: 1. Siti Patimah
Asisten
( 240110130057 )
2. M. Rizky Ramanda
( 240110130064 )
3. Tri halimah
( 240110130065 )
4. Encep Farokhi A
( 240110130069 )
5. Rikha Nurhasanah
( 240110130072 )
6. Ilham Makarim
( 240110130077 )
7. Deliana Islami
( 240110130079 )
: 1. Valentina Purba
2. Desny Anggelina
3. Yohanes Christian
4. Rosullah Aprilian Ihsan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi alat mesin pertanian (alsintan) khususnya sprinkler
untuk tanaman sayuran harus dipertimbangan secara cermat agar mampu
berkembang secara mandiri. Pada metoda irigasi curah, air irigasi diberikan
dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman
seperti hujan. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan
melalui orifice kecil
atau nozzle.
Tekanan
biasanya
didapatkan
dengan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum ini agar mahasiswa mampu :
1. Memahami mengenai irigasi curah;
2. Mengetahui manfaat dari irigasi curah;
3. Mengaplikasikan irigasi curah dengan baik dan benar.
1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran
1.3.1 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah sebagai berikut:
1. Alat Tulis
2.
3.
4.
5.
Kalkulator
Laptop
Data kedalaman air pada masing masing catch can.
Tabel 11.1 Discharge (gpm) for straight bore mozzles of various sizes
Qs
= debit sprinkler (gpm)
Cd
= koefisien debit pada nozzle dan sprinkler = 0,96
D
= diameter dalam nozzle (inches)
P
= tekanan air pada nozzle (psi)
2. Mencari jarak lemparan pada Tabel 11.2 dengan data yang diketahui yaitu
ukuran nozzle 5/8 dan tekanan nozzle sebesar 75 psi.
3. Mengurutkan data kedalaman air dari volume terkecil sampai terbesar.
4. Menghitung jumlah dan rata rata volume kedalaman air (dz).
5. Menghitung selisih setiap data antara volume rata rata dengan volume
awal dengan menggunakan rumus:
6. Menghitung total selisih setiap data:
7. Menghitung nilai:
|d zd i|
|d z d i|
n d z
Dimana:
CU
n
dz
di
9. Menghitung nilai d LQ
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1 Pentingnya perencanaan jaringan irigasi
Pada dasarnya kinerja jaringan irigasi merupakan resultante dari kinerja
manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi dan kondisi fisik jaringan irigasi
secara simultan. Antar keduanya terdapat hubungan timbal balik: kondisi fisik
jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan pengoperasiannya tidak optimal; di sisi
lain jika operasi dan pemeliharaannya tidak memenuhi ketentuan teknis yang
dipersyaratkan maka kondisi fisik jaringan irigasi juga tidak akan berfungsi
optimal.
Jaringan irigasi merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem irigasi
dalam pengertian perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Evaluasi dan
upaya perbaikan yang terkait dengan kondisi perangkat keras mungkin lebih
mudah dilakukan karena parameternya lebih jelas dan mudah diamati. Berbeda
dengan itu, evaluasi dan upaya perbaikan dalam konteks perangkat lunak relatif
lebih sulit karena melibatkan pula aspek-aspek yang sifatnya intangible.
Implikasinya, evaluasi kinerja jaringan irigasi dan upaya perbaikannya
membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan sistematis. Dalam konteks itu,
harus diperhitungkan pula persoalan-persoalan yang terkait dengan implikasi dari
perubahan pola manajemen irigasi dari PP 23/1982 ke PP 77/2001 dan kemudian
juga berubah lagi agar sesuai dengan UU No. 7 Th. 2004.
Urgensi perbaikan kinerja jaringan irigasi terkait dengan beberapa faktor
berikut. Pertama, peningkatan produksi padi merupakan program nasional yang
strategis sementara itu dalam
melakukan peningkatan luas tanam padi melalui perluasan lahan sawah baru (new
construction) sangat terbatas. Kedua, perbaikan kinerja jaringan irigasi tidak
hanya potensial untuk meningkatkan
petani sebagai pelaku utamanya adalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang relevan dengan implementasi kebijakan pengelolaan irigasi yang baru.
