Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rata- rata mahasiswa masih dalam tahap remaja yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
tumbuh atau tumbuh mencapai kematangan. Remaja juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara
berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasi
dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karateristik yang paling
menonjol dari semua periode perkembangan (Ali, M 2011).
Menurut WHO (2002), Rokok yang diisap didunia mencapai 15 milyar
setiap harinya, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam komsumsi rokok di
dunia. Data terakhir yang dipulikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa
indonesia setiap tahunnya mengkomsumsi 215 milyar batang rokok,nomor 5
didunia setelah cina (1.643 milyar batang), Amerika (451 milyar batang rokok),
jepang (328 milyar batang) dan rusia (258 milyar batang rokok). Menurut Bank
dunia, komsumsi Indonesia sekitar 6,6 % dari seluruh dunia.
Di Asia Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati
urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Namun
sampai saat ini Indonesia belum mempunyai peraturan perundangan untuk melarang
anak-anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas,dalam penelitian di
empat kota yaitu Bandung, Yokyakarta dan malang pada tahun2004, prevalensi
perokok usia 59 tahun meningkat drastis dari 0,6 % (tahun 1995) jadi 2,8 % (2004).
Berdasarkan survey oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) yang dilakukan di
Jakarta. Merokok bagi sebagian orang merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit
baik psikis maupun fisik. Walaupun disisi lain, saat pertama kali mengkomsumsi
rokok dirasakan ketidak enakan. pengalaman perasaan tersebut, biasanya berlanjut
menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini
dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Sehingga
tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan
ketidaknyamanan yang sedang dialaminya. Gejala ini apat djelaskan dari konsep
tobacco dependency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok meruakan
perilaku menyenangkan dan dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin aalah adiktif
dan anti-depressan, jika dihentikan tiba-tiba akan menimbulkan stress.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian


tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Merokok di FK UNSRI 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengetahui
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Merokok di FK UNSRI 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor- faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Merokok
di FK UNSRI 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui Faktor lingkungan yang mempengaruhi Remaja
Merokok

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermamfaat sebagai pengalaman dan menambah
wawasan tentang faktor yang mempengaruhi Mahasiswa merokok.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi
mahasiswa dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan masukan kepada
masyarakat dalam menyikapi masalah- masalah yang dihadapi Mahasiswa
terutama tentang faktor yang mempengaruhi remaja merokok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mahasiswa
Rata- rata mahasiswa masih dalam tahap remaja yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya

tumbuh atau tumbuh mencapai kematangan. Remaja juga sedang mengalami


perkembangan pesat dalam aspek intelektual.Transformasi intelektual dari cara
berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasi
dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karateristik yang paling
menonjol dari semua periode perkembangan (Ali, M 2011).
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,
remaja

hampir

tidak

memiliki

pola

perkembangan

yang

pasti.

Dalam

perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang


diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dit untut untuk bersikap
mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda
keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda
fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal
yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi dimensi
tersebut.
Menurut WHO, dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi
berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :
2. Masa remaja awal (10- 13 tahun)
Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan ,baik dalam
rumah maupun disekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berfikir logis,
sehingga sering menanyakan kewenangan dan standart dimasyarakat
maupun disekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah- istilah sendiri dan
mempunyai pandangan seperti: olah raga yang baik untuk bermain, memilih
kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan dan mengenal cara untuk
berpenampilan menarik.
1. Masa remaja tengah (11- 16 tahun)
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak
selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan
menggunakan pengalaman dan pemikiran yang kompleks pada tahap ini remaja
sering mengajukan pertanyaan menganalisa secara menyeluruh dan berfikir
tentang bagaimana cara mengembangkan identitas siapa saya . Pada masa ini
remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan dan
membuat rencana sendiri.
2. Masa remaja akhir (17- 19 tahun)

Pada tahap ini remaja lebih berkonstransi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir proses berfikir secara
kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah- masalah idealisme
toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan serta peran orang dewasa dan
masyarakat.
2.3 Rokok
Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang
panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong.
Bungkusan-bungkusan

juga

umumnya

disertai

pesan

kesehatan

yang

memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari


merokok misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun kenyataannya
itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Aditama, 2011).
Conrad dan Miler dalam Sitepoe (2000) dalam Tukiran, dkk (2010)
menyatakan bahwa seorang akan menjadi perokok melalui doorongan psikologis dan
dorongan fisiologis. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk
kejantanan, mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan
fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang
ingin terus merokok.
2.4 Jenis-jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan
penggunaan filter pada rokok.
5.1.1 Rokok berdasarkan bahan pembungkus
Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren sigaret yaitu yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
5.1.2 Rokok berdasarkan bahan baku
Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu,
rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau atau
cengkeh yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

