Penyusun :
Nina Minawati Muhaemin
6111121004
LEMBAR PENGESAHAN
DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASAK SADE
PROPOSAL PRAKTIKUM
Penulis :
Nina Minawati Muhaemin
6111121004
Disetujui Pembimbing
Cimahi, 21 April 2015
KATA PENGANTAR
Dampak
Pengembangan
Pariwisata
Terhadap
Tingkat
Dan tak lupa peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu praktikum SLKL 2015:
1. Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Wakil Dekan I, II, III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jenderal Achmad Yani.
3. Bapak Yamardi S.IP., M.Si selaku ketua panitia praktikum SLKL 2015
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan laporan
praktikum SLKL 2015 ini dan seluruh teman- teman jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Jenderal Achmad Yani.
Akhir kata, peneliti mengucapkan banyak tereimakasih kepada semua
pihak, adapun dalam penulisan laoran prkatikum SLKL 2015 ini masih banyak
kekurangannya, hal ini berkaitan dengan keterbatasan peneliti. Untuk itu peneliti
membuka diri atas kritik dan saran yang sifatnya membangun, semoga praktikum
ini dapat memberikan sumbangan kepada semua pihak, khususnya pengembangan
Ilmu Pemerintahan.
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
iii
11
11
12
12
15
17
17
18
20
20
III.2 Kependudukan......................................................................................
21
ii
22
24
25
25
26
27
29
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................
31
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
35
36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah membuka peluang
yang sangat besar bagi daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan
potensi yang tersedia di daerah. Dengan adanya otonomi daerah dengan prinsip
otonomi yang seluas-luasnya, daerah dapat dengan leluasa menyusun perencanaan
pembangunan dalam bentuk RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah) serta menyusun perencanaan keuangan dalam bentuk APBD (Anggaran
Pemasukan dan Belanja Daerah) yang mengacu pada Undang-Undang No. 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sebagaimana
yang disebutkan dalam pasal 1 ayat 6 UU No.23 tahun 2014 bahwa Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah daerah melaksakan urusan pemerintahan daerah, kecuali
urusan-urusan yang dalam undang-undang Pemerintahan Daerah menjadi urusan
mutlak dari pemerintah pusat, yakni urusan politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta urusan agama. Pemerintah
daerah melaksanakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, ketertiban umum, dan sejenisnya. Selain urusan wajib
tersebut, terdapat urusan pemerintahan pilihan yang dapat dipilih oleh pemerintah
daerah sesuai dengan potensi yang ada di daerah, urusan-urusan tersebut adalah
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya
mineral, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi. Pemerintah dapat
memaksimalkan pengelolaan potensi sumber daya yang ada terutama sumber daya
alam yang tersedia untuk menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
tentunya menjadi modal bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan tigas
hakikinya,
yakni
pembangunan,
pelayanan,
dan
pemberdayaan
kepada
masyarakat.
Pembangunan yang ada di Indonesia pada hakikatnya adalah untuk
tecapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Begitupun dengan pembangunan
dan pengembangan yang dilakukan pada sektor pariwisata. Pasal 4 UndangUndang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan beberapa
tujuan
pariwisata
meningkatkan
yakni
kesejahteraan
untuk
meningkatkan
rakyat,
menghapus
pertumbuhan
ekonomi,
kemiskinan,
mengatasi
Dampak
Pengembangan
Pariwisata
terhadap
Tingkat
itu
menjadi
menarik
untuk
melihat
bagaimana
dampak
I.3
Tujuan Penelitian
Pada umumnya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat adanya
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
I.4.1
Kegunaan Teoritik
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
perkembangan
I.4.2
Kegunaan Praktis;
Hasil kegiatan praktikum pemerintahan ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan
dalam menyelesaikan
rangka
apengembangan
kebijakan
dan
program
untuk
I.5
Kerangka Pemikiran
mengenai
pengembangan pariwisata.
dampak
positif
maupun
dampak
negatif
dari
yang
ditimbulkan
dengan
adanya
I.6
pendapatan
konsumsi atau pengeluaran keluarga
Keadaan tempat tinggal
Fasilitas tempat tinggal
kesehatan anggota keluarga
kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Metode Praktikum
Penelitian ini pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan
kualitatif
ini
adalah
pendekatan
yang
diguanakan
untuk
di
dalam
mengungkapkan
dan
menelaah
permaslahan
dengan
10
Berikut adalah jadwal dan kegiatan praktikum seperti terlihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jadwal dan Kegiatan Praktikum Tahun 2015
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
PERSIAPAN
1- 28 Februari
2015
BIMBINGAN
9 Maret 2015
Evaluasi Mei
2015
PEMBEKALAN
13 April 2015
PELAKSANAAN
19 25 April
2015
EVALUASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan telah banyak dibahas oleh banyak ahli Darminta
(2002 : 474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu
menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini
diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang
sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik.
Menurut
Suwantoro
(1997:120)
Pengembangan
bertujuan
untuk
(1990:
414)
mengungkapkan,
yang
dimaksud
dengan
12
II.2
Konsep Pariwisata
Undang
No.
10
Tahun
2009
tentang
Kepariwisataan
13
Pasal 1
(1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
(2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
(3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
(4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serts interaksi antar
wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha.
(5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisata.
14
15
II.3
sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang
dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:
1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.
2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga
memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan
wisata.
3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
16
suatu keadaan manusia yang baik atau sejahtera yang wujudnya apabila masalahmasalah sosial terkendali, apabila kebutuhan-kebutuhan manusia terpenuhi, dan
apabila kesempatan-kesempatan sosial dimaksimalkan.
Dalam definisi tersebut, tersirat bahwa individu, keluarga atau masyarakat
yang mampu mengatasi masalah sosialnya akan lebih sejahtera. Begitu juga,
individu, keluarga, atau masyarakat yang kebutuhannya terpenuhi, seperti
kebutuhan makanan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, air bersih, dan
transportasi akan merasa sejahtera. Demikian pula, individu, keluarga atau
masyarakat akan menjadi sejahtera jika memiliki kesempatan sosial untuk
mengembangkan dan merealisasikan potensi-potensinya.
Sebaliknya, jika ketiga kondisi diatas tidak dapat dipenuhi, dapat
dipastikan bahwa individu, keluarga atau masyarakat tersebut gagal dalam
17
pendapatan
konsumsi atau pengeluaran keluarga
Keadaan tempat tinggal
kesehatan anggota keluarga
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
18
Konsep Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang
berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk,
artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tntu karena ada bentuk- bentuk aturan
hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melalinkan
oleh unsur- unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan
kesatuan. Para ahli seperti Maclver, J. L. Gillin, dan J.P Gillin (dalam Soelaeman
2000:122) menyatakan bahwa:
Adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai- nilai,
norma- norma, cara- cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan
bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat- istiadat tertentu, yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Sementara itu, Definisi lain diungkapkan oleh Koentjaraningrat (2009:
115-118) yang menyatakan bahwa :
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat tenrtentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat
yang memiliki keempat ciri yaitu interaksi antara warga-warganya, adat
istiadat, kontinuitas waktu, dan rasa identitas yang mengikat semua warga
19
BAB III
OBJEK PENELITIAN
III.1
Lombok
Tengah
dengan
Kota
Praya
sebagai
pusat
20
21
keperluan air bersih maupun keperluan pertanian banyak terdapat sumber mata air
di wilayah bagian Utara dengan cadangan debit air seluruhnya diperkirakan
sekitar 5.162 liter per detik.
Dilihat dari topografi, bagian utara wilayah Kabupaten Lombok Tengah
merupakan daerah dataran tinggi dan merupakan areal kaki Gunung Rinjani.
Curah hujan pada daerah ini relatif tinggi dan dapat menjadi pendukung bagi
kegiatan di sektor pertanian, juga terdapat aset wisata terutama pariwisata alam
pegunungan dengan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Bagian
tengah merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki potensi pertanian padi
dan palawija, didukung oleh hamparan lahan sawah yang luas dengan sarana
irigasi yang memadai. Sedangkan bagian Selatan merupakan daerah yang
berbukit-bukit dan sekaligus berbatasan dengan Samudra Indonesia dengan garis
pantai sepanjang 85 km. Karena berbatasan dengan Samudra Indonesia, maka
wilayah ini memendam potensi wisata pantai yang indah dengan gelombang yang
cukup fantastik.
Secara administrasi pemerintahan, wilayah Kabupaten Lombok Tengah
terdiri dari atas 12 Kecamatan, 127 desa dan 12 kelurahan, dengan jumlah dusun
1.354 dusun.
III.2
Kependudukan
Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah 1.208,39 km dengan
22
407.079 jiwa, penduduk perempuan 453.130 jiwa dan rumah tangga berjumlah
256.670 RT.
Kepadatan penduduk 712 jiwa/km, Kecamatan yang terpadat adalah
Kecamatan Praya dengan kepadatan penduduk 1.688 jiwa/km dan Kecamatan
yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Batukliang Utara
dengan kepadatan penduduk 260 jiwa/km. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Lombok Tengah pertahun periode 2000-2010 sebesar 1,45 persen,
dimana angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk pertahun periode 1990-2000 yaitu sebesar 0,98 persen.
III.3
Tenggara Barat. Jumlah penduduk pulau Lombok pada tahun 2014 sekitar
3.311.044 jiwa yaitu sebuah pulau di Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara
yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di
sebelah timur dari Sumbawa. Letak Geografis pulau Lombok 8.565 S 116 .351
E. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam ekor disisi barat daya
yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di
dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Pulau Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini
sendiri dibagi menjadi 1 Kotamadya dan 3 Kabupaten :
1. Kotamadya Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
23
24
lebih 6 Ha dengan jumlah penduduk 213 kepala keluarga atau kurang lebih 872
jiwa dari usia 0-100 tahun.
III.4
ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak Laeq berarti waktu lampau),
namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang
ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja
Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan
Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang
kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa
itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok, antara lain :
Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samar Katon, dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah Kerajaan Hindu dan
kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada
tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah Kerajaan Islam dan kekuasaannya
berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan
Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan
yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja
Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat
disisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya
Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari
pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang
25
(lendang) atau di sawah (subak). Ada juga yang menggantungkan hidup pada
kegiatan berburu rusa, babi, dan binatang hutan lain; mencari umbi-umbian,
menangkap ikan; mata pencaharian lain adalah membuat barang anyaman, ukiran
logam, kain tenun, barang-barang dari rotan, tanah liat dan sebagainya.
III.6
keluarga inti ini bergabung ke dalam keluarga luas terbatas yang mereka sebut
sorohan atau kadang waris. Prinsip kekerabatan mereka adalah patrilineal yang
mengenal garis keturunan ke atas (papu balo) dan ke bawah (papu bai), lalu ke
samping (semeton jari). Adat menetap sesudah nikah biasanya virilokal, walaupun
banyak juga yang lebih suka membuat hunian baru. Dalam kegiatan yang
membutuhkan banyak tenaga mereka bergotong royong dengan sistem yang
mereka sebut basiru.
26
Setiap sorohan dipimpin oleh seorang ketua yang disebut turas dan diberi
gelar Datu. Dalam sebuah desa (dusun atau gubuk) pada masa sekarang selain
kepala desa juga dikenal pemimpin adat yang dipanggil mangkubumi atau
pemangku adat atau jintaka. Kepala desa sendiri sehari-hari dibantu oleh krama
desa, yaitu orang-orang terkemuka dari setiap kelompok soroan dalam desa.
Pembantu tetap kepala desa adalah jaksa (juru tulis), keliang (penghubung),
langlang (kepala keamanan) dan wakil keliang (juarah). Setiap kepala desa
memperoleh santunan dari warganya, misalnya bantuan tenaga untuk mengerjakan
sawah atau ladang kepala desa, ini disebut najen.
Pada masa sekarang dalam masyarakat Sasak masih ada sisa bentuk
pelapisan sosial lama, yaitu dengan adanya golongan-golongan seperti menak
(bangsawan) yang biasanya bergelar Datu, Raden, dan Mamik. Kedua adalah
golongan orang terpandang yang berasal dari keturunan pemimpin desa yang
bukan bangsawan, disebut parawangsa. Ketiga adalah golongan kaula atau orang
kebanyakan : yang sudah mempunyai anak disebut amaq, yang belum mempunyai
anak disebut Ioq. Sedangkan perempuan yang belum mempunyai suami disebut Ia,
dan yang sudah bersuami disebut inaq.
III.7
27
(bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau
dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah
mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut
diwarisi dari nenek moyang mereka.
Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah
adat Sasak didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung
bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu.
28
Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah,
dan tidak memiliki jendela.
Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan
profan duniawi) secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai
tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat
dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan
kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah),
dan sebaginya.
Perubahan pengetahuan masyarakat, bertambahnya jumlah penghuni dan
berubahnya faktor-faktor eksternal lainya (seperti faktor keamanan, geografis, dan
topografis) menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat.
Hanya saja, konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang, dan polanya
tetap menampilkan karakteristik tradisionalnya yang dilandasi oleh nilai-nilai
filosofis yang ditransmisikan secara turun temurun.
Untuk menjaga lestarinya rumah adat mereka dari gilasan arsitektur
modern, para orang tua biasanya mengatakan kepada anak-anaknya yang hendak
membangun rumah dengan ungkapan: Kalau mau tetap tinggal di sini, buatlah
rumah seperti model dan bahan bangunan yang sudah ada. Kalau ingin
membangun rumah permanen seperti rumah-rumah di kampung-kampung lain
pada umumnya, silakan keluar dari kampung ini. Demikianlah cara orang Sasak
menjaga eksistensi rumah adat mereka, yaitu dengan cara melembagakan dan
mentransmisikan pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
29
III.9
kelompok
dalam
mengejewantahkan
hubungan
dengan
sesama
manusia
30
Empat
tiang penyangga
berugaq/sekepat
mempunyai
pengertian:
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
setiap daerah yang memiliki potensi menjadi objek wisata adalah untuk mencapai
peningkatan perekonomian masyarakat. Peningkatan perekonomian tersebut dapat
berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Di desa Sasak Sade
Kabupaten Lombok tengah sendiri telah dikembangkan wisata budaya, desa Sasak
Sade telah dijadikan sebagai desa adat yang menjadi salah satu destinasi
pariwisata di Lombok Tengah.
Masyarakat Sasak sade baik secara langsung maupun tidak langsung
terkena dampak dari adanya pengembangan pariwisata tersebut, salah satu
dampaknya adalah pada tingkat kesejahteraan masyarakat sasak sade sendiri.
Terdapat beberapa tolak ukur untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat,
yakni : pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, Keadaan tempat tinggal,
fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan memasukkan
anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
(BPS, 2005).
IV.1.1 Pendapatan Mayarakat Sasak Sade
umber mata pencaharian masyarakat desa sasak sade adalah bertani.
Masyarakat beertani padi dengan masa panen satu kali dalam satu tahun. Hasil
31
32
panen pun disimpan sebagian di tempat yang disebut Lumbung Padi. Sistem
pertaniannya masih menggunakan sistem subsistem, dimana masyarakat bertani
hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja. Semenjak desa sasak sade dijadikan
tempat wisata budaya berbasis desa adat, masyarakat mempunya sumber
pemasukan lainnya, yakni penghasilan dari hasil pertunjukkan seni, dan dari hasil
penjualan handicraft berupa kain songket, aksesoris wanita, kain sarung, dan
sejenisnya. Besar kecilnya pendapatan masyarakat bergantung pada banyaknya
wisatawan yang hadir. Pada saat pengunjung ramai, pendapatan masyarakat bisa
mencapai Rp. 200.000 per hari, namun jika pengunjung sedang sepi, bahkan uang
sepeserpun tidak mereka dapatkan.
IV.1.2 Konsumsi atau Pengeluaran Masyarakat Sasak Sade
Masyarakat sasak sade adalah masyarakat yang masih kental dengan nilainilai tradisional. Pola pikir masyarakat yang masih belum dapat berpikir terlalu
jauh ke depan membuat pola konsumsi atau pengeluaran keluarga hanya sebatas
pengeluaran yang bersifat kebutuhan pokok. Pengeluaran yang ada tidak lebih dari
membeli kebutuhan untuk makan sehari-hari. Pengeluaran masyarakat belum pada
tahap pada pemenuhan kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier.
IV.1.3 Keadaan Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade
Desa sasak sade adalah desa adat, maka dari itu keadaan tempat tinggal
masyarakat jauh dari kata modern. Nilai-nilai tradisional masih sangat kental dan
terwujud dalam bangunan tenpat tinggal yang ada. Dinding rumah masih terbuat
dari bilik dan atapnya hanya tumpukan jerami. Rumah tersebut sengaja
33
dipertahankan seperti itu agar tetap menjadi ciri khas budaya dari masyarakat yan
gjustru menjadi daya tarik desa adat tersebut. Bagian depan desa sasak sade,
terlihat tertata dengan rapi, namun saat memasuki kawasan yang lebih dalam,
dapat dilihat keadaan yang kumuh. Jalan yang ada masih berupa tanah, tempat
sanitasi (MCK) tidak terawat dan tempatnya ada di luar rumah dan digunakan
secara bersamaan oleh masyarakat.
IV.1.4 Fasilitas Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade
Untuk standar desa adat, tempat tinggal dari masyarakat sasak sade
memang dipertahankan tetap tradisional. Berbicara mengenai fasilitas, masyarakat
sasak sade sudah terfasilitasi dengan aliran listrik, namun masyarakat masih
banyak masyarakat yang tidak memiliki televisi, kulkas, dan alat elektronik dan
alat rumah tangga modern lainnya. Untuk fasilitas kebersihan pun masyarakat
masih menggunakan kamar mandi bersama yang keadaannya tidak terawat.
Sementara, untuk air besih, masyarakat menampung air hujan di dalam sebuah
bak besar yang bahkan banyak jentik nyamuk di dalamnya. Hal ini menandakan
bahwa disana masih sulit untuk mendapatkan air bersih karena warga sekitar
memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap air bersih.
IV.1.5 Kesehatan Anggota Kelaurga Masyarakat Sasak Sade
Masyarakat
sasak
sade
masih
terkesan
kurang
memperhatikan
kesehatannya. Hal tersebut dapat dilihat dari tempat Mandi, Cuci, Kakus (MCK)
yang tidak terawat. Tumbuh lumut di lantai MCK tersebut, sementara itu
penampungan air yang ada penuh dengan jentik nyamuk yang dapat menjadi
34
sarang nyamuk demam berdarah. Sementara kondisi MCK ynag tidak terawat
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri, virus, jamur, dan beberapa
penyakit menular, terlebih MCK tersebut digunakan oleh warga sevara
bersamaan.
IV.1.6 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Sade, dapat dikatakan lebih baik dari pada
sebelumnya, hal ini dilihat dari kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan,
meskipun sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat Dusun Sade baru sampai jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat. Terutama pada generasi muda yang diarahkan
pada pendidikan kejuruan khususnya pariwisata, untuk menunjang program pemerintah
yang menetapkan Dusun Sade sebagai destinasi pariwisata.Sedangkan sebagian kecilnya
telah mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi namun jumlahnya masih dapat
dihitung dalam hitungan jari. Sementara jarak dari desa ke tempat pendidikan SD,
SMP/Sederajat, SMA/Sederajat relatif dekat. Untuk jarak menuju SD cukup menempuh
perjalanan sejauh 500 m, serta SMP dan SMA sekitar 1 km.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian-uraian
dalam
bab
pembahasan,
Dampak
peneliti
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran agar
36
36
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Damanik, J dan Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Jogjakarta: Pusat Studi Pariwisata.
Darminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ghony, Djunaidi. M dan Almanshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Arr-Ruzz Media
Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat.
Bandung: Humaniora.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
Moeliono, M. Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
DEPDIKBUD Balai Pustaka.
Moleong, 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Kosda
Karya.
Soekadjo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Jogjakarta: Andi.
37
Dokumen :
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Internet :
Anonim. Sejarah Dan Tradisi Suku Sasak Lombok NTB.(http://www.wacana
nusantara.org/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/).
Ihsan
Gagah.
Masyarakat
dan
Kebudayaan
Suku
Sasak
di
Pulau
Lombok.(http://ihsangagah.blogspot.com/2012/02/masyarakat-dankebudayaan-suku-sasak)
Nur
Kasana.
Etnografi
Suku
Sasak.
(http://nurkasana1992.blogspot.com/2013/05/800x600-normal-o-falsefalse-false-en.html?m=1)
Watipuspitasari.
Kebudayaan
Suku
Sasak.
(http://watipuspitasari.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-suku-sasak).
38