IMPOR HORTIKULTURA
(Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi
Produk Impor di Jawa Timur)
Skripsi
DISUSUN OLEH :
AHMAD AFIF MAULANA
071011010
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Ahmad Afif Maulana
071011010
i|Skrips i
ii | S k r i p s i
iii | S k r i p s i
iv | S k r i p s i
Halaman Persembahan
v|Skrips i
vi | S k r i p s i
Ucapan Terimakasih...
Alhamdulillah Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan
Nikmat dan Anugerah yang tak terhingga hingga saat ini. Semoga selalu
bisa menjadi Hamba-Mu yang senantiasa syukur dan dzikir. Juga kepada
inspiratorku dan panutan terbaik manusia, Rasulullah Muhammad SAW
yang selalu kurindukan kehangatan cintanya. Assalamualaika Yaa
Rasulallah...
Salam tadzim dan hormat ananda kepada Ayahanda dan Ibunda yang
senantiasa memberikan semangat, kasih sayang dan doa yang tulus dan
tiada terputus. Terima kasih atas perjuangan di siang dan malam untuk
merawat dan mendidik ananda dengan pendidikan yang terbaik. Semoga
Allah senantiasa menjaga dan melindungi panjenengan..
Kepada kedua kakakku Mas Arif dan Mas Fahmi beserta dua jagoan
kecilnya Kak Fathir dan Dek Naufal semoga kalian bisa membanggakan
orangtua, abi dan umik ya kelak...
Terimakasih kepada Bapak Drs. Roestoto H.P., S.U (Semoga Allah
memanjangkan usianya) selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah
membimbing dan mengajari kami dengan ilmu dan wejangan yang
membekas dihati, suara beliau selalu dirindukan saat kuliah di kelas AN...
Kepada segenap Dosen dan staf pengajar di Program studi S1 Ilmu
Administrasi Negara: Dr. Falih Suaedi selaku Kaprodi Ilmu Administrasi
Negara, Prof. Jusuf Irianto M.Comm., Pak Gitadi Tegas Supramudyo
M.Si, Bapak Dr. Bintoro Wardianto, Bapak Dr. Antun Mardianta, Bapak
Soenaryo M.Pst, Bapak Eko Supeno M.Si, Bapak Nanang Haryono M.Si,
Pak Philipus Keban M.Si, Ibu Erna Setijaningrum M.Si dan juga Ibu
Rochyati Wahyuni MS. Salam tadzim dan hormat ananda kepada
panjenengan. Semoga ilmu-ilmu yang telah panjenengan berikan
membawa manfaat dan barokah untuk saya dan teman-teman semua...
Terimakasih untuk Bapak Eka setiyabudi, Bapak Adi Utomo, Ibu Ninik
Margirini dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provisi Jawa Timur
yang telah dengan senang hati memberikan informasi selama masa
penelitian. Segenap Kepala dan staf di Biro Administrasi Perekonomian
Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Balai Besar
Karantina Pertanian Surabaya, BPD GINSI Jawa Timur dan BPS Provinsi
Jawa Timur yang kooperatif dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Special hugs for my beloved Brothers and Sisters, Cahaya Bulan teams:
Tetriana Widya Nur Indah S.IAN yang telah mendahului kami (Lulusnya)
dan insya Allah mendahului juga dalam berkeluarga, My best think tank
dari bukit Giri Asri Betty Wahyuningtyas, Latifha Kunen Kurnia yang
selalu berusaha membumikan bahasa ngapak ala adipala, My Brother
Cak Denny Samba dan juga Kang M. Lukman ukik Al Hakim yang
selalu menemani kisah klasik selama masa kuliah. Terima kasih atas cinta,
doa dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini, insya Allah
tidak ada ujung dari perjalanan kisah kita... :)
vii | S k r i p s i
viii | S k r i p s i
Abstrak
Era globalisasi perdagangan berdampak pada produk hortikultura
Indonesia. Dalam rangka melaksanakan perlindungan konsumen dan pengawasan
terkait dengan komoditas hortikultura, melalui Permentan No. 89 tahun 2011
pemerintah membatasi distribusi produk impor hortikultura hanya melalui empat
pintu masuk, salahsatunya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dalam kaitan itu,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa
Timur untuk menjaga stabilitas harga komoditas lokal, melindungi produk
hortikultura lokal dan sebagai upaya mencegah kemungkinan cemaran biologis,
kimiawi dan benda lain yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan
pengendalian distribusi produk impor hortikultura dan juga faktor-faktor yang
mempengaruhi proses implementasi. Untuk menjawab permasalahan penelitian,
digunakan motode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik
penentuan informan secara purposive. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan
data melalui triangulasi sumber data sehingga data yang disajikan merupakan data
yang absah.
Hasil temuan data menunjukkan bahwa implementasi kebijakan
pengendalian distribusi produk impor hortikultura di Jawa Timur seluruh
prosedurnya telah dilaksanakan dengan baik. Adapun faktor sumberdaya staf,
fasilitas fisik dan finansial dalam kondisi tidak memadai/mencukupi pada
pelaksana di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur sehingga
kondisi tersebut menghambat implementasi kebijakan ini.
Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Pengendalian Impor, Hortikultura
ix | S k r i p s i
Abstract
Nowaday the era of trade globalization impact the Indonesian
horticultural products. In order to protect and supervise the distribution
especially in horticultural commodities, the government issued Permentan No. 89
tahun 2011 to restricts the distribution of imported horticultural products only
through four entrances, one of them is the Port of Tanjung Perak. In that regard,
the East Java Governor issued Pergub Jatim No. 2 tahun 2013 to control the
distribution of Imported Products in East Java. This regulation to maintain the
stability of the local commodity prices, protecting the local horticultural products
and as an effort to prevent possible contamination of biological, chemical and
other objects that can be harm and endanger human health.
This research is conducted to describe the implementation policy of the
distribution controlling of imported horticultural products and also the factors
that affect the implementation process. This research used qualitative method with
descriptive research type. Data was collected by interview and documentation
technique. The informants determination technique is purposive sampling
technique. The examination technique of data through triangulation, so data
which presented is a valid data.
The research results showed that the implementation policy of the
distribution controlling of imported horticultural products in East Java has been
implemented properly. While staff resources, physical facilities, and financial
condition was insufficient in Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Timur and these conditions inhibit the policy implementation.
Keywords: Policy Implementation, Import Control, Horticulture
x|Skri ps i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan
Pertolongannya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Implementasi
Kebijakan Pengendalian Impor Hortikultura (Studi Implementasi Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Distribusi
Produk Impor di Jawa Timur) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai provinsi yang memiliki kondisi agro-ekologi yang bervariasi dan
didukung dengan kesesuaian lahan yang tersedia, Jawa Timur merupakan provinsi
yang memiliki berbagai jenis komoditas hortikultura tropik maupun sub tropik.
Namun faktanya komoditas hortikultura lokal saat ini belum mampu bersaing
dengan produk hortikultura impor disebabkan berbagai hal. Impor hortikultura
selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya baik dari segi volume maupun
nilainya. Padahal peningkatan impor produk hortikultura dikhawatirkan tidak
hanya mengancam produksi produk sejenis di dalam negeri, namun juga
dikhawatirkan masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
seperti hama, virus dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam rangka mengamankan
pasar dalam negeri, mengatur pola distribusi dan sebagai upaya mencegah
kemungkinan cemaran yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia,
Pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengesahkan Peraturan Gubernur Jawa
Timur Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di
Jawa Timur. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi
xi | S k r i p s i
xii | S k r i p s i
DAFTAR ISI
JUDUL DALAM ........................................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................................ ix
ABSTRACT............................................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xvii
DAFTAR GRAFIK/ GAMBAR ............................................................................................. xix
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. I-1
I.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ I-1
I.2. Rumusan Masalah.................................................................................................... I-26
I.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... I-26
I.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... I-27
I.5. Tinjauan Pustaka...................................................................................................... I-27
I.5.1. Kebijakan Publik .............................................................................................. I-27
I.5.1.1. Karakteristik, Urgensi dan Ciri Kebijakan Publik............................... I-31
I.5.1.2. Tahapan dalam Kebijakan Publik........................................................ I-34
I.5.1.3. Tipe-tipe Kebijakan Publik ................................................................. I-37
I.5.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Publik......................... I-42
I.5.1.5. Implementasi Kebijakan Publik .......................................................... I-44
I.5.1.6. Model-model Implementasi Kebijakan ............................................... I-47
I.5.2. Kebijakan Impor ............................................................................................... I-56
I.5.2.1. Faktor Pendorong Terjadinya Impor ................................................... I-58
I.5.2.2. Pengendalian Impor............................................................................. I-59
I.5.3. Hortikultura ...................................................................................................... I-60
I.5.3.1. Definisi Hortikultura ........................................................................... I-60
xiii | S k r i p s i
xv | S k r i p s i
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi | S k r i p s i
DAFTAR TABEL
No
Halaman
III.5. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sasaran Kebijakan ................... III-38
III.6. Susunan Anggota PPNS-PK dan PPBJ Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur ...................................................................... III-40
III.7. Susunan Staf Bagian Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur ............................................................. III-43
III.8. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Staf ..................... III-44
III.9. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Kewenangan ........ III-49
III.10. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Fasilitas Fisik .... III-51
III.11. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Informasi ........... III-54
III.12. Rekapitulasi Sumberdaya Dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian
Distribusi Produk Impor Hortikultura di Jawa Timur .......................................... III-58
III.13. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Karakteristik Agen
Pelaksana .............................................................................................................. III-65
III.14. Rekapitulasi Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian
Distribusi Produk Impor Hortikultura di Jawa Timur .......................................... III-73
III.15. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Disposisi ................................. III-80
III.16. PDRB Per Kapita Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2011-2013 ............................................................................................................. III-84
III.17. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Karakteristik Kebijakan ......... III-90
III.18. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Respon Objek Kebijakan........ III-95
xviii | S k r i p s i
No
Halaman
I.1.
I.2.
I.3.
Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Matter dan Van Horn ............... I-52
II.1.
Laju Inflasi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2009 - 2013 ................................. II-7
II.2.
II.3.
III.1. Alur Penerbitan RIPH dan SPI Melalui Sistem Inatrade ................................ III-13
III.2. Mekanisme Prosedur Teknis Pengawasan ...................................................... III-22
III.3. Koordinasi Pelaksanaan Penyidikan ............................................................... III-28
III.4. Mekanisme Penarikan Barang ........................................................................ III-31
III.5. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2010-2013 ............................... III-83
xix | S k r i p s i
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan
hidup
masyarakatnya.
Negara
yang
maju
I-1
PENDAHULUAN
antarnegara menjadi semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi
pembangunan menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994:65) adapun ciri-ciri
yang digunakan dalam teori tersebut antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan produksi
barang dan jasa dimana sektor primer memiliki peranan yang sangat
besar dalam perekonomian negara.
2. Tersedianya lapangan kerja yang produktif.
3. Lalu lintas perdagangan ekspor dan impor, serta pembayaran luar
negeri.
4. Kestabilan harga yang terjadi di pasar.
Implikasi dari globalisasi ekonomi ini adalah semakin besar pula
kemungkinan negara tersebut memperoleh kesejahteraan sebagai tujuan dari
aktivitas perdagangan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kesejahteraan
suatu negara akan bergantung kepada kue perdagangan dunia diperoleh
melalui aktivitas perdagangan.
Pada tanggal 6 Nopember 2001 dalam forum puncak ASEAN dan
Republik Rakyat Cina di Brunei Darussalam, Indonesia dan negara-negara
ASEAN berhasil menyepakati komitmen pembentukan framework kerja sama
ekonomi dan pendirian kawasan perdagangan bebas bersama (ASEAN-China
Free Trade Area). ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara
ASEAN dengan Cina untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan
menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang,
baik berupa tarif maupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan
I-2
PENDAHULUAN
2010:1)
Selanjutnya
kerangka
kerjasama
ekonomi
secara
akan
meningkat adalah kelompok produk pertanian, antara lain kelapa sawit, karet,
dan kopi. Kemudian produk yang diprediksi akan terkena dampak negatif
I-3
PENDAHULUAN
adalah produk yang pasarnya di dalam negeri, antara lain garmen, elektronik,
sektor makanan, industri baja/besi, dan produk hortikultura.
Menurut Anifawati (2013:3) kedudukan produk hortikultura memiliki
peranan penting dalam kegiatan perdagangan internasional. Hal ini dapat
dilihat pada perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia World Trade
Organization (WTO) yang salah satunya mengatur perdagangan hortikultura
secara khusus dalam skala global. Indonesia yang menjadi salah satu anggota
dalam WTO secara otomatis memiliki kewajiban untuk mengikuti segala
peraturan yang telah diterapkan dalam WTO termasuk dalam aturan WTO
mengenai perdagangan bebas pada produk hortikultura. Era globalisasi
perdagangan yang terjadi saat ini siap atau tidak akan berdampak pada produk
hortikultura Indonesia. Produk Indonesia harus bersaing dengan produkproduk hortikultura negara lainnya dalam persaingan yang ketat. Sektor
pertanian dapat menjadi salah satu sektor unggulan yang dapat memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Setiap negara berusaha
mengunggulkan produknya dengan berlomba-lomba untuk menghasilkan
varietas produk terbaik. Sehingga produk yang paling unggul yang dapat
merebut
hati
konsumen
internasional
adalah
negara
yang
mampu
I-4
PENDAHULUAN
I-5
PENDAHULUAN
I-6
PENDAHULUAN
3. Sebagai salah satu sumber devisa negara, namun pada masa kini justru
menjadi pengurang devisa negara karena Indonesia menjadi negara
importir buah-buahan dan sayuran.
Menurut data BPS kontribusi subsektor hortikultura terhadap
pembangunan sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat yang
ditandai dengan peningkatan beberapa indikator makro, seperti Produk
Domestik Bruto (PDB), volume ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Angka
PDB hortikultura tahun 2005 sebesar Rp 61,792 miliar meningkat menjadi Rp
88.334 miliar pada tahun 2010. Adapun PDB terbesar disumbang dari
komoditas buah, disusul sayuran, bunga hias dan tanaman obat. Selain
peningkatan PDB akan geliat buah lokal membuka lapangan kerja yang
meningkat, sepanjang tahun 2004 2009 tenaga kerja yang bergerak di bidang
on farm hortikultura meningkat dari 2.924.487 orang menjadi 3.974.898
orang, atau terjadi peningkatan sebesar 35 persen selama 5 tahun terakhir.
Kontribusi ekspor buah-buahan Indonesia ke pasar internasional meningkat
menjadi 0,8% (BPS, 2010).
Namun,
menurut
Direktur
Budidaya
Tanaman
Sayuran
dan
I-7
PENDAHULUAN
kapita per tahun. Nilai tersebut masih belum mampu memenuhi rekomendasi
tingkat konsumsi sayuran per kapita sebesar 73 kilogram per kapita per tahun.
