Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negara berkembang. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
1995 menunjukkan angka kematian pada balita cenderung menurun dari 7,7 %
(1980) menjadi 2,5 % (1995). Pada bayi menurun dari 22,0 % (1980) menjadi 8 %
(1995), sedangkan hasil survei Subdit P2 diare menunjukkan peningkatan dari 1078/
1000 balita (1996) menjadi 1278/ 1000 balita (2000). Kira-kira 80 % diantaranya
terjadi pada umur dua tahun pertama. Di negara berkembang, 3.2 juta kematian setiap
tahun pada balita, sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian yang
lain adalah kekurangan gizi dan infeksi yang seriusPada diare bisa terjadi anemi
terutama defisiensi zat besi karena asupan yang berkurang (akibat anak sakit,
sehingga nafsu makan menurun), pengeluaran yang meningkat (akibat diare, atau
muntahnya), kebutuhan yang meningkat (karena anak sakit, terutama bila disertai
panas, sehingga metabolisme tubuh meningkat), penyerapan usus kurang akibat
terganggunya struktur usus (perusakan vili, epitel dan mukosa usus oleh kuman
penyebab diare).
Diare dapat didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan
berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan cair. Tinja melembek
sampai mencair dan kemudian frekuensi buang air besar bertambah lebih dari
biasanya ( 3 kali atau lebih dalam 24 jam ). Namun demikian wujud tinja merupakan
ukuran yang lebih penting dibandingkan dengan frekuensi buang air besar. Meski
sering buang air, tapi jika wujud tinja lunak dan berisi tidak dapat dikatakan sebagai
diare.
Dua bahaya utama diare adalah dehidrasi dan gizi kurang. Dehidrasi terjadi
bila pengeluaran air dan garam lebih banyak dibandingkan pemasukannya. Semakin

banyak tinja yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan
cairannya.
Selain faktor penyebab, pengelolaan penderita diare harus memperhatikan
banyak faktor yang saling mempengaruhi dan berkaitan, misalnya masalah
lingkungan penderita, higiene sanitaasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana
kesehatan yang ada, status gizi, sosial ekonomi dan budaya.
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut dengan
dehidrasi tak berat dan gizi baik yang dirawat di bangsal C1L2, RSUP Dr. Karyadi
Semarang.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara menegakkan
diagnosis dan mengelola pasien diare akut dengan dehidrasi tidak berat, serta untuk
mengevaluasi tindakan pengobatan yang diberikan telah sesuai dengan kepustakaan
yang ada.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien diare akut dengan
dehidrasi tidak berat sesuai kepustakaan atau prosedur yang ada.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan autoanamnesis dan alloanamnesis kepada pasien
diare akut dengan dehidrasi tidak berat.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan mengerti pemeriksaan
penunjang sebagai diagnosis pasti diare akut dengan dehidrsi tidak berat.
3. Mahasiswa mampu menilai status pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan secara komprehensif dan holistik
pada kasus ini.

C. MANFAAT

Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi
mahasiswa sehingga dapat menegakkan diagnosa dan mengelola permasalahan diare
akut dehidrasi tidak berat, secara dini dan tepat serta komprehensif dan holistik.

BAB II
3

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama penderita

: An. MKS

Umur/ Tanggal lahir : 1 tahun 2 bulan / 29 Juni 2012


Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: Belum sekolah

Agama

: Islam

Alamat

: Lempongsari timur RT 001/RW 006, Semarang

No. CM

: C362735

Bangsal

: C1L2

Masuk RS

: 28 September 2013

Keluar RS

: 1 Oktober 2013

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. I

Nama Ayah : Tn.K

Umur

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan

: Buruh Bangunan

Pendidikan : SD

Pendidikan : SD

: 30 tahun

B. DATA DASAR
1

ANAMNESIS
4

Dilakukan alloanamnesis dengan orangtua penderita di Bangsal Anak C1 L2,


tanggal 28 September 2013 pukul 16.00 WIB.
a Keluhan Utama : Mencret
b

Riwayat Penyakit Sekarang

sejak 3 hari SMRS anak buang air besar cair 5 kali dalam satu hari,
jumlah cukup banyak (orang tua tidak dapat memperkirakan dengan
takaran gelas belimbing), warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah
(-), nyemprot (+), bau asam (+), muntah (+) 3 kali/hari @ 2 -3 sendok
makan, isi seperti yang dikonsumsi. Anak masih mau minum, tampak
kehausan, mata anak cekung (+). Air mata masih keluar (+) saat
menangis namun sedikit. Selain itu, anak juga demam (+) namun
tidak tinggi, batuk (-), pilek (-), jumlah dan frekuensi BAK seperti
biasa. Anak dibawa ke dokter spesialis anak di Semarang dan diberi
obat zinc tablet 1 x 20 mg, oralit 100 cc tiap mencret dan atau muntah,
namun orang tua merasa tidak ada perbaikan.

1 hari SMRS anak buang air besar cair 10 kali dalam satu hari,
jumlah cukup banyak, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-),
nyemprot (+), bau asam (+), mata cekung (+), anak tampak rewel, air
mata (+) berkurang, anak tampak kehausan bila diberi minum, buang
air

kecil tidak rewel, jumlah dan frekuensi berkurang. Keluhan

disertai muntah (+) 10 kali/hari @ 2-3 sendok makan, isi seperti yang
dikonsumsi, batuk (-), pilek (-), cairan dari telinga (-), mimisan (-).
Demam (+) tidak tinggi, terus menerus, turun bila diberi obat,
kemudian naik lagi, bintik merah di kulit seperti digigit nyamuk (-).
Sebelumnya anak tidak diberi makanan dan minuman yang berbeda
dari makanan yang biasa dikonsumsi anak. Oleh karena keadaan anak
tak kunjung membaik, kemudian anak dibawa ke UGD RSDK, di
UGD anak di rehidrasi 75 cc/kgBB/dalam 4 jam terbagi menjadi infus
RL 18 tpm makro dan oralit 337,5 cc dalam 4 jam dan diberi
paracetamol syrup 3x3/4 sendok teh, kemudian dirawat inap di C1L2.

Riwayat penyakit Dahulu


Morbili
Pertusis
Varisela
Difteri
Malaria
Tetanus
Angina
Pneumoni
Bronkhitis
Demam berdarah dengue
Campak

Umur
-

Umur
-

Diare
Disentri Basiler
Disentri Amuba
Tifus Abdominalis
Cacingan
Operasi
Gegar otak
Patah tulang
Reaksi obat
Faringitis

d Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada anggota keluarga yang sakit diare saat ini.
- Tidak ada anggota keluarga yang sakit DBD saat ini.
- Tidak ada tetangga dekat rumah yang sakit DBD saat ini.
e

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibu bekerja sebagai ibu
rumah

tangga.

Penghasilan

orangtua

setiap

bulan

sekitar

Rp

700.000,00/bulan, menanggung istri dan 2 orang anak yang belum mandiri.


Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.
Kesan : Sosial ekonomi kurang.
Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
1

Jumlah anggota keluarga (4)

(skor : 0)
2

Luas lantai bangunan :

< 8 m2 per kapita

b > 8 m2 per kapita

(skor : 1)

Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas :

Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester


6

b Semen/ keramik/ kayu berkualitas tinggi


4

Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas :

Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah

b Tembok/ kayu berkualitas tinggi


5

Fasilitas untuk buang air besar :

Bersama/ umum/ lainnya

b Sendiri
Sumber air minum :

Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan

b Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi


Sumber penerangan utama :

Bukan listrik

(skor : 1)

(skor:1)

(skor : 1)

b Listrik (PLN/non PLN)

(skor : 1)

(skor : 1)

Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :

Kayu/ arang/ minyak tanah

Gas/ listrik

Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/ susu/ ayam :

(skor : 1)

Tidak pernah membeli/ satu kali

Dua kali atau lebih

(skor : 0)

10 Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :


a

Satu kali/ dua kali

(skor : 1)

b Tiga kali atau lebih


11 Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk
setiap/ sebagian besar anggota keluarga :
a

Tidak pernah membeli/ satu kali

Lebih dari satu kali

(skor : 1)

12 Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke


Puskesmas atau Poliklinik :
a

Ya

(skor : 1)

b Tidak

13 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :


a

Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija

b Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/ angkutan/


jasa lainnya

(skor : 1)

14 Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :


a

SD/ MI ke bawah/ SLTP

b SLTA ke atas

(skor : 0)

15 Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing


bernilai paling sedikit Rp 500.000,- :
a

Tidak ada

b Tabungan/emas/TV berwarna/ternak/sepeda motor

(skor : 1)

16.Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/KUKM setahun


lalu?
a. Tidak
b. Ya

(skor: 0)

Jumlah skor : 13
Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor 10 = tidak miskin.
Keluarga ini tidak termasuk dalam keluarga miskin menurut kriteria BPS.
Kesimpulan
f

: Keluarga tidak miskin menurut BPS.

Riwayat pemeliharaan prenatal


Pemeriksaan kehamilan dan pemeliharaan prenatal dilakukan di bidan
sebanyak lebih dari 4 kali, mendapat imunisasi TT 2 kali. Selama hamil,
riwayat sakit, minum jamu, trauma, dan perdarahan disangkal. Ibu rutin
mengkonsumsi vitamin dan tablet penambah darah yang diberikan oleh
bidan.

Riwayat kelahiran
No

Kehamilan dan Persalinan

Usia sekarang

Laki laki, usia kehamilan aterm, spontan, ditolong


bidan, berat badan lahir dan panjang badan lahir

2.

3 tahun

lupa.
Laki-laki, umur kehamilan aterm, spontan, ditolong
bidan, berat badan lahir 2750 gram, panjang badan

1 tahun 2 bulan

lahir 49 cm.
Bayi laki-laki lahir dari ibu G2P1A0, 29 tahun, hamil aterm (38 minggu),
ditolong bidan, lahir spontan di RSDK, riwayat penyakit selama kehamilan
disangkal, riwayat trauma selama kehamilan disangkal, perdarahan selama
kehamilan disangkal, demam selama kehamilan disangkal, riwayat minum
jamu-jamuan disangkal.
h Riwayat pemeliharaan postnatal
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Puskesmas, anak dikatakan dalam
keadaan sehat.
i

Riwayat kontrasepsi
Ibu penderita menggunakan kontrasepsi suntik setiap 3 bulan sekali di bidan
setelah melahirkan anak kedua.

Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar:

BCG

: 1x (1 bulan), scar (+)

DPT

: 3x (2, 3, 4 bulan)

Polio

: 4x (0, 2, 3, 4 bulan)

Hepatitis B

: 4x (0, 2, 3, 4 bulan)

Campak

: 1x (9 bulan)

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.


Anak belum menerima imunisasi ulangan.

k Riwayat makan dan minum anak


0 bulan 6 bulan

: anak diberi ASI, semau anak.

6 bulan 8 bulan

: ASI semau anak ditambah bubur susu 3x sehari @


mangkuk 2 sdm, dimakan sampai habis.

8 bulan sekarang

: anak diberi nasi tim dengan sayur (bayam, kol,


wortel, tomat, labu siam) dan lauk ( sosis, daging
ayam, daging sapi, tahu, tempe, telur, ikan) @ 1
mangkuk, 3x sehari, dimakan sampai habis. Anak
juga diberi buah pisang atau pepaya 1x sehari, 1
sendok makan. Anak tidak mau minum susu
formula.

Sumber air keluarga dari sumur artesis, digunakan untuk makan dan minum,
sebelum dikonsumsi air dimasak hingga matang.
Kesan : ASI eksklusif, kualitas dan kuantitas cukup
l

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pengukuran anthropometri (28 September 2013)
Anak laki-laki, usia 1 tahun 2 bulan
Berat badan sekarang
: 8,5 kg
Berat badan satu bulan yang lalu
: 9 kg
Berat badan saat lahir
: 2750 gr
Panjang badan
: 76 cm
Lingkar lengan atas
: 14,6 cm
Lingkar kepala
: 46 cm

Berdasarkan status antrhopometri dengan WHO Anthropometri

10

Gambar 1. Berat Badan Menurut Umur. WAZ : -1,56 SD

Gambar 2. Panjang Badan Menurut Umur. HAZ : -0,83 SD

11

Gambar 3. Berat Badan Menurut Panjang Badan. WHZ : -1,63 SD

Gambar 4. Kurva Nellhaus - Lingkar Kepala menurut Umur : Mesosefal


Status gizi menurut WHO

BB/U

= -1,56 SD = normoweight

12

PB/U

= -0,83 SD = normoheight

BB/PB = -1,63 SD = well nourished

Gambar 5. Arah garis pertumbuhan menurut KMS


Kesan pertumbuhan

Pertumbuhan cross setional : gizi baik, perawakan normal


Pertumbuhan longitudinal

: arah garis pertumbuhan T3, pola garis


pertumbuhan under growth

Perkembangan

Tersenyum : 1 bulan

Miring

Tengkurap : 4 bulan

Duduk

: 3 bulan
: 6 bulan

- Gigi keluar

: 8 bulan

- Merangkak

: 9 bulan

- Berdiri

: 11 bulan

- Berjalan

: 12 bulan
13

Anak saat ini belum sekolah.

Penilaian perkembangan anak usia 1 tahun 2 bulan dengan menggunakan KPSP


usia 15 bulan:
N
o

Perkembangan

1.

Tanpa bantuan, apakah anak dapat


mempertemukan 2 kubus kecil yang ia pegang ?
kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut
dinilai.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Aspek

Hasil

Gerak halus

Ya

Tidak

Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan


berpegangan ?

Gerak kasar

Ya

Tidak

Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk


tangan atau melambai lambai ?
Jawab tidak apabila ia membutuhkan bantuan.

Sosialisasi &
kemandirian

Ya

Tidak

Bicara &
bahasa

Ya

Tidak

Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan


selama
kira kira 5 detik ?

Gerak kasar

Ya

Tidak

Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan


selama
30 detik atau lebih ?

Gerak kasar

Ya

Tidak

Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai,apakah


anak dapat membungkuk untuk memungut
mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali ?

Gerak kasar

Ya

Tidak

Sosialisasi &
kemandirian

Ya

Tidak

Gerak kasar

Ya

Tidak

Apakah anak anak dapat mengatakan papa


ketika ia memanggil / melihat ayahnya, atau
mengatakan mama jika memanggil / melihat
ibunya ?
Jawab YA bila anak mengatakan salah satu
diantaranya.

Apakah anak dapat menunjuk apa yang


diinginkannya tanpa menangis ataupun
merengek ?
jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau
mengeluarkan suara yang menyenangkan ?
Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan
tanpa jatuh ataupun terhuyung huyung ?

14

10
.

Apakah anak dapt mengambil benda kecil seperti


kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakn ibu jari dan jari telunjuk seperti pada
gambar ?

Gerak halus

Ya

Tidak

Skor KPSP: 9
- Motorik halus

: keterampilan gerak halus, keseimbangan dan

koordinasi tangan baik.


- Motorik kasar

: aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali

ketrampilan kognitif dan kesadaran.


- Verbal

: kemampuan kata-kata atau komunikasi aktif baik, anak dapat


mengemukakan perasaan dan keinginannya dengan jelas serta
anak mudah mengerti dan melakukan perintah untuknya dengan
baik (komunikasi pasif).

- Sosialisasi

: pergaulan terhadap teman-teman sekitar rumah, dan keluarga


baik.

Kesan

: Perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan bahasa


normal sesuai usia

15

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 28 September 2013 pukul 16.300 WIB (di bangsal Anak C1 L2)
seorang anak laki-laki, umur 1 tahun 2 bulan. Berat badan= 8,5 kg, panjang
badan= 76 cm
Keadaan umum

: Sadar, nafas spontan adekuat, tampak rewel, tampak


kehausan bila diberi minum, mata cekung.

Tanda vital

: Nadi : 126 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup


Frekuensi nafas : 32 x/menit
Suhu

Kepala

: 37 C axiller.

: Mesosefal, lingkar kepala : 46 cm.


Ubun-ubun besar belum menutup, cekung.

Rambut

:Hitam, cukup banyak, tidak mudah dicabut.

Mata

:Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,


mata cekung (+), pupil isokor 3 mm/ 3mm, reflex
cahaya +/+. reflex bulu mata +/+, reflex cornea +/+

Telinga

:Nyeri tekan tragus -/-, discharge-/-, nyeri tarik -/-,


nyeri ketok mastoid -/-

Hidung

:Nafas cuping tidak ada, epistaksis tidak ada, discharge -

Mulut

:Mukosa tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor.

Tenggorok

:T1-1, tonsil dan faring tidak hiperemis, kripte tidak


melebar.

Leher

:Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada


kaku kuduk.

Kulit

: Turgor kembali lambat, petechiae (-), tidak sianotik,


tidak anemis, tidak ikterik.

Edema

:Tidak ada.

Serebral

:Kejang tidak ada.

Dada
Inspeksi :

Simetris saat statis dan dinamis, tak ada

bagian yang
16

tertinggal waktu bernafas, tidak ada retraksi.


Palpasi :

Stem fremitus kanan = kiri.

Perkusi :

Sonor di seluruh lapangan paru.

Auskultasi

Suara dasar

: vesikuler

seluruh paru
Suara tambahan : wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/-.

Vesikuler

Paru depan

Jantung

Vesikuler

Paru belakang

Vesikuler

: Sulit dinilai karena anak tidak kooperatif

Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi tidak ada.
Palpasi : Supel, nyeri tekan, turgor kembali lambat
Hepar : Tidak teraba.
Lien

: Schuffner 0.

Perkusi : Tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)


Auskultasi

: Bising usus (+) normal.

Ekstremitas
Superior
-/-

Inferior
-/-

-/-

-/-

<2/<2

<2/<2

Petechie

-/-

-/-

Edema

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Reflex Fisiologis

+/+ N

+/+ N

Reflex Patologis

-/-

-/-

Sianosis
Akral dingin
Capillary refill

17

Tonus
Klonus
Kekuatan
Genital

normotonus
-/5-5-5/5-5-5

normotonus
-/5-5-5/5-5-5

: Laki-laki, desensus testis (+), tidak ada fimosis, ostium


uretra externum tidak hiperemis, tidak ada kelainan
kongenital.

18

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah (28 September 2013 pukul 13.21 WIB)

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Hb
Ht
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
Trombosit

13.20
40.0
5.2
25.10
76.40
32.90
13.00
414.6

gr%
%
juta/mmk
pg
fL
g/dL
ribu/mmk
ribu/mmk

11.00-13.00
36.0-44.0
3.60-6.20
23.00-31.00
77.00-101.00
29.00-36.00
6.00-17.00
150.0-400.0

b. Pemeriksaan kimia klinik (28 September 2013 pukul 13.21 WIB)

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Glukosa sewaktu
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida

99
13
0.39

mg/dl
mg/dl
mg/dl

80-140
15-39
0.4-0.7

139.5
4.14
110.1

mmol/l
mmol/l
mmol/l

136-145
3.5-5.1
98-107

C. DAFTAR MASALAH
No
.

Masalah Aktif

Tanggal

No
.
1.

1.

Diare 8

28/9/13

2.

Muntah 8

28/9/13
19

Masalah Pasif
Sosial ekonomi kurang

Tanggal
28/9/13

3.

Mata cekung 8

28/9/13

4.

Anak tampak rewel dan kehausan


bila diberi minum 8

28/9/13

5.

Demam 8

28/9/13

6.

UUB cekung 8

28/9/13

7.

Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat

28/9/13

8.

Gizi baik, perawakan normal

28/9/13

20

D. DIAGNOSIS
Diagnosis Diferensial
1

Diare Akut dengan Dehidrasi Tidak Berat


DD : Osmotik
DD/ viral : Rotavirus
Malabsorbsi
Sekretorik
DD/ Infeksi : Enteral
Bakterial : ETEC
Cholera
Parenteral

Gizi baik perawakan normal

Diagnosis Sementara
- Diagnosa Utama

: Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat

- Diagnosa Komorbid

:-

- Diagnosa Komplikasi

:-

- Diagnosa Pertumbuhan

: Anak gizi baik, perawakan normal

- Diagnosa Gizi
- Diagnosa Perkembangan
- Diagnosa Imunisasi
- Diagnosa Sosial Ekonomi

: Gizi baik
: Perkembangan sesuai usia
: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
: Sosial ekonomi kurang

E. PENATALAKSANAAN
a. Suportif dan medikamentosa :
Kecukupan kebutuhan cairan dan elektrolit
21

Rehidrasi 75cc/kgBB/4 jam, terbagi menjadi infus RL 18 tpm


makro dalam 4 jam dan oralit 337,5 cc dalam 4 jam, kemudian di
pantau tanda dehidrasi setiap jam, jika sudah tidak terdapat tanda
dehidrasi ganti infus 2AN 480/20/5 tpm.
Pengobatan diare
zinc 1x 20 mg
oralit 50-100 cc / tiap mencret
Atasi demam
paracetamol syrup 3 x cth (jika >38oC)
b. Dietetik :
Cairan (cc)

Kalori (kkal)

Protein (gram)

850

850

10,455

480

81,6

900

1483

55

Total

1380

1483

55

% AKG

162,35%

189,07 %

526,06 %

Kebutuhan 24 jam
infus 2AN 480/20/5 tpm
3x 200 cc susu
3 x diet lunak
1 x snack

c. Perawatan
Pasien dirawat di bangsal Anak, IRNA C1 Lantai 2.

