
tersedia dari dalam tim pemilik
2
Memasukkan dampak dari
constructability dalam memilih
strategi
3
Memilih organisasi yang bertanggungjawab untuk constructability
Kontraktor, vendor, dan konsultan yang
1
Mempertimbangkan program
terpercaya
constructability sebagai bagian
dari kualifikasi awal kontraktor
2
Mempertimbangkan penggunaan
klausul insentif berkaitan dengan
kincrja constructability
Tonggak 2 Mcrcncanakan penerapa n constructability
Mcngcmbangkan team cunsinu lability
1
Menyusun anggota tim
constructab ility
2
Organisasikan tim constructability
3
Orientasi tim constructability
Mengidentifikasi dan mengatasi
1
Mengidentifikasi halangan-halangan
penghalang proyek
yang ada dalam proyek
2
Mengidentifikasi strategi pemecah
halangan-halangan
Mengembangkan prosedur
1
Menentukan tugas-tugas, tanggungconstructability dan
jawab, dan prosedur spesifik
mengintegrasikan dalam kegiatan
constructability
proyek
2
Menggabungkan constructability ke
dalam aktifitas proyek
Tonggak 3: Menerap kan cons 'ructability
Menerapkan konsep dan prosedur
1
Mengaplikasikan konsep
constructability
constructability
2
Melaksanakan prosedur
constructability
: Memonitor dan mengevaluasi
1
Memelihara rekaman dari ide-ide
keefektifan program proyek
constructability
2
Evaluasi dan laporan tentang
kemajuan program-program
3
Mengambil tindakan koreksi
Mendokumentasikan pelajaran yang
Menerima umpan balik yang tepat
didapat

12

Berikut ini adalah penjelasan detil tentang langkah-langkah dan aktifitasaktifitas masing-masing tonggak.
Memperoleh kemampuan constructability (tonggak 1)
Langkah 1 : Menyusun anggota team kunci untuk pemilik.
Manajer proyek dari pemilik dan anggota tim mempunyai pengaruh kritis
dalam suksesnya sebuah proyek {Jaselskis and Ashley, 1991) dan program
constructab ility-nya.
Aktifitas-aktifitas dalam menyusun anggota tim adalah :
a. Memilih manajer proyek pemilik untuk melaksanakan constructability.
Manajer proyek harus memimpin proyek dalam empat area, yaitu,
menyusun

lingkungan

komitmen

untuk

proyek

yang

meningkatkan

mendukung,

efektifitas

mengembangkan

biaya,

menggunakan

constructability untuk mencapai tujuan-tujuan piovek. dan mclibatkan


personel konstruksi (Tatum et ai, 1985).
b. Menyusun kriteria untuk memilih anggota kunci tim pemilik.
Kriteria untuk memilih anggota tim kunci untuk pemilik antara lain
meliputi :
-

Pengalaman dalam proyek.


Pengetahuan konstruksi.

Keahlian komunikasi.
Keahlian dalam bekerja secara tim.
Keahlian untuk mengevaluasi hubungan desain dan konstruksi secara
objektif.
Penerimaan akan ide-ide baru.

13

Langkah 2 : Mendefinisikan sasaran dan ukuran constructability.


Begitu anggota tim kunci pemilik terpilih, sasaran dan ukuran constructability
dapat didefinisikan.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan pada step ini adalah :
a. Menyusun sasaran proyek berdasarkan constructability.
Constructability dapat menuntun tercapainya sasaran proyek. Adalah perlu
bagi semua peserta untuk waspada dan berusaha mencapai sasaran proyek
daripada sasaran pribadi mereka. Tim pemilik dapat mengembangkan
daftar detil dari sasaran proyek. Tiap sasaran kemudian disusun berdasar
prioritas. Sasaran ini dapat digunakan untuk menentukan bagaimana
mengoptimalkan proses konstruksi.
b. Menyusun sasaran constructability.
Susunan spesifik dari sasaran constructability harus dibuat dan boleh
meliputi pengoptimalan hal-hal berikut:
Penggunaan elemen-elemen standard.
Penggunaan modul-modul dan preassembly.
Penggunaan tower crane.
Area penurunan material.
Penggunaan model rlsik atau tiga dimensi, computer aided design
(CAD).
Kemudahan mencapai lokasi kerja.
Pengerjaan ulang konstruksi.
-

Pengerjaan ulang disain.