Bila kedua tingkat
maka terdapat
I-8
PENDAHULUAN
Lampiran
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
I-9
PENDAHULUAN
JENIS-JENIS
Alpukat,
Buah
Naga,
Kedondong,
Pisang,
Mangga,
Biofarmaka/
Tanaman Obat
Florikultura/
Bunga Hias
I-10
PENDAHULUAN
Buah-Buahan
KOMODITAS
Sayuran
Tanaman Hias
- Mangga
- Cabe rawit
- Krisan
- Jeruk
- Bawang Merah
- Sedap Malam
- Pisang
- Kentang
- Mawar
- Durian
- Kol
- Melati
- Rambutan
- Tomat
- Salak
- Sirsat
- Manggis
- Apel
- Belimbing
Sumber: Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013
Tanaman Obat
- Mengkudu
- Mahkota Dewa
- Laos/ Lengkuas
- Jahe
hortikultura
terutama
sayuran
dan
buah-buahan
sehingga
Komoditas
hortikultura yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman
obat memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif untuk dikembangkan
I-11
PENDAHULUAN
mengingat potensi serapan pasar dalam negeri dan internasional yang terus
meningkat. Namun faktanya berbeda, kecenderungan yang terjadi adalah
membanjirnya produk industri dan pertanian yang mengakibatkan besarnya
arus impor produk daripada arus ekspor produk ke luarnegeri. Menurut
Kementerian Pertanian perkembangan impor buah dan sayur di Indonesia
mengalami lonjakan yang tinggi.
Pada tahun 2008 nilai impor produk hortikultura baru mencapai 881,6 juta
dollar AS, tetapi pada 2011 nilai impor produk hortikultura sudah mencapai 1.7
miliar dollar AS (dengan kurs Rp. 10.000, sekitar Rp 17 triliun). Sedangkan
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI mencatat nilai
impor komoditas hortikultura Indonesia Sepanjang tahun 2012, volume impor
hortikultura sebanyak 1,66 juta ton, buah 826,597 ribu ton dan sayur sebanyak
770 ribu ton. Sedangkan menurut data Pusdatin Nilai impor komoditas sub
sektor hortikultura pada bulan Agustus 2012 mencapai US$ 145,42 juta atau
mengalami penurunan sebesar 15,02% dibandingkan bulan sebelumnya.
Demikian pula, dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 18,76%, yaitu
dari 194,22 ribu ton menjadi 157,79 ribu ton. Realisasi nilai impor yang cukup
besar pada bulan Agustus 2012 adalah lengkeng segar dan olahan sebesar US$
37,81 juta, bawang putih segar dan olahan (US$ 25,01 juta), apel segar dan
olahan (US$ 15,55 juta), dan anggur segar dan olahan (US$ 14,70 juta).
Perkembangan impor komoditas sub sektor hortikultura bulan Juli - Agustus
2012 disajikan pada Tabel I.3
I-12
PENDAHULUAN
Tabel I.3 Impor komoditas sub sektor hortikultura, Juli - Agustus 2012
I-13
PENDAHULUAN
Adapun total nilai ekspor sub sektor hortikultura pada bulan Agustus 2012
adalah US$ 42,74 juta atau mengalami penurunan sebesar 3,31% dibandingkan
bulan Juli 2012. Sebaliknya, dari sisi volume ekspor komoditas sub sektor
hortikultura mengalami peningkatan sebesar 5,68%, yaitu dari 41,73 ribu ton
menjadi 44,10 ribu ton. Komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai nilai
ekspor terbesar pada bulan Agustus 2012 adalah nenas segar dan olahan sebesar
US$ 14,01 juta, cabe segar dan olahan sebesar US$ 1,91 juta, kubis segar sebesar
US$ 1,81 juta, dan anggur segar sebesar US$ 1,58 juta. Perkembangan ekspor
komoditas hortikultura periode bulan Juli - Agustus 2012 secara rinci disajikan
pada Tabel I.4
I-14
PENDAHULUAN
Tabel I.4 Perkembangan ekspor komoditas hortikultura periode bulan Juli - Agustus 2012
I-15
PENDAHULUAN
I-16
PENDAHULUAN
Tabel I.5 Neraca perdagangan komoditas sub sektor hortikultura bulan Juli - Agustus 2012
I-17
PENDAHULUAN
I-18
PENDAHULUAN
I-19
PENDAHULUAN
Tabel I.6 Data Kegiatan Impor Komoditas Hortikultura Melalui Pelabuhan Tanjung Perak 2011-2013
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
KOMODITAS
Apel
Jeruk
Pear
Kurma
Strawberry
Bawang Merah
Bawang Putih
Bawang Bombay
Wortel
Cabai
NEGARA
ASAL
Cina
Cina
Cina
Mesir
Cina
Vietnam
Cina
India
Cina
Cina
2011
44.060.754
33.904.508
30.285.196
1.304.300
101.000
10.030.150
223.256.680
12.578.649
9.216.325
59.700
VOLUME (KG)
2012
74.445.405
53.127.949
68.293.543
1.708.666
277.244
5.727.400
294.801.775
6.190.050
12.393.625
1.536.300
2013
83.317.070,98
66.754.230,2
102.971.975,7
1.553.450
572.205
12.520.888
392.170.754
40.654.149
6.636.250,00
1.974.920,00
I-20
PENDAHULUAN
permintaan
terhadap
apel
juga
turun.
(http://regional.kompas.com/read/2014/01/04/1112129/Panen.Harga.Apel.Batu.A
njlok diakses 27 Februari 2014). Selain itu daya saing buah lokal rendah salah
satunya dipicu oleh infrastruktur yang buruk seperti jeruk dari Malang yang akan
dibawa ke Jakarta akibat infrastruktur yang buruk, biaya angkutan menjadi mahal
sehingga harga jadi mahal dan kualitas buah menurun karena waktu angkut yang
lama. Sementara buah jeruk impor dari Singapura bisa dijual dengan harga murah
dan dalam kondisi bagus karena infrastruktur bagus dan proses angkut yang
efisien (http://www.investor.co.id/ agribusiness/ citra-buruk-penyebab-buah-lokalkalah-bersaing/ 31816 diakses 14 Juli 2014).
I-21
PENDAHULUAN
Dengan melihat fakta dan temuan di lapangan, maka wajar rasanya jika
masyarakat khususnya para pengusaha domestik resah dalam menghadapi serbuan
produk impor dari Cina. Peningkatan impor produk hortikultura tersebut
dikhawatirkan tidak hanya mengancam kelangsungan produksi produk sejenis di
dalam negeri, namun juga mengakibatkan masuknya Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) eksotik yang tidak pernah ada di Indonesia, yang pada
akhirnya mengakibatkan turunnya produktifitas produk hortikultura dalam negeri.
Tingginya permintaan impor akan barang konsumsi baik produk hasil industri
maupun pertanian, mengakibatkan kegelisahan di kalangan produsen dalam negeri
karena dapat mengganggu dan mengurangi daya saing barang lokal sejenis di pasar
dalam negeri (Kemendag, 2012)
Produk impor juga tidak terlepas dari masalah keamanan pangan meliputi
kondisi kemungkinan adanya cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia seperti
yang ditemukan oleh Balai Karantina Pertanian Surabaya pada 2 Mei 2013 saat
dilakukan pemeriksaan dua kontainer jeruk Mandarin Kinnow (Citrus Reticulata)
impor asal Pakistan. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa jeruk
sebanyak 53 ribu kilogram itu sudah membusuk dan mengandung jamur
karsinogenik penyebab kanker. Akhirnya sebanyak 5.300 kardus berisi jeruk
dikeluarkan dari kontainer berukuran 40 feet untuk digilas. Sedangkan kardusnya
dibakar (http://www.tempo.co/read/news/2013/05/02/090477365/Balai-KarantinaMusnahkan-53-Ribu-Kg-Jeruk-Busuk diakses 27 Februari 2014).
Permasalahn lain terkait produk hortikultura impor juga ditemukan oleh
Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian pada triwulan II 2013 di
I-22
PENDAHULUAN
kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan barang dan/atau jasa yang
diperolehnya di pasar.
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi pangan baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan
I-23
PENDAHULUAN
secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undangundang tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk
memajukan kesejahteraan umum, dimana dapat diartikan bahwa pemerintah
sepatutnya bisa mengatur kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangannya
sendiri. Pemerintah sebagai stakeholder memiliki peranan penting dalam hal
pembuat kebijakan dan regulasi terkait perlindungan dan pengawasan peredaran
produk impor.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Anifawati (2011) mengenai
kebijakan pembatasan impor hortikultura dan daging sapi sebagai kebijakan
proteksi kepentingan dalam negeri ditemukan fakta bahwa ada 4 dampak yang
ditimbulkan terkait dengan kebijakan ini, diantaranya: pertama, adanya protes dari
pemerintah Amerika Serikat karena dianggap membatasi impor dan berdampak
negatif bagi sektor pertanian dan peternakan Amerika Serikat dan dianggap
bertentangan dengan peraturan yang telah disepakati oleh World Trade
Organization (WTO). Dampak kedua yaitu terjadinya inflasi yang disebabkan
jumlah pasokan (supply) pangan lebih sedikit daripada jumlah permintaannya
(demand), sehingga menyebabkan kenaikan harga. Sementara, keran impor telah
ditutup/dibatasi dengan kebijakan pengendalian. Ketiga, kebijakan pembatasan
impor hortikultura dan daging sapi berdampak pada produktivitas petani lokal
untuk bersemangat dalam memproduksi hortikultura dan sapi lokal. Keempat,
adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura dan daging sapi meningkatan
neraca perdagangan produk pertanian sampai Nopember 2012 mengalami surplus
sebesar US$ 19,00 milyar dengan nilai ekspor sebesar US$ 31,78 milyar dan nilai
I-24
PENDAHULUAN
impor sebesar US$ 12,78 milyar. Sedangkan bila dibandingkan tahun 2011 pada
periode yang sama, terjadi penurunan surplus neraca nilai perdagangan 9,55%
atau dengan capaian -63% (tidak berhasil) dari target 15%.
Pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengesahkan Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor
di Jawa Timur sesuai dengan maksud diterbitkannya untuk menjaga stabilitas
harga komoditas lokal, melindungi produk hortikultura lokal dari produk impor
dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan, selain itu juga sebagai upaya
mengatur pengendalian produk impor hortikultura dan pemberdayaan usaha
hortikultura di Jawa Timur yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan para petani lokal.
Dalam Pergub Jatim No. 2 tahun 2013 ini terdapat pasal-pasal yang
menyatakan bahwa importir wajib menyerahkan surat pernyataan yang berisi
beberapa poin terkait dengan jenis barang yang diimpor, jumlah barang, negara
asal barang, tempat penampungan sementara/gudang, tujuan distribusi dan
peruntukannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan produk impor,
menjaga stabilitas harga komoditas lokal dan bentuk perlindungan pemerintah
terhadap konsumen. Selain mengatur terkait masalah perijinan, Peraturan
Gubernur Jatim Nomor 2 Tahun 2013 juga mengatur mengenai pengawasan
dalam rangka pengendalian pelaksanaan distribusi produk Impor. Adapun
pelaksana pengawasan peredaran, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim
Terpadu Pengawasan Barang Beredar yang ditetapkan melalui Keputusan
Gubernur Jawa Timur.
I-25
PENDAHULUAN
Dari paparan tersebut peneliti merasa tertarik dan merasa perlu untuk
melakukan pengkajian dan penelitian yang diwujudkan dalam bentuk skripsi
dengan judul Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Produk Impor
Hortikultura (Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur).
struktur
birokrasi,
I-26
PENDAHULUAN
Manfaat Akademis
Memberi sumbangan bagi perkembangan studi Ilmu Administrasi Negara
terkait dengan kajian implementasi kebijakan publik. Penelitian ini
berusaha melihat implementasi kebijakan dari segi pelaksana maupun
kelompok sasaran dengan mengelaborasikan teori implementasi dari
Edwards III, Van Matter dan Van Horn yang mengarah pada pelaksana
kebijakan serta teori implementasi Hill & Hupe yang mengacu pada
kelompok sasaran.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bermanfaat
bagi keefektifan pelaksanaan kebijakan guna melihat dan meneliti
pelaksanaan kebijakan serta hasil yang dicapai dan mencapai umpan balik
untuk perbaikan kebijakan selanjutnya.
I-27
PENDAHULUAN
I-28
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I-30
PENDAHULUAN
Ketiga,
kebijakan
publik
merupakan
apa
yang
PENDAHULUAN
publik
dipelajari
dengan
maksud
untuk
I-32
PENDAHULUAN
b)
Alasan Profesional
Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk
bidang tertentu,
keputusan-keputusan
melainkan diikuti
yang
bersangkut
pula
paut
dengan
dengan
I-33
PENDAHULUAN
I-34
PENDAHULUAN
I-35
PENDAHULUAN
oleh
unit-unit
administrasikan
yang
untuk
meraih
dampak
yang
diinginkan,
yaitu
I-36
PENDAHULUAN
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
dan
dicapai
melalui
tindakan
publik.
I-37
PENDAHULUAN
maupun
informasi
mengenai
nilai
yang
potensial tersedia
yang dapat
memberi
I-38
PENDAHULUAN
I-39
PENDAHULUAN
I-40
PENDAHULUAN
b) Kebijakan Regulatif
Kebijakan regulatif merupakan kebijakan yang mengandung
pemaksaan, pembatasan atau pelarangan perbuatan yang
diterapkan secara langsung kepada individu. Kebijakan
regulatif
biasanya
bersifat
mengatur
individu
untuk
I-41
PENDAHULUAN
Suharno
(2010:52)
proses
pembuatan
kebijakan
I-42
PENDAHULUAN
atau
kebijakan
yang
telah
dibuat
banyak
kebijakan
dapat
dilahirkan
karena
pengaruh
terdahulu
kebijakan/keputusan.
dilakukan
dengan
berpengaruh
Sering
juga
pada
pembuatan
pembuatan
kebijakan
mempertimbangkan
pengalaman-
I-43
PENDAHULUAN
I-44
PENDAHULUAN
yang senyatanya
terjadi
I-45
PENDAHULUAN
berarti bahwa ada perubahan yang bisa diukur berkaitan dengan kebijakan
yang dijalankan.
Menurut Anderson dalam Islamy (2002:107) semua jenis kebijakan
publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengontrol perbuatan
manusia sesuai dengan aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan
pemerintah atau negara. Suatu kebijakan akan menjadi efektif bila
dilaksanakan dan memiliki dampak positif bagi anggota masyarakat. Bila
masyarakat tidak berbuat atau bertindak sesuai dengan keinginan
pemerintah atau negara maka kebijakan publik menjadi tidak efektif.
Implementasi menjadi sebuah proses yang penting dari keseluruhan proses
kebijakan oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa tolak ukur keberhasilan
suatu program atau kebijakan tergantung pada proses implementasinya.
