1.
2.
3.
4.
Jawab :
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara atau kewarganegaraan sebagai status legal. Dengan adanya
ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, bahwa orang tersebut
berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan
hukum seperti akte kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan adanya ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, dan lainlain. Dengan kata lain ikatan ini lahir dari penghayatan orang yang bersangkutan.
2. Menentukan
seseorang
kriterium kelahiran yaitu :
yang
menjadi
warga
negara,
digunakan
dua
TUGAS KEWARGANEGARAAN
SUCI HANDAYANI QOLBI
12/331239/PA/14523
TUGAS KEWARGANEGARAAN
SUCI HANDAYANI QOLBI
12/331239/PA/14523
Jadi keterikatan tersebut hanyalah karena adanya perasaan kesatuan karena keturunan,
sejarah, daerah dan penguasa. Orang dianggap sebagai warganegara adalah dari sudut
penghayatan budaya, tingkah laku maupun cara hidupnya.
Selain dua sisi diatas, menurut BP. Paulus masih ada satu hal lagi yang merupakan ruang
lingkup hukum kewarganegaraan. Hal tersebut adalah mengenai status orang-orang yang
sudah menjadi warga negara sebelum peraturan baru mulai berlaku, yaitu warganegara
berdasrkan penentuan UU. (Citizen by operation of law).
Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, maka menurut Moh. Kusnardi Bintan
Saragih disebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga Negara itu menimbulkan
suatu hak dan kewajiban baginya. Karena hak dan kewajiban itu, maka kedudukan
seseorang warga Negara dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu :
a. status positif : status positif seorang warganegara adalah memberi hak kepadanya untuk
menuntut tindakan positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga,
milik, kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara membentuk badan-badan
pengadilan, kepolisian, kejaksaan dan sebagainya yang akan melaksanakan
kepentingan warga negaranya dalam pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan
dengan hal-hal tersebut diatas.
b. status negatif : status seorang warga negara akan memberi jainan kepadanya bahwa
negara tidak boleh ikut campur tangan terhadap hak asai warganya. Campur tangan
negara terhadap warga negaranya terbatas, untuk mencegah tindakan sewenangwenang dari negara. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu, negara dapat
melanggar hak tersebut jika ditujukan demi kepentingan umum.
c. status aktif : suatu status yang memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikit
serta dalam pemerintahan.
d. status pasif : suat status yang menunjukan kewajiban bagi setiap warga negaranya
untuk mentaati dan tunduk kepada segala perintah negaranya.
Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan
antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai persoalan
pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah sehingga anak memiliki hubungan
hukum dengan ayahnya, atau perkawinan tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap
sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya.
TUGAS KEWARGANEGARAAN
SUCI HANDAYANI QOLBI
12/331239/PA/14523
TUGAS KEWARGANEGARAAN
SUCI HANDAYANI QOLBI
12/331239/PA/14523
Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional, kewarganegaraan ganda juga memiliki
potensi masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan pada asas
nasionalitas, maka seorang anak berarti akan tunduk pada ketentuan negara nasionalnya.
Bila ketentuan antara hukum negara yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka
tidak ada masalah, namun bagaimana bila ada pertentangan antara hukum negara yang satu
dengan yang lain, lalu pengaturan status personal anak itu akan mengikuti kaidah negara
yang mana. Lalu bagaimana bila ketentuan yang satu melanggar asas ketertiban umum
pada ketentuan negara yang lain.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan
perkawinan. Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal
dua asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari
kata solum yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya
darah. Asas Ius Soli; Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang
ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan. Asas Ius Sanguinis; Asas yang
menyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan beradasarkan keturunan dari
orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat. Asas
persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak
terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama,
suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri
adalah sama dan satu.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan
problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem kewarganegaraan
adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang
tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu
istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang
No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pewarganegaraan
adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
melalui permohonan. Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan
Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon juika memenuhi persyaratan
sebagai berikut: telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, pada waktu
mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak
berturut-turut, sehat jasmani dan rohani, dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar
negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun, jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda, mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap, membayar
uang pewarganegaraan ke Kas Negara.