Kelima, perbaikan kinerja jaringan irigasi merupakan salah satu cara untuk
menekan kemubaziran investasi pembangunan sistem irigasi. (Arif, S. 1996)
2.2 Metode Irigasi Curah (Sprinkler) dan Irigasi Tetes
2.2.1 Irigasi Curah (Sprinkler)
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan
pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan
pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masingmasing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah
memiliki posisi yang tepat),serta continius system (alat pencurah dapat dipindahpindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated
pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle. Sprinkle jenis ini
ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau
tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk
continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling
sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
2.2.2 Irigasi Tetes
Irigasi tetes (Drip/Trickle irrigation) merupakan suatu sistem irigasi dengan
memberikan air, tetes demi tetes atau perlahan secara kontinyu langsung pada
permukaan tanah atau daerah perakaran tanaman, disesuaikan dengan kebutuhan
air untuk tanaman (Suranto dan Supriyono, 1989; Hillel, 1982). Prinsip kerja
irgasi tetes adalah pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bagi
tanaman, dengan cara meneteskan air melalui emiter, yang mengarah langsung
pada zona perakaran. Irigasi tetes merupakan pengembangan dari irigasi yang
sudah ada sebelumnya, misalnya saja irigasi permukaan, irigasi pancar dll. Irigasi
ini sangatlah efektif untuk efisiensi penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini
a. Meningkatkan nilai guna air : Secara umum, air yang digunakan pada
irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
: Dengan irigasi tetes,
kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian :
Pemberian
pupuk
dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga
pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah
perakaran
d. Menekan resiko penumpukan garam
Dimana:
Q
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
tekanan
yang
bekerja,
bertambahnya ukuran nozel dan juga bertambahnya kemiringan sudut dari nozel.
2.4.3 Pola Distribusi
Volume dan tingkat aplikasi air di bawah suatu sprinkler secara normal
adalah bervariasi dengan jarak dari sprinkler. Pola dari variasi ini dinamakan pola
distribusi, yang secara normal konsisten untuk sebuah tekanan, bentuk nozel, dan
angin yang diberikan. Ciri khas dari pola-pola disribusi di bawah sebuah impact
sprinkler konvensional dengan bentuk nozel yang tetap dan tekanan yang
bervariasi diilustrasikan pada Gambar 1.
berbentuk donat. Ukuran butiran air yang lebih bemacam yang dikarenakan oleh
tekanan nozel yang lebih tinggi secara normal akan menghasilkan pola distribusi
yang berbentuk segitiga. Tekanan yang sangat tinggi meningkatkan persentasi dari
butir-butir air yang kecil.
2.4.4 Laju Aplikasi
Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air kepermukaan tanah yang
disemprotkan dari lubang nozel . Laju siraman dari sekelompok sprinkler disebut
laju aplikasi (application rate), dinyatakan dengan satuan mm/jam. Dalam
rancangan
desain
irigasi
sprinkler,
diameter
curahan/penyiraman
nozel
mempengaruhi nilai laju penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan antar
lateral, serta menentukan luas lahan yang dapat terairi (Idham, 2010).
Laju aplikasi atau laju penggunaan adalah paramater yang sangat penting
yang digunakan untuk mencocokkan sprinkler dengan tanah, tanaman, dan medan
dimana sprinkler-sprinkler tadi akan beroperasi. Laju aplikasi memiliki dimensi
panjang per unit waktu (Idham, 2010).
Ketika beberapa sprinkler yang identik berjarak Se dengan grid Sl,
Persamaan dapat digunakan untuk menghitung laju aplikasi rata-rata. Besarnya
laju infiltrasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Keller dan
Bleisner, 1990):
dimana :
I
Se
Sl
sprinkler, dan arah serta kecepatan angin. Laju aplikasi harus lebih kecil dari laju
infiltrasi tanah, sehingga aliran permukaan (run off) dan erosi tanah dapat dicegah.
Bagi kebanyakan sprinkler, variasi tekanan dalam pengoperasian kecil, kalau pun
ada, berpangaruh kepada laju aplikasi rata-rata dari sebuah sprinkler tunggal.