Menurut Islamy (2002:106) sifat kebijakan itu kompleks dan saling
tergantung sehingga hanya sedikit kebijakan negara yang bersifat selfexcuting, kebanyakan adalah non self-excuting, artinya kebijakan negara
perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga memilik
dampak yang diharapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi
kebijakan merupakan suatu kegiatan pelaksanaan suatu keputusan
kebijakan yang memiliki legalitas hukum, bisa berbentuk undang
undang, peraturan pemerintah, keputusan eksekutif, dll dan memiliki
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Keputusan
tersebut biasanya berbentuk program yang merujuk pada masalah yang
I-46
PENDAHULUAN
I-47
PENDAHULUAN
I-48
PENDAHULUAN
laksanakan karena
pelaksana yang memiliki hasrat kuat dan komitmen yang tinggi agar
mampu mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan.
4. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi adalah mekanisme kerja yang dibentuk untuk
mengelola pelaksanaan sebuah kebijakan. Ia menekankan perlu adanya
Standart Operating Procedure (SOP) yang mengatur tata aliran
pekerjaan diantara para pelaksana, terlebih jika pelaksanaan program
melibatkan lebih dari satu institusi. Struktur ini mencakup aspek-aspek
struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antar unit baik
yang ada di dalam organisasi maupun diluar organisasi.
KOMUNIKASI
SUMBERDAYA
IMPLEMENTASI
DISPOSISI
STRUKTUR
BIROKRASI
I-49
PENDAHULUAN
Model yang kedua dikemukakan oleh Donald Van Metter dan Carl Van
Horn
dalam
Winarno
(2012:160)
membuat
sebuah
gambaran
yang
implementasi
suatu
kebijakan
dapat
diukur
tingkat
I-50
PENDAHULUAN
I-51
PENDAHULUAN
Kinerja
Karakteristik Agen
Disposisi
Pelakasana
Implementor
Implementasi
Sumberdaya
Lingkungan Sosial,
Ekonomi dan Politik
Gambar I.3 Model Implementasi Kebijakan Van Matter dan Van Horn
(Sumber: Riant Nugroho, 2004:167)
dalam
Winarno (2012:160) ini memberikan hasil berupa penjelasan dan analisa atas
pencapaian-pencapaian atau mungkin kegagalan program. Bagi para analis
kebijakan, model ini dapat mengarahkan fokus utama dari pegukuran dampak
kebijakan publik menuju kepada penjelasan atas hasil-hasil yang diamati.
Selain itu bagi para pembuat kebijakan, model ini dapat menyadarkan para
decision maker kepada faktor-faktor yang dapat dimanipulasi untuk
memperbaiki pemberian pelayanan publik.
Kemudian model yang ketiga merupakan model implementasi yang
dikembangkan oleh Michael Hill dan Peter Hupe (2002). Model ini merupakan
I-52
PENDAHULUAN
Pressman
dan
Wildavsky
pada
tahun
1973.
Padahal
I-53
PENDAHULUAN
I-54
PENDAHULUAN
dalam hal kebijakan yang bersifat regulatif. Selain itu dari faktor ini
dapat diketahui partisipasi organisasi swasta dan keterlibatannya dalam
pengambilan keputusan.
6. Hubungan Antarorganisasi Horizontal
Hubungan dan kolaborasi antar instansi merupakan hal yang wajar dan
dibutuhkan dalam proses implementasi kebijakan. Sebuah kebijakan
tentu tidak bisa dilakukan oleh sebuah lembaga tanpa melibatkan
lembaga lainnya, sehingga kolaborasi antar lembaga yang baik diantara
pihak-pihak yang terlibat akan mampu mengurangi kesulitan-kesulitan
yang ditemui di lapangan.
7. Faktor-faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan. Faktor lingkungan melihat sejauh mana implementasi
kebijakan mampu secara efektif mengatasi masalah yang dihadapi.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa untuk dapat mewujudkan apa
yang menjadi tujuan dari kebijakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan tersebut. Dari model-model implementasi kebijakan
yang telah dijelaskan, maka dalam penelitian ini digunakan model yang
dikembangkan oleh Edwards III dengan faktor sumberdaya, struktur birokrasi,
komunikasi, disposisi. Model implementasi Van Matter dan Van Horn dengan
dua faktor yaitu: sasaran kebijakan dan kondisi ekonomi dan politik. Selain itu
digunakan pula dua faktor dari model Hill & Hupe yaitu: karakteristik
kebijakan dan respon obyek kebijakan. Dengan pertimbangan bahwa kebijakan
I-55
PENDAHULUAN
I-56
PENDAHULUAN
I-57
PENDAHULUAN
internasional
memproduksi
barang
memungkinkan
dalam
jumlah
suatu
besar,
negara
sehingga
semakin
besar. Jadi,
apabila
suatu
negara
I-58
PENDAHULUAN
berspesialisasi
memproduksi
barang
tertentu
dan
I-59
PENDAHULUAN
I.5.3 Hortikultura
I.5.3.1 Definisi Hortikultura
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata hortikultura
berarti seluk-beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran,
buah-buahan, atau tanaman hias. Selain buah-buahan, sayuran dan
tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah
tanaman obat-obatan. Hortikultura merupakan cabang dari agronomi.
Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya
tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura),
tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan
taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah
perisabel atau mudah rusak karena segar. Menurut Poerwanto (2009:1)
I-60
PENDAHULUAN
berkaitan
dengan
hortikultura.
Menurut
Perhorti
(2004),
I-61
PENDAHULUAN
juga
I-62
PENDAHULUAN
I-63
PENDAHULUAN
Tabel 1.7 Komoditas Hortikultura Unggulan Jawa Timur dan Sentra Produksinya
NO.
1.
2.
3.
4.
KOMODITAS
Buah-buahan
- Mangga
- Jeruk
- Pisang
- Durian
- Rambutan
- Sirsat
- Manggis
- Apel
- Nanas
Sayuran
- Cabe
- Bw. Merah
- Bw. Putih
- Kentang
- Kol
- Tomat
Tanaman Hias
- Anggrek
- S. Malam
- Mawar
- Melati
Tanaman Obat
- Rimpang
- Cabe jamu
SENTRA PRODUKSI
Situbondo, Probolinggo, Gresik, Kediri, Pasuruan
Malang, Ponorogo, Pamekasan, Magetan, Madiun
Mojokerto, Lumajang, Banyuwangi, Jember
Pasuruan, Jombang, Trenggalek, Ponorogo
Blitar, Malang, Ngawi, Banyuwangi
Kediri, Mojokerto
Trenggalek, Ponorogo
Malang, Batu, Pasuruan
Kediri, Blitar
Gresik, Tuban, Kediri, Probolinggo, Malang,
Malang, Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Sumenep
Malang, Mojoketo, Pasuruan, Probolinggo,
Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Magetan
Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Magetan
Malang, Probolinggo, Banyuwangi, Blitar, Kediri
Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Mojokerto
Pasuruan, Banyuwangi, Pamekasan
Malang, Pasuruan, Magetan
Pasuruan, Bangkalan, Pamekasan
Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Malang
Pamekasan, Sumenep
I-64
PENDAHULUAN
Sumberdaya
bisa
meliputi:
sumberdaya
manusia,
I-65
PENDAHULUAN
I-66
PENDAHULUAN
c) Sumberdaya:
d) Komunikasi:
h) Sasaran Kebijakan:
I-67
PENDAHULUAN
kualitatif
menurut
Creswell
(1994:4-7)
lebih
PENDAHULUAN
penelitian
deskriptif
menurut
Wignjosoebroto
objek
tersimak
itu
untuk
kemudian
menggolong-
I-69
PENDAHULUAN
ini
dilakukan
di
Jawa
Timur
dengan
pertimbangan berikut:
1. Jawa Timur (Pelabuhan Tanjung Perak) ditetapkan
Pemerintah pusat sebagai pelabuhan utama kegiatan
ekspor impor hortikultura dikawasan timur Indonesia.
2. Dari segi Agroekologis Jawa Timur memiliki potensi
hortikultura yang baik dan khas dibanding provinsi
lainnya.
3. Pemerintah Provinsi Jawa Timur merupakan satusatunya pemerintah daerah di Indonesia yang membuat
kebijakan/ regulasi terkait pengendalian distribusi
produk impor.
4. Minimnya research dan penelitian yang terkait dengan
kebijakan impor hortikultura di Provinsi Jawa Timur,
sehingga dengan penelitian ini diharapkan menambah
referensi dan pengetahuan bagi masyarakat luas.
Adapun instansi atau organisasi yang dijadikan lokasi
penelitian yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Timur, Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Timur dan BPD Gabungan Importir Nasional
Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur. Dalam penentuan ini
I-70
PENDAHULUAN
halnya
dengan
penelitian
kuantitatif
yang
Eka
Pengawasan
Konsumen
Setyabudi
Barang
Dinas
S.H.,
M.M
Beredar
dan
selaku
Kasi
Perlindungan
I-71
PENDAHULUAN
dan
Perlindungan
Konsumen
Dinas
Timur
sekaligus
Anggota
Tim
Terpadu
Gede
Perdagangan
Garina
Biro
S.E.,
selaku
Administrasi
staf
bagian
Perekonomian
Biro
Administrasi
Perekonomian
I-72
PENDAHULUAN
yang
menjawab
pertanyaan
tersebut.
atau situasi
diungkapkan
dalam
subyek
penelitian,
bahasanya
sendiri.
memberikan
penjelasan
pendapat,
sikap
dan
I-73
PENDAHULUAN
sumber.
Triangulasi
dengan
sumber
berarti
I-74
PENDAHULUAN
dipahami
sebagai
upaya
menemukan
jawaban
atas
permasalahan penelitian.
Moleong (2010:247) mengemukakan bahwa proses analisa
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia lalu
dilakukan reduksi data dengan menyusun abstraksi-abstraksi yang
merupakan rangkuman proses dan pernyataan-pernyataan yang
perlu dijaga agar tetap berada di dalamnya. Data disederhanakan
agar mudah dipahami, dibaca dan diinterpretasikan sebagai upaya
mencari jawaban atas permasalahan penelitian.
Miles
dan
Huberman
dalam
Sugiyono
(2008:120)
I-75
PENDAHULUAN
I-76
BAB II
GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN
II-1
Kabupaten/Kota
Kecamatan
No.
Kabupaten/Kota
Kecamatan
1.
Kab. Bangkalan
18
21.
Kab. Ponorogo
21
2.
Kab. Banyuwangi
24
22.
Kab. Probolinggo
24
3.
Kab. Blitar
22
23.
Kab. Sampang
14
4.
Kab. Bojonegoro
27
24.
Kab. Sidoarjo
18
5.
Kab. Bondowoso
23
25.
Kab. Situbondo
17
6.
Kab. Gresik
18
26.
Kab. Sumenep
27
7.
Kab. Jember
31
27.
Kab. Trenggalek
14
8.
Kab. Jombang
21
28.
Kab. Tuban
20
9.
Kab. Kediri
26
29.
Kab. Tulungagung
19
10.
Kab. Lamongan
27
30.
Kab. Pasuruan
24
11.
Kab. Lumajang
21
31.
Kota Blitar
12.
Kab. Madiun
15
32.
Kota Kediri
13.
Kab. Magetan
18
33.
Kota Madiun
14.
Kab. Malang
33
34.
Kota Malang
15.
Kab. Mojokerto
18
35.
Kota Mojokerto
16.
Kab. Nganjuk
20
36.
Kota Pasuruan
17.
Kab. Ngawi
19
37.
Kota Probolinggo
18.
Kab. Pacitan
12
38.
Kota Surabaya
31
19.
Kab. Pamekasan
13
38.
Kota Batu
II-2
II-3
2010
2011
2012
2013
NASIONAL
6,22
6,49
6,23
5,78
JAWA TIMUR
6,68
7,22
7,27
6,55
II-4
Sektor
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
2,23
9,18
4,32
6,43
6,64
10,67
10,07
7,27
4,34
6,68
(3)
2,53
6,08
6,06
6,25
9,12
9,81
11,44
8,18
5,08
7,22
(4)
3,49
2,10
6,34
6,21
7,05
10,06
9,64
8,01
5,07
7,27
(5)
1,59
3,30
5,59
4,74
9,08
8,61
10,43
7,68
5,32
6,55
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan/ Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Dapat dilihat pada Tabel II.3 di atas, secara sektoral pada tahun
2013 seluruh sektor mengalami
perlambatan kecuali
konstruksi,
II-5
tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 8,61 persen pada tahun 2013.
Situasi perekonomian global yang masih mengalami krisis sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tercermin dari
pertumbuhan sektoralnya.
Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian
wilayah adalah besarnya laju inflasi. Indikator pada Gambar II.1
menggambarkan kenaikan indek harga konsumen di Jawa Timur. Pada
periode tahun 2009 - 2013, inflasi di Jawa Timur cenderung berfluktuasi
dari kisaran 3,62 persen di tahun 2009 hingga 7,59 persen di tahun 2013.
Nilai inflasi Jawa Timur dari tahun 2009 - 2012 lebih tinggi dibanding
dengan inflasi nasional, namun pada mulai bulan Mei tahun 2013 inflasi
Jawa Timur berada di bawah inflasi Nasional.
II-6
Apabila dilihat dari lokasi dan besaran inflasi pada tingkatan yang
lebih kecil (Kabupaten/Kota) tahun 2009 - 2013, dapat terlihat seperti
pada tabel berikut:
Tabel II.4 Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK Jawa Timur Tahun 2009 2013
II-7
Jawa
Timur
sebagai
provinsi
yang
cukup
besar
dalam
2.
3.
4.
Industri
dan
manufaktur
meliputi
logam
&
mesin;
hotel
&
restoran
(sumber:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/jatim/pr
ofil/Contents/Ekonomi.aspx diakses 22 Februari 2014).
Dalam mendukung dan mendorong perekonomian Jawa Timur
terdapat infrastruktur yang telah dan akan dibangun antara lain :
1.
2.
II-8
3.
4.
5.
6.
Tanjung
Tembaga
(Probolinggo)
serta
8.
II-9
II-10
7,86 persen dibanding impor migas periode yang sama tahun 2012 yang
mencapai US $ 4.957,45 juta.
Impor non migas Jawa Timur selama Januari September 2013
impor non migas Jawa Timur mencapai US $ 13.623,27 juta atau
mengalami kenaikan sebesar 3,64 persen dibanding periode yang sama
tahun 2012 yang mencapai US $ 13.145,37 juta. Ringkasan Perkembangan
Ekspor-impor Jawa Timur September 2013 disajikan dalam tabel II.5
Impor non migas Jatim didominasi oleh mesin/pesawat mekanik,
diikuti besi dan baja, plastik barang dari plastik, ampas/sisa industri
makanan dan gandum ganduman. Adapun lima negara pemasok impor di
Jawa Timur yaitu Cina merupakan negara pemasok barang impor non
migas
terbesar
Jawa
Timur
selama
November
2013,
diikuti Amerika Serikat, Jepang, Thailand dan India (BPS Jatim, 2013).
