Nama Lengkap
Jabatan
Pangkat dan golongan
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Dokter Umum
Spesialis Kulit dan Kelamin
Spesialis Kulit dan Kelamin Konsultan
Master of Science, Education and
Training System Design
1983 Sekarang
Presiden Republik Indonesia tahun 2004
Presiden Republik Indonesia tahun 2014
Oleh :
Prof. dr. Herry E. J. Pandaleke, MSc, SpKK(K), FINS-DV, FAADV
PROSES PERADANGAN /
INFEKSI
DERMATITIS
DERMATITIS KONTAK
DEFINISI
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yg menempel pada kulit
Epidemiologi
-
JENIS
Etiologi
Bahan bersifat iritan:
-
Bahan pelarut
Deterjen
Minyak pelumas
Asam
Alkali
Serbuk kayu
Patogenesis
Kelainan kulit terjadi akibat kerusakan sel
krn bahan iritan melalui kerja kimiawi / fisis
Bahan iritan :
denaturasi keratin
menyingkirkan
tanduk
lemak
lapisan
Etiologi
Faktor yg berpengaruh:
-
Iritan kuat
: gejala
peradangan klasik di tempat
kontak (eritema, edema,
panas, nyeri)
Iritan
lemah
kelainan kulit timbul setelah
berulang kali kontak
Gejala Klinis
Kelainan kulit beragam, bergantung sifat
iritan, faktor individu, faktor lingkungan
Iritan kuat : gejala akut
-
Faktor Individu
Ras
Usia
Lokasi
Atopi
Faktor lingkungan:
Oklusi
Paling sering
DKI
Tukang cuci
Kuli bangunan
Montir di bengkel
Juru masak
Tukang kebun
Penata rambut
Reaksi iritan :
Dapat
sembuh
sendiri,
menimbulkan
penebalan kulit (hardening)
DKI noneritematosa :
Perubahan
fungsi
sawar
stratum korneum, kelainan
klinis (-)
DKI subyektif :
Penderita
merasa
seperti
tersengat (pedih),
atau terbakar (panas) setelah
kontak dgn
bahan kimia tertentu, mis. asam
laktat
Diagnosis
Anamnesis cermat & gambaran
klinis
MudDKI akut
Lebih ah diketahui
DKI kronis
lebih lambat
PENGOBATAN :
Kortikosteroid topikal
peradangan
DERMATITIS KONTAK
ALERGIK
Definisi
Reaksi peradangan kulit pd
seseorang yg telah mengalami
PROGNOSIS :
Bila bahan penyebab tdk dpt disingkirkan
dgn sempurna, misalnya pd:
DKI kronis dgn penyebab multi faktor
Penderita atopi Prognosis kurang baik
Epidemiologi
Jumlah penderita lebih sedikit
Etiologi
Bahan kimia sederhana, BM
rendah , alergen yg belum diproses
hapten
Sifat hapten :
Lipofilik
Sangat reaktif
: deodoran,antiperspiran,
formaldehid di pakaian
Telinga
Leher
: kalung (nikel), parfum,
alergen di udara, zat warna pakaian
Wajah
Badan
Genitalia :
antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, parfum, kontrasepsi,
deterjen, obat anti hemoroid (di anal)
Faktor individu:
Keadaan kulit pd lokasi
kontak (keadaan stratum
korneum, ketebalan
epidermis)
Status imunologik
(mis.sedang sakit, terpajan
sinar matahari)
Kaki
Lama pajanan
Oklusi
Vehikulum
pH
Faktor individu
2 fase
Fase sensitisasi
pajanan pertama
Fase elisitasi pajanan
ulang dgn alergen
(hapten)
GEJALA KLINIS
Gatal
Akut
GEJALA KLINIS
Kronis
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatosis papuloskuamosa kronik pada kulit yang
sering dijumpai, dapat menyerang anak dan dewasa.
sering hubungkan dengan meningkatnya produksi
sebum daerah kulit kepala dan daerah yang kaya
kelenjar sebum, misalnya muka dan badan.
Kolonisasi P. Ovale diduga berperan.
Klinis dijumpai lesi edematosa berwarna merah jambu
yang ditutupi skuama dan krusta kuning kecoklatan.
Dermatitis seboroik merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada pasien dengan infeksi HIV.
Dewasa:
skalp
wajah (termasuk
blefaritis)
badan:
petaloid
pitiriasiformis
fleksural
eksema
folikular
generalisata/ eritroderma
Gambaran klinis
Infant (bayi) :
skalp (cradle cap)
badan (termasuk lipatan dan area popok)
penyakit Leiner
nonfamilial
disfungsi (familial)
Tatalaksana
Medikamentosa:
Bayi:
kulit kepala.
pelepasan skuama dan krusta dengan 35% asidum salisilat dalam oleum olivarum
menggunakan kortikosteroid potensi
ringan seperti 1% hidrokortison krim atau
losion untuk beberapa hari
sampo yang mengandung antijamur
seperti golongan imidazol.
Dewasa:
kulit kepala
sampo yang mengandung 1-2,5%
selenium sulfida, imidazol, zinc pirition
pelepasan skuama dapat diberikan asam
salisilat atau kortikosteroid, malam hari
dalam vehikulum krim
Antimikotik
Golongan imidazol, seperti itrakonazol,
mikonazol, flukonazol, bifonazol, dan
siklopiroksilamin
Fototerapi
Pada bentuk dermatitis seboroik yang
berat atau eritroderma dapat diberikan
NBUVB
Non-medikamentosa
Hindari obat-obat yang dapat menjadi
pencetus dermatitis like lesion, misalnya
metildopa, preparat emas, arsenik, simetidin,
dan neuroleptik.
Pengaruh musim: daerah dengan udara
dingin dengan kelembaban rendah dapat
memperburuk keadaan. Memperbaiki dan
menjaga kelembaban kulit, perbaiki sirkulasi
udara lingkungan, mengurangi pemakaian
bahan-bahan iritan dalam kehidupan seharihari.