F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH (INITIAL PLAN)-28 September 2013


1. Assesment : Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat
DD :

- Osmotik
DD/ Viral
Malabsorbsi
22

: Rotavirus

- Sekretorik
DD/ Infeksi

: Enteral
Bakterial : ETEC
Cholera
Parenteral

Initial Dx

: Subjektif
Objektif

:: Feses rutin, pH feses, clinitest, Sudan III,


kultur feses

Initial Rx

:
- Rehidrasi 75cc/kgBB/4 jam, terbagi menjadi infus RL 14
tpm makro dalam 4 jam dan oralit 425 cc dalam 4 jam,
kemudian di pantau tanda dehidrasi setiap jam, jika sudah
tidak terdapat tanda dehidrasi ganti infus 2AN 480/20/5
tpm
- zinc 1 x 20 mg
- oralit 50-100 cc / tiap mencret
- paracetamol syrup 3 x cth (jika >38oC)

Initial Mx

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital


- Tanda syok : akral dingin, pucat, nadi lemah
- Tanda dehidrasi: rewel, kehausan, tanda-tanda mata cekung, turgor
kulit lambat, mulut kering
- Frekuensi, jumlah, dan konsistensi feses
Initial Ex

- Menjelaskan pada orang tua mengenai perlunya menjaga kebersihan diri dan
alat-alat makan atau minum dengan cara cuci tangan sebelum menyuapi
anak, menggunakan alat-alat makan yang sudah dicuci bersih dengan air
bersih yang mengalir.
- Mengedukasi orang tua pasien mengenai cara pemberian oralit pada anak dan
diberikan 100 200 cc tiap kali muntah/ mencret, diberikan satu sendok teh
tiap 1-2 menit sampai habis, jika anak muntah maka dihentikan, tunggu + 10
menit lalu dilanjutkan lagi tetapi lebih lambat misalnya sesendok tiap 2-3
menit.
23

- Menjelaskan kepada keluarga mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,


kehausan, mata

cekung,

menangis tidak keluar air mata, bibir kering.

sehingga bila tampak tanda-tanda tersebut pada anaknya agar segera dibawa
ke Rumah Sakit atau poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang dari
RSDK bayi sakit lagi ).
- Selalu menggunakan air bersih dan air yang sudah dimasak matang untuk
minum.
- Selama dirawat dibangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar harus
segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana yang bersih, bila tinja
mengotori perlak segera bersihkan dan ganti dengan perlak yang bersih.
- Memasak makanan dengan benar dan menyiapkan makanan sesaat sebelum
makanan dimakan.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga
10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh agar pemulihan saluran
cerna lebih cepat dan mengurangi kekambuhan diare lagi di kemudian hari.

24

G. CATATAN KEMAJUAN
Tanggal
29/9/13
08.00

Pemeriksaan Fisik
Keluhan :
Diare (-), demam (-), muntah (-)

Hari
Perawatan
ke-2

KU :
Sadar, kurang aktif, nafas spontan (+) adekuat
TV: HR = 108 x/menit
RR = 28 x/menit
N = reguler, i/t cukup
t = 37,1C
Kepala: mesosefal, UUB cekung (+)
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), edem palpebra (-/-), mata cekung (+)
Telinga :Nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Dada : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-), hantaran (-/-)
Jantung : Dbn, BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, bising usus (+) normal, hepar
tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat.
Ekstremitas
Sup. Inf
Sianosis
-/-/Akral dingin
-/-/Oedem
-/-/Ptechiae
-/-/-

Assessment
Diare Akut dengan
Dehidrasi Tidak Berat
DD
:
Osmotik
DD/ viral : Rotavirus
Malabsorbsi
Sekretorik
DD/ infeksi bakterial

Pemeriksaan Laboratorium

Terapi dan Tindakan


- inf 2A1/2N 480/20/5 tpm
- zinc 1 x 20 mg
- oralit 50-100 cc / tiap mencret
- paracetamol syrup 4-6 x cth I (jika >38oC)
Diet :
3 x nasi
3 x Susu 200 cc

25

Program :
Evaluasi KU, TV, Tanda dehidrasi
Urin rutin (Tunggu hasil)
Feses rutin, pH feses, sudan III, clinitest,
benzidin test (Tunggu sampel)

Tanggal
30/9/13
07.00

Pemeriksaan Fisik
Keluhan :
Diare (+) 2x dalam 24 jam, demam (-), muntah (-)

Hari
Perawatan
ke-3

KU :
Sadar, kurang aktif, nafas spontan (+) adekuat
TV: HR = 96 x/menit
RR = 24 x/menit
N = reguler, i/t cukup
t = 36,8C
Kepala: mesosefal, UUB cekung (+)
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), edem palpebra (-/-), cekung (+)
Telinga :Nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Dada : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-), hantaran (-/-)
Jantung : Dbn, BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, bising usus (+) normal, hepar
tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas
Sup. Inf
Sianosis
-/-/Akral dingin
-/-/Oedem
-/-/Ptechiae
-/-/-

Assessment
Diare Akut dengan
Dehidrasi Tidak Berat
DD
:
Osmotik
DD/ viral : Rotavirus
Malabsorbsi
Sekretorik
DD/ infeksi bakterial

Pemeriksaan Laboratorium
Terapi dan Tindakan
Urine Lengkap:
- zinc 1 x 20 mg
Warna
Kuning
- oralit 50-100 cc / tiap mencret
Kejernihan Keruh
- paracetamol syrup 4-6 x cth I (jika >38oC)
Berat jenis 1,010
pH
8
Diet :
Protein
100 mg/dL
3 x nasi
Reduksi
3 x Susu 200 cc
Urobilinogen 1mg/dL
Bilirubin
+
Program :
Aseton
- Evaluasi KU, TV, Tanda dehidrasi
Nitrit
- Evaluasi jika BAB cair (+) banyak pasang
Sedimen
infus kembali
Epitel
0-1/LPK
Lekosit 1-3/ LPB
Eritrosit 0-1/LPB
Ca Oxalat
(-)
Asam Urat
(-)
Triple fosfat (-)
Amorf Pospat (+)
Sil. Hialin
(-)
Sil. Granula Kasar (-)
Sil. Granula Halus (-)
Sil. Epitel
(-)
Sil. Eritrosit (-)
Sil. Leukosit (-)
Bakteri
(+)
Lain-lain : Benang mukus (+)

26

Tanggal
1/10/13
07.00

Pemeriksaan Fisik
Keluhan :
Diare (-), demam (-), muntah (-)

Hari
Perawatan
ke-4

KU :
Sadar, nafas spontan (+), tanda dehidrasi (-)
TV: HR = 98 x/menit
RR = 28 x/menit
N = reguler, i/t cukup
t = 36,8C
Kepala: mesosefal, UUB cekung (+)
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), edem palpebra (-/-), mata cekung (-)
Telinga :Nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Dada : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Pulmo : SD vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-), hantaran (-/-)
Jantung : Dbn, BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, bising usus (+) normal, hepar
tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat.
Ekstremitas
Sup. Inf
Sianosis
-/-/Akral dingin
-/-/Oedem
-/-/Ptechiae
-/-/-

Assessment
Diare Akut dengan
Dehidrasi Tidak Berat
DD
:
Osmotik
DD/ viral : Rotavirus
Malabsorbsi
Sekretorik
DD/ infeksi bakterial

Pemeriksaan Laboratorium

Terapi dan Tindakan


- zinc 1 x 20 mg
- oralit 50-100 cc / tiap mencret
- paracetamol syrup 4-6 x cth I (jika >38oC)
Diet :
3 x nasi
3 x Susu 200 cc
Program :
Evaluasi KU, TV, Tanda dehidrasi
- Pasien diperbolehkan untuk pulang
Edukasi mengenai pencegahan diare
-

27

H. HASIL KUNJUNGAN RUMAH


Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 15.00 WIB.
I. Keadaan rumah
Status

: Rumah milik sendiri

Ukuran

: luas tanah : 4,5 x 9 m2

Penghuni

: 5 orang: Ayah 1, Ibu 1, Paman 1, Anak 2

Dinding rumah

: Tembok bata, dicat

Lantai rumah

: Ubin 30 cm x 30 cm warna putih dan abu-abu

Atap

: Genting

Ruangan

: Teras

Ventilasi

ukuran (1x 4.5) m2

Ruang tamu

ukuran (2 x 4.5) m2

Ruang keluarga

ukuran (4 x 2.5) m2

Ruang tidur

ukuran (2 x 2)

Dapur

ukuran (2 x 2.5) m2

Kamar mandi

ukuran (2 x 2)

m2
m2

: Terdapat jendela di ruang tamu (1x2 m) dan di ruang


tidur (1x1m)

Pencahayaan

: Cahaya matahari masuk melalui pintu dan kaca jendela


depan. Terdapat ruang terbuka di belakang rumah tempat
menjemur pakaian dan sumur

Sumber air minum : Air PAM dimasak sendiri


Sumber air masak : Air PAM
Tempat sampah

: Sampah dikumpulkan di tempat sampah di depan rumah


dan diambil petugas tiap 3 hari sekali.

Tempat penampungan air

: Bak penampungan air di kamar mandi berupa


satu buah bak air dan dua buah ember untuk
mencuci pakaian.

Kamar mandi

: Ada, di dalam rumah, terdapat satu buah bak air


sebagai penampungan air di kamar mandi,
terbuka, dibersihkan 1x tiap seminggu, ditemukan
jentik nyamuk, jumlah sedikit. Jamban ada,
28

selokan ada tapi mengalir kurang lancar. Kamar


mandi kadang digunakan juga sebagai tempat
mencuci.
Dapur

: Ada satu buah, di dalam rumah, peralatan makan


diletakkan di rak.

Denah rumah
Luas rumah = 4.5 x 10 m2
2.5 m

2m

Dapur

Sumur &
Jemuran

2m

Kamar mandi
WC
Ruang Keluarga
Ruang Tidur

10 m

6m

Ruang Tamu
Teras
Halaman

1m
1m

4.5 m
Kesan :
Ukuran rumah sudah memadai bagi 5 penghuni, kondisi bangunan rumah kurang
baik, kebersihan rumah baik,ventilasi dan pencahayaan cukup, lingkungan sekitar
rumah padat.

Lingkungan tempat tinggal


29

Rumah pasien terletak di daerah Lempongsari timur, Semarang di daerah tinggi.


Ukuran rumah ukuran kecil, memiliki halaman dan teras kecil. Jalan depan rumah
sempit hanya bisa dilalui sepeda motor. Selokan mengalir kurang lancar, airnya
berwarna hitam dan berbau. Bila hujan deras kadang air masuk hingga kedalam
rumah.. Rumah yang satu dengan yang lain berdempetan, kepadatan penduduk di
sekitar rumah tinggi. Lingkungan di sekitar rumah asri, namun banyak tumpukan
barang bekas di rumah tetangganya. Rumah penderita berdinding tembok bata yang
tercat, lantai ubin, terdapat jendela, ventilasi dan pencahayaan cukup. Dapur dan
kamar mandi berada di dalam rumah. Penghuni rumah lima orang yaitu ayah, ibu,
paman, dan dua orang anak.
Warga sekitar rumah sebagian besar berusia dewasa dan mengetahui pencegahan
serta penatalaksanaan diare dengan membuat oralit. Hanya sedikit yang mengetahui
gejala diare dan kapan harus memeriksakan diri. Bila sakit, kebanyakan langsung
membeli obat di warung dan bila tidak sembuh mereka baru ke puskesmas atau ke
RSDK. Di lingkungan tempat tinggal jarang mengadakan kegiatan bersih-bersih
sehingga terkesan pada beberapa rumah terlihat kurang terawat dengan tumpukan
barang bekas.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan dasar dan upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Dalam kaitannya dengan penyakit diare, puskemas memiliki
upaya pencegahan diare diantaranya dengan penyuluhan kebersihan lingkungan
hidup serta penatalaksanaan dini diare dengan membuat oralit sendiri. Untuk
penyuluhan mengenai diare, puskesmas bekerja sama dengan ibu-ibu PKK dan kader
kesehatan. Namun, menurut warga kegiatan tersebut jarang dilakukan, yang mana
terakhir kali dilaksanakan satu tahun yang lalu. Selain itu, kesibukan warga
mengakibatkan program pencegahan yang dilakukan pemerintah tidak berjalan
dengan efektif.

II. Kebiasaan sehari - hari


30

Kebutuhan dasar
Asuh :

Ayah bekerja sebagai buruh bangunan, ibu bekerja sebagai ibu rumah
tangga.

Perawatan pasien sehari-hari oleh ibu dan paman anak.

Bila sakit penderita berobat ke Posyandu terdekat.


Jarak Posyandu dengan tempat tinggal 400 m, dapat ditempuh dengan

jalan kaki dan kurang dari 10 menit dengan sepeda motor.


Imunisasi diberikan lengkap sesuai usia, imunisasi ulangan belum

diberikan.
Makanan yang diberikan berupa bubur susu dan mulai diberikan
makanan keluarga. Tiap hari anak juga diberi tambahan snack berupa
biskuit bayi.

Keinginan anak sering dipenuhi jika sedang punya uang.

Asih : Kasih sayang diberikan oleh ibu, ayah, kakak kandung, dan paman.
Asah :

Stimulasi mental dan intelegensi diperoleh terutama dari ibu yang


berpendidikan tamat SD dan ayah yang berpendidikan tamat SD.

Stimulasi perkembangan dilakukan oleh ibu saja sedangkan ayah sibuk


bekerja.

Anak belum bersekolah.

Bermain dengan kakak kandung yang berusia 3 tahun dan berinteraksi


anak-anak tetangganya yang bermain di dekat rumah.

Makanan anak saat ini makan bubur susu, nasi tim, dan mulai dikenalkan dengan
makanan keluarga. Bubur susu diberikan 2 kali sehari sebanyak 1 piring setiap kali
pemberian, sedangkan nasi tim diberikan 3 kali sehari. Ibu memberi makan dan
memandikan anak setiap pagi dan sore hari. Sumber air minum dari air PAM yang
teah dimasak. Alat makan dicuci dengan air PAM dan sabun cuci piring. Makanan di
meja ditutup dengan tudung saji. Mandi dua kali sehari menggunakan air PAM dan
sabun. Pakaian kotor dicuci tiap hari dengan air sumur dan detergen. Tempat cuci
piring di dekat dapur dan tempat cuci baju kotor di dekat sumur. Rumah di sapu 1
31

kali setiap hari, sampah dibuang di tempat sampah yang diletakkan di halaman
rumah. Jika ada keluarga yang sakit, berobat ke RSDK.
Pola asuh orang tua dan tipe anak
Pola asuh orang tua pada pasien ini adalah pola asuh demokratis. Oleh karena
ibu terkadang membebaskan anak untuk melakukan kegiatan sesuai keinginan anak,
namun jika hal tersebut berbahaya untuk anaknya maka ibu akan melarangnya seperti
bermain dengan listrik. Ibu pasien mengasuh dua anak sekaligus, karena saat ini
kakak pasien masih berusia 3 tahun. Ibu pasien terpaksa berhenti bekerja demi
mengasuh kedua anaknya, karena anak belum dapat mandiri.

32

Pemeriksaan fisik
Tanggal 10 Oktober 2013 pukul 16.00 WIB
Keadaan umum : Sadar, aktif,well appearance, mata cekung (-), tampak
kehausan (-) bila diberi minum.
Nadi

: 120 x/menit, isi & tegangan cukup

RR

: 30 x / menit

Suhu

: 36,8C

Berat badan : 8,8 kg


Tinggi badan : 77 cm
Kepala

: Mesosefal.
Ubun-ubun besar sudah menutup.

Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut.

Mata

: Conjungtiva palpebra anemis(-), sklera ikterik(-), cekung(-)

Telinga

: Nyeri tekan -/-, discharge -/-

Hidung

: nafas cuping(-), discharge(-), mimisan(-)

Mulut

: sianosis(-), pucat(-), kering(-), lidah kotor(-)

Tenggorok

: T1-T1, faring hiperemis(-)

Leher

: simetris, pembesaran kelenjar limfe(-), kaku kuduk(-)

Kulit

: Turgor kembali lambat, petechiae (-), sianosis (-), anemi (-),


ikterik (-)

Serebral

: kejang (-)

Dada

33

Inspeksi

: Simetris statis dinamis, tak ada bagian yang tertinggal


waktu bernafas, tidak ada retraksi.

Palpasi

: Stem fremitus kanan = kiri.

Perkusi

: Sonor seluruh lapangan paru.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler


Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/-.

Vesikuler

Vesikuler
Paru depan

Vesikuler
Paru belakang

Jantung

: sulit dinilai (anak tidak kooperatif)

Abdomen

Inspeksi

: datar, venektasi tidak ada

Palpasi

: supel, lemas, tidak ada nyeri tekan, turgor cukup, hepar


dan lien tidak teraba.

Perkusi

: tympani, pekak sisi normal, pekak alih

Auskultasi : bising usus normal.


Ekstremitas :

superior

inferior

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

edema

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

Reflek fisiologis

+N/+N

+N/+N

Reflek patologis

-/-

-/-

34

Tonus

N/N

35

N/N

I. BAGAN PERMASALAHAN

Deteksi dini:
1. Anamnesis: Buang air
besar cair 10X Diare
akut
Pemeriksaan Fisik:
Internus :ubun besar
cekung, mata cowong,
masih mau minum,
turgor kembali lambat.
Dehidrasi tidak berat
2. Pemeriksaan
Antropometri:
Gizi baik, perawakan
normal, Berat badan
normal, kepala mesosefal
3. Garis Pertumbuhan: T3
(Loss of growth)
4. Status Gizi :
Gizi baik
5. Imunisasi dasar :
Lengkap sesuai usia

FAKTOR
RISIKO
Pola asuh ortu:
Pola Asuh
Demokratis

Tipe anak :
Anak belum bisa
mandiri sendiri

Riwayat
Prenatal (-)
Natal (-)

Anak laki-laki, 1 tahun 2 bulan,


BB= 8,5 kg ; PB= 76 cm

Postnatal (-)
Genetik (-)

Kebutuhan Dasar
Anak

Kuratif
Medikamentosa:
Pengobatan diare,
penurun demam.
Pengobatan
suportif.
Dietetik
Keperawatan

Preventif
Memantau tanda
dehidrasi pada anak,
gizi anak, dan
peningkatan suhu
anak. Merawat
kebersihan di
lingkungan sekitar.

Promotif
Pengetahuan
mengenai diare dan
cara pencegahannya,
mencukupi
kebutuhan tumbuh
kembang anak.

Rehabilitatif
Menjaga kualitas dan
kuantitas gizi anak
sehari-hari di rumah
agar kebutuhan gizi
anak tetap terpenuhi
dengan baik

Penatalaksanaan Komprehensif
Diagnosa
Diagnosa Utama:
Diare akut dehidrasi tidak berat
Diagnosa Comorbid: Diagnosa Komplikasi: Diagnosa Pertumbuhan:
Cross sectional :
Gizi baik, perawakan normal
Longitudinal :
Arah garis pertumbuhan T3, pola garis
pertumbuhan under growth
Diagnosa Gizi: Gizi baik
Diagnosa Perkembangan:
Perkembangan sesuai umur
Diagnosa Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

TUMBUH
KEMBANG
ANAK
OPTIMAL

Penatalaksanaan Holistik
Asuh

Asih

Asah

Diasuh oleh orang tua kandung.


Kualitas dan kuantitas makanan
cukup. Imunisasi dasar lengkap
sesuai usia.Pengobatan sederhana
sewaktu sakit.Sarana pengobatan
terjangkau.

Kualitas dan
kuantitas waktu
bersama
keluarga baik.

Stimulasi perkembangan oleh ibu, sedangkan


stimulasi
intelegensi
oleh ibu dan ayah ketika
sedang tidak bekerja.

37

Lingkungan mikro

Lingkungan mini

Pengetahuan ibu tentang


kesehatan dan tumbuh
kembang anak Pengetahuan
penanganan sederhana anak
sewaktu sakit, ditingkatkan.

Interaksi anak dengan


anggota keluarga lainnya
yaitu ibu, ayah, dan
kakak. Suasana rumah
yang kondusif.

Lingkungan meso

Lingkungan makro

Interaksi anak dengan


tetangga, teman
bermain, suasana
lingkungan sekitar,
dan tersedianya
pelayanan kesehatan

Program cuci tangan


oleh pemerintah.
Pengajaran nilai sosial
budaya masyarakat.
Tata kota dan
pemukiman.

BAB III
PEMBAHASAN

DIARE
1.1 Definisi dan Etiologi
Diare, dalam pengertiannya merupakan bertambahnya volume tinja yang
dikeluarkan dan atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan. 10
Sedangkan diare akut adalah buang air besar lermbek atau cair bahkan dapat
berupa air saja dengan freuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya
dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari

11,12,13

, bahkan kebanyakan

kurang dari 7 hari.14


Penyebab utama diare pada anak di dunia (20%-80%) adalah rotavirus 15,
yang juga merupakan penyebab kematian pada 440.000 anak dengan diare per
tahunnya di seluruh dunia.16
Virus seperti rotavirus menginvasi dan berkembang biak di dalam epitel villi
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan
malabsorbsi, sekresi air dan elektrolit oleh sel kripta imatur dan defek transport
akibat efek toksin protein virus. Keadaan ini tampak pada tinja penderita yang
berbentuk cair dan tidak didapatkannya darah pada tinja. Penyembuhan terjadi
bila vili mengalami regenerasi epitel vili menjadi matang.13,16,17
1.2 Patogenesis
Tipe diare digolongkan dalam 2 kategori yaitu diare osmotik dan diare
sekretorik.10
1.2.1 Diare Osmotik
Istilah diare osmotik digunakan apabila terjadi malabsorbsi dari cairan yang
menimbulkan beban osmotik di bagian distal usus kecil dan kolon sehingga
menyebabkan bertambahnya cairan yang hilang. Hal ini pada umumnya
menyangkut malabsorbsi partikel kecil yang osmotik aktif,
38

Apabila bahan bersifat hipertonis, maka pengeluarannya yang cepat dari


cairan melalui epitel duodenum akan mengakibatkan isotonisitas saat cairan
solut mencapai ligamentum treitz.
Dalam proses ini, sejumlah besar cairan diekskresi dan diabsorpsi kembali
pada bagian yang lebih distal. Usus kecil bagian proksimal sangat permeabel
untuk air dan ion serta Na dan Cl secara terus menerus disekresi dalam usus
kecil bagian atas melalui gradien konsentrasi. Pada daerah yang lebih distal dari
usus kecil dan pada daerah kolon, permeabilitasnya kebih terbatas dan tekanan
osmotik yang ditimbulkan oleh karbohidrat yang tidak terserap akan
menghalangi reabsorpsi air yang pada keadaan normal dilakukan melalui
transpor aktif dari ion pada bagian distal usus kecil.
Dengan tidak adanya reabsorpsi dari karbohidrat yan mengalami
malabsorpsi, maka kadar Na dalam usus akan menjadi jauh lebih rendah
daripada didalam plasma.
Metabolisme yang berlanjut dari karbohidrat yang mengalamai metabolisme
akan menghasilkan asam lemak rantai pendek (propionat dan butirat), H2, CO2,
dan gas metana.
Walaupun sebagian dari asam lemak rantai pendek ini akan diabsorpsi
kembali di dalam kolon, namun akan tetap merupakan beban osmotik tambahan
yang dapat menimbulkan kekambuhan dari diare osmotik
Semua hal tersebut diatas akan menimbulkan suatu kesenjangan osmotik
(osmotic gap) yang cukup besar.
Kesenjangan osmotik dari tinja (KO tinja ) dinilai melalui persamaan
KO = Osmolaritas yang terukur 2x Na dalam mE/L + K dalam mEq/L
Anak normal mempunyai nilai Kesenjangan Osmotik yang bermakna karena
adanya absorpsi fisiologis. Pada diare dengan mekanisme utama sekretorik,
osmolaritas tinja dipertahankan oleh kadar elektrolit dengan hasil adanya suatu
kesenjangan yang rendah (kurang dari 50 mOsm) atau bahkan negatif. Pada
diare karena mekanisme utama osmotik (apakah itu karena bahan malabsorpsi
atau karena adanya bahan osmotik yang masuk), solut aktif yang biasanya tak

39

terukur osmolaritasnya akan ikut berperan dalam osmolalitas tinja dengan hasil
keseimbangan osmotik akan meningkat, biasanya lebih dari 100-160 mOsm.18,19
Diare osmotik tidak hanya terjadi pada keadaan yang menyebabkan
malabsorpsi selektif dari solut dengan berat jenis rendah seperti karbohidrat,
namun dapat terjadi pula pada bbanyak penyakit pada mukosa usus, usus
pendek, dan transit isi usus yang cepat.20
Rendahnya kadar elektrolit pada diare osmotik memberi petunjuk adanya
bahan lainnya yang ikut dalam memberikan beban osmotik yang biasanya
isotonis yang dikeluarkan melalui kolon. Pada bayi, metabolisme bakteri pada
kerbohidrat yang tidak diserap akan menghasilkan pH kurang dari 5,5. Dengan
demikian karakteristik dari diare osmotik menurut Vanderhoof 1993 adalah:21
1. Diare berhenti dengan penghentian pemberian minuman / makanan
2. Kesenjangan osmotik yang cukup besar (biasanya lebih dari 50mOsm)
3. Kadar elektrolit tinja yang rendah
4. pH tinja kurang dari 5,5.
Malabsorbsi dari karbohidrat pada bayi biasanya karena kerusakan difus
mukosa usus. Selain itu terdapat pada keadaan dengan malabsorpsi selektif dari
karbohidrat seperti pada defisiensi sukrase-isomaltase kongenital, atau pada
anak besar . dewasa defisiensi laktase didapat yang primer (primary acquired
lactase deficiency). Diare osmotik dapat pula disebabkan karena pemberian obat
pencahar seperti laktulosa, atau susu magnesia.
Malabsropsi karbohidrat yang berlebihan terjadi pada kelainan kombinasi
dengan hipermotilitas seperti pada kolon iritabel, pada bayi yang mendapat
cairan hipertonik, yang terjadi dalam jumlah yang besar secara secara cepat
melalui usus kecil yang akan mendorong terjadinya kekambuhan diare.
Pemberian minuman makanan yang tinggi karbohidrat dapat menyebabkan
kekambuhan diare pada anak yang baru sembuh dari enteritis akut oleh virus
yang menyebabkan gangguan pada proses absorpsinya.

1.2.2 Diare Sekretori


40

Diare sekretori adalah suatu bentuk diare dalam jumlah yang besar yang
disebabkan karena sekresi mukosal yang berlebihan dari cairan dan elektrolit.
(Hutcher SE dkk, 1994)
Beberapa peneliti beranggapan bahwa semua enterosit dalam proses
absorpsi dan sekresi, sedang peneliti lainnya menganggap bahwasel kriptalah
yang merupakan tempat anatomis primer terjadinya sekresi. Sebenarnya,
kelainan yang menyebabkan kerusakan vili usus sering menimbulkan diare yang
komponennya bersifat sekretorik, namun banyak pula diare sekretorik terjadi
pada usus yang morfologinya masih normal. Seperti diketahui transpor absorptif
dan sekretorik diatur oleh intraceluller messenger termasuk Ca 2+ bebas, c-AMP,
dan c-GMP. Peningkatan kadar dari messenger ini akan merubah saluran
konduksi dan protein carrier atau protein regulator yang menghambat masuknya
NaCl secara berpasangan ke dalam sel absorptif vili dan memacu sekresi Cl dari
sel usus kecil dan usus besar. Bahan yang memacu sekresi aktif meliputi faktor
intraluminal seperti empedu, hidroxy fatty acid yang timbul karena malabsorpsi,
zat neurohumoral-parakrin yang dikeluarkan oleh sistem syaraf enterik dan
sistem imun. Neurohumoral-parakrin ini menimbulkan sekresi dengan cara
melakukan ikatan dengan reseptor membran yang meningkatkan kadar
intracelullar messenger. Sekresi yang berlebihan disebabkan pula oleh mediator
dari proses inflamasi termasuk metabolit asam arakidonat, sitokin, produk
bakteri (endotoksin, eksotoksin, peptida kemotaktik bakteri), dan mediator imun
yang dikeluarkan oleh banyak sel radang seperti TNF dan radikal oksigen.
Bahan neurohumoral parakrin

dapat pula menyebabkan pengeluaran dari

neurohumoral lain atau parakrin lain, perubahan motilitas usus, dan perubahan
aliran darah; semua ini secara potensial dapat memberikan efek pada transpor
elektrolit.18,22
Khas pada diare sekretori adalah volumenya yang besar dan bersifat cair.
Karena diare sekretori tidak tergantung dengan adanya solut masuk, maka
berbeda dengan diare osmotik, diare tidak terpengaruh dengan mempuasakan
penderita dengan diare sekretorik.19
Karakteristik dari diare sekretori dengan demikian adalah:
41

1. Sekresi cairan intestinal yang disertai sekresi aktif ion.


2. Kandungan Na+ tinja sering lebih besar daripada 90mEq/L, walaupun
osmolalitas tinja sama dengan 2 kali lipat Na+ dan K+ tinja
3. Dengan mempuasakan pasien diare tetap berlangsung.
1.3 Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis, maka perlu memperhatikan 3 hal sebagai
berikut:
1. Persistensi
Batasan dari diare akut adalah buang air besar lebih dari 3x sehari dengan
konsistensi encer atau lebih cair dari biasanya, dapat atau tidak disertai dengan
lendir atau darah, yang timbul mendadak dan berlangsung tidak lebih dari 14
hari. Sedangkan diare persisten adalah diare yang berlangsung sampai 14 hari
atau lebih. Adapaun etiologi diare akut sama dengan diare persisten. Persistensi
diare penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap tatalaksana diare.
Dari anamnesis yang dilakukan pada pasien, pasien mengalami buang air besar
4-8 x sehari, tidak ada lendir, tidak ada darah, dan sudah berlangsung selama 5
hari. Oleh karena itu, diare ini termasuk diare akut.
2. Etiologi
Etiologi pada diare terdiri dari beberapa faktor, yaitu faktor psikis, makanan,
infeksi (enteral dan parenteral), dan konstitusi.
a. faktor psikis
Keadaan depresi atau stress emosional yang lainnya, melalui susunan
syaraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna dengan meningkatnya
peristalstik usus sehingga terjadi diare. Diare karena faktor psikis jarang
pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis
pada penderita ini sangat kecil.

b. Faktor makanan

42

Makanan merupakan penyebab diare non infeksi yang paling sering.


Makanan yang dapat menyebabkan diare antara lain:

makanan

kadaluwarsa, makanan yang mengandung racun, makanan basi, alergi


terhadap makanan, perubahan susunan makanan yang mendadak.
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan perubahan susunan pola makan
yang

mendadak,

makan

makanan/minuman

basi

maupun

yang

mengandung racun disangkal, dan tidak ada alergi terhadap makanan,


sehingga diare karena faktor makanan pada penderita ini dapat
disingkirkan.
c. Faktor infeksi
Faktor infeksi merupakan penyebab diare yang paling sering, baik infeksi
bakteri gram negatif, gram positif, virus dan parasit. Infeksi dapat berupa
infeksi enteral dan parenteral.(23) Faktor ini dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
Infeksi enteral antara lain :
Infeksi virus: Sebagian besar oleh Rotavirus.
Virus menyebabkan 50% dari seluruh diare pada anak berumur 6-24
bulan yang datang berobat ke sarana pengobatan di negara
berkembang. Penularan terjadi secara fecal-oral.
Infeksi bakteri : E. coli, shigella, salmonella vibrio cholerae, dan lainlain.
Infeksi bakteri, misalnya shigella menyebabkan demam dan diare cair
yang disebut sindrom disentri. Penyakit ditandai dengan demam,
kejang perut dan tenesmus, feces berdarah, berlendir, sedikit-sedikit
tapi sering, banyak mengandung sel darah putih (lekosit) karena setelah
invasi bakteri diikuti oleh terbentuknya mikroabses dan ulkus.
Investasi parasit : Jamur (candida albicans), protozoa (amuba, giardi
lamblia), cacing (ascaris, trichuris trichiura, strongiloides).

43

Infeksi parasit seperti amoeba juga menyebabkan disentri, namun


giardia tidak menyebabkan disentri, melainkan diare ringan yang lebih
lama disertai nyeri epigastrium, tinja yang banyak, dan adanya giardia
dalam usus halus bagian atas.
Penularan agen infeksius biasanya melalui jaluran fecal oral, terutama
karena :(24)
-

Menelan makanan yang terkontaminasi

Kontak dengan tangan yang terkontaminasi

Tidak memadainya penyediaan air bersih

Pencemaran air oleh tinja

Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya

Infeksi parenteral:
Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar usus yang memacu aktifitas
syaraf parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi saluran cerna
berupa peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Infeksi di luar
saluran cerna yang sering disertai dengan diare antara lain: infeksi
saluran nafas, infeksi saluran kemih, infeksi telinga: Otitis Media Akut
(OMA), ensefalitis dan lain sebagainya.(23,25)
d. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu kondisi saluran cerna yang dijumpai pada keadaan
intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. (26)
Malabsorbsi merupakan gangguan transportasi mukosa yang abnormal
oleh satu atau lebih substansi spesifik, yang akan menyebabkan ekskresi
feses dari nutrisi yang dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi pada penyakit
gangguan pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti kerusakan mukosa
usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri usus, tindakan
post operatif usus).(24,26) Di samping itu malabsorbsi dapat terjadi karena
gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi, defisiensi imunitas dan
faktor emosi. Pada pasien ini, faktor konstitusi dapat disingkirkan karena
44

tidak terdapat faktor-faktor tersebut diatas selain itu malabsorbsi biasanya


terjadi pada diare kronis.
3. Aspek dehidrasi
Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak dari cairan yang masuk.
Untuk mempermudah penilaian klinis, maka derajat dehidrasi pada penderita
diare dibagi menjadi 3 menurut Depkes (1999) yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi
ringan sedang dan dehidrasi berat.(27) Sedangkan menurut UKK Gastrohepatologi IDAI tahun 2009, berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare
dibedakan menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi tidak berat, dan diare
dehidrasi berat.
Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare
Kategori
Dehidrasi berat

Tanda dan gejala


Dua atau lebih tanda berikut:
Letargi atau penurunan kesadaran
Mata cowong
Tidak bisa minum atau malas minum

Dehidrasi tak

Cubitan kulit perut kembali dengan sangat lambat


Dua atau lebih tanda berikut:

berat

Gelisah
Mata cowong
Kehausan atau sangat haus

Tanpa dehidrasi

Cubitan perut kembali lambat


Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan
dalam dehidrasi berat atau tak berat.

Pada anamnesis maupun pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan keadaan


umum anak rewel, mata cekung, tampak kehausan, turgor kulit kembali lambat.
Menurut UKK Gastro-hepatologi IDAI, 2009 , penderita ini digolongkan sebagai
dehidrasi tak berat.
1.4 Pengelolaan
45

Pedoman pengelolaan penderita diare yang meliputi lima aspek, yaitu:(28)


1. Aspek Rehidrasi
Dehidrasi terjadi bila pengeluaran air dan garam lebih banyak dibandingkan
pemasukannya.

Penderita

dengan

diare

lembek

mengeluarkan

tinja

yang

mengandung sejumlah ion natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat. Semakin banyak
tinja yang dikeluarkan berarti semakin banyak anak tersebut kehilangan cairannya.
Kehilangan sejumlah air dan elektrolit bertambah jika ada muntah, dan kehilangan
air juga meningkat bila ada panas. Dehidrasi merupakan keadaan yang berbahaya
karena dapat menyebabkan penurunan volume darah, kolaps kardiovaskuler dan
kematian apabila tidak di atasi dengan tepat.(23,28,29)
Terapi cairan ditujukan untuk mempertahankan atau menggantikan
komposisi dan volume normal cairan tubuh. Terapi cairan terdiri atas tiga kategori:
rehidrasi

(deficit

replacement),

rumatan

(maintenance),

dan

tambahan

(supplemental replacement of ongoing losses). Defisit replacement ditujukan untuk


menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit yang hilang secara abnormal per
kgBB, misalnya akibat penyakit. Terapi rumatan (maintanance) ditujukan untuk
fungsi metabolisme basal dan menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang
secara fisiologis, misalnya feses, renal water losses, dan insensibble water losses.
Insensible water losses meningkat 12,5% setiap kenaikan 1C, sedangkan terapi
tambahan (supplemental replacement) diberikan jika ada indikasi, sebagai
tambahan terhadap maintanance dan deficit, berdasarkan perkiraan akan
berlanjutnya kehilangan cairan dan elektrolit.(24,30)
Tujuan dalam pengelolaan rehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk
mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti
cairan yang hilang sampai diare berhenti. Rehidrasi dapat dilakukan baik melalui oral
maupun parenteral.

(23,28)

Komposisi cairan rehidrasi oral sangat penting untuk

memperoleh penyerapan yang optimal. Sesuai dengan WHO, saat ini dianjurkan
penggunaan CRO dengan formula baru yaitu Natrium 75mmol/L, Kalium 20
mmol/L, Klorida 65 mmol/L, Sitrat 10 mmol/L, Glukosa 75 mmol/L. Total
osmolaritas 245 mmol/L. Kombinasi gula dan garam ini dapat meningkatkan
46

penyerapan cairan di usus sehingga menurunkan angka kematian karena dehidrasi


pada diare. Rehidrasi disesuaikan dengan kategori derajat dehidrasi yang sudah
ditentukan.(31)
Pada kasus ini, setelah pasien masuk rumah sakit, pasien segera diberikan
kebutuhan cairan rumatan harian intravena infus RL 350cc/ jam serta oralit per-oral
100cc/ jam. Jumlah ini ditetapkan berdasarkan kebutuhan cairan pada diare akut
dengan dehidrasi tak berat, yaitu sebanyak 700-900 ml/4 jam untuk anak usia 12
bulan-2 tahun atau 75cc/kgBB/4 jam. Sebenarnya pada penderita dehidrasi tak berat
belum ada indikasi untuk dilakukan pemberian cairan intra vena. Penderita cukup di
terapi dengan terapi tipe B sesuai dengan kriteria WHO sekarang. Akan tetapi sangat
sulit untuk bisa mencapai terapi tipe B tersebut, apalagi pada penderita ini disertai
dengan muntah sehingga URO semakin sulit dicapai. Atas pertimbangan inilah maka
penderita diberikan cairan intravena agar menghindari kemungkinan terjadinya
dehidrasi berat. Di sisi lain, sebisa mungkin URO tetap dijalankan,

Sehingga

kebutuhan cairan sebagian diberikan melalui infus, sebagian lagi per-oral, agar secara
keseluruhan memenuhi kebutuhannya. Setelah evaluasi 4 jam, didapatkan tanda
dehidrasi telah berkurang kemudian dilanjutkan terapi maintenance 2A N + KCl
(3 meq) 30cc dalam 500 cc 2A N 480/20/5 tpm. Pada hari keempat keadaan pasien
sudah membaik dan infus sudah dilepas. Infus 2A N diberikan karena mempunyai
kandungan glukosa dan elektrolit yang hampir sama jenis dan jumlahnya dengan
elektrolit yang hilang (elektrolit dalam feses) akibat diare non kolera.
2. Dukungan Nutrisi
Pada beberapa kasus diare, dapat terjadi penurunan nafsu makan. Meskipun
begitu, makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak
menjadi gizi buruk. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.
Pada kasus ini, pasien telah berusia 1 tahun 2 bulan dan telah mendapatkan
makanan keluarga. Pemberian diet yang dilakukan untuk pasien ini adalah 3 x 1 porsi
nasi tanpa serat dan 3 x 200 cc susu. Pemberian nasi tanpa serat diberika karena
mudah dicerna. Dianjurkan juga pemberian bubur tempe karena bubur tempe banyak
47

memiliki keunggulan, antara lain memiliki kandungan protein yang tinggi, sebagian
besar kandungan bubur tempe merupakan asam amino serta sumber karbohidrat
sebagai glukosa primer dan mengandung MCT (Medium Chain Triglycerides) yang
dapat dengan mudah mudah diserap oleh epitel usus secara langsung, tanpa bantuan
enzim lipase dan garam empedu, karena kedelai yang ada didalam tempe telah
mengalami fermentasi.
Pada kasus ini, pasien masih mendapatkan ASI. Ketika terjadi diare, ASI harus tetap
dilanjutkan, karena pemberian ASI akan membantu memperpendek masa diare,
mempunyai nilai gizi tinggi dan mudah dicerna, serta mengandung factor proteksi :
antibody, sel-sel darah putih, enzim dan hormon yang melindungi permukaan usus
bayi terhadap invasi mikroorganisme patogen dan protein asing.
Selama perawatan, makanan yang diberikan habis. Pemenuhan kebutuhan
kalori pada hari pertama adalah 130 %. Pemenuhan kebutuhan protein adalah 363%.
Kebutuhan kalori pada anak ini sudah tercukupi, demikian juga kebutuhan protein
harian dapat terpenuhi.
3. Suplementasi Zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama
dan beratnya diare, serta mencegah berulangnya kembali diare selama 2-3 bulan.
Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
anak di bawah 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari; anak diatas 6 bulan: 20 mg (1
tablet) per hari. Pada kasus ini, penderita diberikan zinc 1 tablet per hari dengan
dilarutkan dalam air matang atau oralit dan dapat juga diberikan dengan cara
dikunyah karena pasien berusia 1 tahun 2 bulan.
4. Antibiotik Selektif
Pada kasus ini, pasien tidak mendapatkan pengobatan antibiotika apapun
karena pengobatan kausal dengan antibiotik harus dengan indikasi yang jelas.
Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kolera,
shigella, karena penyebab terbesar diare pada anak adalah virus, kecuali pada bayi
dibawah usia 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis yang disebabkan karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak atau bayi
48

yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsis. (30,32) Penggunaan antibiotik secara
bebas perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan resistensi. Pasien ini tidak
diberikan antibiotik, hanya mendapat terapi parasetamol untuk menurunkan panas
apabila panas masih tinggi.
5. Aspek Edukasi
Keluarga, terutama ibu penderita mendapatkan pengarahan tentang diare,
tanda-tanda dehidrasi, pencegahan diare serta pemberian nutrisi pada penderita
selama perawatan. Selain itu, ibu diharapkan dapat memberikan pertolongan
pertama dirumah apabila anak menderita diare, misalnya dengan memberikan oralit
atau larutan gula garam. Ibu diajarkan membuat cairan rehidrasi oral sendiri di
rumah. Selain itu, ibu diingatkan jika setelah tidak dirawat di rumah sakit anak
tidak ada perubahan atau memburuk, diharapkan cepat dibawa ke sarana kesehatan
terdekat. Ibu juga disarankan menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air
kecil/besar dan sebelum makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan
minum yang bersih, pengolahan makanan yang bersih.
Perlu juga memberikan nasehat kepada ibu untuk secara optimal mencukupi
kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak yang meliputi:

Asuh: memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan


kesehatan dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan
tambahan (bermain). Yang antara lain: penimbangan anak yang

teratur, dan pengobatan segera saat sakit.


Asih: memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan
(minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan
dipaksa), dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan

serta koreksi (bukan ancaman/ hukuman)


Asah: memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas,
kemandirian, kepemimpinan moral dan mental.

1.5 Tinjauan Kasus


49

Pada kasus ini diare tidak mengarah pada etiologi faktor psikis, faktor makanan,
faktor konstitusi dan faktor infeksi parenteral tetapi lebih mengarah pada faktor infeksi
enteral karena virus. Diagnosis Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini,
diagnosis Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat didasarkan pada:
Data Anamnesis:
- Anak mencret dengan konsistensi cair 10x dalam sehari, jumlah cukup banyak,
warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-), nyemprot (+), bau asam (+), air
mata (+) berkurang, mata cekung, anak tampak kehausan bila diberi minum susu.
- Demam (+) tidak tinggi, terus menerus, turun bila diberi obat, kemudian naik lagi
- Batuk (-), pilek (-), muntah (+) 1 kali @ 2 -3 sendok makan, isi seperti yang
dikonsumsi.
Pemeriksaan Fisik:
- Keadaan Umum : sadar, rewel, tampak kehausan, mata cekung (+)
- Tanda Vital

: nadi = 126 x / menit, isi dan tegangan cukup


RR = 32 x / menit
Suhu = 370C

- Status Internus

Kepala :

Lingkar kepala = 46 cm, mesosefal, ubun-ubun

besar belum menutup, cekung

Mata

Rambut :

hitam, tidak mudah dicabut.

: cekung (+), ada air mata, conjunctiva palpebra anemis

(-), sclera ikterik (-), Pupil Isokor 3 mm/ 3mm, reflex cahaya
+/+. Reflex bulu mata +/+, reflex cornea +/+

Telinga :

discharge (-), nyeri tekan (-)

Hidung :

discharge (-),nafas cuping (-), epstaksis (-)

Mulut

sianosis (-), pucat (-) kering (-)

Lidah

: normoglossia, kotor (-)

Tenggorok:

T1-T1, tonsil dan faring hiperemis (-)


50

Leher

simetris, pembesaran nnll (-), kaku kuduk

(-)
Kulit

turgor kembali lambat, petechiae (-), sianosis (-),

anemi (-), ikterik (-)


Serebral

: kejang (-)

THORAKS
Dada
- I:

simetris statis dan simetris dinamis, retraksi (-), bagian

yang tertinggal saat bernafas (-)


- Pa

stem fremitus dada kanan sama dengan dada kiri.

- Pe

sonor seluruh lapangan paru.

- Au

suara dasar vesikuler (+),

suara tambahan: wheezing (-), ronkhi (-), hantaran (-)

Vesikuler

Vesikuler
Paru depan

Vesikuler
Paru belakang

Jantung

: sulit dinilai (anak kurang kooperatif)

Abdomen

:
- I :

datar, venektasi (-)

- Au

bising usus (+) normal

- Pa

supel, turgor kembali lambat, nyeri tekan

(-)
Hepar: tidak teraba / lien: Schuffner 0

51

- Pe

timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih

(-)

Kelenjar getah bening: pembesaran nnll (-)

Genitalia : Laki-laki, oue hiperemis (-),oedema (-), kelainan kongenital (-)

Anus

Ekstremitas

: ekskoriasi (-)
:
superior

inferior

edema

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Petechiae

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

<2/ <2

<2/ <2

Reflex Fisiologis

+/+

+/+

Reflex Patologis

-/-

-/-

Tonus

n/n

n/n

Clonus

-/-

-/-

Capillary refill

Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan darah : dalam batas normal
- pemeriksaan feses :
makroskopis: cair, warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-), bau asam (+)
Perjalanan penyakit:
anak dirawat selama 3 hari, sembuh.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang,
dan perjalanan penyakit, kasus ini mengarah pada infeksi enteral oleh karena
virus. Rotavirus adalah ikosahedron helai ganda, seperti roda yang mengandung
11 segmen RNA helai ganda. Manifestasi klinis infeksi rotavirus khas mulai
52

sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang
dan muntah disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam
khas mereda pada hari kedua sakit tetapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari.
Tinja bebas darah dan leukosit. (25,30)
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembangbiak dalam epitel villi
usus halus, menyebabkan kerusakan epitel dan pemendekan villi. Hilangnya selsel villi yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elektrolit.(29) Gangguan fungsi absorbsi akibat kerusakan
mukosa usus ini menyebabkan adanya intoleransi karbohidrat, lemak dan protein,
hal ini terbukti dari pemeriksaan feses didapatkan adanya sisa-sisa pencernaan
protein, lemak dan karbohidrat. Kerusakan villi dapat juga dihubungkan dengan
hilangnya enzim disakaridase menyebabkan berkurangnya absorbsi disakarida
terutama laktosa.(28)

53

II. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK


2.1 Pengelolaan Secara Komprehensif
Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan holistik,
maka pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja, tetapi dikelola
secara keseluruhan yang meliputi upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif. Upaya
promotif dan preventif dilakukan agar anak tidak sakit, sedangkan upaya kuratif dan
rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh atau kembali pada lingkungannya semula
dengan memperhatikan faktor psikososial anak.(36)
1. Kuratif
Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati secara
tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. (36) Upaya kuratif
yang dilakukan pada penderita ini meliputi:
a. Suportif dan medikamentosa :
Bagan tatalaksana kasus diare.

54

55

56

Pada kasus ini terdapat tanda kedaruratan berupa muntah terus menerus
yang menyebabkan anak bertambah lemas sehingga anak dilakukan rawat
inap. Sementara pemberian terapi suportif dan medikamentosa meliputi :

Kecukupan kebutuhan cairan dan elektrolit


Infus RL 14 tpm (makro) dalam 4 jam
Oralit 425 cc dalam 4 jam
Zinc 1 x 20 mg / hari

Atasi demam
Parasetamol syrup 3 x sendok teh (bila t 380C)

b. Dietetik :
Pada kasus ini, setelah dehidrasi teratasi. Kebutuhan maintenance cairan
24 jam adalah 850 cc. Digunakan Infus 2ANS 5 tetes per menit (makro)
dengan kandungan cairan 480 cc. Anak juga diberi asupan 3x diet lunak dan
3x 200 cc susu dalam sehari.

2. Preventif
Pencegahan dalam arti luas tidak hanya terbatas ditujukan terhadap
seseorang yang sehat tetapi dapat pula ditujukan kepada seseorang yang sakit.
Maksud dari pencegahan tersebut merupakan tindakan untuk mencegah
timbulnya atau mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan mencegah keparahan
suatu penyakit.Ada tiga tingkat upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan primer merupakan tingkat
pencegahan awal untuk menghindari atau mengatasi faktor resiko. Pencegahan
sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum penyakit menimbulkan gejala yang
khas. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan klinis untuk mencegah

57

kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut


diketahui.(36)

Tindakan pencegahan diare meliputi:


1.

Menganjurkan agar selalu menjaga kebersihan dan lingkungan terutama


lingkungan rumah untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi pada anak,
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari hari.

2. Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan


sebelum makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan minum
yang bersih, pengolahan makanan yang bersih untuk mencegah
terjadinya diare.
3. Promotif
Merupakan upaya yang dilakukan dengan memberikan edukasi atau
penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang kurang baik dalam
masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan aktif dalam bidang
kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pengetahuan mengenai peyakit diare
Penjelasan menganai penyebab penyakit diare. Penyebab dari penyakit ini
adalah virus yaitu rotavirus. Penyakit ini sangat berkaitan dengan hygiene
dan sanitasi. Sehingga sangat penting untuk menjaga hygiene dan sanitasi
diri dan lingkungan.
Penjelasan mengenai gejala diare dan tanda dehidrasi. Jika kondisi anak
tidak membaik atau memburuk orang tua harus segera membawa anak ke
pelayanan kesehatan.

2. Mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi:

58

Asuh: memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, perawatan kesehatan


dasar, pengobatan yang layak) dan memenuhi kebutuhan tambahan
(bermain).

Asih: memberi rasa aman dan nyaman, dilindungi dan diperhatikan


(minat, keinginan dan pendapat anak), diberi contoh (bukan dipaksa),
dibantu, diberi dorongan, dihargai, penuh kegembiraan serta koreksi
(bukan ancaman/ hukuman)

Asah: memberikan stimulasi emosional-sosial, kognitif, kreativitas,


kemandirian, kepemimpinan moral dan mental.

4. Rehabilitatif
Adalah upaya untuk membantu anak terhadap ketidakmampuannya dengan
berbagai usaha agar anak tersebut sedapat mungkin kembali pada lingkungannya
baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk menjaga anak tetap sehat, maka
orang tua diberitahu untuk menjaga kualitas dan kuantitas gizi anak sehari-hari di
rumah agar kebutuhan gizi anak tetap terpenuhi dengan baik dan anak memiliki
daya tahan tubuh yang baik.
2.2 Pengelolaan Secara Holistik
Lingkungan fisiko-bio-psiko-sosial merupakan lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang seorang anak dalam menuju kedewasaan dengan kualitas hidup
yang baik, yang meliputi lingkungan fisik, biologis, dan psikososial. Lingkungan fisik
adalah lingkungan yang berhubungan dengan alam, iklim, tempat tinggal, dan
lingkungan sekitar. Sedangkan lingkungan biologis adalah yang berhubungan dengan
makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, parasit, dan virus. Adapun aspek
psikososial adalah aspek yang berkaitan dengan emosi, sikap, pengetahuan, perilaku,
keterampilan, nilai-nilai sosial budaya, kepercayaan, dan adat istiadat di lingkungan
sekitar anak.(36)
Selain pengelompokkan di atas, lingkungan juga dibagi menjadi 4 kelompok
dalam kaitannya dengan pengelolaan tumbuh kembang anak. Lingkungan tersebut
antara lain :
1. Lingkungan mikro

59

Berupa interaksi anak dengan ibu atau pengasuhnya. Ibu atau pengasuh
berperan dalam pendidikan, gizi, imunisasi, dan pengobatan sederhana pada
anak. Ibu adalah orang pertama di rumah yang memegang peranan penting
terhadap proses tumbuh kembang anak dan perawatan anak ketika anak sakit.
Rendahnya pengetahuan ibu tentang kesehatan juga mempengaruhi sikap yang
diambil ketika anak sakit, seperti usaha mengobati sendiri. Pengetahuan ibu
mengenai kesehatan yang kurang juga menyebabkan kurangnya perhatian
terhadap makanan dan tumbuh kembang anak.
2. Lingkungan mini
Berupa interaksi anak dengan anggota keluarga lain, keadaan rumah, dan
suasana rumah dimana anak tinggal.
-

Interaksi dengan anggota keluarga


Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien adalah ayah, ibu, dan seorang
adik. Anak masih bersekolah dan bermain bersama saat pulang sekolah atau
di rumah. Diberikan edukasi agar orangtua dapat menyeimbangkan antara
kasih sayang yang diberikan kepada kedua anaknya. Anak dilatih sejak dini,
untuk menghormati ayah, ibu, nenek, dan saudaranya, seperti panggilan dan
perilaku yang sopan, sehingga tercipta suasana yang kondusif di lingkungan
rumah, untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

3. Lingkungan meso
Berupa interaksi anak dengan tetangga, teman-teman sepermainan dan di
sekolah, pendidikan anak di sekolah, suasana lingkungan sekitar, dan tersedianya
pelayanan kesehatan.
-

Interaksi dengan tetangga


Mengedukasikan orangtua untuk anak menjalin hubungan yang baik dengan
teman-teman sebayanya di lingkungan tempat tinggal.

Interaksi dengan teman-teman sepermainan

60

Mengedukasikan orangtua agar anak menjalin hubungan yang baik dengan


teman-teman sebayanya. Jarak daerah tempat tinggal terjangkau dengan
sarana pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan makro
Merupakan lingkungan yang meliputi wilayah yang lebih luas. Meliputi
kebijakan

pemerintah,

sosial,

budaya

masyarakat,

dan

lembaga

non

pemerintahan yang ikut andil dalam usaha tumbuh kembang anak yang optimal.
(36)

Pengadaan program cuci tangan, pengadaan fasilitas atau sarana prasarana


mencuci tangan.

Keluarga mampu mengenalkan dan mengajarkan anak mengenai sosial


budaya dan norma yang berlaku di masyarakat.

Pentingnya pemerintah memperhatikan tata kota dan daerah pemukiman


penduduk, guna meningkatkan kesehatan warga dan mencegah penyakit
menular. Rumah pasien berada di daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi.

III. SARAN
Saran yang diberikan kepada orang tua penderita, sewaktu akan pulang adalah:
1. Orang tua memberikan oralit bila terjadi diare dan kontrol teratur ke poliklinik
RSDK sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.
2. Memberikan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang dapat memenuhi
kebutuhan sesuai umur anak.
3. Menganjurkan agar selalu menjaga kebersihan dan lingkungan terutama
lingkungan rumah untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi pada anak,
menggunakan air bersih untuk keperluan seharihari.
4. Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan sebelum
makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih,
pengolahan makanan yang bersih untuk mencegah terjadinya diare.

61

5. Menasehati ibunya untuk membawa anak ke POSYANDU tiap bulan untuk


ditimbang dan diimunisasi sesuai umurnya.
6. Memotivasi agar anak diasuh oleh ayah dan ibu agar mendapat pemenuhan
kebutuhan dasar (asih, asuh, asah) yang optimal.

IV. PROGNOSIS
Prognosis penderita diare akut dengan dehidrasi tidak berat umumnya baik, namun
perlu ditunjang dengan diet dan penanganan faktor penyebab, sehingga diare akut
tidak menjadi diare yang berkelanjutan.
Prognosis pasien pada kasus ini :

Prognosis untuk kehidupan (quo ad vitam) baik (ad bonam) karena tidak

ada komplikasi dehidrasi berat, serta keadaan pasien membaik.


Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) baik (ad bonam) yang tampak

dari keadaan umum dan tanda vital.


Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionam) baik (ad bonam)
karena tidak ada ancaman adanya komplikasi pada sistem syaraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain pada tubuh

62

BAB IV
RINGKASAN

Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun 2 bulan dibawa oleh ayah dan ibunya ke
UGD RSDK dengan keluhan diare, 10 kali dalam satu hari, jumlah cukup banyak,
warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-), nyemprot (+), bau asam (+), mata cekung
(+), anak tampak rewel, air mata (+) berkurang, anak tampak kehausan bila diberi
minum, buang air kecil tidak rewel, jumlah sedikit. Sebelumnya anak tidak diberi
makanan dan minuman yang berbeda dari makanan yang biasa dikonsumsi anak.
Demam (+) tidak tinggi, terus menerus, turun bila diberi obat, kemudian naik lagi.
Muntah (+) 10 kali/hari @ 2-3 sendok makan, isi seperti yang dikonsumsi, batuk (-),
pilek (-), cairan dari telinga (-), mimisan (-), bintik merah di kulit seperti digigit nyamuk
(-). Oleh karena keadaan anak tak kunjung membaik, kemudian anak dibawa ke UGD
RSDK. Anak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap sesuai usia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar, nafas spontan adekuat, tampak
rewel, tampak kehausan bila diberi minum, mata cekung. Secara umum anak tampak
dehidrasi, tanda vital lain dalam batas normal; didapatkan ubun ubun besar datar,
cekung, mata cekung, turgor kembali lambat, pemeriksaan fisik lain dalam batas
normal. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium mendukung diagnosis
diare akut dehidrasi tidak berat.
Antropometri menurut WHO, WAZ = -1,56 SD (berat badan normal), HAZ =
-0,83 SD (perawakan normal), WHZ = -1,63 SD (Gizi baik), arah garis tumbuh loss of

63

growth. Perkembangan anak sesuai umur, anak dapat bermain dengan teman-temannya
di lingkungan rumah. Anak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap sesuai usia.
Penderita didiagnosis dengan Diare akut dehidrasi tidak berat, dirawat di
bangsal infeksi anak selama 3 hari. Penderita pulang dalam keadaan baik, tidak
demam. Ibu disarankan untuk menjaga terpenuhinya asupan makanan dengan
kualitas dan kuantitas yang cukup, serta menjaga kebersihan pribadi maupun
lingkungan.
Penderita dirawat di bangsal infeksi selama 3 hari perawatan dengan istirahat
tirah baring. Dalam perkembangannya anak mengalami perbaikan, baik secara klinis.
Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya keluhan, baik diare maupun yang lain, dan
aktivitas anak yang mulai meningkat. Selain itu juga tidak terdapat tanda-tanda
dehidrasi maupun komplikasi pengobatan terutama pada pemberian cairan dengan
tidak ditemukannya tanda-tanda overload cairan seperti adanya suara tambahan di
paru. Oleh karena kondisi anak yang telah stabil, anak diperbolehkan pulang pada
hari keempat perawatan.
Pada

kunjungan rumah,

didapatkan lingkungan penderita

merupakan

lingkungan padat penduduk. Kebiasaan menguras kamar mandi yang dilakukan tiap
1 minggu sekali, menutup makanan dengan tudung saji, mencuci tangan anak setiap
sebelum dan sesudah makan sudah merupakan kebiasaan yang baik dan benar untuk
mencegah terjadinya diare. Kemungkinan anak tertular infeksi rotavirus saat bermain
dengan keluarga atau teman di rumah kakek atau rumah saudara kakek. Pada
keluarga dijelaskan tentang penatalaksanaan diare, prognosisnya, serta edukasi
mengenai upaya pencegahan diare seperti kebiasaan mencuci tangan dan
perlengkapan makan yang benar sebelum dan sesudah anak makan.
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam), untuk
kesembuhan (quo ad sanam), dan untuk fisiologi tubuh (quo ad fungsionam) adalah
baik (ad bonam).

64

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Departemen Kesehatan Kesejahteraan Sosial. Profil
Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2000 : 92.
2. Sudigbia I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang : Badan Penerbit FK UNDIP,
1991 ; 1-63
3. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman Pelayanan Medik Anak
RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989 ;
179202.
4. Roy CC, Silverman A, Alagille D. Pediatric Clinical Gastroenterology. St. Louis Missouri.
Mosby Year Book, Inc, 1995; 21633
5. Depkes RI Ditje PPM dan PLP. Marilah Memberantas Diare. Jakarta Depkes RI, 1992;
31-4
6. Hartantyo I, et al. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNDIP;1997: 149-57, 230
7. Jangan Anggap Sepele Diare. Koran Republika : Info POM. 13 januari 2004; 1.
8. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985; 283212, 312,426-39
9. Sumantri, Tamam M. Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, ed, Pedoman Pelayanan
Medik Anak Bagian IKA FK UNDIP Semarang, 1997 ; 14957.
10. Soeparto, J., Djupri, L.S., Sudarmo, S.M., Ranuh, R.G. 1999. Diare Akut. Dalam: Gangguan
Absorbsi Sekresi Sindroma Diare. Surabaya: Surabaya Intellectual Club

65

11. Sunoto., Sutoto., Soeparto, P., Soenarto, Y., Ismail, R. 1990. Pedoman Proses Belajar
Mengajar Diare. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular.
12. WHO. 2005. Hospital Care for Children. Geneva
13. William W., Hay Jr., Myron J.L., Judith M. 2007. Lange Current Diagnosis & Treatment in
Pediatric 18th Edition. America
14. Depkes RI. Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak Di Rumah Sakit Kabupaten/Kodia.
Dirjen PKM Direktorat Bina Masyarakat. Jakarta 1998
15. Breese, J., Fang., Wang, B., L.E, Soenarto, Y., Nelson, E.A., Tam, J., Wilopo, S.A.,Kilgore,
P., et al. 2004. First report from The Asian Rotavirus Survaillance network. Emerg
Infect.Dis., 10(6): 988-955.
16. Parashar, U.D., Hummelman, E.G., Breese, J.S., Miller, M.A., Glass, R.I. 2006. Global
Illness and Death Caused by Rotavirus Disease in Children. Emerging Infection Disease.
9:565-572.
17. Soenarto, Y. 2007. Rotavirus Disease Burden in Indonesia. Grand Round: Melbourne.
18. Boyle JT. Protracted Diarrhea. In: R Wyllie, JS Hyams eds. Pediatric Gastrointestinal
Disease. Philadelphia: W.B Saunders Co 1993; 799-814
19. Riedel BD. Acute diarrhea. In: W Allan Walker, PR Durie, JR Hamilton, JA Walker Smith, JB Watkins. Pediatric Gastrointestinal Disease Pathophysiology, Diagnosis,
Management vol II 2nd ed. St Louis 1996, Mosby ch 17: 251-262
20. Roy C.C, Silverman A, Alagille D. Diarrheal disorder. In C.C Roy, A. Silverman,
D.Alagille eds Pediatric Clinical Gastroenterology 4 th ed. St Louis: Mosby. 1995 ; 299-228
21. Vanderhoof JH. Diarrhea. In: R Wyllie, JS Hyams eds. Pediatric Gastrointestinal Disease.
Philadelphia: WB Saunders Co. 1993; 187-197.
22. Lundgren O. Factors controlling absorption and secretion in the small intestine. In: W
Danachie E Griffiths, J Stephen eds. Bacterial infections of Respiratory and Gastrointestinal
Mucosal. Oxford IRL Press. 1986; 155-172.
23. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1991: 445
8.
24. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I. Cetakan
ke-8. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1998:283-300.

66

25. Hartantyo I, et al. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Semarang: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNDIP;1997: 149-57.
26. Suharyono. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1998: 152-4.
27. Direktur Jendral PPM & PLP. Buku Ajar Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 1990: 32- 75.
28. Direktur Jendral PPM & PLP. Buku Ajar Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 1990: 1- 25.
29. http://www.pediatrik.com/buletin/20060220-s05jfg-buletin.pdf
30. Sudigbya I, et al. Diare Akut dalam Pedoman Pelayanan Medik Anak. Semarang:
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP; 1989: 191 202.
31. Hasil Diskusi Temu Antropometri Bandungan. Mei 2002.
32. Rausher M. Anemia.kidshealth.org.2003 September 17. http://
www.kidshealth.org/health_problem/blood/anemia.html.
33. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk, editor. Pedoman
Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang; 1997.
34. Hoffbrand AU, Pettit JE. Anemia defisiensi besi dan anemia hipokrom lain.
Dalam: Kapita selekta hematologi. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1987.
35. Susanto JC, Anemia Defisiensi Besi. Semarang :Sub Bagian Gizi ANAk Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro 1999.
36. Hendriani Selina, Fitri Hartanto, Farid Agung R. Stimulasi, Deteksi Dini, dan Intervensi
Tumbuh Jembang Anak dalam Buku Ilmu Kesehatan Anak. Semarang : Badan Penerbit
Undip. 2011

67

Anda mungkin juga menyukai