II-11
II-12
mencapai
1.144.349
ha,
dapat
memproduksi
sebanyak
II-13
dengan total produksi pada tahun 2012 mencapai 1.362.881 ton, kemudian
posisi kedua ditempati oleh mangga dengan total produksi 840.316 ton dan
ketiga yaitu jeruk dengan total produksi 362.680 ton (Dispertan, 2013).
Adapun secara lengkap disajikan dalam tabel II.6
II-14
Tabel II.6 Tanaman Hasil, Produksi dan Rata-Rata Hasil Buah-buahan Di Jawa Timur Angka Tetap 2011-2012
1.
Mangga
TANAMAN HASIL
(POHON)
2011
2012
7.653.238
7.654.726
2.
Jeruk
3.418.577
3.616.373
315.133
362.680
92,18
100,29
3.
Pisang
19.312.613
21.343.126
1.188.926
1.362.881
61,56
63,86
4.
Durian
976.808
853.317
111.207
158.341
113,85
185,56
5.
Rambutan
1.899.114
1.216.515
110.184
104.998
58,02
86,31
6.
Salak
4.659.687
3.979.430
104.722
76.356
22,47
19,19
7.
Sirsat
166.073
189.451
8.855
10.548
53,32
55,67
8.
Manggis
131.257
128.587
11.535
8.392
87,88
65,26
9.
Apel
3.033.356
3.471.148
200.057
246.914
65,95
71,13
10.
Belimbing
299.281
307.474
22.811
28.294
76,22
92,02
NO.
JENIS HORTIKULTURA
PRODUKSI
(TON)
2011
2012
754.930
840.316
RATA-RATA HASIL
(KG/POHON)
2011
2012
98,64
109,78
Keterangan : Satuan tanaman yang menghasilkannya adalah rumpun, untuk tanaman Pisang dan Salak
Sumber: Dinas Pertanian Jatim, 2013
II-15
II-16
Tabel II.7 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Hasil Sayuran, Tanaman Hias dan Biofarmaka Di Jawa Timur 2011-2012
NO.
1.
JENIS
HORTIKULTURA
Cabe Rawit
2.
Bawang Merah
3.
LUAS PANEN
(HA)
2011
47.275
2012
49.111
PRODUKSI
(KU)
2011
2012
1.818.058
2.440.404
RATA-RATA HASIL
(KU/HA)
2011
2012
38,46
49,69
20.940
22.323
1.983.874
2.228.615
94,74
99,83
Kentang
6.563
10.391
855.199
1.620.385
130,31
155,94
4.
Kubis
9.748
9.922
1.828.989
2.368.167
187,63
238,68
5.
Tomat
4.860
4.663
676.439
620.181
139,18
133,00
6.
Krisan
4.247.893
4.327.950
51.005.632
57.126.398
11,35
12,43
7.
Sedap Malam
213.249
97.394
46.279.671
56.123.387
24,18
28,52
8.
Mawar
203.140
375.223
27.372.750
27.528.210
22,93
23,49
9.
Melati *)
35.648
31.171
1.634.003
1.673.313
4,54
4,34
10.
Laos/ Lengkuas
3.163.864
3.321.527
6.788.820
7.837.763
1,96
2,20
11.
Jahe
11.331.178
11.391.443
14.564.262
17.464.640
1,25
1,48
12.
2.001.624
57.933
5.866.862
3.473.993
2,73
10,91
13.
27.509
18.089
1.440.533
572.388
33,13
22,81
Keterangan:
*) satuan luas panen dalam kg
**) satuan luas panen dalam pohon
Sumber: Dinas Pertanian Jatim, 2013
II-17
Perindustrian
dan
Perdagangan
merupakan
instansi
II-18
Industri Logam,
II-19
peningkatan
pengembangan
usaha,
penggunaan
pengawasan
produksi
barang
dalam
beredar
negeri,
dan
perlindungan konsumen.
7. Meningkatkan pembinaan dan pelayanan ekspor, pengendalian
impor, meningkatkan/mengembangkan promosi dan kerjasama
perdagangan internasional serta pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dibidang perdagangan internasional.
8. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian serta pengembangan
metrologi legal.
9. Meningkatkan pengujian, inspeksi teknis, kalibrasi, sertifikasi
mutu, sertifikasi produk, pembinaan dan pengawasan mutu barang.
10. Meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya.
11. Meningkatkan pelayanan teknis, pembinaan, alih teknologi,
perekayasaan, pengembangan desain, menyediakan sarana usaha
industri dibidang industri logam, industri kulit & produk kulit,
industri kayu dan produk kayu, Industri makanan, minuman dan
kemasan, serta aneka industri dan kerajinan.
12. Meningkatkan pendidikan pelatihan dan promosi ekspor.
II-20
Industri
Logam,
Mesin,
Tekstil
dan
Aneka,
membawahi:
1. Seksi Industri Logam dan Mesin
2. Seksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil
3. Seksi Industri Aneka
II-21
II-22
perencanaan
program
kegiatan
pengendalian
impor;
b.
Perwakilan
Badan
Perlindungan
Konsumen
Nasional
koordinasi
dan
kerjasama
dalam
penyelenggaraan
II-23
Peredaran Barang dan Jasa (PPBJ) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Perlindungan Konsumen (PPNS-PK); g. melaksanakan monitoring dan
evaluasi serta pelaporan; h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Bidang. Adapun struktur organisasi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur disajikan dalam gambar II.2
II-24
Gambar II.2 Struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
II-25
Pokok
dan
Fungsi
pada
Biro Administrasi
Sedangkan
Fungsi
Biro
Administrasi
bidang
administrasi
Perekonomian :
1. Pelaksanaan
perumusan
kebijakan
di
Perekonomian.
2. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan penyusunan program kegiatan
serta petunjuk teknis pelaksanaan di bidang pengembangan koperasi,
UMKM, perindustrian, perdagangan, penanaman modal, BUMD,
sarana perekonomian dan pengembangan teknologi.
II-26
dibidang
pengembangan
koperasi,
UMKM,
perumusan,
pemantauan,
pengendalian
organisasi
Biro
Administrasi
dan
Perekonomian
II-27
Kemudian
Bagian
Perindustrian
dan
Perdagangan
Biro
II-28
bahan pemantauan
dan pelaporan
di
bidang
perdagangan; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian.
Ikatan
Importir Nasional
Indonesia
(IKINI);
Ikatan
menjadi
Organisasi
Pengusaha
Sejenis
Impor
(OPS
II-29
II-30
II-31
dalam
II-32
II-33
II-34
tersebut
Tujuan
distribusi;
ditujukan
kepada
dan
Peruntukannya.
Gubernur
melalui
Surat
Dinas
II-35
Importir
Menyerahkan surat
Berkas
Perekonomian Setda
Tidak
Provinsi Jatim
Lengkap
Pemberitahuan Impor
Berkas
Ditolak
Lengkap
pernyataan keterangan
distribusi produk
impor dilampiri
dengan Bill of Lading,
KKGPI
Diterima
Distribusi
Produk
Gambar II.3 Alur perijinan Distribusi Produk impor di Jawa Timur
(Sumber: Disperindag Jatim, 2013)
II-36
dan
evaluasi
akan
digunakan
sebagai
bahan
saran
II-37
BAB III
PENYAJIAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI TEORITIK
Dalam bab ini dilakukan penyajian atas data yang telah diperoleh di
lapangan baik berupa hasil wawancara maupun dokumen dari organisasiorganisasi pelaksana yang terlibat. Penyajian data disertai dengan analisis dan
interpretasi sebagai upaya dalam menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Analisis dan interpretasi sengaja dijadikan dalam satu bab agar tercipta alur
pengemasan laporan yang runtut dan untuk mempermudah proses penyimpulan,
sehingga diharapkan laporan yang dihasilkan dapat tersaji dengan lebih terarah
dan efisien. Pada dasarnya penyajian data, analisis dan interpretasi merupakan
suatu kesatuan yang utuh, saling melengkapi dan terkait. Sebuah laporan yang
baik
menyediakan
penyajian
melalui
deskripsi
yang
memadai
untuk
pembaca
memahami
interpretasi
dan
penjelasan
yang
III-1
Data yang telah diperoleh selama penelitian akan disajikan dalam bab ini
sesuai dengan kerangka awal yaitu dimulai pada bagian pertama mengenai
gambaran implementasi kebijakan pengendalian distribusi produk impor
hortikultura di Jawa Timur. Sedangkan bagian kedua merupakan pendeskripsian
serta penjelasan faktor-faktor yang terkait kebijakan pengendalian distribusi impor
hortikultura di Jawa Timur yaitu: sasaran kebijakan, sumberdaya, struktur
birokrasi, komunikasi, disposisi, karakteristik kebijakan, respon obyek kebijakan
dan kondisi ekonomi, sosial dan politik. Selanjutnya akan dilakukan pemaparan
mengenai hasil pengumpulan data yang telah dilakukan dalam rangka menjawab
perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya.
III-2
III-3
Begitu juga dengan penjelasan Ibu Tuti Asri Harini (Kasubag Perdagangan
Biro Administrasi Perekonomian Provinsi Jawa Timur) yaitu:
Kebijakan pengendalian distribusi produk impor ini mas
merupakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dan disahkan melalui Pergub Jatim No. 2 Tahun 2013 karena
adanya Peraturan Pusat yaitu Permentan Nomor 89 Tahun 2011. Di
peraturan tersebut menetapkan bahwa Tanjung Perak itu menjadi
salah satu pintu masuk produk impor, sehingga Pak Gubernur
merasa perlu membuat kebijakan tersebut. (wawancara tanggal 17
April 2014)
Dari informasi tersebut dapat dipahami bahwa kebijakan pengendalian
distribusi produk impor hortikultura di Jawa Timur merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Menteri Pertanian No. 89 Tahun 2011 yang menetapkan Pelabuhan
Tanjung Perak sebagai salah satu pintu masuk produk impor di Jawa Timur.
Peraturan Menteri Pertanian No. 89 Tahun 2011 tersebut memiliki dampak
terhadap melonjaknya jumlah produk-produk impor khususnya hortikultura yang
masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak sehingga menyebabkan penumpukan
barang. Untuk lebih jelasnya terkait dengan volume impor Provinsi Jawa Timur
menurut pelabuhan impor bisa dilihat di Tabel III.1 di bawah.
III-4
Tabel III.1 Volume Impor Provinsi Jawa Timur Menurut Pelabuhan Impor Selama 2010-2012
2010
Pelabuhan
2011
2012
Nilai (US $)
Volume (Kg)
Nilai (US $)
Volume (Kg)
Nilai (US $)
15.685.012.608
12.475.156.860
17.777.544.913
15.700.217.230
18.186.390.975
16.430.646.970
Tuban
2.464.039.754
1.510.702.300
4.800.370.694
4.370.768.911
4.832.241.553
4.731.727.359
Gresik
1.849.980.516
670.144.755
2.955.895.642
1.327.306.231
4.542.048.415
2.224.390.439
Panarukan
808.519.248
547.282.314
258.027.446
241.206.770
166.315.880
170.861.569
Banyuwangi
139.488.441
111.537.876
479.377.310
423.411.227
433.144.110
313.446.635
Pasuruan
5.000.000
305.000
180.835.670
166.318.677
100.007.701
95.425.170
TOTAL
20.224.373.243
15.315.129.105
26.452.051.675
22.229.229.046
28.260.148.634
23.966.498.142
Tanjung Perak
Volume (Kg)
III-5
Dari tabel III.1 dapat diketahui bahwa volume impor di Pelabuhan Tanjung
Perak selalu mengalami peningkatan baik dari segi volume maupun nilai. Pada
tahun 2010 volume impor melalui Tanjung Perak sebesar 15.685.012.608 Kg
meningkat 2.501.378.367 Kg menjadi 18.186.390.975 Kg pada tahun 2012. Dari
tabel III.1 juga dapat diketahui bahwa Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan
Pelabuhan paling padat dari segi aktivitas bongkar muat barang dibandingkan
pelabuhan-pelabuhan lain di Jawa Timur.
Selanjutnya, mengenai informasi lain yang terkait dengan pembentukan
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 2 Tahun 2013 ini, Bapak Eka Setyabudi
(Kasi Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan Konsumen Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur) menjelaskan sebagai
berikut:
Jadi mas, selain mengatur mengenai pengendalian distribusi
produk impor yang masuk, Pergub No. 2 Tahun 2013 itu juga
mengatur hal lainnya terkait keamanan, pengawasan dan
perlindungan terhadap konsumen. Hal ini juga sesuai amanat dalam
Peraturan Menteri Perdagangan No. 60 Tahun 2012 tentang
Ketentuan Impor Produk Hortikultura dan juga Peraturan Menteri
Pertanian No. 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura. Dalam Permendag tersebut mensyaratkan bahwa
produk impor yang masuk harus mencantumkan label bahasa
Indonesia, ada sertifikasi uji keamanan dan memiliki Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang terdaftar di Kementrian
Pertanian Republik Indonesia. Jadi, dengan adanya Pergub ini
konsumen juga terjamin keamanannya dari kemungkinan cemaran
biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu dan
membahayakan kesehatan. Selain itu melalui Pergub ini pemerintah
provinsi berusaha menjaga stabilitas harga komoditas lokal yang
diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan
petani.
(wawancara tanggal 26 Maret 2014)
Dari petikan wawancara di atas dapat dipahami bahwa Peraturan Gubernur
Jatim No. 2 tahun 2013 merupakan dasar hukum dalam rangka pengendalian dan
III-6
pengawasan bagi produk impor yang masuk di wilayah Jawa Timur. Kebijakan
pengendalian ini merupakan tindak lanjut dari Permendag 60 tahun 2012 dan
Permentan 60 Tahun 2012 yang mensyaratkan bahwa impor produk hortikultura
baik dalam bentuk produk hortikultura segar untuk tujuan konsumsi, produk
hortikultura untuk bahan baku industri maupun produk hortikultura olahan, hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh surat Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH) yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian.
Munculnya Peraturan Gubernur Jatim no. 2 tahun 2012 merupakan upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengendalikan
keberadaan produk impor yang masuk ke Jawa Timur agar tidak mengganggu
pangsa pasar komoditas hortikultura lokal. Kondisi tersebut diharapkan mampu
meningkatkan pasar hortikultura lokal yang akan berpengaruh pada kesejahteraan
para petani lokal. Selain itu dengan peraturan ini pemerintah berusaha melindungi
konsumen dari kemungkinan ancaman bahaya atau cemaran biologis yang
terkandung dalam produk hortikultura impor.