Hidup seimbang
DERMATITIS ATOPIK
DEFINISI
peradangan kulit kronis & residif
gatal
sering terjadi selama bayi & anak-anak
sering berhub.dgn kadar IgE serum
riwayat atopi pd keluarga/penderita
kel.kulit: papul gatal,ekskoriasi-likenifikasi,
distribusi di lipatan
SINONIM
Ekzema atopik
Ekzema konstitusional
Ekzema fleksural
Neurodermatitis diseminata
Prurigo Besnier
EPIDEMIOLOGI
Di AS, Eropa, Jepang, Australia: prevalensi pada anak
10 20%, dewasa 1 3 % := 1,3 : 1
DA cenderung diturunkan
Bila seorang ibu menderita atopi, >1/4 anak akan DA pd
3 bulan pertama,
Bila salah 1 orangtua DA(+, >1/2 anak alergi(+)
spi usia 2 thn dan bila kedua orangtua DA(+)
ETIOPATOGENESIS
Interaksi berbagai faktor: genetik, imunologik,
lingkungan, sawar kulit, farmakologik
Konsep dasar: reaksi imunologik
kadar IgE serum umumnya
kadar eosinofil darah perifer
GAMBARAN KLINIS
Gejala utama: pruritus, malam hari >>
menggaruk: papul,
likenifikasi, eritema,erosi,
ekskoriasi,eksudasi,krusta
3 fase:
1. DA infantil (usia 2 bulan 2
tahun)
2. DA anak (2 10 tahun)
3. DA remaja & dewasa
DA INFANTIL
lokasi: mulai di muka (dahi,pipi) ~ skalp,leher,
pergelangan tangan,lengan & tungkai,lutut
lesi: eritema,papulo-vesikel yg halus,pecah,
eksudatif,krusta generalisata: eritoderma
+ 18 bulan: likenifikasi(+), + 2 tahun:
sembuh/
berlanjut bentuk DA anak
makanan/minuman mengandung susu sapi:
perdebatan!
DA ANAK
kelanjutan bentuk infantil / de novo
lesi lebih kering, kurang eksudatif
Lokasi: lipat siku,lipat lutut,pergelangan tangan
bgn fleksor,kelopak mata,leher, jarang di
muka
Siklus gatal garuk
Sensitif:wol,bulu kucing & anjing,bulu ayam,burung
DA berat >50% BSA: memperlambat pertumbuhan
DA Remaja
DA Dewasa
Lokasi:kurang kharakteristik
tangan,pergelangan tangan,
setempat:bibir(kering,pecah
bersisik),vulva,putting susu,
skalp
Lesi = remaja
Kambuh bila stres (+)
DIAGNOSIS
(Kriteria Hanifin & Rajka)
Kriteria mayor
-Pruritus
-Dermatitis di muka/ekstensor (bayi & anak)
-Dermatitis di fleksura(dewasa)
-Dermatitis kronis atau residif
-Riwayat atopi pada penderita/keluarga
Kriteria minor
-Xerosis
-Infeksi kulit
-Dermatitis nonspesifik pd tangan/kaki
-Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
-Pitiriasis alba
-Dermatitis di papila mame
-White dermographisme&delayed blanch response
-Keilitis
-Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
-Konjungtivitis berulang
-Keratokonus
-Katarak subkapsular anterior
-Orbita menjadi gelap
-Muka pucat atau eritem
-Gatal bila berkeringat
-Intolerans thdp wol/pelarut lemak
-Aksentuasi perifolikular
-Hipersensitif thdp makanan
-Perj.peny.dipengaruhi o/lingkungan&emosi
-Tes kulit alergi tipe dadakan (+)
-Kadar IgE serum meningkat
-Awitan pd usia dini
Diagnosis
3 kriteria mayor & 3 kriteria minor: DA(+)
hospital based & eksperimental
Modifikasi kriteria diagnosis untuk bayi:
3 kriteria mayor:
3 kriteria
minor:
-rwyt atopi keluarga
xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
-dermatitis di muka / - aksentuasi
perifolikular
ekstensor pruritus
-fisura belakang telinga-skuama di
skalp kronis
Diagnosis
(Kriteria William)
-Kondisi kulit gatal (itchy skin) atau anak suka
menggaruk / menggosok
ditambah > 3 kriteria:
-Riwayat terkenanya lipatan kulit
(pipi,anak usia <10 tahun)
-Riwayat asma bronkial/hay fever
-Riwayat kulit kering
-Dermatitis yg tampak di lipatan
-Awitan < usia 2 tahun
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis seboroik (bayi)
Dermatitis kontak
Dermatitis numularis
Skabies
Iktiosis
Psoriasis (palmoplantar)
Dermatitis herpetiformis
Sindrom Sezary
Penyakit Lettere-Siwe
Sindrom imunodefisiensi
(sindr.Wiskott-Aldrich, &
sindr.hiperIgE
PENATALAKSANAAN UMUM
Faktor pencetus tidak sama utk setiap
individu, sehingga perlu identifikasi dan
eliminasi faktor tersebut
Hindari pemakaian bahan iritan (deterjen,
alkohol, astringen, pemutih, dll)
Hindari suhu terlalu panas dan dingin,
kelembaban tinggi
Hindari aktifitas yang banyak berkeringat
Hindari makanan yg dicurigai dpt
mencetuskan DA
Hindari penggunaan
kapuk/karpet/mainan
berbulu
Hindari stres emosi
Obati rasa gatal
PENGOBATAN TOPIKAL
Hidrasi kulit: pelembab beberapa kali
sehari, setelah mandi
Kortikosteroid topikal
Imunomodulator topikal: takrolimus dan
pimekrolimus
