Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PENENTUAN KADAR FE(II) DENGAN MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN
diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Praktikum Kimia Analitik Instrumen
Dosen Pembimbing:
Dra. Zakiyah, M.Si.
Tanggal Praktikum: 20 Mei 2015

Disusun oleh
Kelompok
Arini Nur Fitria (1205870)
Choerul Umam (
Raden Henni Jumba Endah (

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

A. Tanggal Praktikum :
20 Mei 2015
B. Judul Praktikum :
Penentuan Kadar Fe(II) dengan Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis

Tujuan Praktikum
Dapat menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer
UV-Vis
Dapat mengoprasikan alat spektrofotometer UV-Vis.
Tinjauan Pustaka
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak biasa disebut spektroskopi UVVis. Dari spectrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum
dari suatu unsur atau senyawa. Konsentrasi suatu unsure atau senyawa juga dengan mudah
dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan absorbans
maksimum.

Daerah spectrum radiasi elektromagnetik.


(Harvey, David. 2000 : 372)

Spektrofotometer adalah alat pengukuran yang didasarkan pada interaksi cahaya/sinar


monokromatis dengan materi, yaitu pada saat sejumlah cahaya/sinar monokromatis
dilewatkan pada sebuah larutan, ada sebagian sinar yang diserap, dihamburkan, dipantulkan
dan sebagian lagi diteruskan. Namun karena jumlah sinar yang di hamburkan dan dipantulkan
sangat kecil, maka dianggap tidak ada.
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan berwarna, maka radiasi dengan
panjang gelombang tertentu akan diserap (absorpsi) secara selektif dan radiasi lainnya akan
diteruskan (transmisi). Absorpsi maksimum dari larutan berwarna terjadi pada daerah warna
yang berlawanan, misalnya larutan warna merah akan menyerap radiasi maksimum pada
daerah warna hijau. Dengan perkataan lain warna yang diserap adalah warna komplementer
dari warna yang diamati.
Jika ditinjau secara mikro, maka ketika cahaya monokromatis melewati larutan sampel,
elektron-elektron yang terdapat di dalam sampel akan mendapatkan energi dari cahaya yang
dilewatkan dan kemudian tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Besarnya perpindahan
elektron sama dengan energi radiasi yang berineraksi dengan molekul. Eksitasi elektron
ketingkat energi yang lebih tinggi tergantung pada senyawa penyerapnya (kromofor
penyerap). Proses ini terjadi dalam dua tahap, yaitu
Tahap 1 : M + hv M*
Tahap 2 : M* M + Panas

Elektron-elektron yang tereksitasi bervariasi, tergantung dari jenis orbitalnya, berikut adalah
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ketika elektron tereksitasi ketika mendapatkan energi
dari cahaya yang masuk. Ada empat jenis transisi yang mungkin terjadi, yaitu: *, n
*, n *, dan *
Tabel Transisi elektron

Tingkat energi elektron molekul


Pada saat kondisi tereksitasi dan energinya habis, maka elektron tersebut akan kembali ke
keadaan semula dengan melepaskan sejumlah energi berupa cahaya dengan panjang
gelombang tertentu. Cahaya inilah yang kemudian di terima oleh detektor. cahaya ini disebut
cahaya komplementer. Berikut adalah tabel antara
panjang gelombang, warna utama dan warna komplementer:
Tabel Radiasi cahaya tampak dan warna komplementer
Wavelength range
Wave numbers
Colour
Complementary
(nm)
(cm-1)
colour

< 400
>25.000
Ultraviolet
-

400-450
22.000-25.000
Violet
Yellow

450-490
20.000-22.000
Blue
Orange

490-550
18.000-20.000
Green
Red

550-580
17.000-18.000
Yellow
Violet

580-650
15.000-17.000
Orange
Blue

650-700
14.000-15.000
Red
Green

>700
<14.000
Infrared
-

Semua senyawa organic mampu mengabsorbsi cahaya, sebab senyawa organic mengandung
electron valensi yang dapat dieksitasi ke tingkat energy yang lebih tinggi. Pengabsorbsian
sinar ultra violet dan sinar tampak yang panjang gelombangnya lebih besar, terbatas pada
sejumlah gugus fungsional (chromophore) yang mengandung electron valensi dengan energy
eksitasi rendah. Berikut adalah gugus-gugus penyerap cahaya pada panjang gelombang UVVis beserta transisi yang terjadi.