Dalam Peraturan Gubernur Jatim No. 2 tahun 2013 tertulis bahwasannya
kebijakan pengendalian distribusi produk impor ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
a)
III-7
III-8
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 47 tahun 2013 tetang Ketentuan
Impor Produk Hortikultura dan juga Peraturan Menteri Pertanian No. 60 tahun
2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. Sedangkan ditingkat
Provinsi Jawa Timur ditetapkan dalam Peraturan Gubernur No. 2 tahun 2013
tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibu Ninik Margirini, S.S selaku Kasi Impor Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
Jadi untuk memasukkan impor produk hortikultura ke Jawa Timur
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
pusat yaitu dalam Permentan 60 tahun 2012, Permendag 47 tahun
2013 dan juga Pergub No. 2/2013. Disitu dijelaskan bahwa importir
harus memiliki Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan
juga Surat Persetujuan Impor (SPI) serta memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. (wawancara tanggal 17 April 2014)
Kemudian Ibu Tuti Asri Harini (Kasubag Perdagangan Biro Administrasi
Perekonomian Provinsi Jawa Timur) menambahkan:
Untuk teknis pemasukan hortikultura impor ke Jawa Timur sesuai
Pergub, jadi Perusahaan yang melakukan Importasi wajib
menyampaikan surat pernyataan keterangan distribusi produk impor
kepada Gubernur melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur. Itu dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari
setelah clearence dari Bea Cukai Tanjung Perak. Untuk total
perusahaan yang telah menyerahkan surat keterangan impor sampai
saat ini (2014, pen.) berjumlah kurang lebih 214 perusahaan dengan
jumlah impor hortikultura mencapai 80.173.176 Kg dengan rincian
73.051.759 Kg untuk wilayah Jawa Timur dan 7.121.417 untuk
wilayah luar Jawa Timur. (wawancara tanggal 7 April 2014)
Dari informasi di atas dapat dipahami bahwa syarat utama untuk dapat
melakukan impor hortikultura adalah kepemilikan Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH) dan Surat Persetujuan Impor (SPI) yang telah terdaftar di
Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan. Dalam Peraturan Menteri
III-9
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
KOMODITI
KONSUMSI INDUSTRI
JAGUNG
129.415
368
KC KEDELAI
695.223
384.673
BK KEDELAI
2.000.961
70.090.894
KC TANAH
1.331.319
0
KC HIJAU
32.020
0
T. TERIGU
928
1.698
TP JAGUNG
810
420.440
TP BULU
0
1.377
TP IKAN
0
1.398
IKAN
100
129
CUMI-CUMI
84
0
HORTIKULTURA 55.375.202
17.676.557
59.566.062
88.577.536
JUMLAH
TOTAL
129.783
1.079.896
72.091.855
1.331.319
32.020
2.626
421.250
1.377
1.398
229
84
73.051.759
148.143.598
TOTAL
LUAR
JATIM
JUMLAH
(Kg)
0
0
0
20
0
0
0
0
0
2.004.870
112
7.121.417
9.126.419
129.783
1.079.896
72.091.855
1.331.339
32.020
2.626
421.250
1.377
1.398
2.005.099
196
80.173.176
157.270.017
III-10
2. Produk hortikultura segar dan olahan untuk bahan baku industri meliputi:
III-11
memiliki
sarana
penyimpanan
dan
distribusi
produk
rencana
distribusi
menurut
waktu
dan
wilayah
(kabupaten/kota).
Sedangkan prosedur penerbitan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura
(RIPH) dan Surat Pernyataan Impor (SPI) adalah sebagai berikut:
1. Pemohon melakukan melalui registrasi melalui website Kementrian
Perdagangan
Republik
Indonesia
yaitu
http://www.inatrade.kemendag.go.id
2. Data yang masuk akan diverifikasi oleh Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pengembangan Hasil Pertanian Kementrian Pertanian Republik
Indonesia.
3. Apabila disetujui maka Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH)
akan diberikan.
4. Untuk Surat Persetujuan Impor (SPI) dikeluarkan oleh Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia setalah mendapat persetujuan dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Balai Pertanian Kementrian
Pertanian.
5. Pemohon akan diberikan RIPH dan SPI.
III-12
Gambar III.1 Alur Penerbitan RIPH dan SPI melalui sistem Inatrade
Sumber: Kemendag, 2014
III-13
III-14
di pasaran mas, baik produk lokal maupun impor. Jadi kita selaku
instansi yang terkait dengan hal itu punya kewenangan untuk
melakukan pengawasan barang dipasaran. Apakah barang tersebut
sudah memenuhi syarat dan standar atau belum. Jadi aktivitas ini
kami lakukan untuk melindungi konsumen dan juga mengawasi
kemungkinan adanya produsen-produsen nakal. (wawancara
tanggal 28 April 2014)
Jawa Timur, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jatim I, Kepala
Bidang Metrologi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur,
Kepala Bidang Standarisasi dan Desain Produk Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur sebagai anggota Tim Terpadu Pengawasan
Barang Beredar Provinsi Jawa Timur. untuk lebih jelasnya mengenai Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar dapat dilihat dalam tabel berikut:
Jabatan Dalam
Tim
Pengarah
Ketua
III-16
III-17
Perindustrian
dan
Perdagangan
Provinsi
Jawa
Timur
sebagai
III-18
III-19
Dalam pasal 21 Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor: 20/MDAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau
Jasa menyatakan bahwa PPBJ dan PPNS-PK dalam melaksanakan pengawasan
dilakukan secara terbuka dan diwajibkan:
a) Mengenakan tanda pengenal pegawai;
b) Membawa surat tugas pengawasan dari Kepala Unit Kerja;
c) Mempersiapkan berita acara hasil pengawasan; dan
d) Menyusun hasil pengamatan kasat mata dalam tabel dan tabulasi hasil
uji laboratorium.
Mengenai teknis pelaksanaan perencanaan dan persiapan pengawasan
barang beredar dijelaskan oleh Bapak Eka Setyabudi (Kasi Pengawasan Barang
Beredar dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur) sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan kegiatan tugas pengawasan kami selalu
mengadakan briefing terlebih dahulu dengan mengumpulkan seluruh
anggota tim. Rapat biasanya dilakukan pagi hari jam 08.00 di kantor
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Disana
kami akan menjelaskan terkait informasi awal yang terkait dengan
agenda dan pemberitahuan lokasi pengawasan. Mengenai lokasi
pengawasan memang sengaja saya sampaikan pada saat rapat
tersebut, karena kami khawatir ada kebocoran informasi apabila saya
sampaikan sebelumnya. (wawancara tanggal 24 April 2014)
Dari informasi di atas dapat dipahami bahwa sebelum melaksanakan
aktivitas pengawasan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
melakukan briefing terlebih dahulu untuk menetapkan dan menjelaskan terkait
tujuan dan sasaran pengawasan kepada anggota tim pengawasan barang. Selain itu
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur juga melakukan
III-20
koordinasi dengan anggota tim terpadu pengawasan barang beredar Provinsi Jawa
Timur yang terdiri dari 8 instansi terkait di Jawa Timur. Koordinasi dimaksudkan
untuk memberikan informasi mengenai kegiatan pengawasan dan pelaksanaan
tugas sesuai fungsi dan wewenang masing-masing instansi.
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Gede Garina selaku Staf bagian
Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Timur sekaligus Anggota Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar sebagai
berikut:
Kami dan teman-teman tim pengawasan selalu di briefing dulu
oleh Disperindag sebelum terjun ke lapangan, mereka menjelaskan
informasi-informasi yang dibutuhkan selama di lapangan, seperti
komoditas yang akan diawasi dan lokasinya. Tujuannya kan biar
nggak ada miskomunikasi nanti di lapangan. (wawancara tanggal 8
April 2014)
Selanjutnya terkait pelaksanaan pengawasan di lapangan ada tiga aktivitas
yang dilakukan:
a) Melakukan survei di lapangan dan menetapkan lokasi (pasar atau
toko) yang menjadi target pengawasan.
b) Melakukan pembelian sampel ke lokasi (pasar atau toko) yang telah
ditentukan.
c) Jumlah sampel yang dibeli sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
pengujian di laboratorium.
III-21
Persiapan
Operasional
Pengambilan
Sampel
Uji Pengamatan
Kasat Mata
Analisa,
Kesimpulan dan
Rekomendasi
Uji Laboratorium
Mutu
III-22
III-23
III-24
Tabel III.4 Laporan Hasil Pengawasan Barang Beredar Komoditas Hortikultura Selama 2012-2013
TANGGAL
20 Desember 2012
TEMPAT
Superindo Delta Plaza
27 Desember 2012
06 Februari 2013
07 Februari 2013
Hokky Supermarket
Hypermart Pakuwon
Giant Tegalsari
Hero Supermarket
Total Buah Segar
13 Maret 2013
Giant Diponegoro
15 Maret 2013
20 Maret 2013
KOMODITAS
Pepaya California
Sweet Tamarind (Asam)
Wortel
Mangga Bangkok
Anggur
Jeruk Lokam
Jeruk Santang
Markisa
Jamur Shimeji & Enoki
Kentang Honesty
Jamur impor Cina
Jamur Enoki impor Cina
Jeruk impor Rainbow
Jamur Enoki
Jamur impor Enoki
Asem impor Thailand
Buah-buahan
Jamur Enoki Korea
Wortel impor
Ubi Mori ungu
Bawang Putih impor Cina
Bawang Putih impor Cina
Asinan Sawi Pickled Sour
HASIL PENGAWASAN
Banyak bagian yang rusak
Label belum berbahasa Indonesia
Sudah banyak berjamur
Sudah layu
Sudah berjamur
Sudah rusak
Sudah rusak
Sudah rusak
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Sudah busuk
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
dan tidak terdaftar
Beberapa tidak layak jual
Label belum berbahasa Indonesia
Sudah tumbuh tunas
Sudah tumbuh tunas
2 kontainer dibongkar
2 kontainer dibongkar
Label belum berbahasa Indonesia
Bersambung.....
III-25
TANGGAL
TEMPAT
16 Mei 2013
24 Juni 2013
26 Juni 2013
10 Desember 2013
Hypermart Ciputra
12 Desember 2013
13 Desember 2013
Superindo Wadungasri
Pasar Genteng Surabaya
Hero Tunjungan Plaza
KOMODITAS
Wortel Impor
Bawang Merah impor Cina
Bawang Putih impor Cina
Buah Peach impor USA
Apel Fuji RRC
Sweet Pear
Apel Red USA
Jamur Tiram
Jamur Shimeji
Asam Thailand
Asam Thailand
Apel
Pear
Buah dan Sayur
Pangan
Segar
Asal
Tumbuhan
Asam Thailand
Makanan kaleng impor
Spear Asparagus
Pangan
Segar
Asal
Tumbuhan (kacang merah)
HASIL PENGAWASAN
Tumbuh Tunas
Masuk gudang
Masuk gudang
Kondisi rusak/ tidak layak
Kandungan berbahaya
Kandungan berbahaya
Kandungan berbahaya
Sterofoam rusak
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Label belum berbahasa Indonesia
Sudah busuk/ tidak layak
Sudah busuk/ tidak layak
Beberapa berjamur
Label belum terdaftar
Label belum berbahasa Indonesia
Penyok dan kadaluarsa
Kaleng Penyok
Label belum terdaftar
III-26
pelanggaran tersebut.
Penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di
bidang perlindungan konsumen guna menemukan tersangkanya. Dalam hal ini
PPNS-PK akan berkoordinasi dengan Tim penyidik dari Kepolisian Daerah Jawa
Timur. Secara rinci koordinasi pelaksanaan penyidikan dijelaskan dalam Gambar
III.3 di bawah.
III-27
Penemuan/ Pengaduan
Dugaan Tindak Pidana
Penyidik
Penyidik
Koordinasi
PPNS-PK
POLDA
Dikedepankan
PPNS-PK
III-28
III-29
III-30
MENTERI
PELAKU USAHA
Untuk Menarik Barang dari
Peredaran Jika Terbukti:
DIRJEN
1. Membahayakan keselamatan,
keamanan,
STNADARDISASI &
kesehatan
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Memerintahkan
3. Tidak
sesuai
persyaratan
yang Terakreditasi
usaha.
5. Tidak
yang
sesuai
persyaratan
ditentukan
instansi
teknis berwenang.
III-31
Pelanggaran Pasal 8
Pelanggaran Pasal 9
Pelanggaran Pasal 10
Pelanggaran Pasal 15
III-32
Pelanggaran Pasal 18
Kemudian sanksi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
Pelanggaran Pasal 11
Pelanggaran Pasal 12
Pelanggaran Pasal 14
Pelanggaran Pasal 16
III-33
III-34
III-35
Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Ibu Tuti Asri Harini selaku
Kasubag Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
Evaluasi harus ada setidaknya setiap setahun sekali atau dua kali.
Kemudian dari hasil evaluasi tersebut kita mengusulkan atau
menginformasikan saja ke pusat bahwa importir ini kurang bagus,
importir ini bagus dan seterusnya. Istilahnya sebagai bahan
pengambilan kebijakan di Kementrian pusat dalam menetapkan
persetujuan impor. (wawancara tanggal 7 April 2014)
Dari kedua hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa evaluasi
kebijakan pengendalian dan pengawasan produk impor merupakan aspek yang
sangat penting, karena dari hasil evaluasi tersebut akan diketahui mengenai
keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan. Selain itu, hasil dari evaluasi ini
juga akan menjadi bahan kajian atau rekomendasi untuk pemerintah pusat dalam
menetapkan kebijakan pemberian Surat Persetujuan Impor (SPI) sehingga bisa
menjadi bahan pertimbangan pemerintah pusat untuk melihat track record
importir sebelum memberikan Surat Persetujuan Impor (SPI).
tidak salah sasaran. Sasaran juga merupakan penjabaran dari misi dan tujuan yang
telah ditetapkan. Sasaran kebijakan juga menjelaskan objek-objek kebijakan yang
akan dikenai program yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam suatu rencana
kinerja (performance plan) secara langsung. Penetapan sasaran diperlukan untuk
memberikan fokus pada penyusunan rencana kinerja dan alokasi sumber daya
organisasi dalam kegiatan/operasional tiap-tiap tahun.