Preparat ter
PENGOBATAN SISTEMIK
Kortikosteroid
Antihistamin
Anti-infeksi
Interferon
Siklosporin
PROGNOSIS
Faktor yg berhubungan dgn prognosis kurang
baik:
DA luas pd anak
Anak tunggal
INFEKSI
INFEKSI VIRUS
1.VARISELA
2.HERPES ZOSTER
VARISELA
-Infeksi akut primer virus varisela zoster (VVZ)
-Menyerang kulit & mukosa
-Klinis : gejala konstitusi & kelainan kulit
polimorf, terutama di bagian sentral tubuh
-Tersebar kosmopolit
-Menyerang terutama anak-anak & dewasa
muda
-Transmisi penyakit : aerogen
-Masa penularan + 7 hari (dihitung dari
timbulnya gejala penyakit)
Etiologi
-VVZ termasuk kelompok herpes virus
- Infeksi primer menyebabkan varisela,
reaktivasi menyebabkan herpes zoster
Gambaran klinis
Inkubasi 2 3 minggu
Gejala prodromal (demam & malaese)
Kemudian timbul erupsi kulit :
papul eritematosa vesikel
(ttsan embun/tear drops) pustul krusta
Terapi
Simtomatik : antipiretik, analgetik, antihistamin
gol. sedativa
Topikal
: bedak mengandung zat anti gatal
(mentol, kamfer)
Inf. sekunder
: antibiotik topikal/oral
Antivirus
: asiklovir 5 x 800 mg/hari, 7 hari
atau valasiklovir 3 x 1000 mg
Komplikasi
Anak-anak
: jarang
Dewasa
: ensefalitis, pneumonia,
glomerulonefritis, karditis, hepatitis,
keratitis,konjungtivitis
HERPES ZOSTER
Dampa = Cacar Ular
Penyakit o/k infeksi VVZ
Menyerang kulit & mukosa
Reaktivasi virus setelah infeksi primer
Patogenesis
Virus berdiam di ganglion posterior saraf
tepi & ganglion kranialis
Kelainan kulit setingkat daerah persarafan
ganglion
Kadang2 menyerang ganglion anterior
bagian motorik kranialis gangguan
motorik
Gejala klinis
Gejala prodromal : sistemik (demam,
pusing, malaese), lokal (nyeri otottulang, gatal, pegal, dsb)
Timbul eritema, dlm waktu singkat
vesikel berkelompok dgn dasar kulit
eritematosa & edema
Terapi
Simtomatik :
nyeri analgetik
inf sekunder antibiotik
Antivirus
:
Defisiensi imunitas
Asiklovir 5 x 800 mg/hari, 7 hari
Valasiklovir 3 x 1000 mg hari
Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik rasa
nyeri pada daerah bekas
penyembuhan setelah penyakit
sembuh
INFEKSI BAKTERI
IMPETIGO
IMPETIGO KONTAGIOSA
Definisi
Menyerang epidermis Gambaran khas krusta
kuning kecoklatan seperti madu yg berlapislapis
Lokasi: wajah, leher, ketiak, dan ekstremitas.
Gambaran klinik:
Mulamula macula eritematous
Cepat menjadi vesikel dan bula, kemudian
pustule pecah mengeluarkan secret
encer atau seropurulen warna kekuningan
Kering krusta tebal, terlepas erosi
DD: Impetigo bulosa, Varisela, Ektima
TERAPI
Menjaga kebersihan dengan mandi pakai
sabun 2x sehariKrusta banyak, dilepas
dengan mencuci dengan NaCl Salep
antibiotika topikal, mis: Fucidic acid Bila lesi
banyak, disertai demam, ditambah
antibiotika sistemik (Amoksisilin,
Eritromisin)
IMPETIGO BULOSA
Definisi
lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan,
dinding tegang, terkadang tampak
hipopion
lokasi wajah, ketiak, dada,
punggung, dan ekstremitas
bawah.
Penyebab: Stafilokokus dan
streptokokus
FOLIKULITIS
Definisi
Gejala utama: lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding
tegang, terkadang tampak hipopion
lokasi wajah, ketiak, dada, punggung,
dan ekstremitas bawah.
Penyebab: Stafilokokus dan
streptokokus
Gambaran Klinik
Lepuh tiba-tiba timbul pada kulit normal,
dinding tebal, dan bila pecah
menimbulkan krusta yang coklat, datar,
dan tipis, kadang-kadang ada hipopion.
DD: Impetigo kontagiosa, pemphigus
Terapi
Menjaga kebersihan dengan mandi
pakai sabun 2x sehari
Bila bula besar dan banyak,
sebaiknya dipecahkan lalu diberi
antiseptik (Betadine) atau salep
antibiotik, mis: Fucidic acid
Bila ada gejala konstitusi (demam),
diberi antibiotika sistemik (Amoksisilin,
Eritromisin)
Folikulitis
Definisi
Peradangan folikel rambut,
paling sering pada kulit kepala
dan ekstremitas
Penyebab, terutama:
Stafilokokus
Gambaran klinik
Makula eritematous, papula,
pustula, dan krusta milier
sampai lentikuler, regional,
sesuai dengan pertumbuhan
rambut.
DD
Acne vulgaris
Impetigo
Terapi:
FURUNKEL
Definisi:
Peradangan folikel rambut dan jaringan
subkutan sekitarnya
Penyebab: Stafilokokus aureus
Lokasi: paling sering daerah tubuh
yang berambut dan mudah kena iritasi,
gesekan/tekanan, atau pada daerah
yang lembab spt ketiak, bokong,
punggung, leher, wajah.
Gambaran Klinik
Mula-mula berupa makula
eritematous lentikular-numular
setempat, kemudian menjadi
nodular-lentikular-numular
berbentuk kerucut
DD:
skrofuloderma
Terapi:
Higiene kulit harus ditingkatkan
Bila masih berupa infiltrat dikompres
atau diberi salep Iktiol 5%
Antibiotika sistemik, mis: Eritromisin
Bila lesi sudah matang, dapat dilakukan
insisi dan aspirasi, selanjutnya dikompres
atau diberi antibiotika topikal
KARBUNKEL
Gambaran klinik:
Makula eritematous nodula lentikuler
hingga numuler, regional, bentuk teratur,
dan tampak fistula mengeluarkan sekret
putih / kental
DD:
Acne konglobata
Definisi
Beberapa furunkel yang bersatu
Dibatasi trabekula fibrosa yang berasal
dari jaringan subkutan yang padat
Lokasi: tengkuk, punggung, bokong
Penyebab: Stafilokokus aureus
Terapi
Khusus:
Bila masih infiltrat salep Iktiol 10%
Bila telah matang insisi dan aspirasi,
pasang drainase, kompres dgn NaCl
Antibiotika sistemik, mis: Eritromisin
SELULITIS
Definisi
Penyebab: Streptokokus
beta-hemolitikus dan
stafilokokus
Gambaran Klinik
Pioderma kronik
Terapi
Sistemik: antibiotika
sistemik, mis: eritromisin
Topikal: kompres dengan
NaCl atau dengan
Betadine.
ERYSIPELAS
Definisi
Peradangan akut pada kulit
Penyebab: Streptokokus betahemolitikus
Gejala utama: kemerahan kulit
Lokasi: kaki, tangan, wajah
GAMBARAN KLINIK
Makula eritematosa,
numular s/d plakat,
berbatas tegas,
edematous
nyeri tekan
TERAPI:
Sistemik:
antipiretik dan analgetik
Antibiotika, mis: eritromisin
INFEKSI
MIKOBAKTERIUM
MYCOBACTERIUM LEPRAE
SINONIM : LEPRA=KUSTA=MH
Peny. infeksi kronik
Penyebabnya Mycobacterium leprae
Saraf tepi: afinitas pertamakulit,
mukosa tr.resp.bgn atasorgan
lain(kecuali ssp)
Epidemiologi
Indonesia urutan ke-3(India,Brasil)
Cara penularan,ada 2 anggapan:
1. kontak lgsg antar kulit lama&erat
2. inhalasi
Masa tunas:
sgt bervariasi, 40 hr 40 thn,rata2 3 5 thn
Sumber infeksi: manusia, lain ?
Etiologi
Mycobacterium leprae
Patogenesis
Cara masuk:
kulit lecet, mukosa nasal
Sel target u/pertumbuhan M.leprae
sel Schwann (saraf)
Kusta tipe LL:
sist.imun.seluler makrofag tdk mampu
hancurkan kuman multiplikasi jar.rusak
Kusta tipe TT:
sist.imun.seluler makrofag hancurkan
kuman
makrofag jd sel epiteloid rx jar.
rusak
Klasifikasi
Tujuan:
1.
2.
3.
Menentukan rejimen
tx,prognosis &
komplikasi.
Menemukan pasien2 menular
(target utama pengobatan)
Identifikasi pasien yg akan
menderita cacat
Klasifikasi
WHO (1988):
Kusta Pausi Basiler (PB)
Kusta Multi Basiler (MB)
Gambaran klinik
Kusta Indeterminate
makula/infiltrat
hipopigmentasi sisik , kulit sktr
normal
jumlah sedikit (satu/beberapa)
asimetrik
hipestesi
sdkt penebalan saraf
ekst ekstremitas, bokong, muka
Gambaran klinik
Kusta PB
Lesi:
* Tipe: makula, infiltrat, makula dibatasi infiltrat
Warna: hipopigmentasi/eritem
Distribusi asimetris
Jumlah 1 5 Saraf:
Kusta PB
Kusta MB
Lesi
* Tipe:makula,plak,papul,
infiltrat, nodus
Permukaan:halus berkilat
Distribusi lebih simetris
Jumlah 5 lesi
Hilangnya sensasi jelas
Kerusakan saraf banyak cabang
BTA:positif
Tes Lepromin: negatif
Kusta MB
Diagnosis
Tanda kardinal (utama):
1. Bercak kulit yg mati rasa
2. Penebalan saraf tepi
3. Ditemukan kuman tahan
asam
Dx : minimal 1 dari 3 tanda,
Pemeriksaan
pasien
* Rasa nyeri
B. Tes otonom
Dasar: gangguan berkeringat di
makula anestesi
Tes anhidrosis:
* Tes dgn pinsil tinta (tes
Gunawan)
* Tes pilokarpin
Tes motoris
N.Ulnaris
N.Peroneus lateralis
PEMERIKSAAN SARAF TEPI
N. Aurikularis magnus
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Indeks Bakteri (IB)
Obat
PB (6 bulan)
MB (12 bulan)
Rifampicin
600mg /bln,
*supervised
600mg /bln
*supervised
DDS
100mg /hari
100mg/hari
Lamprene
300mg/ bln*
+ 50mg/hari
DOSIS ANAK
TATA-LAKSANA :
1.
PENGOBATAN SIMTOMATIS :
pengobatan ulkus
pengobatan reaksi
2.
PERBAIKAN GIZI/K.U.
3.
REHABILITASI MEDIK
4.
EDUKASI :
keteraturan berobat
pencegahan kecacatan
INFEKSI JAMUR
Tinea Kapitis =
Ringworm of the scalp,
trichophytosis
capitis,
tinea tonsuran, herpes
tonsuran
Etiologi
Penyebab berbeda sesuai geografis
Spesies Trichophyton sp. dan Microsporum sp
Berdasarkan ekologi, dermatofita digolongkan
dalam: antropofilik (pada manusia), zoofilik (pada
binatang), geofilik (di tanah)
Berdasarkan tempat menghasilkan artrospora:
ektotriks dan endotriks
Gejala Klinis
1. Grey patch ringworm
2. Bentuk radang
3. Blackdot ringworm
4. Favus
Definisi
.Infeksi jamur pada kulit dan rambut
kepala, alis mata, dan bulu mata,
disebabkan oleh spesies
Microsporum sp. dan Trichophyton
sp.
Gejala klinis
Epidemiologi
Tersebar di seluruh dunia
Prevalensi tertinggi di Afrika, Asia, dan
Eropa Tenggara
Medan 0,4% (1996-1998)
RSCM Jakarta 0,61-0,87% dari kasus
jamur kulit (1990-1991)
Manado 1,2 -6% (1990-1991)
Bentuk radang
M. canis, M. gypseum, T.
mentagrophytes dan T. violaceum
Folikulitis pustular sampai bentuk kerion
(massa benjolan lunak, basah dgn rambut
yang patah dan pus, limfadenopati)
Gatal, demam, dan sakit
Dapat menimbulkan jaringan parut yang
berakibat alopesia menetap
gejala klinis
Blackdot ringworm
Penyebab: jenis endotriks T.
tonsurans dan T. violaseum
Rambut sangat rapuh dan patah
tepat di muara folikel, sehingga
ujung rambut yg hitam di dalam
folikel rambut terlihat sebagai
bintik hitam
Favus
Bentuk berat dan kronis,
disebabkan oleh T. schoenleinii
Skutula (krusta berbentuk
mangkuk berwarna merah kuning
dan berkembang menjadi
kecoklatan)
Dasar krusta: cekung, merah,
basah, dan berbau seperti tikus
(mousy odor)
Dapat terjadi skar, atrofi, dan
alopesia permanen
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
Diagnosis
Anamnesis, gambaran klinis,
pemeriksaan KOH dan
biakan jamur, pemeriksaan
lampu Wood
Penatalaksanaan
Griseofulvin : ultramicosize 15
mg/kgBB), microsize 20-25 mg/kgBB
Ketokonazol 3,3 - 6,6 mg/kgBB, 3-6 minggu
Itrakonazol 5 mg/kgBB/hari, 2-4 minggu
Flukonazol 6 mg/kg/hari, 20 hari
Terbinafin 62,5 250 mg/hari, 2-8 minggu,
umumnya 3-6 mg/kgBB
Pengobatan tambahan
Shampo ketokonazol 2% atau selenium
sulfid 1% atau 2,5%, 3x/minggu utk
pasien dan keluarga, didiamkan pd kulit
kepala 5 menit
Shampo zinc pyrition 1% atau 2% dan
antiseptik povidon iodin 2,5%
Pencegahan hindari pemakaian
bersama topi, telepon, pakaian, alat-alat
rambut
Komplikasi
Alopesia menetap
Infeksi bakteri
Definisi
Tinea korporis: infeksi jamur golongan
dermatofit di daerah kulit tidak berambut
/kulit halus (glabrosa) kecuali telapak
tangan, telapak kaki, dan inguinal
Tinea kruris: infeksi jamur golongan
dermatofit di inguinal, pubis, dan
perineum
Etiologi
Mycrosporum,
Trichophyton,
Epidermophyton
Epidemiologi
Seluruh dunia, paling banyak di
daerah tropis dan subtropis
Tinea kruris laki-laki > wanita,
orang dewasa > anak-anak
Cara penularan
Kontak langsung: manusia ,
binatang, serpihan jamur pada
handuk dan benda lain,
autoinokulasi bagian tubuh lainnya
Patogenesis
Terjadi setelah kontak dengan pasien,
binatang peliharaan yang terinfeksi, tanah
yang terkontaminasi jamur
Pakaian ketat, kondisi hangat dan lembab
faktor predisposisi, menyebabkan
kekambuhan tinggi
Antigen jamur golongan Trychophyton
memacu repons imun melalui reaksi
hipersensitivitas tipe 1 dan tipe 4
Gambaran klinis
Tinea korporis
Tinea korporis
Tinea Korporis
gambaran klinis
Tinea korporis pd area wajah
tinea fasialis
Gambaran klinis
Tinea kruris
Faktor predisposisi: friksi dan
maserasi, banyak di daerah iklim
hangat
Umumnya gatal dan sampai nyeri
krn iritasi akibat digaruk
Tinea kruris:
Kandidiasis intertrigenosa
Dermatitis seboroik
Eritema intertrigo
Eritrasma
Dermatitis kontak alergi/Dermatitis kontak iritan
Neurodermatitis sirkumskripta
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis
o KOH 10 - 20% : hifa (dua garis lurus sejajar
transparan, bercabang dua dan bersepta)
dengan atau tanpa artrospora (deretan spora
di ujung hifa)
Kultur
Penatalaksanaan
Umum:
lesi meradang dan akut/ infeksi sekundar antibiotika oral dan kompres NaCl
Pencegahan kekambuhan:
Daerah intertrigenosa dikeringkan
sesudah mandi dan diberikan bedak
anti jamur
Pakaian dan handuk sering ganti dan
dicuci dgn air hangat/disetrika/dry
clean
Hindari pakaian ketat, sebaiknya
longgar dari bahan katun
Hewan peliharaan (kucing, anjing) yg
terinfeksi harus diobati juga
Tinea Pedis
Foot ringworm
Athletes foot
Definisi
Infeksi pada kaki atau
jari kaki oleh dermatofita
Epidemiologi
Pada pengguna sepatu atau
pelindung kaki tertutup dalam
jangka lama
Dewasa > anak-anak
Pria > wanita
Etiologi
Trichophyton rubrum
Trichophyton mentagrophytes
Epidermophyton floccosum
Gambaran Klinis
Tipe interdigital: paling sering, terutama sela jari
ke tiga dan ke empat. Tampak skuama, eritema,
dan erosi. Gatal pada udara panas
Tipe kronik hiperkeratotik: biasanya bilateral
pada telapak kaki dan tumit
Tipe vesikobulosa: vesikel, vesikopustul atau
bula pada telapak kaki dan tepinya
Tipe akut ulseratif: jarang, koinfeksi dengan
bakteri yang parah
Pengobatan
Golongan azol 4 minggu
Golongan alilamin dan benzilamin
1-2 minggu
Kasus berat dan luas perlu antijamur
sistemik seperti Terbinafin 250mg/ hr
selama 2 minggu, Itrakonazol 2x
200mg/ hari (5mg/kg BB) selama 2
minggu
Komplikasi
Tipe interdigital Selulitis berulang
Tipe vesikobulosa reaksi id vesikular
Infeksi kronis tinea pedis dapat
mencetuskan atau memperburuk atopi
Pemeriksaan Laboratorium
KOH dari kerokan kulit artrospora
dan hifa
Nonmedikamentosa
Edukasi ttg higiene kaki
Cuci kaki dgn sabun antibakteri secara
teratur , keringkan jari dan sela jari
Gunakan kaos kaki katun yg menyerap
keringat dan sering ganti kaos kaki
Hindari sepatu tertutup
INFEKSI PARASIT
SKABIES
Penyakit kulit yang disebabkan
infestasi & sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei var hominis dan
produknya
Gejala Klinis
Gatal ok sensitisasi terhadap sekreta & ekskreta tungau
4 tanda kardinal:
1.
Pruritus nokturna : Gatal malam
hari
2.
Menyerang manusia secara
berkelompok
3.Terowongan (kunikulus) pada predileksi. Bila timbul inf.
sekunder, maka
terjadi pustul, ekskoriasi dll
- Predileksi : sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan
bagian
volar, lipat ketiak, areola
mamae, umbilikus, bokong,
genitalia eksterna &
perut
bagian bawah
4.
Ditemukan tungau (paling diagnostik)
Cara penularan:
- Kontak langsung (kulit & kulit)
- Kontak tidak langsung (melalui benda2)
Etiologi
Laboratorium
Untuk pembantu diagnosis, tungau dpt
ditemukan dengan cara:
Papul/vesikel pd ujung terowongan
dicongkel dgn jarum/skalpel diletakkan
di atas kaca objek & ditutup dgn kaca
penutup dilihat di bawah mikroskop
cahaya
Kriteria Diagnosis
1.
Anamnesis
2.
Manifestasi klinis
3.
Pemeriksaan penunjang
Pengobatan
1.
2.
3.
4.
5.
G O N O R E
Penularan: genito-genital, oro- genital & ano-genital
Manual: alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dsb.
Gonore genital & ekstra genital.
DEFINISI
Perawatan
Hilangkan faktor predisposisi, mis. dgn
penyuluhan higiene perorangan &
lingkungan
Gonore mencakup
semua penyakit
Neisseria Gonorrhoeae
Colonies of N. Gonorrhoeae
ETIOLOGI
Penyebab: Gonokok ditemukan oleh Neisser thn 1879,
diumumkan thn 1882
Masuk kelompok Neisseria
Ada 4 spesies:
- Neisseria Gonorrhoeae
- Neisseria Meningitidis Patogen
- Neisseria Catarrhally
- Neisseria Pharyngis Sicca
Komensal
Gonokok:
Gol. Diplokok, bentuk biji kopi,
lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, tahan asam.
Diagnostic Gram-Stained
smear of urethral exudate
Sifat Gonokok:
Negatif - gram
Di luar & di dalam leukosit
Tidak tahan lama di udara bebas
Cepat mati dalam suasana kering, tidak
tahan suhu > 39 & zat desinfektan.
GAMBARAN
KLINIS
Masa tunas:
sangat singkat,
: 2-5 hari/lbh lama,
: sulit ditentukan
ok asimptomatik
Keluhan subyektif:
:- Gatal, panas dibagian distal uretra sekitar OUE,
disuria, polakisuria, duh tubuh di ujung
uretra, darah (kadang2), nyeri waktu ereksi.
:-Gamb.klinis &
prjlnn penyakit berbeda dgn gej. subyektif,
jarang (akut / kronik), kel.
obyektif hampir tidak ada.
Gonococcal vulvovaginitis
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, px. klinis &
px.pembantu (5 tahap) :
A.
Sediaan langsung: pengecatan gram
Gonococcal ophthalmia
neonatorum
Konjungtivitis gonore
(blenore)
B.
C.
D.
E.
Kultur(biakan)
Tes definitif
Tes beta-laktamase
Tes Thompson
PENGOBATAN
Dianjurkan obat dgn dosis tunggal.
BAKTERIAL VAGINOSIS
Definisi:
Sindrom klinik akibat pergantian
lactobasillus Spp penghasil H2O2 yg mrpk
flora normal vagina dgn bakteri anaerob
dlm konsentrasi tinggi (Bacteroides Spp,
Mobiluncus Spp, Gardnerella vaginalis
& Mycoplasma hominis.
Etiologi:
Gardnerella vaginalis
Bakteri anaerob
Mycoplasma hominis
Gambaran Klinis:
Anamnesis:
Duh tubuh bau amis (bau tdk
menyenangkan) nyata sesudah hub.
Seksual
Gatal/rasa terbakar didaerah vagina
(ringan)
Asimtomatik (50%)
Pemeriksaan Fisik:
Duh tubuh vagina jumlahnya > normal,
berwarna putih abu-abu, tipis &
homogen, tampak melekat pd dinding
vagina, bau amis, tidak berbusa.
Eritema & inflamasi tdk ditemukan
(biasanya)
Laboratorium:
Sediaan basah, clue cells (+) (sel epitel vagina
yg granuler, diliputi kokobasil shg batas tdk jelas)
Pewarnaan Gram:
Batang-batang gram negatif yg banyak
Sel epitel dgn kokobasil banyak
Sedikit/tanpa laktobasil
Biakan, media agar Casman & Protease peptone
starch agar (jarang dilakukan)
Pemeriksaan gas liquid chromatography
(kepentingan riset)
Pemeriksaan lainnya:
Ukur pH vagina dgn kertas indicator (4,5 5,5)
Tes amin (1 tetes larutan KOH 10%) pd sekret
vagina diatas kaca objek (Positif bila bau amis
tercium)
Dasar Diagnosis:
Gejala klinik khas (sekret vagina
abnormal)
Ph > 4,5
Tes amin positif pH 4,5 5,5
Clue cells positif
Dx bisa ditegakkan 3 dari 4
kriteria ditemukan.
Bl sediaan basah mikroskopik tdk
dpt
dilakukan,
sediaan
dgn
pewarnaan gram yg diambil dari
fornix post. dpt dilakukan utk
mengidentifikasi
clue
cells
(spesifitas & sensitifitas > tinggi
dibanding kriteria lain).
Diagnosis Banding:
Trikomoniasis
Kandidosis vulvovaginalis
Terapi:
Metronidazol 500 mg 2 x sehari selama 7 hari
Metronidazol oral 2 gram dosis tunggal
Klindamisin krem 2% intravaginal, aplikator
penuh (5 gram), 7 hari dipakai saat akan tidur
Metronidazol gel 0,75% intravaginal, aplikator
penuh (5 gram) 2 kali sehari selama 5 hari
Klindamisin 300 mg 2 kali sehari selama 7
hari
500 mg amoksisilin + 125 mg asam
clavulanat 3 kali sehari selama 7 hari
Sefaleksin 500 mg 4 kali sehari selam 7 hari.
BAKTERIAL
VAGINOSIS
KANDIDOSIS
VULVOVAGINALIS
Definisi:
KVV/kandidiasis/kandidosis vaginal:
Infeksi vagina & atau vulva oleh
kandida, khususnya C. albicans,atau
Kadang2 T. glabrata. Spesies lain
(C. tropicalis, C. stellatoidea, C.
pseudotropicalis, C. krusei) sangat
jarang.
Etiologi:
Candida albicans & ragi (yeast) lain dari
genus kandida.
Kandida: mikroorganisme poprtunis, dpt
Dijumpai di slrh badan, terutama dlm mulut,
kolon, kuku, Vagina & sal. anorektal.
Kandida tumbuh sbg blastospor bentuk oval
Tanpa kapsul, berproduksi mll pembentukan
tunas, hifa yg pipih, memanjang tdk
b.cabang dpt tumbuh dlm biakan/in vivo sbg
tanda penyakit yg aktif/budding 8590% yg
terdapat divagina: Candida albicans
Gambaran Klinis:
Anamnesa
Sering keluhan: duh vagina & pruritus akut
(plg sering pruritus vulva)
Duh vagina tidak terlalu nyata & sering
hanya sedikit (khas berupa gumpalan
seperti keju) tapi dpt bervariasi dari encer
sampai kental & homogen.
Nyeri bagina, iritasi, rasa terbakar pd vulva,
dispareunia & disuria sering juga terdapat.
Bau duh tubuh hanya sedikit & tidak
menusuk.
Pemeriksaan fisik:
Serviks normal
Laboratorium:
Sediaan diambil dr duh tubuh/ pseudomembran,
kmdn diperiksa dgn menggunakan garam
fisiologis, KOH 10% / dgn pewarnaan Gram
Hasil positif dgn KOH: tampak kandida dlm
bentuk
sel
ragi
berupa
sel-sel
tunas
(blastospora), pseudohifa & hifa yg bersepta.
Dgn pewarnaan gram: Kandida bersifat gram
positif
Pd pemeriksaan bahan dr duh tubuh vagina,
pseudohifa mudah ditemukan, sel tunas jarang.
Dasar Diagnosis:
Diagnosis KVV ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis yg khas
Px. laboratorium yg menunjang.
Tanda klinis, gejala maupun
konfirmasi kultur kandida yg positif
sec. sendiri2 tdk dpt dijadikan dsr
diagnosis.
Px. sediaan basah & sediaan apus
sekret vagina & serviks sgt berguna,
walaupun utk mendeteksi jamur
kandida, sensitifitasnya jauh lebih
rendah dibanding biakan.
Diagnosis Banding:
Vaginosis Bakterial
Trichomoniasis
Terapi:
Ketokonazol 2 x 200mg 5 hari
Itrakonazol 2 x 200mg dosis tunggal
atau 2 x 100mg 3 hari
Flukonazol 150mg dosis tunggal.
KANDIDOSIS VAGINALIS
Keuntungan pemeriksaan sediaan
basah:
Dpt menyingkirkan adanya T. vaginalis.
Dpt memeriksa adanya clue cell.
Menemukan bentuk pseudohifa
Menghitung jumlah lekosit.
Pd KVV jumlah lekosit
perlap. pandang sedikit sekali, berbeda
bila terdapat infeksi N. gonore,
T. vaginalis jumlah lekosit jauh lebih
banyak.
(Biakan
media
agar
Sabouraud) sebaiknya dilakukan bila
jamur kandida tidak dapat ditemukan
pd sediaan basah, sdgkn kemungkinan
infeksi lain dapat disingkirkan.
TRIKOMONIASIS
Definisi / Etiologi:
Infeksi sal. urogenital yg dpt bersifat
akut/kronik
& disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Gambaran klinis:
Pada Wanita:
Anamnesa:
Duh tubuh vagina yg khas berbusa &
warna kuning kehijauan, dpt hanya
sedikit/banyak (paling sering), tapi ada
yg tanpa gejala.
Vulva menjadi tidak nyaman, bau tak
enak, serta adanya disuri.
Pemeriksaan fisik:
Inflamasi vulva (vulvitis) & vagina
(vaginitis) dpt mengakibatkan abses
kecil
yg tampak sbg granulasi
berwarna
merah
(strawberry
appearance).
Pada Pria:
Anamnesa:
Asimptomatik (umumnya), kadang2 sekret uretra (+).
Disuri, poliuri (akut).
Gatal pd uretra.
Urin keruh pagi hari (kronik).
Pemeriksaan fisik:
Sekret uretra mukoid/purulent (akut).
Balanopostitis (pd bbrp orang bila tdk sirkumsisi).
Laboratorium:
Sediaan basah, diambil dr duh tubuh ditetesi
garam faali. Hasil (+), terlihat pergerakan aktif
flagella dibawah mikroskop.