Tabel Gugus-gugus penyerap cahaya pada panjang gelombang UV-Vis beserta transisi yang
terjadi.

Cahaya/sinar yang masuk dengan intensitas tertentu (I0) akan berkurang intensitasnya ketika
melewati larutan. Berkurangnya intensitas sinar dikarenakan adanya serapan oleh larutan yang
dilewati. Intensitas cahaya setelah melewati larutan (It) disebut dengan transmitansi (T), dan
biasanya dinyatakan dalam satuan persen tranmitan (%T). Sedangkan cahaya yang diserap adalah
absorbansi (A).

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi dari suatu sampel akan sebanding dengan
ketebalan, konsentrasi sampel dan absorptifitas molar. Bila ketebalan benda (b) atau konsentrasi
materi (c) yang dilewati bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi
berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi. Selain itu, faktor yang berpengaruh terhadap
besar kecilnya absorbansi adalah absorptifitas molar () dari larutan yang di ukur itu sendiri.
Sehingga dari persamaan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
A= bc

Hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi zat pengabsorbsi adalah linier. Ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan yang mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
Syarat konsentrasi, larutan yang dianalisis harus encer. Pada konsentrasi tinggi jarak rata-rata di
antara zat pengabsorbsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi
muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada
panjang gelombang yang diberikan.
Syarat kimia, zat pengabsorbsi tidak boleh terdisosiasi atau bereaksi dengan pelarut
menghasilkan suatu produk yang berbeda dari zat yang dianalisis.
Syarat cahaya, hukum Beer berlaku untuk cahaya yang betul-betul monokrhromatik (cahaya yang
mempunyai satu macam panjang gelombang).
Syarat kejernihan, larutan yang dianalisis harus jernih karena kekeruhan larutan yang disebabkan
oleh partikel-partikel koloid akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid akibatnya kekuatan
cahaya yang diabsorbsi berkurang dari yang seharusnya.
Instrumen pada spektroskopi UV-Vis

Gambar alat spektronik-20


Instrumen pada spektroskopi UV-Vis terdiri dari lima komponen utama, yaitu :

Sumber radiasi, merupakan sumber cahaya, untuk spektroskopi UV-Vis digunakan lampu
wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang
() adalah 350 2200 nanometer (nm). Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu
tidak memadai untuk spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim
adalah lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400
nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah ultraviolet
(UV).
Monokhromator, berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatris
sesuai yang dibutuhkan untuk pengukuran.
Ada 2 macam monokromator yaitu :
Prisma
Grating (kisi difraksi)
Keuntungan menggunakan kisi difraksi :
Dispersi sinar merata
Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum
Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian
dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga
oleh lebar celah (slit width) yang dipakai.
Wadah sampel, berfungsi untuk menyimpan sampel. Wadah sampel umumnya disebut sel atau
kuvet.
Kuvet harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
Tidak boleh rapuh.
Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
Detektor, berfungsi untuk merubah sinar menjadi energy listrik yang sebanding dengan besaran
yang dapat diukur. Syarat-syarat sebuah detektor :

Kepekan yang tinggiPerbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi


Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Recorder, di dalam recorder signal tersebut direkam sebagai spectrum yang berbentuk puncakpuncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara absorbans sebagai ordinat dan panjang
gelombang sebagai absis.

Skema alat pada spektrofotometer UV-Vis

Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis sangatlah terbatas, informasi yang
didapatkan belum bisa memastikan secara detail tentang gugus fungsi, atau zat aktif dari analit.
Namun masih bisa digunakan untuk uji kualitatif, dengan cara membandingkan serapan diantara
panjang gelombang tertentu dari analit dengan standar.