Untuk dapat mengetahui terkait dengan sasaran kebijakan pada
pelaksanaan kebijakan pengendalian distribusi produk impor hortikultura ini, akan
dijelaskan oleh Ibu Ninik Margirini (Kasi impor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur) sebagai berikut:
Sasaran dari kebijakan pengendalian distribusi produk impor
hortikultura ini tentu saja para importir hortikultura yang
memasukkan barangnya melalui Jawa Timur. (wawancara tanggal
17 April 2014)
Hal ini diperkuat dengan informasi yang diberikan oleh Bapak Eka
Setyabudi S.H., M.M selaku Kasi Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan
Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur sebagai
berikut:
Target atau sasaran dari kebijakan ini adalah semua pelaku usaha
dalam hal ini adalah importir hortikultura, kemudian pedagang besar
terutama ritel modern dan juga pasar tradisional. (wawancara
tanggal 28 April 2014)
Senada dengan pendapat di atas disampaikan oleh Bapak Gede Garina
selaku staf bagian Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
III-37
III.2.2 Sumberdaya
III.2.2.1 Sumberdaya Administrasi/Staf
Dalam melaksanakan sebuah kebijakan, diperlukan pelaksana dalam
menjalankan tugas serta tanggungjawab yang berhubungan dengan kebijakan
III-38
sekaligus
yang
menjadi
penanggungjawab
dalam
kebijakan
III-39
Nama
Bapak Eka Setyabudi
Ibu Endang
Bapak Rutadi
Bapak Sugiono
Bapak Adi Utomo
Bapak Pitaya
Bapak Bambang
Ibu Anis
Jabatan
Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan
Konsumen (PPNS-PK)
Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ)
Anggota Pengawas Disperindag
Menurut Bapak Adi Utomo selaku Staf Pengawasan Barang Beredar dan
Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa
Timur mengemukakan pendapatnya mengenai ketidaksesuaian antara jumlah staf
dengan tugas yang harus dilakukan terkait dengan kebijakan pengawasan dan
pengendalian produk impor:
III-40
Kalo untuk personil saya rasa belum cukup sih mas, soalnya dari
Disperindag sendiri hanya 8 orang padahal lingkup yang harus
diawasi itu luas sekali, se-jawa timur lho mas. Jadi menurut saya
untuk masalah jumlah memang belum memadai. Namun untuk
masalah kualitas sudah mencukupi karena kami ada sertifikasinya
mas. (wawancara tanggal 28 April 2014)
Hal demikian juga dikemukakan oleh Bapak Eka:
Nah untuk jumlah personil terkait tugas kami di Disperindag ini
memang kurang memadai mas, Cuma 8 orang lho, coba bayangkan
kita harus mengawasi produk-produk dan keliling di 38
Kota/Kabupaten se-Jawa Timur mas. Jadi kalo bisa ya ditambah lagi.
Begitu pula yang ada di Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar
Di Provinsi Jawa Timur saya rasa kuantitasnya juga kurang namun
secara kualitas sudah memadai karena terdiri dari berbagai instansi
yang memiliki ahli-ahli dari berbagai bidang. (wawancara tanggal
24 April 2014)
Dari informasi di atas dapat dipahami bahwa kondisi mengenai kecukupan
jumlah (kuantitas) staf di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa
Timur yang menjadi motor penggerak dari aktivitas pengawasan dan pengendalian
produk impor mengalami kekurangan staf pelaksana, utamanya saat mengadakan
inspeksi pengawasan di lapangan. Namun, dalam perihal kualitas di
Dinas
III-42
Nama
Ibu Tuti Asri Harini
Bapak Gede Garina, S.E
Bapak M. Devis Susandika, S.STP
Ibu Dra. Risang Dwi Rahayu
Ibu Usniyah, S.Sos.
Jabatan
Kasubag Perdagangan
Staf Bagian Perdagangan
III-43
III-44
yang tergabung dalam Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar Provinsi Jawa
Timur.
Kecukupan wewenang para pelaksana
Dalam rangka menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing
pelaksana kebijakan harus memiliki wewenang agar dapat menjalankan tugas
sesuai perannya. Sebagai instansi yang mengurusi masalah perdagangan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur memiliki kewenangan dalam
hal mengawasi dan mengendalikan distribusi produk impor yang masuk melalui
wilayah Jawa Timur. Kewenangan terkait masalah ini termuat dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengawasan Barang dan/atau Jasa, juga dalam Peraturan Gubernur No. 2 tahun
2013 tentang pengendalian distribusi produk impor di Jawa Timur dan juga
melalui Keputusan Gubernur Nomor 188/ 210 /KPTS/ 013/2011 Tentang Tim
Terpadu Pengawasan Barang Beredar Di Provinsi Jawa Timur. Dalam Keputusan
Gubernur Nomor 188/ 210 /KPTS/ 013/2011, Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur ditunjuk sebagai ketua dari Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar Provinsi Jawa Timur. Wewenang tersebut
diungkapkan oleh Ibu Ninik Margirini, S.S (Kasi Impor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur) sebagai berikut:
Dalam kebijakan pengendalian distribusi produk impor di
Disperindag ini kan ada 2 bidang yang menangani, satu Bidang
Perdagangan internasional yaitu saya dan satu lagi Bidang
Perdagangan Dalam Negeri yaitu Pak Eka selaku Kasi Pengawasan
Barang Beredar dan Perlindungan Konsumen. Kalo tugas dan
wewenang saya itu antara lain: membuat bahan perencanaan
program kegiatan pengendalian impor, verifikasi barang impor dan
III-45
III-46
distribusi produk impor telah tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 96 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian
dan Seksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Dalam
pasal 19 ayat 3 disebutkan bahwa ada 8 tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh
seksi pengawasan barang beredar dan perlindungan konsumen, diantaranya adalah
melaksanakan kebijakan dan evaluasi pengawasan barang beredar dan jasa di
pasar serta penegakan hukumnya. Kemudian dalam pasal 22 ayat 2 juga
menjelaskan tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh seksi impor antara lain
yaitu: membuat bahan perencanaan program kegiatan pengendalian impor,
verifikasi barang impor dan bahan penerbitan rekomendasi/persetujuan impor.
Kewenangan yang dimiliki oleh Dinas ini sudah cukup memadai karena sudah
diatur dalam peraturan yang ada. Kewenangan dari
Perdagangan Provinsi Jawa Timur yang lainnya dapat dilihat dalam Lampiran.
Sedangkan
kewenangan
yang
dimiliki
oleh
Biro
Administrasi
III-47
III-48
III-50
III-51
III-52
http://www.jdih.jatimprov.go.id
karena
semua
peraturan-
III-53
impor, informasi tersebut akan menjadi pedoman bagi para pelaksana dalam
menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.
Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
terkait ketersediaan dan kecukupan sumberdaya informasi yang dimiliki oleh para
pelaksana dalam implementasi kebijakan pengendalian distribusi produk impor di
Jawa Timur ini akan disajikan dalam tabel di bawah.
III-54
III-55
III-56
III-57
Kecukupan kemampuan
dan kompetensi staf
b). Kewenangan
Kecukupan
yang dimiliki
wewenang
Gambaran Ideal/
teoritik (Indikator)
Staf
yang
jumlahnya
cukup
akan
mendukung
pelaksanaan
kebijakan
Staf
dengan
kemampuan
yang
cukup
akan
mendukung
kelancaran
program
Kurang
tersedia staf
dalam jumlah
yang
memadai
Kewenangan
yang
cukup
pelaksana
mampu bekerja
maksimal
Memiliki
kewenangan
yang cukup
dan memadai
Memiliki
kemampuan
dan keahlian
dalam
melakukan
tugas
Memiliki
kemampuan
dan keahlian
dalam
melakukan
tugas
Memiliki
kewenangan
yang cukup
dan memadai
Bersambung.....
III-58
Fasilitas yang
memadai akan
membantu
pelaksanaan
kebijakan
Tersedia tapi
kurang
memadai
d). Informasi
Kemudahan mendapatkan
informasi peraturan
Kemudahan
mendapatkan
informasi
mendukung
kelancaran
pelaksanaan
kebijakan
Mudah dalam
mendapat
informasi
Dana
yang
cukup menjadi
modal
pelaksanaan
kebijakan
Dana APBD
Provinsi
masih terbatas
fasilitas
Tersedia
dalam
jumlah yang
memadai
Mudah
dalam
mendapat
informasi
Dana APBD
Provinsi
cukup
dan
memadai
III-59
III-60
Peternakan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
Timur, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jatim I, Kepala Bidang
Metrologi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Kepala
Bidang Standarisasi dan Desain Produk Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur.
Struktur birokrasi pelaksana kebijakan pengendalian distribusi produk
impor meliputi beberapa instansi yang bekerja secara koordinatif. Sampai saat ini
menurut pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur,
struktur birokrasi pelaksana kebijakan pengendalian distribusi produk impor telah
memiliki struktur hirarki dan garis fungsi yang jelas serta telah dilaksanakan.
Kegiatan utama yang paling sering dilakukan dari aktivitas pengendalian
distribusi produk impor adalah pemberian izin distribusi produk impor, pemberian
izin bongkar komoditas dan tindakan pengawasan distribusi produk impor di
lapangan. Mengenai hal ini dijelaskan oleh Bapak Eka (Kasi Pengawasan Barang
Beredar dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur):
Kalau masalah struktur birokrasi dalam konteks pengawasan itu
kami yang tergabung dalam tim terpadu kan terdiri dari berbagai
macam instansi, jadi semua sudah memiliki wewenang masingmasing. Saya rasa untuk sampai saat ini semua bisa berjalan dengan
baik sesuai tugas dan fungsinya. (wawancara tanggal 24 April
2014)
Hal ini juga dikuatkan oleh Bapak Gede (Staf bagian Perdagangan Biro
Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur):
Kami di Biro Administrasi Perekonomian itu punya tugas yang
diberikan Bapak Gubernur kepada kita, seperti misalnya penerbitan
surat pernyataan distribusi produk impor hortikultura dan juga surat
III-61
birokrasi
yang
dikemukakan
oleh
Biro
Administrasi
III-62
Selain masalah struktur birokrasi dan SOP, dalam penelitian ini juga dilihat
terkait dengan pembagian kerja dan spesialisasi, karena keberadaan beberapa
instansi dalam implementasi kebijakan memungkinkan terjadinya fragmentasi dan
ketidakjelasan fungsi dan wewenang. Namun hal itu tidak dibenarkan oleh Bapak
Eka seperti hasil wawancara berikut ini:
Kalo kekhawatiran terkait tugas yang ganda atau ketidakjelasan
fungsi itu tidak terjadi mas, karena selain sudah ada SOP yang
mengatur, kami juga sering melakukan koordinasi antar instansi
terkait masalah kebijakan pengendalian distribusi produk impor ini.
Jadi misalnya kami dari tim terpadu pengawasan ada masalah yang
dihadapi terkait peredaran barang ya langsung kami koordinasikan
dengan intansi terkait. Misalnya kemarin ada kasus gula rafinasi ya
kami koordinasi dengan teman-teman Dinas Perkebunan dan Dinas
Pertanian Jawa Timur, kan itu memang ranah mereka, masa kami
mau koordinasi dengan Dinas Peternakan, kan ngga nyambung.
(wawancara tanggal 24 April 2014)
III-63
III-64
III.2.4 Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam
implementasi suatu kebijakan. Komunikasi berfungsi untuk memadukan gerak
langkah dan kesamaan persepsi para pelaksana kebijakan pengendalian distribusi
produk impor. Komunikasi yang efektif tentu akan memberi dampak yang positif
terhadap pelaksanaan kebijakan. Dengan adanya persamaan persepsi juga akan
tercipta keterpaduan dan meminimalisir kemungkinan terjadinya misskomunikasi
dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Agar implementasi suatu kebijakan
bisa berjalan dengan baik maka diperlukan perintah, petunjuk dan arahan yang
baik mengenai kebijakan tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan komunikasi pada pelaksanaan kebijakan
pengendalian distribusi produk impor hortikultura yang telah dilakukan. Ada
III-65
beberapa indikator yang digunakan dalam hal ini yaitu: pertama adalah transmisi
(proses pemberian petunjuk/ arahan). Kedua, dilihat dari kejelasan perintah dan
arahan. Dan yang ketiga adalah terkait konsistensi petunjuk serta arahanyang
diberikan dalam proses komunikasi tersebut. hasil dari pengumpulan data tentang
komunikasi akan disajikan seperti di bawah ini
Transmisi (proses pemberian petunjuk dan arahan)
Dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian distribusi produk impor, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur melalui Tim Terpadu
Pengawasan Barang Beredar Provinsi Jawa Timur merupakan penanggungjawab
dari kebijakan pengendalian dan pengawasan distribusi produk impor.
Komunikasi dan koordinasi yang dilakukan disampaikan oleh Bapak Eka (Kasi
Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur) sebagai berikut:
Proses komunikasi yang dilakukan dengan staf Disperindag dan
juga Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar Provinsi Jawa Timur
dilakukan melalui rapat, kami setiap sebelum dan sesudah
melaksanakan aktivitas pengawasan selalu melakukan rapat
koordinasi terlebih dahulu mas, kan tidak mungkin kalau saya
langsung ambil keputusan tanpa koordinasi dengan kawan-kawan
Tim Terpadu Pengawasan Barang. Jadi untuk menghindari
miskomunikasi kami selalu mengadakan rapat dan evaluasi.
(wawancara tanggal 18 April 2014)
III-66
III-67
bagian dari anggota Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar Provinsi Jawa
Timur.
Selain
memerlukan
komunikasi
antar
pelaksana
kebijakan,
maka
III-68
III-69
III-70
III-71
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Tuti Asri Harini (Kasubag Perdagangan
Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
sekaligus Anggota Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar):
Kalau masalah konsisten menurut saya ya konsisten. Tidak ada
perubahan terkait arahan dan petunjuk pelaksanaannya, karena itu
kan sudah ada pakemnya, jadi kita tinggal jalankan saja. Namun
untuk ditingkat pusat ada hal yang saya sayangkan yaitu terkait
komunikasi antara pemerintah provinsi dengan pusat yaitu terkait
data tentang pertanian kita, data yang ada dipusat itu terkadang
berbeda dengan data yang kita punya (wawancara tanggal 7 April
2014)
Berdasarkan informasi di atas dapat dipahami bahwa hingga saat ini
perintah dan arahan terkait kebijakan pengendalian distribusi produk impor
hortikultura masih konsisten dan tidak mengalami perubahan. Sehingga para
pelaksana kebijakan di lapangan tidak menemukan masalah atau kebingungan
dengan arahan yang diberikan. Namun ada satu hal yang menjadi masalah terkait
aspek komunikasi yaitu keterpaduan antara data yang dimiliki oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang tidak sama. Hal ini tentu sedikit menghambat
kelancaran dan keefektifan program pengendalian dan pengawasan distribusi
produk impor serta dalam pembuatan kebijakan. Selanjutnya rekapitulasi dari
aspek komunikasi akan disajikan pada tabel di bawah.
III-72
Tabel III.14 Rekapitulasi Komunikasi Dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Produk Impor Hortikultura di Jawa Timur
Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa
Timur
Kondisi
Biro Administrasi
Perekonomian Provinsi Jawa
Timur
Kondisi
Mekanisme
pemberian arahan
pelaksanaan
kebijakan
Komunikasi melalui
rapat dan sosialisasi
forum
Komunikasi melalui
rapat dan sosialisasi
forum
Komunikasi
sosialisasi
Intensitas pemberian
perintah dan arahan
kebijakan
Komunikasi intens
berbagai pihak
dengan
Komunikasi intens
berbagai pihak
dengan
KOMUNIKASI
a). Transmisi
Ada
tidaknya
komunikasi
b). Kejelasan
Tingkat
kejelasan
pemberian perintah
dan
arahan
kebijakan
Kondisi
melalui
forum
Bersambung.....