Kemacetan lokasi kerja.

14

c. Mengidentifikasi ukuran yang cocok untuk sasaran.


Kinerja biaya dan jadwal terlihat sebagai ukuran termudah. Perkiraan
biaya dan penghematan dapat dibuat untuk menganalisa berbagai alternatif
desain.

Keamanan

dapat

diukur

dengan

membandingkan

tingkat

kehilangan waktu akibat kecelakaan dengan proyek serupa atau rata-rata


nasional. Ukuran performance yang berkaitan dengan constructability
antara lain meliputi:
-

Biaya konstruksi.

Jam pekerja di lapangan.

Produktifitas pekerja.

Jumlah item yang tidak sesuai dengan spesifikasi pemilik.


Waktu yang hilang akibat kecelakaan.
Durasi kcmogokan.
Aksessibilitas personel dan material.

Langkah 3 : Memilih strategi konstruksi proyek.


Pemilihan strategi kontrak berpengaruh sangat besar pada waktu dan sumber
masukan constructability.
Berikut aktifitas-aktifitas yang dilakukan pada step ini :
a. Mengenali sumber-sumber constructability yang telah tersedia dari dalam
tim pemilik.
Tim pemilik proyek perlu mengenali dan menggunakan sumber-sumber
constructability yang sudah ada dalam tim tersebut, kemudian pemilik
dapat menentukan sumber apa yang diperlukan dari luar. Sumber-sumber

15

yang tersedia dalam organisasi-organisasi yang mempunyai program


constructability antara lain adalah :
Tuntunan atau manual dari constructability.
Catatan-catatan constructability.
Kritik-kritik dan laporan-laporan sesudah proyek.
-

Arsip pelajaran yang diperoleh (kertas atau elektronik).

Program latihan constructability atau catatan-catatan seminar.

Contoh proposal constructability atau klausul-klausul kontrak.

Riset atau publikasi terkait dengan constructability.

b. Memasukkan dampak dari constructability dalam memilih strategi.


Pemilik memilih strategi kontrak terbaik yang memenuhi sasaran proyek
mereka. Saat memberi masukan konstruksi harus dipertimbangkan ketika
memilih strategi kontrak.
c. Memilih organisasi yang bertanggung-jawab untuk constructability.
Sebuah

organisasi

harus

dipilih

untuk

menerapkan

program

constructability. Organisasi ini boleh oleh pemilik, kontraktor, manajer


disain, atau manajer konstruksi. Pemilik dapat menata program dan
memelihara arsip pelajaran yang diperoleh (Russel et al, 1992b). hal ini
dapat meningkatkan komunikasi di antara peserta proyek mengenai
constructab ility.
Langkah 4 : Kontraktor, vendor, dan konsultan yang terpercaya.
Ketika kontaktor konstruksi atau manajer konstruksi belum dipilih cukup awal
untuk berkontribusi pada pengambilan keputusan yang berpengaruh pada
biaya tinggi selama tahap perencanaan konsep dari proyek, kontraktor

16

konstruksi atau manajer konstruksi pengganti dapat diperlukan untuk


memberikan masukan yang diperlukan tentang pengetahuan konstruksi dan
pengalaman ("Guidelines", 1987). Penggantinya dapat pemilik, organisasi
desain, kontraktor, manajer konstruksi, atau konsultan.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Mempertimbangkan

program

constructability

sebagai

bagian

dari

kualifikasi awal kontraktor.


Pemilik dapat memasukkan program constructability sebagai kriteria
dalam proses kualifikasi awal mereka. Untuk mengevaluasi kriteriakriteria

program

constructability,

faktor-faktor

berikut

boleh

dipertimbangkan (Gugel, 1992):


Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan program.
Jumlah proyek-proyek sebelumnya yang telah menggunakan program.
Hasil kinerja program dalam proyek-proyek sebelumnya.
Kemampuan dan pengalaman personel yang tersedia untuk
menerapkan program.
b. Mempertimbangkan penggunaan klausul insentif berkaitan dengan kinerja
constructability.
Pada proyek perluasan fasilitas petrokimia, pemilik secara efektif
mcnggabungkan program insentif di antara desainer dan kontraktor
[Russell et ai, 1992b). Program insentif desainer dan kontraktor meliputi
insentif untuk tonggak proyek, kualitas, dan tanggal penyelesaian akhir.
Desainer juga mendapat insentif yang berkaitan dengan jumlah usahayang
dikeluarkan

pada

desain.

