PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rata- rata mahasiswa masih dalam tahap remaja yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
tumbuh atau tumbuh mencapai kematangan. Remaja juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara
berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasi
dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karateristik yang paling
menonjol dari semua periode perkembangan (Ali, M 2011).
Menurut WHO (2002), Rokok yang diisap didunia mencapai 15 milyar
setiap harinya, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam komsumsi rokok di
dunia. Data terakhir yang dipulikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa
indonesia setiap tahunnya mengkomsumsi 215 milyar batang rokok,nomor 5
didunia setelah cina (1.643 milyar batang), Amerika (451 milyar batang rokok),
jepang (328 milyar batang) dan rusia (258 milyar batang rokok). Menurut Bank
dunia, komsumsi Indonesia sekitar 6,6 % dari seluruh dunia.
Di Asia Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati
urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Namun
sampai saat ini Indonesia belum mempunyai peraturan perundangan untuk melarang
anak-anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas,dalam penelitian di
empat kota yaitu Bandung, Yokyakarta dan malang pada tahun2004, prevalensi
perokok usia 59 tahun meningkat drastis dari 0,6 % (tahun 1995) jadi 2,8 % (2004).
Berdasarkan survey oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) yang dilakukan di
Jakarta. Merokok bagi sebagian orang merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit
baik psikis maupun fisik. Walaupun disisi lain, saat pertama kali mengkomsumsi
rokok dirasakan ketidak enakan. pengalaman perasaan tersebut, biasanya berlanjut
menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini
dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Sehingga
tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan
ketidaknyamanan yang sedang dialaminya. Gejala ini apat djelaskan dari konsep
tobacco dependency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok meruakan
perilaku menyenangkan dan dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin aalah adiktif
dan anti-depressan, jika dihentikan tiba-tiba akan menimbulkan stress.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mahasiswa
Rata- rata mahasiswa masih dalam tahap remaja yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
hampir
tidak
memiliki
pola
perkembangan
yang
pasti.
Dalam
Pada tahap ini remaja lebih berkonstransi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir proses berfikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah- masalah idealisme
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan serta peran orang dewasa dan
masyarakat.
2.3 Rokok
Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang
panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong.
Bungkusan-bungkusan
juga
umumnya
disertai
pesan
kesehatan
yang
dan
jantung. Bukan hannya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga berakibat
buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung pada rokok,
selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta
menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja sistem syaraf,
otak dan banyak bagian tubuh lainnya.
2.
Didalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antara pengeluaran
asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita dua kali
lebih tinggi dari yang bukan perokok.
1
Impotensi
Pada laki- laki berusia 30-40 tahun merokok saat meningkatkan disfungsi
eraksi sekitar 50 %. Ereksi tidak terjadi bila darah tidak dapat mengalir kepenis. Oleh
karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik, merokok dapat merusak
pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis,mengurangi aliran
darah dan tekanan darah menuju penis.
2.5.5 Penyakit pada perokok fasif
Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung
koroner. Menghisap asap tembakau dari orang lain dapat memperburuk kondisi
penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada hamil.
2.6 Faktor yang mempengaruhi merokok pada remaja
Seperti penggunaan zatzat lainnya, terdapat beberapa faktor resiko remaja
bagi remaja sehingga merka menjadi perokok. Faktorfaktor tersebut antara lain
faktor psikologik, faktor biologi dan faktor lingkungan (Soetjiningsih, 2004).
Faktor kognitif
Faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan
nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Sebagai
contoh, beberapa dewasa perokok melaporkan bahwa merokok memperbaiki
kosentrasi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin mengganggu perhatian
dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi
nikotin atau rokok. Studi-studi yang dilakukan dengan dewasa perokok atau
bukan perokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan fingertapping rate, respon motorikdalam tes fokus perhatian, perhatian terusmenerus dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam
meningkatkan penampilan tidak diketahui, dengan demikian tidak jelas
apakah
nikotin
memegang
peranan
penting
dalam
memulai
atau
1.
2.
3.
4.
5.
2.7.2
lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang
sedang diderita, dan kemungkinanan mendapat serangan jantung yang lebih
tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung.Anak-anak yang orang tuanya
merokok akan mengalami batuk, pilek dan radang tenggorokan serta penyakit
paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko mendapatkan
bayi mereka lahir, kurus, cacat dan kematian
2. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan
mempengaruhi bayi dalam kandungan
3.
2.8 Cara Menghindari Kebiasaan Merokok
Menurut Sumartono (2008) ada beberapa cara menghindari kebiasaan
merokok yaitu :
1.
Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok,dalam hal ini kita
harus mengingat penyakit yang dapat di akibatkan oleh rokok dan merupakan
penderitaan
2.
3.
Tanamkan pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali
dari kebiasaan merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai menurunkan
jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin lama semakin
sedikit sampai tidak sama sekali
4.
Mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok. Untuk mengganti
waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan
permen atau melakukan aktivitas lain.
2.
3.
Remaja yang merokok lebih mungkin menggunakan zat- zat yang lain seperti
alkohol dan obat-obatan lainnya dibanding remaja yang bukan perokok.
Akhir-akhir ini kebanyakan program pencegahan merokok berdasarkan satu dari dua
pendekatan Psikososial yaitu:
1. Pendekatan pengaruh sosial (Social influencesn approach)
Pendekatan pengaruh sosial didasarkan pada asumsi
bahwa model
tersebut adalah faktor utama dalam memulai perilaku merokok dan bahwa
anak-anak dan remaja perlu diajarkan cara menahan tekanan sosial terhadap
merokok datang dari orang tua ,saudara kandung, teman dan media.
2. Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan (life skill training approach)
Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi
adalah rendah
diri.kurangnya
komunikasi
dan
sosialisasi,
stress.
Program berdasarkan
memberikan
pelatihan
pada
pendekatan
ini
biasanya
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan menggambarkan
faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa merokok di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
4.2 Populasi dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa usia 17-22 tahun
(Soetjiningsih, 2004). Populasi penelitian adalah 300 orang.
4.2.2 Teknik Sampling
Menurut Arikunto (2006) jika sampel lebih dari 100 orang dapat diambil
sampel sebanyak 10 15 % atau 20 25 % atau tergantung dari peneliti dilihat
dari segi waktu, tenaga dan dana serta sempit luasnya wilayah pengamatan.
Peneliti mengambil 10 % dari 300 responden yaitu sebanyak 30 orang.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan
sampel secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian
Kriteria inklusi :
3. Responden berada di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
tujuan
dan
manfaat
penelitian
kepada
calon
responden.
NO
VARIABEL
Faktor pikologis
DEFINISI
ALAT
SKALA HASIL
OPERASIONAL
UKUR
UKUR
Faktor-faktor yang
UKUR
Kuesioner Ordinal
Mempengaruhi kejiwaan
Ya
=2
Mampu mengendalikan
diri stress, Kebosanan.
Tidak = 1
Faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang
Merokok seperti
pengetahuan tentang
2
3
Faktor biologik
Faktor
lingkungan
Kuesioner Ordinal
Kuesioner Ordinal
Ya
=2
Mempengaruhi
Tidak = 1
Seseorang
merokok yang
berasal dari
lingkungan seperti
pengaruh teman,
orangtua,
reklame.
BAB IV
Frekuensi
Persentasi
Laki- laki
30
100
Perempuan
Jenis Kelamin
Total
30
100%
Umur
Mahasiswa (17-22 tahun)
20
68,5
Faktor
Mempengaruhi
Lingkungan
Mahasiswa
Tentang
Merokok
di
Faktor-faktor
Fakultas
yang
Kedokteran
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pernyataan faktor-faktor yang
mempengaruhi mahasiswa merokok berdasarkan faktor lingkungan
mayoritas
responden menjawab lingkungan tempat tinggal responden lebih banyak merokok
sebanyak 28 responden (79,6%). Hal ini dapat dilihat dari table 5.14
Faktor Lingkungan
- Keinginan merokok dikarenakan
teman-teman
- Iklan dan Reklame memberikan
pengaruh pada Anda untuk
merokok
- Jika ada masalah/konflik di
keluarga atau teman, peralihan
masalah dengan merokok
- Merokok menjadi suatu kebutuhan
yang harus ada saat sedang
berkumpul dengan teman-teman
- Lingkungan tempat tinggal anda
lebih banyak merokok
Ya
Tidak
24
80
20
10
33,3
20
66,7
13
43,3
17
56,7
24
80
20
14
46,7
16
53,3
5.2 Pembahasaan
Dilihat dari hasil pengumpulan kuisoner di dapat ka hasil bahwa banyak
mahasiswa ynag merokok akibat pengaruh dari teman- teman mereka sebnayak
80% dari sampel yang terkumpul, sedangkan informasi yang didapat mahasiswa
saaat kuliah atau dari internet hanya berpengaruh 10 orang (33,3%), merokok
merupakan peralihan saat ada konflik keluarga atau teman ada 13 mahasiswa
(43,3%), saat berkumpul dengan teman- teman rokok merupakan suatu
kebutuhan 24 orang (80%) dan dilingkungan tempat tinggal mahasiswa yang
merokok 14 orang (46,7%). Dari hasil presntase di ata dapat disimpulan banyak
mahasiswa yang merokok di akibatkan karena pengaruh dari teman-teman dan
saat berkumpul rokok merupakan hal yang wajib.
Menurut Atkinson (1999) bahwa faktor kepribadian orang mencoba
merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik
atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk merokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes
konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka
yang memilki skor yang rendah.
5.2.1 Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sebagian besar mahasiswa merokok
berdasarkan faktor lingkungan mayoritas karena ada masalah/konflik di keluarga
atau teman-teman, merokok menjadi suatu kebutuhan bagi mahasiswa saat sedang
berkumpul dengan teman-teman dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa lebh
banyak merokok. Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggal mahasiswa
terutama orangtua. Dari mahasiswa merokok didapatkan 75% salah satu atau
kedua orangtuanya merokok.
Pengaruh keluarga merupakan salah satu bentuk dari faktor lingkungan
sosial yang menyebabkan seorang mahasiswa berperilaku merokok. Pengaruh
keluarga meliputi meniru perilaku salah satu anggota keluarga dan hubungan
keluarga yang tidak harmonis. Dengan mencontoh perilaku merokok yang
dilakukan oleh salah satu anggota keluarga, khususnya orang tua, dapat
menyebabkan seorang anak atau mahasiswa menjadi seorang perokok. Mahasiswa
juga menjadikan perilaku merokok sebagai bentuk pelampiasan perasaannya yang
kurang mendapatkan perhatian dari anggota keluarganya.
Menurut Afriyani (2009) bahwa dalam mengatasi kenakalan mahasiswa
yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang
paling pertama ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak
orang tua hendaknya mengambil dua sikap bicara yaitu, sikap atau cara yang
bersifat prefentif, dan cara yang bersifat represif.
Situasi kebudayaan bisu ini mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan
pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan
mahasiswa dapat berakar pada kurangnya dialog pada masa kanak-kanak dan
masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sehingga kebutuhan
yang lebih mendasar yaitu perhatian dan kasih sayang tiak diperoleh oleh anak.
Perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan berupa material ternyata
belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Mahasiswa Merokok di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Dilihat dari hasil pengumpulan kuisoner
informasi yang didapat mahasiswa saaat kuliah atau dari internet hanya
berpengaruh 10 orang (33,3%), merokok merupakan peralihan saat ada
konflik keluarga atau teman ada 13 mahasiswa (43,3%), saat
berkumpul dengan teman- teman rokok merupakan suatu kebutuhan
24 orang (80%) dan dilingkungan tempat tinggal mahasiswa yang
merokok 14 orang