III-73
KOMUNIKASI
c) Konsistensi
Tingkat konsistensi
perintah dan arahan
kebijakan
Biro Administrasi
Perekonomian Provinsi Jawa
Timur
Kondisi
Petunjuk
serta
arahan
pelaksanaan sudah konsisten
Petunjuk
serta
arahan
pelaksanaan sudah konsisten
Adanya
hambatan
yakni
terkait ketidakterpaduan data
antara pusat dan daerah
Kondisi
III-74
III.2.5 Disposisi
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan selain perlu didukung oleh
faktor sumberdaya, dan komunikasi namun tidak bisa terlepas dari faktor
kemauan dan iktikad baik dari para pelaksana kebijakan. Sebuah kebijakan akan
berjalan dengan baik dan efektif apabila didukung oleh keinginan yang kuat oleh
para aparat di lapangan. Bisa dikatakan pula bahwa disposisi merupakan
kesediaan pelaksana untuk menjalankan kebijakan yang terwujud dalam
pengetahuan dan pemahaman serta tanggapan terhadap kebijakan yang ada.
Untuk melihat disposisi pelaksana dalam pelaksanaan kebijakan
pengendalian distribusi produk impor ini ditinjau dari dua hal yaitu: pemahaman
dan pengetahuan para pelaksana kebijakan dan respon dari para pelaksana
kebijakan. Hal ini dapat digunakan untuk melihat disposisi yang dimiliki oleh para
pelaksana. Jika hal tersebut menunjukkan arah yang positif maka tingkat
kesediaan untuk melaksanakan kebijakan akan semakin tinggi pula, dan begitu
sebaliknya.
Tingkat pengetahuan dan pemahaman pelaksana
Pengetahuan aparat pelaksana terhadap kebijakan ini menjadi hal yang
penting dalam pelaksanaan pengendalian distribusi produk impor. Hal ini
disampaikan oleh Ibu Tuti Asri Harini (Kasubag Perdagangan Biro Administrasi
Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur):
kebijakan pengendalian itu artinya kita tidak menghambat ya, kita
tidak menghambat impor yang masuk kesini. Tapi kebijakan ini
bermaksud untuk mengendalikan saja. Mengapa demikian? Ini
karena pengaruh dari penetapan Pelabuhan Tanjung perak sebagai
satu-satunya pintu masuk impor hortikultura di pulau Jawa.
Selanjutnya banyak sekali produk hortikultura impor yang masuk
III-75
III-76
III-77
III-78
Dari informasi di atas dapat dipahami bahwa para pelaksana dari kebijakan
pengendalian distribusi produk impor ini secara keseluruhan memiliki respon
yang positif terhadap kebijakan ini. Para pelaksana sangat mendukung dengan
keberadaan kebijakan ini dengan pertimbangan manfaat-manfaat yang diperoleh
sangat menguntungkan bagi para petani dan produsen hortikultura lokal di Jawa
Timur. Selanjutnya, disposisi yang ditunjukkan para pelaksana kebijakan ini dapat
disimpulkan dalam tabel di bawah ini.
III-80
III-81
lepas dari nilai-nilai landasan Negara Republik Indonesia yaitu pasal 33 ayat 1
sampai dengan 3 UUD RI tahun 1945 yang menyatakan bahwa:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pemerintah memiliki peranan yang sama pentingnya dengan privat/ swasta.
Peranan dari pemerintah bertujuan agar tidak terjadi sistem ekonomi komando
yang hanya dimonopoli oleh beberapa pihak saja dan juga menghindari adanya
sistem ekonomi pasar bebas yang sebebas-bebasnya. Dalam hal yang berkaitan
dengan kebijakan pengendalian distribusi produk impor ini, bisa ditinjau dari
peranan pemerintah sebagai stakeholder yang memiliki kepentingan untuk
menjaga stabilitas dan menjamin distribusi produk impor di Jawa Timur dapat
berjalan dengan baik dan tidak mengganggu kepentingan daerah atau nasional.
Situasi dan kondisi perekonomian Jawa Timur pada awal tahun 2014 cukup
kondusif, meski menjelang pemilihan umum. Hal ini juga ditunjukkan dari
perolehan tingkat pertumbuhan ekonominya yang tumbuh positif. Kondisi
ekonomi Jawa timur secara umum dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi di tahun
2013 berada pada angka 6,55%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 7,27%. Namun, pertumbuhan ekonomi Jatim masih di
III-82
atas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,78%. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Tuti Asri Harini selaku Kasubag
Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Timur sebagai berikut:
Untuk kondisi pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur tahun 2013
menurut data BPS masih bagus ya meski menurun sekitar 0,72% dari
tahun sebelumnya. Hal ini karena banyak faktor mas, seperti
misalnya akibat beberapa musibah yang terjadi kemarin gunung
Kelud, banjir dan sebagainya. Selain itu, kerusakan infrastruktur di
sebagian wilayah pantura, kenaikan harga BBM dan listrik juga
menghambat laju pertumbuhan ekonomi, namun secara umum
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur masih lebih bagus dari pada
Jakarta bahkan nasional. (wawancara tanggal 27 Maret 2014)
Berdasarkan grafik III.5 di bawah dapat dilihat bahwa pada tahun 2010
perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 6,68 persen, kemudian tahun 2011 dan
tahun 2012 masing-masing mengalami percepatan sebesar 7,22 persen dan 7,27
persen, akan tetapi mengalami perlambatan menjadi 6,55 persen pada tahun 2013.
7,4
7,3
7,22
7,27
7,2
7,1
7
6,9
6,8
6,7
6,68
6,55
6,6
6,5
2010
2011
2012
2013
Tabel III.16 PDRB Per Kapita Jawa Timur Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011-2013
Uraian
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
884.144
1.001
1.136
37.688
38.052
38.363
23.460
26.320
29,62
(Miliar Rupiah)
Kemudian terkait kondisi ekonomi Provinsi Jawa Timur ditinjau dari skala
mikro ditinjau dari dampak kebijakan pengendalian distribusi produk impor
terhadap harga komoditas hortikultura impor. Menurut hasil penelitian dari Pusat
Sosial, Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
Kementrian
Pertanian
(2013)
menunjukkan
bahwa
kebijakan
III-84
III-85
Kondisi politik
Jika ditinjau dari kondisi politik di Jawa Timur saat ini cukup baik dan
kondusif. Kondisi politik yang baik tersebut bisa dilihat dari beberapa hal.
Pertama terkait pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jawa Timur pada tanggal 29
Agustus 2013 yang berlangsung secara aman dan kondusif. Kemudian pada
tanggal 9 April lalu juga telah dilaksanakan pemilihan umum legislatif yang
berlangsung dengan aman dan tertib. Sehingga kondisi politik yang kondusif
tersebut berdampak positif terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Ibu Tuti Asri
Harini selaku Kasubag Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
Secara umum kondisi politik di Jawa Timur ini kan kondusif dan
aman. Bisa dilihat dari pelaksanaan pemilu Gubernur kemarin dan
III-86
juga datang dari Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim yang menyerukan seluruh
pengurus DPC, kader maupun simpatisan partai untuk mengantisipasi terjadinya
kebocoran
proses
transit
buah-buahan
dan
sayuran
impor
di
Jatim
(http://health.kompas.com/read/2012/06/18/02381310/Jawa.Timur.Tegas.soal.Hor
tikultura.Impor diakses 2 Mei 2014). Dukungan terkait dengan kebijakan
Pengendalian distribusi produk impor hortikultura juga datang dari Komisi IV
DPR-RI yang salut dengan langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur
terkait
regulasi
terhadap
produk
impor
hortikultura
III-88
Perekonomian
Sekretariat
Daerah
Provinsi
Jawa
Timur
III-89
III-90
birokrat dari semua level. Namun demikian juga terdapat peran aktor-aktor
lainnya baik dari instansi pemerintah lainnya serta aktor-aktor lain diluar
lingkaran pemerintahan seperti LSM, asosiasi dan termasuk respon dari target
group yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan.
Respon dari objek kebijakan merupakan suatu hal yang penting dalam era
perubahan dari government menuju pada governance. Hal ini berguna untuk
mengetahui bahwa proses implementasi kebijakan juga dipengaruhi oleh
tanggapan dari pihak yang terkena dampak kebijakan. Sehingga semakin positif
dan kooperatif tanggapan dari objek kebijakan, maka keberhasilan dari
implementasi kebijakan juga akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Respon
dari objek kebijakan juga diperlukan dalam konteks kebijakan yang bersifat
regulatif, karena sifat dari kebijakan regulatif itu bersifat koersif atau memaksa,
sehingga diperlukan input berupa masukan, saran dan partisipasi untuk kelancaran
dan keefektifan suatu kebijakan. Dalam pembahasan ini akan difokuskan pada 2
aspek yaitu: tanggapan/ respon dan saran.
Tanggapan/ Respon
Tentang bagaimana respon dari objek kebijakan pengendalian distribusi
produk impor hortikultura di Jawa Timur ini diperoleh informasi dari Bapak
Setiyobudi (Sekretaris Eksekutif BPD Ginsi Jawa Timur) sebagai berikut:
Kita ya menerima dengan baik, karena ini kan melindungi
perusahaan dalam negeri dan petani. Tapi saya yang keberatan itu
apakah produk kita sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam
negeri, seperti misalnya bawang putih itu kan banyak dibutuhkan
oleh perusahaan-perusahaan besar, tapi kita hanya bisa produksi 510% saja. Kemudian yang saya dan teman-teman importir tanyakan
tentang peraturan ini kalau memang bertujuan melindungi
III-91
III-92
III-94
Saran
Implementasi
Kebijakan
Pengendalian
Distribusi
Produk
Impor
III-95
Indonesia yang mengatur tujuh pintu masuk pelabuhan dan bandar udara
dikurangi menjadi empat pintu masuk saja, diantaranya: Pelabuhan Belawan
Medan, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar dan Bandar Udara
Soekarno Hatta Cengkareng. Tujuan penetapan empat pintu masuk itu adalah agar
Pemerintah dapat lebih melakukan fungsi pengawasan terhadap produk impor.
Dalam teorinya, Tulus Tambunan (2004:339) mengatakan bahwa
kebijakan pengendalian impor terdiri dari berbagai instrumen mulai dari larangan
impor secara mutlak, kuota impor, pemberian subsidi kepada produsen dalam
negeri juga termasuk berbagai jenis regulasi dan ketentuan teknis dari pemerintah
yang berkaitan dengan: kesehatan, pertahanan dan keamanan, perizinan impor,
regulasi standardisasi dan masih banyak lainnya. Kebijakan pengendalian
distribusi produk impor hortikultura di Jawa Timur merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Menteri Pertanian No. 89 Tahun 2011 yang menetapkan Pelabuhan
Tanjung Perak sebagai salah satu pintu masuk produk impor di Jawa Timur.
Peraturan Menteri tersebut memiliki dampak terhadap melonjaknya jumlah
produk-produk impor khususnya hortikultura yang masuk melalui Pelabuhan
Tanjung Perak sehingga menyebabkan penumpukan barang. Hal ini terjadi karena
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan alternatif pintu masuk impor hortikultura di
Pulau Jawa dan paling memungkinkan dibandingkan melalui Bandara Soekarno
Hatta Jakarta. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok tidak lagi ditetapkan sebagai
pintu masuk impor produk hortikultura karena keterbatasan kemampuan
laboratorium karantina dan keamanan pangan serta tidak memadainya jumlah
III-96
petugas karantina. Untuk mengatur distribusi produk impor yang masuk, maka
Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat Peraturan Gubernur No. 2 Tahun 2013.
Sesuai hasil kajian kebijakan yang dilakukan oleh Kementrian
Perdagangan pada tahun 2012, berdasarkan analisis kesesuaian penentuan
pelabuhan yang akan ditetapkan dengan sentra produksi hortikultura dan sentra
industri, maka pelabuhan yang sangat sensitif dijadikan pintu masuk impor adalah
Tanjung Perak (Jawa Timur), Belawan (Sumatera Utara) dan Batam karena kedua
wilayah tersebut merupakan produsen utama yang menempati wilayah produsen
terbesar kedua dan ketiga dari produksi buah-buahan dan sayuran segar di
Indonesia. Oleh karena itu, di pelabuhan-pelabuhan tersebut perlu di back up oleh
peraturan daerah (Gubernur) dan peraturan lainnya untuk lebih melindungi daya
saing produk lokalnya yang masih jauh lebih rendah dibandingkan produk impor.
UU. No. 8 tahun 2009 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan
bahwa dalam rangka pelaksanaan perlindungan konsumen perlu adanya
penanganan yang sinergis dan terkoordinasi dalam melaksanakan pengawasan
barang beredar dan jasa yang dilaksanakan secara terpadu oleh unsur instansi
terkait. Pengawasan barang beredar dilakukan terhadap produk-produk lokal
maupun produk impor, hal ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dalam
negeri dari praktek ilegal dan ancaman bahaya.
Hal ini sesuai dengan tujuan yang terkandung dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang
menyatakan bahwa Perlindungan konsumen bertujuan :
III-97
harkat
dan
martabat
konsumen
dengan
cara
dan
keterbukaan informasi
serta
akses untuk
mendapatkan informasi;
e) Menumbuhkan
kesadaran
pelaku
usaha
mengenai
pentingnya
III-98
III-99
III-100
lainnya adalah para pedagang besar di ritel dan supermarket seperti: Giant, Hero,
Hokky, Super Indo, Hypermart, Carrefour serta para pedagang kecil yang ada
dipasar-pasar tradisional.
Sumberdaya
Bryant and White (1989:142) mengemukakan bahwa sumberdaya
memiliki peranan penting dalam implementasi sebuah kebijakan. Sebagus apapun
suatu kebijakan jika tidak didukung oleh sumberdaya yang mencukupi akan sulit
untuk diimplementasikan. Sumber daya menjadi suatu komponen yang diperlukan
untuk melaksanakan sebuah kebijakan agar pelaksanaan suatu kebijakan dapat
berjalan dengan baik maka harus didukung oleh sumber daya pelaksananya.
Dalam menginterpretasi implementasi kebijakan pengendalian distribusi
produk impor hortikultura ini dilihat dari sumberdaya yang telah ditentukan
tinjauan teori penelitian yaitu: sumberdaya administrasi/staf, sumberdaya
kewenangan, sumberdaya fisik/fasilitas, sumberdaya informasi dan sumberdaya
finansial.
1. Administrasi/ staf
Edward III (dalam Widodo, 2007:98) menegaskan bahwa sumberdaya
manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan kebijakan. Kebijakan yang jelas dan konsisten
yang tidak didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia maka
kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan efektif.
Kualitas yang dimiliki para staf dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur dan Biro Administrasi Perekonomian
III-101
tingkat
pendidikan
serta
keahlian
yang
cukup
untuk
III-102
III-103
kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki
sesuai dengan tugas pekerjaan yang ditanganinya.
2. Kewenangan
Secara keseluruhan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing
pelaksana kebijakan pengendalian distribusi produk impor di Jawa Timur
baik dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur dan
Biro Administrasi Perekonomian Jawa Timur sudah memadai karena
sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun
2009, Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 16 Tahun 2011, Peraturan
Gubernur No. 2 tahun 2013 dan juga dalam Keputusan Gubernur Nomor
188/ 210 /KPTS/ 013/2011.
Kedudukan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa
Timur sebagai koordinator dalam Tim Terpadu Pengawasan Barang
Beredar Provinsi Jawa Timur juga memberikan dinas ini kewenangan
untuk memberikan arahan yang terkait dengan kebijakan pengendalian
distribusi produk impor. Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar
Provinsi Jawa Timur juga berwenang untuk melakukan teguran tertulis dan
meminta penjelasan terkait indikasi pelanggaran di lapangan, kemudian
Tim ini juga berwenang melakukan pelaporan apabila ditemukan
pelanggaran pidana.
Kewenangan merupakan satu hal yang sangat diperlukan dalam
pencapaian tujuan sebuah kebijakan, termasuk dalam implementasi
kebijakan pengendalian distribusi produk impor ini. Utamanya apabila
III-104
III-105
aktivitas
pengendalian
dan
pengawasan
produk
impor
dan
Perdagangan
Provinsi
Jawa
Timur
dan
Biro
III-106
Dari teori tersebut dapat dipahami bahwa dana merupakan faktor kritis
dalam
pelaksanaan
kebijakan.
Dalam
implementasi
kebijakan
III-107
III-108
III-109
III-110
III-111
III-112
III-113
distribusi produk impor hortikultura ini juga didukung oleh segenap stakeholders
yang ada di Jawa Timur dan Pusat. Tentu kondisi politik dan dukungan politik
merupakan aspek yang penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, karena tanpa
kondisi politik yang kondusif dan dukungan politik yang baik akan mempengaruhi
terhadap kelancaran dan keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Wahyuni Triana (2011:123) yang mengatakan bahwa kondisi
lingkungan akan dapat mempengaruhi hasil akhir sebuah implementasi kebijakan,
meski tidak secara langsung. Bahwa sebuah kebijakan telah diperhitungkan secara
masak dan rasional, struktur implementasi telah dipersiapkan sebaik mungkin,
aktor-aktor pelaksana dan pola komunikasi juga telah persiapkan secara matang,
namun hasil akhir bisa berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dimana
kebijakan tersebut diimplementasikan.
Karakteristik Kebijakan
Menurut Hill & Hupe (2002:123) mengetahui karakteristik kebijakan
menjadi aspek yang penting dalam implementasi suatu kebijakan. karakteristik
tersebut dapat dilihat dari tipologi Theodore Lowi yang membagi dalam tipe
kebijakan distributif, redistributif regulatif dan konstituen. Dengan mengetahui
jenis kebijakannya diharapkan mampu mengantisipasi konsekuensi yang terjadi
dari implementasi sebuah kebijakan.
Peraturan Gubernur No.2 tahun 2013 tentang pengendalian distribusi
produk impor merupakan suatu peraturan administratif yang harus ditaati dan
dilaksanakan, karena sifat dari peraturan ini adalah memaksa dan mengatur
importir. Sehingga ada konsekuensi hukum berupa sanksi administratif bagi
III-114
III-115
PENUTUP
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Kesimpulan Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Produk
Impor Hortikultura di Jawa Timur
Aktivitas yang dilaksanakan dalam implementasi kebijakan
pengendalian distribusi produk impor hortikultura ini secara prosedural
telah dilakukan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Serangkaian
kegiatan-kegiatan tersebut meliputi sosialisasi kebijakan, aktivitas
pengendalian dan pengawasan barang beredar mulai dari proses persiapan
dan perencanaan, proses koordinasi, pelaksanaan pengawasan, pelaporan
dan penyidikan, penarikan barang dan pemberian sanksi hingga tahap
evaluasi.
IV-1
PENUTUP
IV-2
PENUTUP
pada
pelaksana di
Sasaran kebijakan
Sasaran dari kebijakan pengendalian distribusi produk impor
hortikultura ini adalah para pelaku usaha dibidang impor
hortikultura yang masuk melalui wilayah kepabeanan Provinsi
Jawa Timur, kemudian para pedagang besar di ritel dan
supermarket serta para pedagang kecil yang ada dipasar
tradisional.
Sumberdaya
-
IV-3
PENUTUP
Kewenangan: Baik
IV-4
PENUTUP
Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi dalam kebijakan ini tidak berbelit-belit
meskipun melibatkan banyak instansi yang berbeda. Dengan
adanya SOP (Standard Operating Procedures) yang termuat
dalam Permendag No. 20 tahun 2009 tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Pengawasan Barang Dan/Atau Jasa, Pergub Jatim
No. 2 tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk
Impor
dan
Keputusan
Gubernur
Jawa
Timur
Nomor
mudah
dan
terarah.
Fragmentasi
dalam
proses
IV-5
PENUTUP
Komunikasi
Komunikasi sudah dilakukan antarpelaksana maupun dengan
kelompok
sasaran
dalam
kegiatan
pengendalian
dan
Disposisi
Aparat pelaksana baik yang ada di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur dan Biro Administrasi
Perekonomian Jawa Timur memiliki tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang baik terhadap kebijakan pengendalian
distribusi produk impor. Para pelaksana dari kebijakan
pengendalian distribusi produk impor memiliki respon yang
IV-6
PENUTUP
positif
terhadap
mendukung
kebijakan
dengan
ini.
Para
keberadaan
pelaksana
kebijakan
ini
sangat
dengan
Karakteristik kebijakan
Semua pelaksana kebijakan baik di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur maupun Biro Administrasi
Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur sepakat
bahwa
Peraturan
Gubernur
No.2
tahun
2013
tentang
serta
ada
konsekuensi
hukum
berupa
sanksi
IV-7
PENUTUP
produk impor
IV.2. Saran
1. Disarankan untuk meningkatkan sumber daya staf di Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Karena Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur merupakan leading sector dalam
IV-8
PENUTUP
sarana
penunjang
operasional
Dinas
Perindustrian
dan
IV-9
PENUTUP
IV-10
PENUTUP
staf,
fasilitas
fisik
dan finansial
dalam
kondisi
tidak
IV-11
PENUTUP
IV-12
Daftar Pustaka
Pedoman Wawancara
NAMA
:
JABATAN :
TANGGAL :
1. Sasaran Kebijakan
Apa tujuan dan manfaat dari kebijakan pengendalian impor?
Hasil-hasil apa yang diharapkan dari pelaksanaan kebijakan pengendalian
impor hortikultura?
Siapa saja yang menjadi sasaran (target group) dalam kebijakan pengendalian
ini?
2. Disposisi (sikap) pelaksana
Apa yang dimaksud dengan Kebijakan pengendalian impor?
Apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya peraturan tentang kebijakan
pengendalian impor hortikultura? Landasan hukumnya?
Bagaimana tanggapan tentang kebijakan ini? Perlukah?
Bagaimana komitmen/ kesungguhan para pelaksana kebijakan?
Bagaimana pemahaman para pelaksana kebijakan?
Menurut anda bagaimana sikap masyarakat (importir) dengan adanya
kebijakan ini?
3. Karakteristik Kebijakan
Bagaimana sifat dari Pergub No. 2 Tahun 2013 apakah sifatnya memaksa atau
tidak?
Dimana letak perbedaan terkait substansi Pergub No. 2 Tahun 2013 dan
peraturan terkait sebelumnya?
Apakah ada pengecualian/kekhususan kepada pihak-pihak tertentu dalam
melaksanakan Pergub No. 2 Tahun 2013?
4. Sumberdaya
Siapa saja aktor yang terkait dalam kebijakan pengendalian impor
hortikultura?
Apa saja peran masing-masing aktor dalam pelaksanaan pengendalian impor?
Bagaimana kompetensi dan kecukupan SDM di Disperindag?
Apa saja fasilitas fisik yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengendalian
impor?
Apakah fasilitas yang ada sudah tersedia dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan terkait pengendalian?
Darimana asal sumberdana yang dipakai dalam kegiatan operasional terkait
pelaksanaan pengendalian impor?
Apakah dana yang dianggarkan cukup untuk melaksanakan kegiatan terkait
pengendalian impor?
Sejauhmana wewenang yang dimiliki Disperindag dalam melaksanakan
kebijakan pengendalian impor?
TANGGAL :
Ibu Ninik Margirini, S.S selaku Kasi Impor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Timur.
Bapak Eka Setyabudi S.H., M.M selaku Kasi Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan
Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
Bapak Setiyobudi selaku Sekretaris Eksekutif BPD Gabungan Importir Nasional Seluruh
Indonesia (GINSI) Jawa Timur
Mengingat
: 1.
524
2.
Undang-Undang
17
Tahun
2006
tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara
Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4661);
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
525
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini
diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Desember 2011
MENTERI PERTANIAN,
ttd
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Desember 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 843
527
Mengingat
KEDUA
KETIGA
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 20 April 2011
GUBERNUR JAWA TIMUR
ttd
Dr. H. SOEKARWO
1.
Pengarah
2.
Ketua
3.
Sekretaris
4.
Anggota-anggota :
dan
Perdagangan
Mengingat
8. Peraturan
-2-
-3-
f. Surat
-4-
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam rangka
pengendalian dan pengawasan bagi produk impor yang masuk di
wilayah Jawa Timur.
Pasal 3
-5-
Pasal 3
Peraturan ini bertujuan untuk :
a. mengendalikan produk impor;
b. menjaga stabilitas harga komoditas lokal;
c. melindungi dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan
petani;
d. perlindungan terhadap masuknya Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina;
e. perlindungan terhadap konsumen.
BAB III
PENGENDALIAN PRODUK IMPOR
Pasal 4
Produk impor yang masuk di wilayah Jawa Timur wajib
memperhatikan aspek:
a. keamanan pangan;
b. ketersediaan produksi Jawa Timur;
c. penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk;
d. persyaratan kemasan dan pelabelan;
e. standar mutu; dan
f. ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan
manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Pasal 5
(1) Perusahaan yang melakukan Importasi melalui wilayah Jawa
Timur wajib menyampaikan surat pernyataan keterangan
distribusi produk impor kepada Gubernur melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan selambat-lambatnya 2 (dua) hari
setelah tanggal Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB)
yang dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak.
(2) Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan Bill of Lading, Pemberitahuan Impor Barang (PIB),
Tanda Daftar Gudang Produk Impor dan Kartu Kendali Gudang
Produk Impor.
(3) Bentuk surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran A.
Pasal 6
-6-
Pasal 6
Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
diperlukan untuk mengetahui :
a. Jenis barang yang diimpor;
b. Jumlah barang;
c. Negara asal barang;
d. Tempat Penampungan Sementara/Gudang;
e. Tujuan distribusi; dan
f.
Peruntukannya.
Pasal 7
BAB IV
-7BAB IV
PENATAAN GUDANG PRODUK IMPOR
Pasal 11
Gudang/Tempat Penampungan Sementara produk impor yang
dipergunakan oleh importir wajib memiliki Tanda Daftar Gudang
Produk Impor dan Kartu Kendali Gudang Produk Impor yang telah
terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Pasal 12
Tanda Daftar Gudang Produk Impor dan Kartu Kendali Gudang
Produk Impor sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 diatur lebih
lanjut oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
distribusi produk Impor, Gubernur melakukan pengawasan
peredaran, monitoring dan evaluasi pelaksanaan distribusi yang
importasinya melalui wilayah Jawa Timur.
(2) Pelaksanaan pengawasan peredaran, monitoring dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim
Terpadu Pengawasan Barang Beredar.
(3) Tim pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur.
Pasal 14
Hasil pelaksanaan pengawasan peredaran, monitoring dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilaporkan kepada
Gubernur dan akan dipakai sebagai bahan saran pertimbangan
kepada pemerintah pusat dalam hal pemberian Surat Persetujuan
Impor (SPI).
BAB VI
-8BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pengendalian Impor
Produk Hortikultura dan Pemberdayaan Usaha Hortikultura di Jawa
Timur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Jawa Timur.
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 11 Januari 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR
DIUNDANGKAN DALAM BERITA DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR
TGL. 11-1-2013 No 2 Th 2013/ D
ttd
Dr. H. SOEKARWO
LAMPIRAN
KOP PERUSAHAAN
Nomor
Sifat
Lampiran
Perihal
:
:
: : Surat Pernyataan Keterangan
Distribusi Produk Impor
Kepada
Yth. Bpk. Gubernur Jawa Timur
Cq. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur
di
SURABAYA
Jabatan
Nama Perusahaan
Telpon/Fax/Email
Alamat pabrik/gudang/TPS
Telpon/Fax/Email
Jenis komoditas
Negara asal
Volume (ton)
Peruntukan:
a. Jawa Timur
-
Volume (Ton)
Prov/Kota Tujuan
Demikian
-2-
Surabaya,..........................
Yang Membuat Pernyataan
MATERAI 6000
CAP/STEMPEL PERUSAHAAN
TEMBUSAN :
( NAMA TERANG )
Yth. Sdr. Kepala Biro Adm. Perekonomian
JABATAN
Setda Prov. Jatim;
Sdr. Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tg. Perak;
Sdr. Kepala Kanwil DJBC Jatim I;
Sdr. Kepala Balai Besar Karantina Pertanian;
Sdr. Kepala Balai KIPM Kelas I Surabaya II.
-3-
I. PERMOHONAN :
a)
b)
II. MEKANISME
-4-
II. MEKANISME :
a) Importir mengajukan permohonan izin bongkar ke Gubernur Jawa Timur Cq
Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
dengan tembusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur.
b) Gubernur Jawa Timur dalam hal ini Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat
Daerah Provinsi Jawa Timur membuatkan surat permohonan saran/tanggapan
terhadap surat permohonan izin bongkar dari importir tersebut yang ditujukan
kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Surat
permohonan saran/tanggapan dari Biro Administrasi Perekonomian dapat
ditandatangani oleh Kepala Biro Administrasi Perekonomian atau Kepala
Bagian Perindustrian dan Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.
c) Setelah persyaratan terpenuhi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Timur memberikan saran/tanggapan kepada Gubernur Jawa Timur Cq.
Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
berupa Surat Rekomendasi yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur.
d) Berdasarkan butir 3 dan kelengkapan persyaratan terpenuhi, Gubernur Jawa
Timur mengeluarkan surat ijin bongkar yang ditujukan kepada Importir,
dengan tembusan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa
Timur, Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Jatim I, Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan
Utama Tanjung Perak, PELINDO III Tanjung Perak Surabaya dan Kepala
Syahbandar.
e) Setelah mendapatkan Surat Izin Bongkar dari Gubernur Jawa Timur Importir
dapat melaksanakan bongkar dan mendistribusikan komoditinya.
III.
WAKTU :
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Surat Izin Bongkar atau izin
pengeluaran Gubernur Jawa Timur dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah surat
permohonan diterima dengan catatan berkas lengkap dan benar.
________________________________________________________________________
GUBERNUR JAWA TIMUR
DIUNDANGKAN DALAM BERITA DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR
ttd
Dr. H. SOEKARWO