Kurva analisa kualitatif spektrofotometer


Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif pada spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert-Beer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi absorbsi adalah jenis pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi
elektrolit yang tinggi, dan adanya zat pengganggu. Sehingga bebeapa faktor tadi, harus benarbenar diperhatikan dalam melakukan analisa kuantitatif.
Dalam melakukan analisa kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer, memerlukan
standar sebagai pembanding dari analit. Standar yang digunakan adalah zat yang sama dengan
analit namun memiliki kadar yang sudah diketahui dengan pasti. Ada berbagai cara yang bisa
dilakukan, yaitu dengan menggunakan standar tunggal, deret standar, dan standar adisi.
Metode standar tunggal merupakan metode yang menggunakan satu buah standar yang sudah
diketahui dengan pasti kadarnya, kemudian dibandingkan dengan sampel. Secara singkat rumus
yang digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel adalah:

Dimana Cx adalah konsentrasi sampel, Ax adalah Absorbansi dari sampel, dan As adalah
Absorbansi dari standar.
Metode yang kedua adalah metode deret standar. Metode ini, menggunakan beberapa standar
dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Selain itu, yang membedakan antara deret standar dengan
standar tunggal adalah deret standar menggunakan persamaan garis linier untuk menghitung
konsentrasi sampel. Persamaan garis linier didapatkan dari memplotkan Absorbansi dengan
konsentrasi.

Kurva deret standar


Dari kurva deret standar, didapatkan persamaan linier y = mx + c. Dimana y adalah absorbansi, x
adalah konsentrasi, sedangkan m adalah kemiringan / slope. Slope (m) adalah perbandingan
antara absorbansi terhadap konsentrasi, sedangkan c / konstanta karena secara praktikum standar
dimulai dari konsentrasi 0 maka seharusmya nilai y juga adalah 0 karena sesuai dengan hukum
Lambert-Beer. Namun ketika memasukkan nilai absorbansi dan konsentrasi kedalam kurva, nilai
c akan tetap muncul akibat dari perhitungan yang dilakukan oleh program, namun karena nilainya
sangat kecil maka dianggap tidak ada pengaruhnya, sehingga dapat diabaikan. Sehingga
persamaan untuk deret standar adalah y = mx.
Jadi, untuk mencari konsentrasi sampel hanya tinggal memasukan data pengukuran absorbansi
sampel ke persamaan y = mx. Dimana y adalah absorbansi sampel hasil pengukuran, m adalah
kemiringan garis, dan x adalah konsentrasi sampel yang ingin diketahui.
Metode ketiga adalah dengan menggunakan standar adisi. Metode standar adisi adalah metode
yang hampir sama seperti metode deret standar. Namun pada metode adisi standar, pada setiap
larutan standar ditambahkan sampel dengan sama banyak. Sehingga dalam perhitungan
memerlukan beberapa perubahan dibandingkan dengan perhitungan pada deret standar.
Prinsip Pengukuran Sampel
Unsur besi (Fe) merupakan salah satu unsur yang dapat diukur konsentrasinya dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Namun, pengukuran tidak bisa dilakukan secara
langsung pada sampel, karena unsur Fe yang terdapat di dalam sampel tidak memenuhi
2+
persyaratan untuk dapat diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Unsur Fe di dalam
sampel tidak mempunyai warna, unsur Fe mempunyai biloks 2+ dan 3+ sehingga belum bisa
2+
3+
dipastikan apakah Fe ataukah Fe yang diukur, masih terdapat pengotor sehingga mengganggu
pengukuran.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka seluruh unsur Fe dalam sampel harus dibuat dengan
biloks yang sama (2+). Untuk meyakinkan agar unsur Fe didalam sampel mempunyai biloks 2+,
maka perlu ditambahkan asam, karena dalam suasana asam, Fe akan mempunyai biloks 2+. Asam
yang digunakan adalah asam sulfat, tujuannya untuk mengurangi matriks di dalam sampel /
standar.

Kemudian warna yang stabil itu dihasilkan oleh besi yang membentuk senyawa kompleks dengan
pereaksi tertentu. Pereaksi yang dapat membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan Fe
salah satunya adalah ortofenantrolin. Senyawa kompleks dapat terbentuk karena Fe mempunyai
orbital kosong yang dapat digunakan untuk menampung pasangan elektron bebas pada
ortofenantrolin. Berikut adalah reaksi yang terjadi:
3+

2Fe

2+

Fe

+ 2NH2OH.HCl + 2OH

+ 3 phen [Fe(phen)3]

2+

2Fe

2+

C. Alat dan Bahan


Alat
Spektrofotometer Uv-Vis
Spatula
Botol semprot
Batang pengaduk
Corong pendek
Labu ukur 100 mL
Labu ukur 25 mL
Pipet 1 mL
Pipet 5 mL
Pipet 10 mL
Ball pipet
Gelas Kimia 100 mL
Gelas kimia 250 mL
Pipet tetes

1 set
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
5 buah

Bahan
Garam Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
0,07 gram
H2SO4 2M
5 mL
Aquades
secukupnya
Hidroksilamin-HCl 5 %
6 mL
1,10-fenantrolin 0,1 %
30 mL
Natrium asetat 5 % 48 mL

+ N2 + 4H2O + H + Cl

F. Prosedur Kerja
Pembuatan larutan baku Fe(II) 100 ppm
Serbuk atau padatan garam Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,07 gram, kemudian
dilarutkan dengan sedikit air dalam labu ukur 100 mL dan diaduk sampai larut dan dibilas dengan
menggunakan aquades. Kemudian labu ukur itu ditambahkan 5 mL H2SO4 2M untuk
menghindari terjadinya hidrolisis. Setelah itu larutan diencerkan dengan aquades hinga tanda
batas pada labu ukur dan dikocok sampai larutan itu menjadi homogen.
Pembuatan larutan deret standar
Larutan baku Fe(II) 100 ppm diencerkan menjadi 10 ppm. Kemudian dari larutan baku Fe(II) 10
ppm di pipet masing-masing 1,25 mL (0,5) ppm; 2,5 mL (1 ppm) ;3,75 mL (1,5 ppm); 5 mL(2
ppm); 6,25 mL (2,5 ppm); dengan menggunakan pipet gondok dan setelah itu dimasukkan ke
dalam labu ukur 25 mL.Sebelum larutan diencerkan,larutan ditambahkan 1 mL larutan
hidroksilamin-HCl 5%, 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL natrium asetat 5% secara berurutan
ke dalam labu masing-masing.Setelah itu larutan diencerkan hingga tanda batas pada labu dan
dikocok hingga larutan homogen.
Pembuatan Larutan Sampel
Sampel dipipet kedalam labu takar 25 ml,lalu ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-HCl 5%,
5 mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL natrium asetat 5 % secara berurutan.Kemudian larutan
dibiarkan selama 10 menit dan larutan itu kemudian diencerkan hingga mencapai tanda batas labu
dan dikocok sampai larutan menjadi homogen.
Penentuan panjang gelombang maksimum
Pada penentuan panjang gelombang maksimum ini menggunakan larutan deret standar 1,5 ppm.
Kemudian larutan itu diukur serapannya pada panjang gelombang 400-600nm dengan pengaturan
jarak tiap pengukuran 10 nm.
Pengukuran absorbansi deret larutan standar dan sampel
Pengukuran larutan deret standar dan larutan sampel dilakukan pada panjang gelombang
maksimum yang telah diukur sebelumnya.Setelah itu kita pasti mendapatkan konsentrasi Fe(II)
pada sampel dari hasil pengukuran larutan deret standar dan larutan sampel dan kemudian dibuat
kurva kalibrasi standar.Sampel diencerkan kembali jika serapan yang terukur berada di luar
rentang deret standar yang telah terukur sebelumnya
I. Daftar Pustaka

Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi. Malang: Banyumedia Publishing.


Harvey, David. (2000). Modern Analytical Chemistry. USA: The McGraw-Hill
Companies.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Mudzakir, Ahmad.dkk. (2008). Praktikum Kimia Anorganik (KI 425). Bandung:
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Tim Kimia Analitik Instrumen. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen
(KI-431). Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Wiryawan, Adam. Dkk. (2007). Kimia Analitik. Malang :Departemen Pendidikan
Nasional

Anda mungkin juga menyukai