informasi keuangan yang ada untuk membantu mereka dalam melakukan analisis fundamental
yang mereka gunakan dalam pembuatan keputusan.
B. Versi Hipotesis Pasar Efisien
Selama bertahun-tahun para ekonom berpendapat bahwa harga pasar pada konsisi pasar
persaingan sempurna selalu ditetapkan oleh supply dan demand. Dengan model ini, maka dapat
dikatakn bahwa harga dipengaruhi oleh konsensus antara pembeli dan penjual, dan salah satu hal
yang mempengaruhi adalah pengetahuan pembeli atas informasi mengenai produk yang
bersangkutan.
Di sisi lain, para ekonom juga sadar bahwa secara alamiah, kondisi pasar persaingan sempurna
sangat sulit untuk dicapai yang dikarenakan oleh beberapa hal, seperti:
- Adanya pengetahuan yang tidak merata di perekonomian,
- Tidak semua barang dan jasa dalam perekonomian bersifat mobile,
- Tidak semua penjual dan pembeli memiliki kemampuan yang sama, dan
- Adanya pembatasan yang dibuat oleh otoritas tertentu yang turut memodifikasi pasar.
Oleh karenanya, pendukung hipotesis pasar efisien ini bertujuan untuk membagi pasar dalam 3
tingkatan efisiensi, yaitu weak, semistrong dan strong.
Kondisi weak adalah kondisi pasar persaingan sempurna yang paling tidak efisien. Pada kondisi
ini, efisiensi pasar baru sebatas merefleksikan informasi di masa lampau, sehingga tidak ada
investor yang dapat mendapatkan keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi masa
lampau.
Kemudian, kondisi pasar semistrong adalah kondisi pasar persaingan sempurna yang telah
merefleksikan seluruh informasi yang telah beredar secara publik. Dengan demikian, tidak ada
investor yang dapat mendapatkan keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi yang
baru dipublikasikan.
Terakhir, kondisi pasar strong adalah kondisi pasar persaingan sempurna yang telah
merefleksikan seluruh informasi yang ada, baik informasi masa lampau, informasi publik
maupun rahasia perusahaan. Dalam kondisi ini, tidak ada keuntungan abnormal yang dapat
terjadi dan analisis fundamental tidak berguna.
Intinya, teori EMH (Efficient Market Hypothesis) bertujuan untuk mencapai kondisi pasar yang
efisien. Implikasinya adalah, teori EMH ini hendak mengkritik, bahwa dengan adanya prinsip
akuntansi yang berbeda-beda, hal ini malah dapat menyebabkan pasar tidak efisien, sehingga
dibutuhkan analisis fundamental yang memakan biaya. Dengan demikian, alangkah lebih baik
apabila dilakukan penyamaan. Implikasinya lainnya adalah, dengan tujuan untuk mencapai
kondisi pasar yang efisien, maka informasi akuntansi yang ada juga harus dapat mengakomodir
seluruh informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
C. Minimize Risk and Maximize Returns
Penggunaan lain dari informasi adalah untuk meminimalisasi resiko dan memaksimalisasi
tingkat pengembalian. Sebenarnya hal ini dikembangkan berdasarkan logika dasar, yakni high
risk high return. Dengan demikian, informasi akuntansi di sini dibutuhkan untuk mengukur
ekspektasi resiko dan pengembalian.
Resiko adalah kemungkinan bahwa pengembalian sebenarnya menyimpang dari apa yang telah
diekspektasikan. Ada dua macam tipe resiko, yaitu systematic risk dan unsystematic risk.
Systematic risk adalah resiko yang tidak dapat dihindari karena merupakan perubahan atas harga
saham secara keseluruhan, sementara unsystematic risk adalah resiko spesifik terhadap harga
saham perusahaan tertentu dan dapat dihindari.
D. Normative dan Positive Theory
Kemudian, penggunaan teori akuntansi lainnya adalah untuk menjelaskan mengenai praktik
akuntansi itu sendiri. Pada Normative Theory, maka teori akuntansi digunakan untuk membuat
peraturan yang baku yang mengatur praktik akuntansi. Sementara, Positive Theory ditujukan
untuk menjelaskan praktik akuntansi yang dapat diobservasi.
E. Agency Theory
Berikutnya fungsi dari penyediaan informasi akuntansi juga dapat dijelaskan melalui Agency
Theory. Teori ini, pada intinya dikembangkan pada logika dasar bahwa, setiap orang berupaya
untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri. Hal ini terjadi dalam sebuah perusahaan.
Dalam perusahaan, shareholders, yang bertindak sebagai principal, akan mendelegasikan tugas
manajemen kepada manajer, selaku agent dari shareholders. Tujuan utamanya adalah agar
manajer mau memaksimalisasi kepentingan shareholders. Namun demikian, berdasarkan teori
agensi, manajer akan cenderung berupaya untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri
ketimbang kepentingan shareholder. Dengan demikian dbutuhkan akuntansi sebagai proses
kontrol.
F. Human Information Processing
Selanjutnya, mari kita menggeser sudut pandang kita sedikit. Apabila sebelumnya dilihat dari sisi
shareholder, sekarang ada baiknya kita melihat dari sisi manajer. Manajer, cenderung melihat
perusahaan sebagai suatu miliknya yang perlu dibesarkan. Dalam hal ini tentu manajer
memerlukan sumber pendanaan untuk melakukan pengembangan. Di sinilah akuntansi
memegang peranan penting. Bagi manajer, akuntansi merupakan alat yang dapat digunakan
untuk menginformasikan kepada pemegang saham dan calon investor mengenai kinerja
perusahaan sehingga mereka dapat tertarik untuk mempercayakan modal mereka pada manajer
dan manajer dapat lebih leluasa mengembangkan bisnisnya. Untuk itu perusahaan membutuhkan
metode untuk berekspektasi mengenai bagaimana investor merespon pada setiap informasi yang
diberikan, atau yang dikenal sebagai Human Information Processing.
G. Critical Perspective Research