5.1.3 Rokok berdasarkan proses pembuatannya


Terdiri dari sigaret kretek tangan yaitu rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat
bantu sederhana
5.1.4 Rokok berdasarkan filter
Terdiri dari rokok filter yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus, rokok non filter yaitu rokok yang pada bagian pabgkalnya tidak
terdapat gabus
2.5 Dampak merokok
Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Aditama (2011) adalah dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat dari
merokok bukan saja merugikan siperokok, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok tetapi juga orang
disekitarnya. Adapun dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut:
5.1.5 Dampak pada paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar,sel mukosa membesar (hipertropi)
dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran nafas terjadi
radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli.
1.

Dampak terhadap jantung


Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah

dan

jantung. Bukan hannya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga berakibat
buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung pada rokok,
selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta
menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu kerja sistem syaraf,
otak dan banyak bagian tubuh lainnya.
2.

Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari

Didalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antara pengeluaran
asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita dua kali
lebih tinggi dari yang bukan perokok.
1

Impotensi
Pada laki- laki berusia 30-40 tahun merokok saat meningkatkan disfungsi

eraksi sekitar 50 %. Ereksi tidak terjadi bila darah tidak dapat mengalir kepenis. Oleh
karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik, merokok dapat merusak
pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis,mengurangi aliran
darah dan tekanan darah menuju penis.
2.5.5 Penyakit pada perokok fasif
Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung
koroner. Menghisap asap tembakau dari orang lain dapat memperburuk kondisi
penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada hamil.
2.6 Faktor yang mempengaruhi merokok pada remaja
Seperti penggunaan zatzat lainnya, terdapat beberapa faktor resiko remaja
bagi remaja sehingga merka menjadi perokok. Faktorfaktor tersebut antara lain
faktor psikologik, faktor biologi dan faktor lingkungan (Soetjiningsih, 2004).

2.6.1 Faktor psikologik:


1.

Faktor perkembangan sosial


Aspek perkembangan pada remaja antara lain: menetapkan kebebasan dan

otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan


dengan maturasi fisik.
2.6.2 Faktor biologik
1.

Faktor kognitif
Faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan
nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Sebagai
contoh, beberapa dewasa perokok melaporkan bahwa merokok memperbaiki
kosentrasi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin mengganggu perhatian
dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi

nikotin atau rokok. Studi-studi yang dilakukan dengan dewasa perokok atau
bukan perokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan fingertapping rate, respon motorikdalam tes fokus perhatian, perhatian terusmenerus dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam
meningkatkan penampilan tidak diketahui, dengan demikian tidak jelas
apakah

nikotin

memegang

peranan

penting

dalam

memulai

atau

mempertahankan merokok pada remaja.


2. Faktor jenis kelamin
Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian merokok meningkatkan
pada remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka
menentang, dan secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki- laki
perokok yang secara sosial tidak aman.
2.6.3 Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau
antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok,
terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orangtua
memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok didapatkan 75% salah
satu atau kedua orangtuanya merokok.Sebuah studi kohort pada anak-anak SMU
mendapatkan bahwa prediktor yang bermakna dalam peralihan dari kadang-kadang
merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua merokok dan konflik
keluarga.
Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat
daripada pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orangtua atau teman sebaya,
mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat
merokok.
Memulai menggunakan tembakau lebih erat hubungannya dengan faktorfaktor lingkungan sedangkan peningkatan dari merokok pertama kecanduan rokok
tampaknya dipengaruhi oleh faktor personal dan farmakologik.
2.7 Bahaya Merokok
Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti yang
dijelaskan oleh Depkes (2004) yaitu: rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan
kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar,maka asapnya menguraikan sekitar

4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama,yaitu nikotin yang menyebabkan


ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon monoksida yang
aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah
berkurang,dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.
Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga
mempengaruhi kesehatan orang disekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar
asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010).Adapun bahaya
merokok adalah sebagai berikut :
2.7.1

Bagi perokok aktif

1.

Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan


jantung.

2.

Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

3.

Meningkatkan resiko mengalami serangan jantung dua kali lebih


besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kolesterol
tinggi.

4.

Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan


jantung bagi wanita pengguna pil KB.

5.

Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan


jaringan anggota yang rentan.

