Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2007).
4. Analisa (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesa (synthesis)
Menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
sangat berotot, dapat tergolongkan overweight tanpa ada peningkatan sel adiposit
(Flier, 2005). Pengukuran berat lemak dapat menggunakan body mass index
(BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan
obesitas pada orang dewasa. IMT dapat ditentukan dengan membagi berat badan
dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (m2).
Tabel 2.1. menunjukkan klasifikasi WHO untuk nilai IMT pada orang
dewasa secara internasional.
kg/m2. Berat badan dinyatakan kurang apabila lebih rendah dari 18,5 kg/m2 dan
berat badan lebih apabila di atas 25 kg/m2. Pra-obes apabila di antara 25 sampai
29,9 kg/m2, obes tingkat I apabila antara 30 sampai 34,9 kg/m2, obes tingkat II
apabila di antara 35 sampai dengan 39,9 kg/m2, dan obes tingkat III apabila di atas
40 kg/m2.
Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasarkan IMT Menurut WHO
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
< 18,5
Kisaran Normal
18,5 24,9
> 25
Pra-Obes
25,0 29,9
Obes Tingkat I
30,0 34,9
Obes Tingkat II
35,0 39,9
> 40
Sumber: WHO technical series, 2000 dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam UI
halaman 1921
Hasil meta-analisis pada beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan
konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama menunjukkan etnik Amerika
berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki
IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya,
nilai IMT pada bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9, 4,6,
Wilayah Asia Pasifik melalui IOTF mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas
tersendiri (Tabel 2.2). Pada klasifikasi menurut kriteria Asia Pasifik, kisaran
normal adalah apabila IMT antara 18,5 sampai 22,9 kg/m2 berbeda dengan
menurut WHO yaitu 18,5 sampai 24,9 kg/m2. Berat badan berlebih apabila di atas
23 kg/m2, beresiko apabila antara 23 sampai 24,9 kg/m2, obes I apabila antara 25
sampai 29,9 kg/m2, dan obes II apabila lebih dari 30 kg/m2. Selain berdasarkan
IMT, terdapat juga kriteria berdasarkan lingkar pinggang. Untuk pria, lingkar
pinggang di atas 90 cm dan lingkar pinggang di atas 80 cm untuk wanita memiliki
resiko yang lebih besar dibandingkan dengan pria dengan lingkar pinggang kecil
dari 90 cm dan wanita dengan lingkar pinggang kecil daripada 80 cm dengan nilai
IMT yang sama.
Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan
Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik
Resiko Ko-morbiditas
Klasifikasi
IMT
Lingkar Pinggang
(kg/m2)
Berat Badan
Kurang
Kisaran Normal
Berat Badan
Lebih
> 80 (Perempuan)
Rendah (resiko
< 18,5
meningkat pada
Sedang
Sedang
meningkat
23,0
Beresiko
23,0 24,9
Meningkat
Moderat
Obes I
25,0 29,9
Moderat
Berat
Obes II
30,0
Berat
Sangat Berat
2.3. Obesitas
Pada dunia dimana sumber makanan tidak menentu, kemampuan untuk
menyimpan energi berlebih sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup. Sel
lemak, terletak pada jaringan adiposa yang tersebar luas, telah beradaptasi untuk
menyimpan energi berlebihan seefektif mungkin dan dapat dilepaskan kembali
ketika diperlukan.
dipelajari secara ekstensif, dan walaupun genetik memiliki peran penting dalam
pengaturan berat badan, WHO Consultation on Obesity menyimpulkan bahwa
faktor
perilaku
dan
lingkungan
(misalnya
gaya
hidup
yang
menetap
obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5%. WHO (2003) mencatat
bahwa sekitar satu milyar penduduk dunia mengalami overweight dan sedikitnya
300 juta menderita obesitas secara klinis. WHO juga memprediksikan bahwa pada
tahun 2015, 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta
yang mengalami obesitas.
10
Urbanisasi dan
Perbaikan tingkat
ekonomi juga
11
Viseral
Lainnya
Sumber: P. Arner dalam Journal of Endocrinology edisi 155 (1997) halaman 191
2.4. Komplikasi Obesitas
Obesitas dihubungkan dengan sejumlah komplikasi medis. Terdapat bukti
bahwa obesitas bukan hanya berhubungan dengan diabetes, hipertensi,
dislipidemia, penyakit jantung, obstructive sleep apnea, asma, non-alcoholic fatty
liver disease, osteoarthritis, dan polycystic ovary syndrome tetapi penurunan berat
badan juga akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi-komplikasi tersebut.
Tidak semua pasien obesitas akan mengalami komplikasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi resiko terjadinya komplikasi adalah aktifitas fisik, distribusi
lemak, resistensi insulin, dan riwayat keluarga yang menderita penyakit yang
berhubungan dengan obesitas (Tabel 2.4). Umur kejadian obesitas juga harus
diperhitungkan dimana resiko terjadi penyakit yang berhubungan dengan obesitas
lebih tinggi pada obesitas yang early-onset dibandingkan dengan obesitas yang
late-onset (Malnick, 2006).
12
Riwayat keluarga:
o Diabetes
o Hipertensi
o Dislipidemia
o Penyakit jantung koroner
Sumber: S.D.H. Malnick dan H. Knobler dalam QJ Med edisi 99 (2006) halaman
574
2.4.1. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus mencakup sekelompok penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan
harapan hidup dengan komplikasi antara lain penyakit jantung, stroke, peripheral
neuropathy, penyakit ginjal, dan kebutaan. Berdasarkan jenisnya, diabetes terbagi
menjadi dua yaitu diabetes mellitus tipe 1 (DM-1) dan diabetes mellitus tipe 2
(DM-2). DM-1 terjadi pada anak-anak dan disebabkan karena proses autoimun
yang menyebabkan kerusakan pada sel -Langerhans pada pankreas yang
mengakibatkan defisiensi insulin absolut.
resistensi insulin dan/atau produksi insulin yang abnormal. Penderita DM-2 tidak
tergantung dengan insulin eksogen namun dapat membutuhkannya untuk
mengendalikan kadar gula darah bila tidak dapat dicapai hanya dengan diet atau
terapi farmakologis (Thvenod, 2008).
Terdapat keterkaitan yang kuat antara obesitas dengan diabetes mellitus
tipe 2 pada kedua jenis kelamin dan seluruh kelompok etnis. Berdasarkan data
dari Nurses Health Study, terdapat peningkatan resiko hingga 40 kali lipat pada
untuk menjadi diabetes pada wanita dengan IMT31 kg/m 2 dibandingkan dengan
13
wanita dengan IMT <22 kg/m2. Hasil yang serupa juga terdapat pada pria dari
Health Professionals Follow-up Study yaitu peningkatan resiko 60,9 kali lebih
besar untuk pria dengan IMT
35kg/m
(Malnick, 2006).
Berdasarkan Tataranni (2002), patofisiologi berkembangnya obesitas
menjadi DM2 yaitu glucotoxicity, lipotoxicity, dan adipokines. Secara fisiologis,
glukosa darah dijaga pada kadar tertentu oleh pankreas dengan sekresi insulin.
Sebagai respon terhadap resistensi insulin, sedikit peningkatan pada kadar gula
darah puasa menjadi satu tanda peningkatan sekresi insulin sebagai kompensasi.
Selama resistensi insulin dan hiperglisemia ringan tetap bertahan, pankreas terus
dipaksa untuk menghasilkan insulin secara berlebih. Keadaan ini disebut sebagai
allostatic load.
Peneliti telah
14
15
2.4.3. Dislipidemia
Obesitas berhubungan dengan profil lemak yang kurang baik. Kelainan
profil lemak yang berhubungan dengan obesitas termasuk peningkatan konsentrasi
kolesterol di serum, kolesterol LDL, kolesterol VLDL, trigliserida, dan
apolipoprotein B dan penurunan kolesterol HDL. Pada meta-analisis yang luas,
penurunan berat badan sebanyak 1 kg menurunkan total kolesterol serum
sebanyak 0,05 mmil/L dan kolesterol LDL sebanyak 0,02 mmol/L serta
peningkatan kolesterol HDL sebanyak 0,009 mmol/L (Malnick, 2006).
Obesitas sentral atau android adalah penyebab utama resistensi insulin dan
hiperinsulinemia kompensatori, yang kemudian bertanggung jawab untuk
kebanyakan, bila tidak semua, abnormalitas lipoprotein. Terdapat tiga komponen
dislipidemia yang terjadi pada obesitas yaitu peningkatan triglyceride-rich
lipoproteins (TRLs) puasa dan setelah makan, penurunan HDL, dan peningkatan
sdLDL.
16
Metabolic syndrome
dihubungkan dengan obesitas tipe abdominal atau central obesity. Pada obesitas
tipe abdominal, terjadi peningkatan dari berbagai mediator peradangan.
Peningkatan ini memiliki efek yang merugikan bagi sistem kardiovaskular dengan
menghasilkan kondisi yang pro-inflammatory (pro-inflammatory state) dan
kondisi yang protrombotic (protrombotic state) serta mengakibatkan kerusakan
endotel dan hipertrofi vaskular (Mathew, 2008).