DEFENISI
TB Paru adalah penyakit
menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian
besar kuman menyerang
Paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain
(Dep Kes, 2003).
ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan, Oleh
karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA)
PATOGENESIS
Penyebaran TB Paru dari penderita
terjadi melalui nuklei droplet infeksius
yang keluar bersama batuk, bersin dan
bicara dengan memproduksi percikan
yang sangat kecil berisi kuman TB.
Kuman ini melayang layang di udara
yang dihirup oleh penderita lain. Faktor
utama dalam perjalanan infeksi adalah
kedekatan dan durasi kontak serta
derajat infeksius penderita dimana
semakin dekat seseorang berada
dengan penderita, makin banyak kuman
TB yang mungkin akan dihirupnya
Patofisiologis
KLASIFIKASI TB PARU
BERDSRK HSL PEMERIKSAAN :
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis
dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Gejala respiratorik meliputi:
Batuk
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
2. Gejala sistemik
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza.
b. Gejala sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
3.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan tuberculin
Pemeriksaan Rontgen
Thoraks
Pemeriksaan Laboratorium
Pencegahan
Pemeriksaan kontak
Mass chest X-ray
Vaksinasi BCG
Kemoprofilaksis
Komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE)
Pengobatan
Untuk program nasional
pemberantasan TB paru, WHO
menganjurkan panduan obat
sesuai dengan kategori penyakit.
Kategori didasarkan pada urutan
kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu, penderita
dibagi dalam empat kategori
sebagai berikut:
Kategori I
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum
positif dan penderita dengan keadaan yang
berat seperti meningitis, TB milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau
bilateral, spondiolitis dengan gangguan
neurologis, dan penderita dengan sputum
negatif tetapi kelainan parunya luas, TB
usus, TB saluran perkemihan, dan
sebagainya. Selama 2 bulan minum obat
INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).
Kategori II
Kategori II adalah kasus kambuh atau
gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
Penderita kambuh
Penderita gagal terapi
Penderita dengan pengobatan setelah lalai
minum obat
Kategori III
Kategori III adalah kasus sputum negatif
tetapi kelainan parunya tidak luas dan
kasus TB di luar paru selain yang disebut
dalam kategori I.
Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis.
Prioritas pengobatan rendah karena
kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
INH
Rifampisin
Pyrazinamid
Ethambutol
Streptomicin
Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
Identitas
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit klrg
Pengkajian
psikososiospiritual
Pemeriksaan fisik
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tak efektif,
berhubungkan dengan sekret kental /
sekret darah, upaya batuk buruk, dapat
ditandai dengan:
Frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman tak normal.
Bunyi nafas tak normal, ( ronchi,
mengi ) stridor.
Dispnoe.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
penurunandengan permukaan efektif,
atelektasis, kerusakan membran alveolar
kapiler, sekret kental, tebal, dan edema
bronchial.
Sambungan>>>>
Resiko tinggi infeksi ( penyebaran /
aktivitas ulang ) berhubungan dengan
pertahanan primer tak adekuat, penurunan
kerja silia / statis sekret, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh
(hypertermi).
Intervensi ( u/ dx 1 )
Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan
sekret kental / sekret darah, kelemahan, upaya batuk
buruk, edema tracheal / faringeal dapat ditandai dengan:
Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.
Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.
Dispnoe.
Rencana keperawatan
Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi,
bantu pasien untuk latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan, ventilasi meksimal membuka
area atelektasis dan meningkatkan gerakan
sekret kedalam jalan nafas besar untuk
dikeluarkan.