Anda di halaman 1dari 4

Amalgam

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki amalgam sebagai bahan restorasi gigi adalah :


1. Memiliki durabilitas yang baik.
Menurut survey yang telah dilakukan, durabilitas dari 50% amalgam dalam
rongga mulut adalah sekitar 11,5 tahun. Namun hal yang penting untuk diingat
adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien, serta tingkat kebersihan mulut
pasien sangat memiliki peran yang penting dan dapat mempengaruhi durabilitas
dari bahan restorasi yang digunakan.
2. Kuat
Amalgam merupakan bahan restorasi yang paling kuat dibandingkan dengan
bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut
3. Mudah dimanipulasi dan waktu pengerjaan lebih pendek dibanding material lain
4. Murah
Kekurangan yang dimiliki amalgam sebagai bahan restorasi gigi adalah :
1. Tidak sewarna dengan gigi
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang tidak sewarna dengan warna gigi
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan
estetis sangat diutamakan
2. Perlekatannya makromekanis sehingga membutuhkan preparasi kavitas yang
cukup banyak
3. Dapat menyebabkan terjadinya galvanic shock jika gigi antagonis direstorasi
dengan menggunakan logam yang tidak sejenis, Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya arus galvanish yang bisa menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi.
4. Amalgam mengandung merkuri
Tahap preparasi kavitas:
1. Outline form
Sebelum melakukan preparasi kavitas, dibuat suatu desain outline form sesuai
bentuk fissure gigi pada daearah oklusal gigi posterior yang akan dipreparasi.
2. Resistence form
Membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya tidak pecah atau tahan
terhadap tekanan penyunyahan
3. Retention form

Membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak atau mudah lepas


4. Convenience form
Membentuk kavitas yang memudahkan pemasukan atau insersi bahan restorasi
5. Hilangkan karies, email dentin yang menggaung dan email yang tidak terdukung
dentin mengunakan bus bulat. Setelah akses didapatkan, kemudian dilanjutkan
pemakaian bur fissure silindris kecil untuk membentuk dinding tegak lurus dasar
kavitas sesuai dengan outline form nya.
6. Untuk menghaluskan dinding pulpa atau dasar kavitas digunakan bur inverted.
Dinding dibuat tegak lurus bersudut 90 terhadap kavitas dan berbentuk box.
Menurut teori lain bentukan resistensi (resistence form) pada tumpatan amalgam
ini dapat didapatkan pula dari bentukan konvergen atau mengerucut kearah
oklusal. Perlu diperhatikan bahwa bentukan konvergen tersebut tidak boleh lebih
dari 5, atau kurang lebih 3-5 agar tidak terdapat enamel-enamel rods yang tidak
terdukung dentin (enamel menggaung) sehingga tumpatan amalgam nantinya
tidak mudah pecah / fraktur ketika menerima beban kunyah.
8. Permukaan dinding-dinding kavitas dibuat halus karena amalgam berikatan
dengan dentin secara makromekanik.
Tahap basis:
1. Sebelum memulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades).
Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alcohol atau H2O2 agar
tidak terjadi dehidrasi pada dentin.
2. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
3. Jika pembuangan karies mengakibatkan dasar kavitas dekat dengan pulpa,
diperlukan pemberian pelapik kalsium hidroksida. Pada kavitas yang sangat
dalam, lapisan pelapik kedua contohnya SIK mungkin diperlukan. Pelapisan
diaplikasikan sedemikian rupa sehingga masih terdapat cukup ruangan 2-2,5 mm
untuk amalgam di atasnya.
4. Pemberian basis dapat pula diberikan dengan semen seng phospat (ZnPO4) yang
terdiri dari bubuk dan cairan.
5. Ambil bubuk semen satu sendok yang disediakan dan tetaskan cairan satu atau
dua tetes.

6. Arahkan bubuk kecairan dengan spatula sedikit demi sedikit, kemudian aduk
bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan konsistensi
dempul yang cukup kental.
7. Semen dimasukkan kedalam kavitas dengan sonde, kemudian dan dimampatkan
dengan semen stopper.
8. Kelebihan semen bila belum mengeras diambil dengan excavator
9. Bagian tepi enamel harus bersih dari semen agar daerah retensi amalgam tidak
tertutup.
Tahap penumpatan:
1. Ambil bubuk dan Hg sesuai dengan anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke
dalam mortal kemudian diaduk dengan pastle kurang lebih 60 kali putaran. Bubuk
dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai sengan anjuran
pabrik dapat pula dicampur dengan alat amalgamator selama 5-10 detik.
2. Campuran yang telah homogen akan tampak kelihatan mengkilat, diambil dengan
spatula semen, kemudian kelebihan Hg nya diperas dengan kain putih ukuran 10 x
10 cm, dibuang pada tempat yang disediakan
3. Campuran amalgam kemudian dimasukkan kedalam pistol amalgam dan
dimasukkan pada dasar kavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang pertama
sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih. Kemudian dilakukan
kondensasi (pemampatan) dengan amalgam pluger atau amalgam stopper.
4. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil (cotton pellet) dan permukan
oklusal dibentuk anatominya dengan carver.
5.

Kemudian tambalan dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang


sudah mengalami proses setting awal.

Tahap pemolesan:
1. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam setelah penumpatan.
2. Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing stone.

3. Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (sengoksida dan alcohol)
permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian dibersihkan
dengan brush dalam keadaan basah.
4. Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul
diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata.
REFERENSI
1. Summits James B, Robbins J William, Schwartz Richars S. 2001. Fundamental of
Operative Dentistry. 308-360. Texas: Quintessence Publishing Co.

Anda mungkin juga menyukai