2.7.2

Bagi perokok pasif

1. Bahaya kerusakan paru-paru.Kadar nikotin,karbon monoksida, serta zat- zat

lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang
sedang diderita, dan kemungkinanan mendapat serangan jantung yang lebih
tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung.Anak-anak yang orang tuanya
merokok akan mengalami batuk, pilek dan radang tenggorokan serta penyakit
paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko mendapatkan
bayi mereka lahir, kurus, cacat dan kematian
2. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan
mempengaruhi bayi dalam kandungan
3.
2.8 Cara Menghindari Kebiasaan Merokok
Menurut Sumartono (2008) ada beberapa cara menghindari kebiasaan
merokok yaitu :

1.

Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok,dalam hal ini kita
harus mengingat penyakit yang dapat di akibatkan oleh rokok dan merupakan
penderitaan

2.

Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar tidak


lagi mengisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan memberitahukan
niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehongga mereka akan membantu
dan mengingatkan agar tidak merokok, sehingga
berlahan- lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus
diingatkan

3.

Tanamkan pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali
dari kebiasaan merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai menurunkan
jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin lama semakin
sedikit sampai tidak sama sekali

4.

Mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok. Untuk mengganti
waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan
permen atau melakukan aktivitas lain.

2.9 Pencegahan merokok


Sejak tahun 1960-an telah dilakukan banyak program pencegahan merokok
baik disekolah dasar maupun sekolah menengah. Kebutuhan untuk program tersebut
ditegaskan oleh beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa:
1.

Merokok dihubungkan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas


terutama pada yang memulai merokok pada usia yang lebih muda.

2.

Merokok adalah sebuah kebiasaan yang susah dihentikan.

3.

Remaja yang merokok lebih mungkin menggunakan zat- zat yang lain seperti
alkohol dan obat-obatan lainnya dibanding remaja yang bukan perokok.

Akhir-akhir ini kebanyakan program pencegahan merokok berdasarkan satu dari dua
pendekatan Psikososial yaitu:
1. Pendekatan pengaruh sosial (Social influencesn approach)
Pendekatan pengaruh sosial didasarkan pada asumsi

bahwa model

tersebut adalah faktor utama dalam memulai perilaku merokok dan bahwa
anak-anak dan remaja perlu diajarkan cara menahan tekanan sosial terhadap
merokok datang dari orang tua ,saudara kandung, teman dan media.
2. Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan (life skill training approach)
Pendekatan melatih cara menghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi

bahwa yang menyebabkan merokok dan bentuk lain penggunaan zat-zat


tertentu kurangnya inteligensi personal dan sosial. Beberapa defisit personal
yang bisa membuat seseorang lebih peka terhadap penggunaan zat-zat
tertentu

adalah rendah

diri.kurangnya

komunikasi

dan

sosialisasi,

kurangnya motivasi untuk berprestasi, dan kurangnya strategi yang kuat


menghadapi

stress.

Program berdasarkan

memberikan

pelatihan

pada

pendekatan

ini

biasanya

bidang: peningkatan rasa rendah diri,

ketegasan, cara komunikasi, interaksi sosial, santai dalam mengatasi stres,


pemecahan masalah dan membuat keputusan
(Soetjiningsih, 2004).

BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan menggambarkan
faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa merokok di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
4.2 Populasi dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa usia 17-22 tahun
(Soetjiningsih, 2004). Populasi penelitian adalah 300 orang.
4.2.2 Teknik Sampling
Menurut Arikunto (2006) jika sampel lebih dari 100 orang dapat diambil
sampel sebanyak 10 15 % atau 20 25 % atau tergantung dari peneliti dilihat
dari segi waktu, tenaga dan dana serta sempit luasnya wilayah pengamatan.
Peneliti mengambil 10 % dari 300 responden yaitu sebanyak 30 orang.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan
sampel secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian

Kriteria inklusi :
3. Responden berada di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

berumur 17-22 tahun


4. Responden bisa menulis dan membaca
5. Bersedia menjadi responden
4.3 Lokasi dan waktu Penelitian
4.3.1 Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum ada penelitian yang
dilakukan sebelumnya di Fakultas Kedokteran tersebut mengenai Faktorfaktor yang mempengaruhi Mahasiswa Merokok
4.3.2 Waktu
Waktu penelitian adalah bulan Februari-Maret 2015.
4.4 Pertimbangan Etik
Setiap peneliti yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan
etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan. Etika
yang perlu dituliskan pada penelitian ini adalah Informent consent (lembar
persetujuan), anonimity (tanpa nama), confidentiality (kerahasiaan).
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak
hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan

terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian,


responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan sebagai tujuan penelitian,
selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian
responden membaca surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan
responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia
menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak menimbulkan
penderitaan bagi responden.
4.5 Instrumen penelitian
Dalam pengumpulan informasi dari responden peneliti menggunakan alat
pengumpulan data dalam bentuk kuesioner. Lembar kuesioner berisi data
demografi, kuesioner faktor psikologis, kuesioner faktor biologis dan kuesioner
faktor lingkungan. Kuesioner demografi responden meliputi umur, jenis kelamin
dan sumber informasi. Data demografi ini digunakan untuk mengetahui
karakteristik responden dan sebagai data pendukung untuk variabel penelitian
meliputi kuesioner faktor biologik terdiri dari 10 pertanyaan dan kuesioner faktor
lingkungan ada 5 pertanyaan. Bila pertanyaan dijawab benar nilainya 2 dan
dijawab salah nilainya 1 (Arikunto, 2006).
4.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diberikan langsung
kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan
permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya). Peneliti mendatangi calon responden dan
menjelaskan

tujuan

dan

manfaat

penelitian

kepada

calon

responden.

Responden bersedia peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel


penelitian dan meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuaan
menjadi responden. Setelah mendapat persetujuan responden pengumpulan data
dimulai. Peneliti memberikan lembaran kuesioner untuk diisi oleh responden,
dengan memberikan tanda checklist pada pernyataan yang ada. Setelah itu
lembaran kuesioner dikumpulkan.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa
kembali semua data satu persatu yakni nama, identitas serta data responden, untuk
pengukuran fakto- faktor yang mempengaruhi mahasiswa merokok, maka
penelitian melakukan analisis melalui beberapa tahap yaitu : Editing yaitu
dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila dapat kekurangan dalam.

pengumpulan data maka diperbaiki dalam penelitian. Coding yaitu memberikan


kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan
tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dari
hasil pengukuran faktor- faktor yang mempengaruhi mahasiswa rokok. Peneliti
menentukan presentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti
memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan
meggunakan tehnik komputerisasi yang menggunakan program statistik. Dari
pengolahan data statistik deskriptif hasil analisa data disajikan dalam betuk tabel
distribusi frekuensi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa
merokok diFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

NO

VARIABEL

Faktor pikologis

DEFINISI

ALAT

SKALA HASIL

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

Faktor-faktor yang

UKUR

Kuesioner Ordinal

Mempengaruhi kejiwaan

Ya

seperti rendah diri, tidak

=2

Mampu mengendalikan
diri stress, Kebosanan.
Tidak = 1
Faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang
Merokok seperti
pengetahuan tentang
2
3

Faktor biologik
Faktor
lingkungan

rokok, jenis kelamin.


Faktor-faktor
yang

Kuesioner Ordinal
Kuesioner Ordinal
Ya

=2

Mempengaruhi
Tidak = 1
Seseorang
merokok yang
berasal dari
lingkungan seperti
pengaruh teman,
orangtua,
reklame.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai karakteristik responden dan Faktor- faktor yang mempengaruhi
Mahasiswa Merokok di Kampus Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan
jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden.
5.1.2 Distribusi Karakteristik Responden Tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Mahasiswa Merokok di FK Universitas Sriwijaya
Berdasarkan hasil penelitian di dapat karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin adalah laki- laki (100%), berdasarkan umur mayoritas berumur 17
tahun sebanyak 16 responden (29,6%), berdasarkan tempat berkumpul
mahasiswa mayoritas di CFC RSMH sebanyak 20 responden (37%),
berdasarkan sumber informasi bahaya rokok mayoritas melalui mata kuliah dan
internet sebanyak 30 responden (100%).
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
Karakteristik

Frekuensi

Persentasi

Laki- laki

30

100

Perempuan

Jenis Kelamin

Total

30

100%

Umur
Mahasiswa (17-22 tahun)

20

68,5

yang Mempengaruhi Mahasiswa Merokok di Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pernyataan faktor-faktor yang
Mempengaruhi mahasiswa merokok berdasarkan faktor biologis mayoritas

responden menjawab zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok berbahaya


bagi tubuh sebanyak 30 responden (100%). Hal ini dapat dilihat dari table 5.13
5.1.5 Distribusi

Faktor

Mempengaruhi

Lingkungan

Mahasiswa

Tentang

Merokok

di

Faktor-faktor
Fakultas

yang

Kedokteran

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pernyataan faktor-faktor yang
mempengaruhi mahasiswa merokok berdasarkan faktor lingkungan
mayoritas
responden menjawab lingkungan tempat tinggal responden lebih banyak merokok
sebanyak 28 responden (79,6%). Hal ini dapat dilihat dari table 5.14

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Faktor- faktor yang mempengaruhi Mahasiswa


Merokok di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun
2012 berdasarkan Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan
- Keinginan merokok dikarenakan
teman-teman
- Iklan dan Reklame memberikan
pengaruh pada Anda untuk
merokok
- Jika ada masalah/konflik di
keluarga atau teman, peralihan
masalah dengan merokok
- Merokok menjadi suatu kebutuhan
yang harus ada saat sedang
berkumpul dengan teman-teman
- Lingkungan tempat tinggal anda
lebih banyak merokok

Ya

Tidak

24

80

20

10

33,3

20

66,7

13

43,3

17

56,7

24

80

20

14

46,7

16

53,3

5.2 Pembahasaan
Dilihat dari hasil pengumpulan kuisoner di dapat ka hasil bahwa banyak
mahasiswa ynag merokok akibat pengaruh dari teman- teman mereka sebnayak
80% dari sampel yang terkumpul, sedangkan informasi yang didapat mahasiswa
saaat kuliah atau dari internet hanya berpengaruh 10 orang (33,3%), merokok
merupakan peralihan saat ada konflik keluarga atau teman ada 13 mahasiswa
(43,3%), saat berkumpul dengan teman- teman rokok merupakan suatu
kebutuhan 24 orang (80%) dan dilingkungan tempat tinggal mahasiswa yang
merokok 14 orang (46,7%). Dari hasil presntase di ata dapat disimpulan banyak
mahasiswa yang merokok di akibatkan karena pengaruh dari teman-teman dan
saat berkumpul rokok merupakan hal yang wajib.
Menurut Atkinson (1999) bahwa faktor kepribadian orang mencoba
merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik
atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk merokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes
konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka
yang memilki skor yang rendah.
5.2.1 Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sebagian besar mahasiswa merokok
berdasarkan faktor lingkungan mayoritas karena ada masalah/konflik di keluarga
atau teman-teman, merokok menjadi suatu kebutuhan bagi mahasiswa saat sedang
berkumpul dengan teman-teman dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa lebh
banyak merokok. Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggal mahasiswa

terutama orangtua. Dari mahasiswa merokok didapatkan 75% salah satu atau
kedua orangtuanya merokok.
Pengaruh keluarga merupakan salah satu bentuk dari faktor lingkungan
sosial yang menyebabkan seorang mahasiswa berperilaku merokok. Pengaruh
keluarga meliputi meniru perilaku salah satu anggota keluarga dan hubungan
keluarga yang tidak harmonis. Dengan mencontoh perilaku merokok yang
dilakukan oleh salah satu anggota keluarga, khususnya orang tua, dapat
menyebabkan seorang anak atau mahasiswa menjadi seorang perokok. Mahasiswa
juga menjadikan perilaku merokok sebagai bentuk pelampiasan perasaannya yang
kurang mendapatkan perhatian dari anggota keluarganya.
Menurut Afriyani (2009) bahwa dalam mengatasi kenakalan mahasiswa
yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang
paling pertama ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak
orang tua hendaknya mengambil dua sikap bicara yaitu, sikap atau cara yang
bersifat prefentif, dan cara yang bersifat represif.
Situasi kebudayaan bisu ini mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan
pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan
mahasiswa dapat berakar pada kurangnya dialog pada masa kanak-kanak dan
masa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sehingga kebutuhan
yang lebih mendasar yaitu perhatian dan kasih sayang tiak diperoleh oleh anak.
Perhatian orang tua dengan memberikan kesenangan berupa material ternyata
belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.

Salah satu temuan tentang mahasiswa perokok adalah bahwa anak-anak


muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras
lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999).
Hal ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan melihat iklan di media
massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
lambang kejantanan atau glamour membuat mahasiswa seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, 1999).

BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Mahasiswa Merokok di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Dilihat dari hasil pengumpulan kuisoner

di dapat ka hasil bahwa

banyak mahasiswa ynag merokok akibat pengaruh dari teman- teman


mereka sebnayak

80% dari sampel yang terkumpul, sedangkan

informasi yang didapat mahasiswa saaat kuliah atau dari internet hanya
berpengaruh 10 orang (33,3%), merokok merupakan peralihan saat ada
konflik keluarga atau teman ada 13 mahasiswa (43,3%), saat
berkumpul dengan teman- teman rokok merupakan suatu kebutuhan
24 orang (80%) dan dilingkungan tempat tinggal mahasiswa yang
merokok 14 orang

(46,7%). Dari hasil presntase di ata dapat

disimpulan banyak mahasiswa yang merokok di akibatkan karena


pengaruh dari teman-teman dan saat berkumpul rokok merupakan hal
yang wajib.
6.2 Rekomendasi
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan
jumlah responden yang lebih banyak agar penelitian lebih sempurnadan
meneliti mengenai perilaku merokok pada mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai