PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika
penananaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi
rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba fallopi,
ovarium dan abdomen (Varney,dkk, 2006).
Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian kehamilan tuba ialah
1 diantara 150 persalinan. Angka kejadian kehamilan ektopik cenderung meningkat.
Kejadian tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain, meningkatnya
prevalensi penyakit tuba karena Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga terjadi oklusi
parsial tuba, adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau
endometriosis, pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya
penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, abortus provokatus, tumor yang
mengubah bentuk tuba dan fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovalasi
(Saifuddin, 2006).
Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan ektopik atau
ketika tidak dapat dipastikan apakah kehamilan berlangsung di dalam rahim dan wanita
tersebut menunjukkan tanda dan gejala kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis
lebih lanjut diperlukan. Bidan dapat melakukakan pemeriksaan fisik dan pengkajian
riwayat kehamilan serta evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan ultrasonografi. Jika
kemungkinan kehamilan ektopik tidak dapat disingkirkan, maka bidan harus berkonsultasi
dengan dokter (Varney, dkk, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan KET?
2. Apa etiologi KET?
3. Apa patofisiologi dari KET?
4. Apa saja gejala dan tanda KET?
5. Apa saja diagnosis KET?
6. Apa saja penanganan dari KET
7. Apa saja komplikasi dari KET?
8. Apa saja prognosis dari KET?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian KET
2. Untuk mengetahui etiologi KET
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari KET
4. Untuk mengetahui apa saja gejala dan tanda KET
5. Untuk mengetahui diagnosis KET
6. Untuk mengetahui apa saja penanganan dari KET
7. Untuk mengetahui komplikasi dari KET
8. Untuk mengetahui prognosis dari KET
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian KET
2
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada diuar
tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu. (Sujiyatini et. Al, 2009: 46)
Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim
dengan kehamilan ektopik terganggu karna kehamilan pada pars interstisialis tubah dan
kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus. Tuba fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik
2. Etiologi KET
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung
telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan
sebagai penyebabnya adalah:
1. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran
2.
3.
4.
5.
6.
7.
telur.
Riwayat operasi tuba
Cacat bawaan pada tuba
Kehamilan ektopik sebelumnya
Aborsi tuba dan pemakaian IUD
Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom
Bekas radang pada tuba, disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat
8. Operasi plastik pada tuba
9. Abortus buatan
3. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
4. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda.
5. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan
vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang
sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian2.
4. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan
ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk
membuat diagnosanya.
Kehamilan ektopik dapat juga ditandai dengan Amenore; gejala kehamilan muda;
Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan
penderita pingsan sampai syok, pada abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi menjalar
ke tempat lain, bila darah sampai ke diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu, bila terjadi
hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi; perdarahan pervaginam berwarna coklat
tua.
5. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan,
antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
4
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya
nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24
jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
c. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
d. Adanya massa komplek di rongga panggul
5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
6. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
7. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus
6. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa
yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah
dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa
hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen,
atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit
1. Penatalaksanaan medis
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
2.
3.
4.
5.
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
Infeksi
Sterilitas
Pecahnya tuba falopii
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
8. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian
dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan
terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan
6
angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%. Kemungkinan melahirkan
bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,5).
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan
yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapantahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data,
memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
Langkah I. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah
pendekatan
sistematis
untuk
mengumpulkan
data,
mengelompokkan data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan
klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :
Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data Subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
1) ISTRI
a) Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien
b) Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun
terutama kehamilan ektopik biasanya terjadi pada wanita usia 20-30 tahun.
c) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien,
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
d) Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan
kesehatan
pasien/klien.
Dengan
diketahuinya
suku/ras
d) Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan
kesehatan
pasien/klien.
Dengan
diketahuinya
suku/ras
kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya
kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
Contohnya, Awalnya klien mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian
disusul dengan adanya nyeri hebat pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervaginam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang
lalu, pertanyaan ini mungkin mempengaruhi kehamilan ektopik yang diderita klien
sekarang, kemungkinan yang menyebabkanya adalah ibu pernah mengalami
kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik), riwayat
abortus buatan terhadap kehamilan yang lalu. Kemudian yang perlu ditanyakan yaitu
jumlah kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
g. Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu
(perdarahan). Karena jika riwayat nifas yang lalu mengalami infeksi uterus dan jalan
lahir kemungkinan ini merupakan factor penyebab kehamilan ektopik sekarang.
h. Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi
pasien. Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem
reproduksi, operasi ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa
riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi, maka harus waspada salah satunya
kemungkinan factor penyebab kehamilan ektopik sekarang.
i. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui jenis kontrasepsi apa yang dipakai klien sebelumnya,apakah ada
efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya menggunakan alat
kontrasepsi, alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai
lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi. Karena kemungkinan
berpengaruh terhadap gangguan kehamilan ektopik sekarang,contohnya pada infeksi
pemakaian IUD yang merupakan salah satu faktornya.
j. Riwayat penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini
penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada klien dan
mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya. Klien dengan riwayat
Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan
gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran
telur,riwayat operasi tuba,riwayat cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat
panjang,riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,riwayat bekas radang pada tuba
10
2. Data Objektif
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan umum
Secara teoritis pada penderita kehamilan ektopik kemungkinan di temukan
gambaran keadaan umum pasien yang kurang baik, misalnya mencakup : BB, TB,
Kesadaran/KU, TTV berupa tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
b. Pemeriksaan khusus
1) Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan
cara
dan telinga, mulut, tidak ada caries dentis, stomatitis, karang gigi, leher tidak
ada pembesaran kelenjar gondok, payudara simetris kiri dan kanan, keadaan
putting susu menonjol, colostrums ada, perut membesar ke satu sisi tetapi tidak
sesuai dengan tua kehamilan,tidak ada bekas luka operasi, vulva dan vagina
terlihat pengeluaran darah sedikit, ada varises atau tidak. Anus tidak ada
haemorhoid, extremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2) Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yang dilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold:
Leopold I
: untuk meraba tinggi fundus uterus. Pada palpasi
akan teraba massa lunak dan lentur di sisi posterior atau lateral terhadap uterus.
Massa tersebut akan teraba keras jika terisi darah.
Leopold II
: tidak dilakukan
Leopold III
: tidak dilakukan
Leopold IV
: tidak dilakukan
3) Secara auskultasi
Kemungkinan terdengar denyut jantung janin terutama pada kehamilan ektopik
lanjut, namun ada juga yang tidak terdengar karena janin sudah mati didalam
kandungan karena kurang mendapatkan suplai makanan.
4) Secara perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif.
5) Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka panggul.
6) Pemeriksaan tafsiran berat badan janin (TBJ)
Pada kehamilan ektopik terganggu pertumbuhan berat badan janin tidak
sempurna dan tidak sesuai dangan usia kehamilan karena kurang mendapatkan
suplai makanan.
3. Pemeriksaan penunjang
a. HCG-
Pengukuran subunit beta dari HCG- (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)
merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat
membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.
b. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap berwarna
hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
c. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
d. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasilhasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu
meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
12
e. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya
tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan
apakah kavum Douglas berisi cairan.
f. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat
diraba suatu tumor.
g. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada
foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
h. Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin
diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu
sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance
Imagine)
i. Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel
darah merah dapat meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah
berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada
tanda perdarahan dalam ronggan perut.
j. Pemeriksaan dalam vagina
Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada
perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah
Langkah II. INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan..
13
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a. Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil/tidak, umur . tahun, G... P... A... H... umur kehamilan.... minggu dengan
kehamilan ektopik terganggu
Dasar :
Amenorea sering ditemukan dan di ikuti oleh perdarahan,
Nyeri pada servik pada saat pemeriksaan dalam vagina,
tidak terdengar denyut jantung janin
adanya nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan,
adanya pengeluaran darah pervaginam
pada pemeriksaan kadar -hCG < 15.000mIU/ ml
pada pemeriksaan foto rontgen, Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan
berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi
vertebra Ibu
b. Masalah
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya nyeri hebat pada perut
diikuti perdarahan
Dasar : Adanya pemutusan jaringan dalam tubuh akan menimbulkan rangsangan
saraf meningkat sehingga timbul rasa nyeri yang dapat menimbulkan gangguan rasa
c. Kebutuhan
Bedres total
14
Tindakan laparatomi
Dasar : pada kehamilannya klien terus mengalami pengeluaran darah pervagina
walaupun masih sedikit-sedikit,klien mengalami perdarahan di dalam rongga perut.
Istirahat
Dasar : dari TTV dan KU ibu yang kurang baik,kehamilannya yang lemah.
Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan kebutuhan rasa nyaman
Rasa nyaman
Dasar : karena nyeri perut dan perdarahan pervaginam yang klien alami
15
Dasar : tuba tidak sanggup menampung hasil konsepsi sehingga tuba pecah dan terjadi
perdarahan hebat bahkan kematian.
e. Abortus iminens
Dasar : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan
suatu kehamilan
f. Abortus inkomplit
Dasar : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah di
luar kavum uteri melalui kanalis servikali
Langkah IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN TINDAKAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
dan
untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan
kondisi
klien.
Langkah
ini
mencerminkan
kesinambungan
dari
proses
16
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang
berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomikultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai kehamilannya dan hasil pemeriksaan.
Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan gizi, nutrisi dan cairan
Pantau keadaan umum ibu, vital sign, dan perdarahan pervaginam
Anjurkan ibu untuk tetap istirahat baring (bed rest)
Anjurkan ibu terus menjaga kebersihan diri
Anjurkan ibu untuk segera rujuk dan buat tanda persetujuan tertulis(inform concent)
Beritahu ibu dan keluarga tentang tindakan laparatomi yang direncanakan
Kolaborasi dengan tim medis
Berikan konseling untuk pasca tindakan,kelanjutan fungsi produksi,resiko hamil ektopik
ulangan dan kontrasepsi yang sesuai.
asuhan
bagi
klien
adalah
tetap
bertanggung
jawab
terhadap
gizi
seimbang,
(nasi+lauk+sayur+gorengan),
contohnya
pagi(nasi+lauk+sayur+roti+susu),
malam(nasi+lauk+sayur+susu+buah)
dan
siang
memnuhi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
19
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan
berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan
kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu
jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan
pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. Saran
Dari makalah diatas kami berharap agar makalah ini bermafaat dan memberikan
dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah membaca makalah ini pembaca dapat
lebih bayak megetahui tentang kehamilan ektopik terganggu serta tanda dan gejala dari
kehamila ektopik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
20
Nugroho, Taufan. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Cetakan Pertama. Nuha
Medika. Yogyakarta. 2010 : 55-60
Rachimhadhi T. 2009. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
21