Biakan, kultur dgn memakai media cair/
semisolid.
Pewarnaan Papanicolaou & hapusan serviks.
Pemeriksaan tes antibodi monoclonal.
Dasar Diagnosis:
Gejala klinik (belum bisa akurat)
Pemeriksaan sediaan basah dr
duh tubuh (pd wanita akurasi 50
70 %)
Kultur (paling akurat)
Diagnosis Banding:
Bakterial vaginosis
Kandidosis vulvovaginal
Terapi:
Metronidasol dosis tungal 2
gram / 3 x 500 mg perhari selama
7 hari
Nimorazol dosis tunggal 2 gram
Tinidazol dosis tunggal 2 gram
Ornidazol dosis tunggal 1,5 gram
Anjuran:
Pengobatan
thdp
pasangan
seksual utk mencegah jangan tjd
infeksi pingpong.
Jangan melakukan hub. seksual
selama pengobatan & sebelum
dinyatakan
TRIKOMONIASIS
PATHOFISIOLOGI:
Luka bakar disebabkan pengalihan energi
dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dpt dipindahkan lewat hantaran atau
radia elektromagnetik.
Luka bakar dpt dikelompokkan menjadi LB
termal, radiasi atau kimia.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel.
Respon Renalis .
Dengan menurunnya volume intra vaskuler, maka
aliran plasma ke ginjal dan GFR (Laju Filtrasi
glomerulus akan menurun yang mengakibatkan
haluran urine menurun. Jika resusitasi cairan tidak
adekuat/terlambat maka kemungkinan terjadi
gagal ginjal akut.
Respon Gastrointestinal.
Respon umum yang biasa terjadi pada
klien luka bakar >20 % adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan
oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin
terhadap adanya perlukaan yang luas.
Pemasangan NGT akan mencegah
terjadinya distensi abdomen, muntah dan
potensial aspirasi.
Respon Immunologi:
Respon immunologi dibedakan dalam dua , yaitu :
1. Respon barier mekanik. Sebagai
barie mekanik, kulit berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan
diri yang penting dari
organisme yang mungkin
masuk.
2.Respon immun selular.
Respon Pulmoner
- Meskipun tdk terdpt cedera pulmoner, hipoksia dpt
dijumpai.
- Pd kondisi berat konsumsi Oksigen oleh tubuh
akan meningkat dua kali lipat.
- Cedera pulmoner : saluran nafas atas dan cedera
dibawah glotis.
- Karbonmonoksida merupakan gas yg paling sering
menimbulkan cedera inhalasi.
- Penurunan kelenturan paru, penurunan kadar
Oksigen serum dan asidosis respiratorik dpt terjadi
dlm 5 hari pertama setelah LB.
LB Derajat Tiga :
Destruksi total epidermis serta dermis dan pd
sebagian kasus, jaringan yg ada dibawahnya.
Warna LB sangat bervariasi. Daerah yg
terbakar tdk terasa nyeri krn serabut saraf
hancur.Folikel rambut dan kelenjar keringat
rusak.
Umumnya LB memiliki kedalaman yg tidak seragam.
Rules of Nines
9%
Anterior 18 %
9%
9%
Posterior 18 %
1%
18%
18%
Mematikan Api.
Mendinginkan LB.
Menutup LB.
Mengirigasi LB kimia.
PENGGANTIAN CAIRAN
Kebutuhan cairan yg diproyeksikan dalam 24
jam pertama dihitung berdasarkan luas luka
bakar.
Rumus konsensus :
2-4 ml X kg berat badan X % LB.
Kombinasi cairan :
1. Koloid: whole blood, plasma, dll.
2. Kristaloid/elektrolit: NaCl, RL
Rumus ini hanya sebagai panduan: determinan
yg utama adalah respon pasien yaitu :
Frekuensi jantung, tekanan
darah dan haluaran urine.
Perencanaan Keperawatan:
1. Meningkatkan pertukaran gas dan
bersihan jalan nafas.
2. Memulihkan Keseimbangan cairan dan
Elektrolit.
3. Mempertahankan suhu tubuh normal.
4. Mengurangi nyeri dan Ansietas.
5. Pemantauan dan Penatalksanaan
Komplikasi:
- Gagal Nafas akut.
- Syok Sirkulasi.
- GGA
- Sindrom kompartemen.
- Ileus Paralitik & Tukak Curling
PERAWATAN LUKA BAKAR
FASE AKUT/INTERMEDIATE.
Fase akut berlangsung setelah fase
resusitasi, dimulai 48-72 jam setelah
terjadi LB.
Perhatian ditujukan pada pengkajian dan
pemeliharaan status respirasi, sirkulasi,
keseimbangan cairan elektrolit, dan
prioritas utama pada perawatan luka
bakar dan pengendalian nyeri.
LB merupakan luka yg unik. Dengan
cepat akan didiami bakteri patogen,
mengalami eksudasi dg perembesan
sejumlah protein, air serta elektrolit, dan
kerap kali memerlukan pencangkokan.
PERENCANAAN KEPERAWATAN:
1. Memulihkan keseimbangan Cairan. Cegah
terjadi kelebihan cairan. Pantau ketat intake
dan out put cairan.
2. Mendeteksi dan mencegah infeksi.
Penerapan tehnik aseptik dlm prosedur
perawatan luka.Pemberian terapi antibiotik
topikal.
3. Mempetahankan nutrisi yg adekuat.
4. Memperbaiki integritas kulit dg Perawatan
Luka. Perawatan luka terbuka dan
tertutup.Debridemen, Perawatan Skin Graft.
5. Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.
Gunakan analgetik sebelum ganti balutan.
Lakukan teknik manajemen nyeri.
6. Meningkatkan
mobilitas
fisik.
Untuk
mencegah komplikasi akibat immobilisasi.
7. Memperkuat strategi koping.
8. Mendukung pasien dan proses dlm Keluarga.