Kontraktor

mempunyai

insentif

untuk

17

produktifitas di lapangan dan keamanan untuk tambahan pada insentif


mereka. Untuk memperoleh keuntungan dari insentif, kedua organisasi
hendaknya bergantung satu sama lain dan bekerja sama dalam usaha
mereka. Pada proyek ini, tujuan bersama harus disusun di antara desainer
dan kontraktor. Tujuan-tujuan ini mendorong penerapan constructability
sebagai alat untuk memastikan tujuan

bersama tersebut tercapai.

Menciptakan tujuan bersama juga bertindak sebagai alat untuk membentuk


tim di antara desainer dan kontraktor.

Merencanakan penerapan constructability (tonggak 2).


Disarankan agar tonggak ini dimulai secepat mungkin. Tonggak ini dapat
dimulai sebelum peserta utama proyek masuk dalam kontrak dengan pemilik.
Masukan

constructability

idealnya

digabungkan

ke

dalam

rencana

pelaksanaan proyek dan bergantung pada tipe proyek dan strategi kontrak.
Penggabungan masukan constructability yang tidak memadai dapat menuju
pada pelaksanaan aktifitas konstruksi keluar dari urutan, konsentrasi anggota
tidak efesien, paket penawaran yang tidak sempurna, dan meningkatnya
kemungkinan desain untuk dikerjakan kembali {Model, 1990).
Langkah 1 : Mengembangkan team constructability.
Tim constructability harus melibatkan personel dari pihak pemilik, desainer,
dan kontraktor. Tim constructability juga dapat memasukkan personel dari
subkontraktor, vendor, dan konsultan, jika cocok. Agar berfungsi secara
efektif,

tim harus bersama-sama

mendukung

kepentingan-kepentingan

constructability dan meminimalkan hubungan-hubungan yang merugikan.

18

Aktifitas-aktifitas yang dilakukan pada step ini adalah :


a. Menyusun anggota tim constructability.
Individu-individu yang dipilih untuk ikut dalam tim constructability harus
mempunyai pengalaman konstruksi, keahlian antar anggota yang kuat, dan
terbuka untuk ide-ide baru. Dalam memilih anggota kunci tim, manajer
proyek dapat mempertimbangkan empat prinsip berikut {Russell et al.,
1992b):
-

Rencanakan lebih awal.

Berkeras pada individu-individu yang berpengalaman.

Memilih anggota tim yang dapat bekerja sama.

Meminimalkan pergantian anggota tim proyek (Jaselskis and Ashley,


1991).

b. Organisasikan tim constructability.


Pengorganisasian struktur tim constructability dapat bervariasi dari proyek
ke proyek. Peta organisasi dapat mengidentifikasikan peserta tim dan
menggambarkan tugas-tugas mereka. Contoh peta organisasi untuk proyek
dapat ditemukan di "'Constructability Implementation Guide''' (1993).
c. Orientasi tim constructability.
Anggota tim perlu diinformasikan tentang filosofi organisasi terhadap
constructability. Orientasi yang tidak resmi mengenai constructability
dapat meliputi :
Definisi dari constructability.
Kebijaksanaan constructability untuk proyek.
Pentingnya kerjasama tim dan komunikasi.

19

Diskusi tentang sasaran proyek.

Diskusi tentang faktor-faktor kritis suksesnya proyek.


Tugas-tugas dan tanggung-jawab anggota tim constructability.
Prosedur umum constructability untuk proyek.

Langkah 2 : Mengidentifikasi dan mengatasi penghalang proyek.


Banyak organisasi enggan menerapkan program-program constructability
formal, sedangkan organisasi lain mempunyai halangan-halangan untuk
menerapkannya.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan pada langkah ini adalah :
a. Mengidentifikasi halangan-halangan yang ada dalam proyek.
Beberapa halangan terkait dengan memperoleh komitmen pemilik untuk
memulai proses constructability antara lain meliputi kurangnya kesadaran
tentang constructability, keengganan untuk menyediakan pendanaan dari
awal hingga akhir, dan anggapan bahwa constructability telah diterapkan
secara efektif Halangan-halangan lain terkait dengan 'ketidakbiasaan'
anggota tim dengan constructability. Tujuh halangan-halangan yang
diaplikasikan pada anggota tim {O'Connor and Miller, 1992) adalah
seperti berikut:
Kepuasan terhadap diri sendiri (contohnya, keengganan untuk berubah
dan mengambil resiko terhadap pendekatan baru).
Anggapan bahwa usaha constructability menunda jadwal proyek.
Sasaran-sasaran desain dan ukuran-ukuran kinerja desainer yang salah.
Anggapan bahwa desainer telah menganalisa constructability dengan
efektif.

20

Kemungkinan desainer untuk mengorbankan tujuan-tujuan proyek


demi tujuan-tujuan pribadi.

Kebanggaan kepengarangan desain.

Lemahnya kemampuan komunikasi dari kontraktor dan penggunaan


kritik-kritik yang tidak membangun.

b. Mengidentifikasi strategi pemecah halangan-halangan.


Halangan-halangan constructability dapat diatasi melalui pendidikan,
membagi cerita-cerita sukses constructability, dan menunjukkan pada tim
publikasi-publikasi yang direkomendasikan dan studi-studi kasus yang
mengungkapkan

penerapan

program

constructability

Penjelasan yang lebih lengkap mengenai hal ini

yang

sukses.

dapat ditemukan di

O'Connor dan Miller (1992).


Langkah 4 : Mengembangkan prosedur constructability dan
mengintegrasikan dalam kegiatan proyek.
Tim constructability perlu untuk mengembangkan prosedur formal dan
menggabungkannya ke dalam aktifitas proyek. Kordinator constructability
dapat memulai langkah ini dan memastikannya selesai. Aktifitas-aktifitas pada
langkah ini adalah :
a. Menentukan tugas-tugas dan tanggung-jawab constructability.
Tugas-tugas dan tanggung-jawab tiap anggota tim harus ditentukan.
Dengan demikian tidak terjadi tumpang tindih / overlapping tugas-tugas
dan tanggung-jawab masing-masing anggota tim. Tugas-tugas dan
tanggung-jawab anggota tim yang diidentifikasi melalui proses wawancara
dikemukakan dalam Radtke (1992).

21

b. Menggabungkan constructability ke dalam aktifitas proyek.


Aktifitas-aktifitas proyek perlu menggabungkan pengetahuan konstruksi
dan pengalaman melalui tahap disain, procurement, konstruksi, dan startup. Sebuah diagram alir dapat menunjukkan tanggung-jawab untuk
aktifitas-aktifitas constructability tertentu dan untuk anggota tim tertentu.

Menerapkan constructability (tonggak 3).


Dengan

rancangan

constructability

yang memadai, membagi

constructability dapat menjadi bagian dari desain tim

konsep

constructability,

konstruksi, dan aktifitas-aktifitas start-up.


Langkah 1 : Menerapkan konsep dan prosedur constructability.
Aktifitas-aktifitas pada langkah ini adalah:
a. Mengaplikasikan konsep constructability.
Konsep constructability adalah pelajaran yang didapat dari proyek-proyek
sebelumnya yang relevan dengan tipe fasilitas yang dibangun. Sebuah
konsep dapat berkembang dari sebuah ide constructability. Sekali sebuah
ide dikritik dan ditemukan bernilai, ide itu dapat menjadi pelajaran yang
didapat. Jika sebuah pelajaran yang telah didapat mempunyai potensi
untuk dapat diulang pada proyek-proyek di masa yang akan datang,
pelajaran itu dapat menjadi konsep. Konsep dapat diorganisasikan dengan
perencanaan aktifitas-aktifitas dan displin-disiplin desain.
b. Melaksanakan prosedur constructability.
Anggota tim constructability harus waspada terhadap tanggung-jawab
mereka dalam memberikan masukan. Prosedur dapat terus dilanjutkan

22

melewati tahap konstruksi jika detil desain sudah diselesaikan. Timbalbalik dari constructability dapat terus dilanjutkan sampai pertemuan
penutupan proyek dilakukan. Kordinator constructability dapat memonitor
penerapan prosedur-prosedur dan mengambil tindakan koreksi jika
diperlukan.
Langkah 2 : Memonitor dan mengevaluasi keefektifan program proyek.
Memonitor dan mengevaluasi efektifitas dari proses adalah perlu karena, jika
diperlukan, tindakan koreksi dapat diambil. Pemilik dapat lebih mudah
memperkirakan pengeluaran berkaitan dengan constructability pada proyekproyek yang akan datang jika keuntungan program-program yang sukses pada
proyek-proyek yang lalu didokumentasikan. Beberapa catatan memperlihatkan
keuntungan-keuntungan lain dalam proyek (contohnya, mengurangi desain
engineering, meningkatkan aksessibilitas, dan mengembangkan jadwal,
diantara lainnya) tetapi tidak dapat dihitung, karena kesulitan dalam
memperkirakan penghematan mereka.
Aktifitas-aktifitas dalam langkah ini adalah :
a. Memelihara rekaman dari ide-ide constructability.
Kordinator dapat memelihara catatan dari rekaman informasi berkaitan
dengan ide-ide constructability dan memperoleh biaya yang diperlukan
beserta jadwal penghematan yang diperkirakan untuk ide-ide tersebut,
Contoh laporan dapat ditemukan di Russell et al. (1992b).
b. Evaluasi dan laporan tentang kemajuan program-program.
Rekaman dari keuntungan dapat dipakai untuk laporan dari kemajuan
program constructability. Perubahan-perubahan yang disarankan untuk

23

menetapkan spesifikasi-spesifikasi,

standard-standard,

dan prosedur-

prosedur untuk meningkatkan constructability atau peningkatan biaya


secara efektif juga dapat diikutkan dalam laporan. Tim constructability
dapat

menjelaskan

bagaimana

peningkatan

constructability

dapat

mempengaruhi kinerja dari sasaran proyek.


c. Mengambil tindakan koreksi.
Proses komunikasi di antara tim constructability

perlu dibentuk.

Tambahan latihan-latihan membentuk tim mungkin diperlukan untuk


meningkatkan hubungan kerja dari tim. Tindakan koreksi mungkin juga
diperlukan untuk memodifikasi prosedur constructability pada aktifitasaktifitas yang berkaitan.
Langkah 3 : Mendokumentasikan pelajaran yang didapat.
Masukan balik pada proses constructability perlu untuk ditcrima baik sclama
konstruksi maupun pada saat kesimpulan proyek. Selama konstruksi, adalah
penting untuk mendapat penilaian yang obyektif atas dokumen-dokumen
desain dari kontraktor dan subkontraktor. Penilaian mereka dapat ditambahkan
pada arsip pelajaran yang didapat. Pada kesimpulan proyek, disarankan agar
tim constructability secara obyektif menilai dan mengevaluasi tiap fungsi
desain sebagai dasar mengembangkan tambahan pelajaran yang didapat.

Pada bab I buku Manajemen Proyek Konstruksi jilid 1, siklus manajemen proyek
dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Perencanaan konsep

24

Tahap ini mencakup pelaksanaan studi kelayakan dengan berbagai aspeknya


seperti tinjauan terhadap sumber-sumber daya, pengalaman personil, dan
kemudahan akses lokasi. Dilakukan juga kualifikasi terhadap konsultan
perencana untuk mendesain proyek.
2. Rancang bangun dan perekayasaan
Setelah perencanaan konsep selesai dan desainer telah dipilih, tahap ini segera
dimulai. Owner menjelaskan semua keinginannya kepada desainer yang
menindaklanjuti

dengan

mulai

mendesain

proyek.

Sesuai

teori

constructability, kontraktor harus telah dilibatkan pada tahap ini. Jika


memungkinkan, konstraktor sudah dilibatkan mulai pada tahap perencanaan
konsep. Diharapkan pada tahap ini owner, desainer dan kontraktor sudah
membentuk tim untuk bekerja sama mendesain program jalannya proyek.
3. Pelaksanaan fisik/konstruksi
Pada tahap ini dimulai pembangunan fisik bangunan. Diharapkan semua pihak
bekerjasama menjalankan program yang telah dibuat sehingga proyek berjalan
secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai