Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.com/2012/04/sejarah-bimbingan-dankonseling-di.html
1.
2.
3.
4.
-
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Relevansi, dan (4) efisiensi. Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual,
maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa,
bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan
untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas
landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
Penyempurnaan kurikulum
Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
Penataan perguruan tinggi
Pelaksnaan wajib belajar
Pembukaan universitas teruka
Ahirnya Undang Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas
formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep konsep bimbingan yang berorientasi
Indonesia, dsb.
Meyongsong era Lepas landas
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan
kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi.
Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar
kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang
mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang
diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan tekanan zaman baru yang
berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia
pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi
bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa
dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu
menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain.
Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung
jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan
bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.
Sejarah bimbingan dan konseling di Dunia Internasional
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaanpekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi
industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri.
Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling
pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di
sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang memilih suatu karir dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite
tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan
dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka
menjadi seorang pekerja yang produktif.
Frank Parson dikenal sebagai Father of The Guedance Movement in American
Education. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan
membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah
dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan
tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran
kerja
2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting
memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi
oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya
profesionalisasi konselor
4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini
memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang
hanya terpusat pada individu.
-
Di Amerika Serikat
Bimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau
tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the father of
guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka
dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang
terbaik yang tepat bagi dirinya.
Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul Techniques of
Guidance, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan
diantaranya :
1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan
kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan
agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
2. Agama
Pada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara
terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran kesehatan mental
Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan
perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya,
karna ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat
yang lebih dini. Gerakan ii mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalahmasalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-anak
muda.
4. Perubahan dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib
belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa
mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk
memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan
pendidikannya dengan berhasil.
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di
sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara
individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau
pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan
pengukuran.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan
BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau
orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya
di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan
tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu
dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah
Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah mulai jelas.
A. Latar balakamg BK
Istilah bimbingan konseling yang pada awalnya muncul dari suatu kebutuhan yang dirasakan
seorang mantan mahasiswa Yale yang memiliki ganguan mental, akhirnya berkembang hingga
munculnya teori-teori pendekatan untuk mengatasi permasalahan ganguan mental. Namun dengan
seiring kemajuan zaman,ada perkembangan arah pendekatan tersebut ke arah pembinaan
perkawinan/keluarga dan vokasional, ini terlihat jelas setelah PD II. Mulai tahun 1930-an hingga 1950an bermunculan organisasi yang membawahi bimbingan konseling ini dan juga pendekatanpendekatan konseling yang ditemukan beberapa ahli. Sekitar tahun 1950-1960-an, kementrian
pendidikan, melakukan studi banding ke Amerika. Disana dijumpai bahwa disetiap sekolah terdapat
layanan konseling, yang ditangani oleh tenaga Konselor. Setelah kembali ke Indonesia, hal tersebut
dituangkan dalam kurikulum Pendidikan Nasional. Di tahun yang sama itulah juga bimbingan konseling
mulai berkembang di Indonesia yang dipelopori oleh Prof. Dr. Slamet Imam Santoso yang
mengembangkan ilmu Psikologi di Universitas Indonesia.
B. BK di Indonesia
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan
dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak
tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 &; 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP
Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang,
dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun
Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum
1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Kurikulum 1975 berisi layanan Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu dari wilayah
layanan dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA, yaitu pembelajaran
yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1976,
ketentuan yang serupa juga diberlakukan untuk SMK. Dalam kaitan inilah, dengan kerja sama Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, pada tahun 1976 Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan
pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling untuk guru-guru SMK yang
ditunjuk. Tindak lanjutnya memang tidak diketahui perkembangannya, karena para kepala SMK kurang
memberikan ruang gerak bagi alumni pelatihan Bimbingan dan Konseling tersebut untuk
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling sekembalinya mereka ke sekolah masingmasing. Dan dengan penetapan jurusan yang telah pasti sejak kelas I SMK, memang agak terbatas
ruang gerak yang tersisa, misalnya untuk melaksanakan layanan bimbingan karier.
Meskipun ketentuan perundang-undangan belum memberikan ruang gerak, akan tetapi karena
didorong oleh keinginan kuat untuk memperkokoh profesi konselor, maka dengan diplopori oleh para
pendidik konselor yang bertugas sebagai tenaga akademik di beberapa LPTK, pada tanggal 17
Desember 1975 di Malang didirikanlah Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang menghimpun
konselor lulusan Program Sarjana Muda dan Sarjana yang bertugas di sekolah dan para pendidik
konselor yang bertugas di LPTK, di samping para konselor yang berlatar belakang bermacam - macam
yang
secara
de
facto
bertugas
sebagai
guru
pembimbing
di
lapangan.
Ketika ketentuan tentang Akta Mengajar diberlakukan, tidak ada ketentuan tentang Akta Konselor.
Oleh karena itu, dicarilah jalan ke luar yang bersifat ad hoc agar konselor lulusan program studi
Bimbingan dan Konseling juga bisa diangkat sebagai PNS, yaitu dengan mewajibkan mahasiswa
program S-1 Bimbingan dan Konseling untuk mengambil program minor sehingga bisa mengajarkan 1
bidang studi. Dalam hal itu IPBI tetap mengupayakan kegiatan peningkatan profesionalitas anggotanya
antara lain dengan menerbitkan Newsletter sebagai wahana komunikasi profesional meskipun tidak
mampu terbit secara teratur, di samping mengadakan pertemuan periodik berupa konvensi dan
kongres.
Untuk jenjang SD, pelayanan bimbingan dan konseling belum terwujud sesuai dengan
harapan, dan belum ada konselor yang diangkat di SD, kecuali mungkin di sekolah swasta tertentu,
tetapi pelaksanaan bimbingan dilakukan secara inplisit dalam program pendidikan. Untuk jenjang
sekolah menengah, posisi konselor diisi seadanya termasuk, ketika SPG di-phase out mulai akhir
tahun 1989, sebagian dari guru-guru SPG yang tidak diintegrasikan ke lingkungan LPTK sebagai
dosen Program D-II PGSD, juga ditempatkan sebagai guru pembimbing, umumnya di SMA.
Di awal tahun 1960, muncul tenaga konselor di SD, yang kemudian pada tahun 1975,
berdasarkan hukum publik 94-145, Pemerintah Amerika,menyediakan dana khusus untuk melayani
anak-anak penyandang cacat,sehingga banyak daerah yang memasukkan tenaga Konselor di sekolahsekolah terutama tingkat dasar dan menengah.Pengaruh kuat lainnya datang dari organisasi profesi,
yaitu: Asosiasi Konseling Amerika (ACA),Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (ASCA), dan Asosiasi
Pendidikan Konselordan Supervisi (ACES) (Wittmer, 1993). Para anggota organisasi ini berupaya
menggerakkan para profesional untuk mengembangkan aturan-aturan seperti program akreditasi dan
sertifikasi. Sehingga secara berangsur-angsur konseling sekolah menjadi lebih profesional, dan utuh
baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, mulailah ada ruang gerak bagi layanan ahli bimbingan
dan konseling dalam sistem persekolahan di Indonesia, sebab salah satu ketentuannya adalah
mewajibkan tiap sekolah untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150 (seratus lima
puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada jenjang pendidikan menengah.
Sejumlah hal dilakukan sebagai konsolidasi profesi sedhingga Bimbingan dan konseling menjadi
profesi yang utuh dan berwibawa antara lain kata penyuluhan menjadi konseling, BK di sekolah
hanya dilakukan oleh guru Pembimbing, dan lain sebagainya. Pada tahun 2001 dalam kongres di
Lampung Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia (IPBI) berganti nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia (ABKIN).
C. Landasan Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Dalam perjalanan dan perkembangan di Indinesia Bimbingan dan konseling dilaksanakan
berdasarkan aturan yang mengarah kepada pertumbuhan BK menjadi suatu profesi yang sejajar
dengan profesi lainya. Kendatipun dalam pelaksanaannya mengalami pasang surut, namun legalitas
BK terus di perjuangkan terutama dalam seting pendidikan. Secara juridis dalam sejara perkembangan
bimbingan konseling di lakukan antara lain berdasarkan;
1.
2.
SK Menpan No. 026/ Menpan /1989. Yang merupakan angin segar bagi pelaksanaan BK
3.
SK Menpan 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit yang menyangkut aturan
bimbingan dan konseling di Indonesia
4.
Sk Mendikbud No. 025/1995 tentang petunjuk jabatan fungsional guru dan anka kredit secara
substansial menyangkut bimbingan konseling.
http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html
membentuk sikap dan tingkah laku. 5. Carl R. Rogers, mengembangkan teori konseling
client-centered, yangtidak terfokus kepada masalah, tetapi sangat mementingkan
hubunganantara konselor dengan kliennya. Pendekatan atau teori konseling Rogersini
terangkum dalam dua bukunya, yaitu Counseling and Psychotherapy (1942) dan ClientCentered Therapy (1951). Selama tahun 1960, 1970, dan 1980-an, telah terjadi perkembangan
dalam peran dan fungsi konselor sekolah berikut program-programnya. Perkembangan
tersebut meliputi: (a) pengembangan, penerapan, dan evaluasi program
bimbingankomprehensif; (b) pemberian layanan konseling secara langsung kepada para
siswa,orang tua, dan guru; (c) perencanaan pendidikan dan pekerjaan; (d) penempatansiswa;
(e) layanan referral, rujukan; dan (f) konsultasi dengan guru-guru, tenagaadministrasi, dan
orang tua. Khusus menyangkut peran konselor di sekolah dasar,Joint Committee on
Elementary School Counselor mengklasifikasikannya menjaditiga peran, yaitu: konseling,
konsultasi, dan koordinasi.
http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.com/2012/04/sejarah-bimbingan-dan-konseling-di.html
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian bimbingan dan konseling dalam pendidikan
Bimbingan di definisikan dalam beratus-ratus secara umum , bimbingan di
anggap sebagai sebuah usaha untuk membantu orang dalam memahami dirinya
sendiri dan dunia tentang dirinya atau sebagai sebuah usaha untuk mencapai
realisasi diri maksimal individu.
Secara konseptual bimbingan melihat melibatkan sebuah sudut pandang
dalammembantu seseorang sebagai sebuah konstruk pendidikan ,bimbingan
adalah wilayah pengalaman yang membantu siswa agar mampu membantu
dirinya sendiri dan sebagi sebuah layanan ,bimbingan adalh prosedur yang
terorganisir untuk mencapai sebuah hubungan yang saling membantu.untuk
memperoleh pengertian yang jelas tentang bimbingan berikut di kutipkan
pengertian bimbingan (guidance) menurut beberapa sumber year book of
education menyatakn bahwa :
guidance is a process of helping idividual through their own effort to discover in
developing their potentialisties both forpersonal happiness and social
usefulness
bimbingan adalah proses bantuan antara individu untuk mencapai pemahaman
diri dan pengaruh diri sendiri yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri
secaramaksimum kepada sekolah ,keluarga serta masyarakat
sedangkan rogers conseling is series of direct contants with the individual with
aims to offer him assistance in changing his attitude and behaviour
konseling adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan
individu dengan bertujuan memberikan bantuan kepadanya dalam mengubah
sikap dan tingkah lakunya.
B.Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memeiliki
(6) Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
yang menyatakan bahwa beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau
konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah
mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh)
peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut
dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang dimaksud dengan mengampu layanan
bimbingan dan konseling adalah pemberian perhatian, pengarahan,
pengendalian, dan pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima
puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap
muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang
dianggap perlu dan memerlukan.
5. Penilaian kinerja Guru bimbingan dan konseling (konselor) pada Pasal 22 ayat
(5) Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 tahun 2010 tentang
petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dinyatakan
bahwa penilaian kinerja Guru bimbingan dan konseling (konselor) dihitung secara
proporsional berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima
puluh) orang siswa dan paling banyak 250 9dua ratus lima puluh) orang siswa
per tahun.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang
menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i) sarjana pendidikan (S-1) dalam
bidang bimbingan dan konseling ; (ii) berpendidikan profesi konselor. Kompetensi
konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub
kompetensi.
C.Hubungan BK sebagai kegiatan yang integral dalam sistem pendidikan
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang
sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral dalam praktek sehari hari
dalam sistem pendidikan istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah
konseling (guidance and counseling)
ada pihak pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil
antar bimbingan dan konseling atau keduanya memiliki makna yang identik
namun sementara ada pihak
7
yang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua
pengertian yang berbeda baik dasar maupun cara kerjanya ,koseling atau
counseling dianggap identik dengan psychoteraphy yaitu usaha menolong orang
orang yang mengalami gangguan psikis yang serius ,sedangkan bimbingan
dianggap identik dengan pendidikan.
Sementara pihak lain ada yg berpendapat bahwa konseling merupakan salah
satu teknis pemberian layanan dalam bimbingan secara integral yaitu dengan
cara memberi layanan bimbingan dan merupakan inti dari integrasi pelayanan
bimbingan ,pendapat inilah yang nampaknya banyak di anut
Dengan demikian jelasah bahwa konseling adalah salah satu teknik pelayanan
bimbingan yang secara integral yaitu dengan cara memberikan bantuan secara
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memeiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah (juntika ,2005)
berdasarkan pernyataan di atas dapat di pahami bahwa proes pendidkan di
sekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak di
dukung dengan penyelenggaraan secara baik pula.
Konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki
peranan penting berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Pendidikan dapat memanfaatkan konseling sebagai mitra kerja dalam
melaksanakan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan
(Dahlan,1988:22). Konseling menyediakan unsur-unsur di luar individu yang
dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri (Crow & Crow, 1960).
Mengacu kepada pernyataan tersebut, dalam arti luas konseling dapat dianggap
sebagai bentuk upaya pendidikan, dan dalam arti sempit konseling dapat
dianggap sebagai teknik yang memungkinkan individu menolong dirinya sendiri.
Perkembangan dan kemandirian individu dipentingkan dalam proses konseling
yang sekaligus merupakan proses pdndidikan. Untuk dapat berkembang dengan
baik dan mandiri, individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan, jasmani
dan rohani yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-norma
hidup kemasyarakatan
http://beautifulgril2009.blogspot.com/2012/04/bk-sebagai-bagian-integral-dalam-sistem.html
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diketahui urgensi bimbingan dan
konseling dalam pendidikan yang akan dipaparkan dalam sub bahasan yaitu
fungsi pelayanan bimbingan dalam keseluruhan pendidikan sekolah, tujuan dari
bimbingan dalam sekolah, faktor yang menjadi latar belakang bimbingan dan
konseling dalam pendidikan dan peran serta kedudukan bimbingan konseling.
B.
Pembahasan
Perlu kita pahami terlebih dahulu, apakah perbedaan antara bimbingan dan
pendidikan? Bukankah pendidikan itu sebenarnya merupakan pendidikan yang
telah dilaksanakan disekolah-sekolah sejak dahulu.
Bimbingan itu sebenarnya menyangkut semua usaha pendidikan yang
dilakukan oleh guru baik didalam maupun diluar sekolah.[1]
Namun demikian, walaupun bimbingan itu menyangkut tiap-tiap aspek dari
kegiatan
bimbingan
sekolah,
berbeda
hendaknya
dalam
perlu
tujuan
diperhatikan
dan
bahwa
prosesnya.
pendidikan
Pendidikan
itu
dan
lebih
Pengembangan
pemahaman
dan
pengetahuan,
nilai
dan
sikap,
serta
maupun karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remidial teaching.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu
siswa dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap,
terarah dan berkelanjutan. Yaitu konselor senantiasa berupaya menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi perkembangan siswa. Dengan
demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan
kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
e.
berkelanjutan.
Fungsi penyaluran (distributif)[4]
Yaitu fungsi bimbingan memberi
bantuan
kepada
siswa
dalam
memilih
lainnya.
Fungsi adaptasi (adative)
Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan para pelaksana pendidikan
khususnya
konselor
guru
atau
dosen
untuk
mengadaptasikan
program
agar
dapat
Maha
Esa
dan
berbudi
pekerti
luhur,
memiliki
pengetahuan
dan
masyarakat
Menyesuaikan diri dengan lingkungan
Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya secara tepat dan teratur
secara optimal.
b. Tujuan khusus
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta
didik agar dapat mencapai tujuan perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, perkembangan belajar (akademik), dan perkembangan karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang menyangkut aspek pribadi-sosial siswa
antara lain:
Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal
kekhususan yang ada pada dirinya.
Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang
2.
3.
konseling).[7]
Bidang administratif dan kepemimpinan
Bidang ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah administrasi dan
kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan
b.
c.
Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta
didik dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi
yang sehat dengan lingkungannya.
Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan disekolah dalam
pelaksanaannya
1.
2.
3.
4.
5.
mempunyai
beberapa
pola
atau
kemungkinannya
operasionalnya:
Bimbingan identik dengan pendidikan.
Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan.
Bimbingan dan penyuluhan sebagai pelengkap kurikuler.
Bimbingan dan penyuluhan sebagai bagian dari layanan urusan kesiswaan.
Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub sistem pendidikan.
C. Kesimpulan
Dari urian diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam keseluruhan proses
pendidikan, program bimbingan dan penyuluhan merupakan suatu keharusan
yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan pada umumnya. Dengan
melalui program pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang baik, maka setiap
peserta didik diharapkan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
Selain itu, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu
(siswa) agar memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial dan
moral spiritual) sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif serta mampu mencapai kehidupannya yang bermakna (produktif dan
konstributif), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.
http://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/10/urgensibimbingan-konseling-dalam.html
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan
merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu
(siswa).
Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai individu sedang
berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kemandirian tersebut, siswa memerlukan
bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya
dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan
mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan
terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam
aspek psikososiospiritual.
Ketiga bidang utama pendidikan di atas lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak
tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait
dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas,
pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan evaluasi
program.
Bidang intruksional dan kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara
langsung terhadap bidang ini adalah para guru.
Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa)
dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan
lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini
adalah guru pembimbing atau konselor.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan,
layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan
strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar
dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk
membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para
pembimbing diharapkan untuk:
Mengenal danmemahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakter
istik pribadinya,
Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,
Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas,
Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:
...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di
sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan
perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi
memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH Swt.; berguna bagi manusia,
dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusia
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Fungsi Pemahaman, yaitu membantu individu agar dapat memahami dirinya sendiri
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,dan norma agama).
b. Fungsi Fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada individu dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek
dalam diri konseli.
c. Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu individu agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Asas Kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang
konseli yang merupakan data yang tidak layak diketahui oleh orang lain.
Asas kesukarelaan yaitu menghendaki adanya kesukarelaan konseli dalam mengikuti
pelayanan yang diperlukan baginya.
Asas keterbukaan yaitu agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam
memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan dalam kegiatan layanan BK.
Asas kegiatan yaitu konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam
penyelenggaraan kegiatan BK.
Asas kemandirian yaitu membantu / mengarahkan konseli agar mampu mandiri dalam
mengambil keputusan yang tepat.
Asas Kekinian yaitu asas yang menghendaki objek sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.
Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan
terhadap sasaran pelayanan yang sama hendaknya tidak monoton dan terus berkembang dari
waktu ke waktu.
Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
pelayanan bimbingan dan konseling baik yang dilakukan oleh guru pembimbing dan pihakpihak lain saling menunjang, harmonis dan terpadu.
Asas keharmonisan yaitu asas bimbingan dan konseling menghendaki agar segenap
pelayanan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada.
Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
k.
Asas Alih Tangan Kasus yaitu mengalihtangankan permasalahan kepada pihak yang lebih
ahli agar konseli ditangani secara tepat dan tuntas.
Layanan Pengumpulan Data tentang siswa dan lingkungannya. Pelayanan ini merupakan
usaha untuk mengetahui diri siswa seluas-luasnya. Untuk mengumpulkan data dapat
menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes meliputi: psikotes, dan tes prestasi belajar.
Non tes meliputi observasi, angket, wawancara, dan autobiografi.
b. Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini
memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to
face maupun melalui media (telepon atau internet).
c. Penyajian Informasi dan Penempatan. Layanan ini menyajikan informasi tentang berbagai
berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu, seperti menyangkut aspek pribadi,
sosial, dan pengembangan karir. Sementara layanan penempatan merupakan layanan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai
dengan kemampuan, minat dan bakatnya.
d. Penilaian dan Penelitian
Layanan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan program
bimbingan dapat di capai. Selain itu dilakukan juga penilaian penilaian terhadap hasil
pelayanan terhadap individu untuk kemudian dilakukan tindak lanjut (follow up) terhadap
hasil yang telah dicapai oleh individu yang bersangkutan. Hasil penilaian terhadap program
bimbingan dan individu dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengembangkan program bimbingandalam arti menelaah lebih jauh tentang
pelaksanaannya; menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang belum terpenuhi serta
menelaah tentang hakikat individu dan perkembangannya.
http://dewi-dewilin.blogspot.com/2010/09/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-dalam.html
Posisi dan Urgensi Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Dunia Pendidikan
berimbah majunya teknologi dan informasi, yang sudah pasti selain efek positif
tentu juga memberikan efek negatif.
Upaya menangkal hal-hal yang tidak diinginkan (efek negatif)
dapat dilakukan dengan bantuan BK di dalam dunia pendidikan. BK memfasilitasi
peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya dan mampu mencapai
standar kompetensi kemandirian.
Jadi, pendidikan yang bermutu, efektif, dan ideal adalah
pendidikan yang dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri dengan kerjasama
antara manajemen, pengajaran, dan BK. Pendidikan yang mengabaikan bidang
BK, hanya akan menghasilkan individu yang terampil dalam hal akademik, tetapi
kurang memiliki kematangan dalam hal kepribadian
http://newijayanto.blogspot.com/2012/03/posisi-dan-urgensi-bimbingan-dan.html