Sebagai contoh, saat tekanan bertambah, peningkatan Q cenderung diimbangi
dengan peningkatan area basah. Laju aplikasi rata-rata dari beberapa sprinkler
identik yang yang berjejer bagaimanapun cenderung untuk berhubungan secara
langsung kepada tekanan sejak L dan S tetap dan Q bertambah.
Laju aplikasi rata-rata untuk sebuah sprinkler tunggal bervariasi secara luas
bergantung pada bentuk nozel. Sprinkler yang memiliki plat pembelok sebagai
contoh, memiliki laju aplikasi rata-rata yang relatif tinggi karena membasahi area
yang relatif kecil. Sebaliknya, impactsprinkler konvensional secara normal
dirancang untuk mendapatkan area basah yang maksimum dan laju aplikasi ratarata yang terendah. Laju aplikasi rata-rata biasanya akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kemiringan sudut dari nozel. Peningkatan diameter nozel
biasanya meningkatkan laju aplikasi rata-rata sejak Q meningkat secara cepat
daripada area yang dibasahi.
2.4.5 Ukuran Butir
Ukuran butiran merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi
pembentukan lapisan air awal pada tanah kering. Ukuran butiran yang kecil
memiliki tenaga yang kurang ketika menumbuk permukaan tanah, infiltrasi yang
terjadi akan lebih lambat daripada ukuran butiran yang lebih besar. Untuk alasan
tersebut, penkonversian dari sprinkler yang menghasilkan ukuran butiran yang
besar ke yang lebih kecil memungkinkan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi tanah.
Ukuran butiran juga penting pada pengoperasian dalam keadaan berangin.
Pola distribusi dari sprinkler yang memancarkan ukuran butiran yang kecil
berpengaruh terhadap gangguan angin dan keseragaman.
2.5 Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Sprinkler
2.5.1 Debit Keluaran Pipa Utama dan Lateral
Perhitungan debit pada pipa utama dan pipa lateral berfungsi untuk
mengetahui kesesuaian antara perancangan dan teknis di lapang khususnya untuk
mengetahui kehilangan tinggi pada sistem perpipaan (Kurniati, 2007).
Dimana :
CU
= Koefisien keseragaman
Xi
dari nilai terendah air irigasi yang ditampung dibagi rata-rata volume air
tampungan yang dinyatakan dalam persen. Perhitungan nilai keseragaman
distribusi lebih rendah dari koefisien keseragaman. Hal ini terjadi karena nilai
koefisien keseragaman merupakan nilai rata-rata keseluruhan sedangkan nilai
distribusi keseragaman merupakan nilai dari 25% atau seperampat data terendah
dan data nilai distribusi keresagaman pada sprinkler berada pada daerah yang
dekat dengan letak sprinkler itu sendiri.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Hitung debit dan jarak lemparan dari sebuah sistem irigasi curah jika
digunakan nozzle dengan ukuran 5/8 dan tekanan nozzle 75 psi. (gunakan
tabel 11.1 dan 11.2)
Diketahui
: Diameter nozzle = 5/8
Tekanan nozzle = 75 psi
Ditanyakan
: Debit dan jarak lemparan?
Jawab
:
Debit Sprinkler
Qs = 29,82 x cd x D2 x
Qs = 29,82 x 0,96 x
5
8
Qs = 91,5 psi
*Menurut Tabel 11.1
P
x
75
Qs = 96,843290778 psi
Kedalaman (mm)
30
35
20
19
18
34
22
26
21
20
20
Kedalaman (mm)
15
18
18
18
19
dLQ = 17,6
dz-di
6,4
11,4
3,6
4,6
5,6
10,4
1,6
2,4
2,6
3,6
3,6
12
13
14
15
16
17
18
19
20
25
26
30
32
15
18
18
19
24
1,4
2,4
6,4
20,4
8,6
5,6
5,6
4.6
0,4
dz-di = 99,2
di = 472
Ditanyakan
dz = 23,6
: Keseragaman Aplikasi (CU)
Keseragaman Distribusi (DU)
Jawab
Du = 100 x
dLQ
dz
Cu = 100 x (
Du = 100 x
17,6
23,6
199,2
Cu = 100 x ( 20.23,6 )
Du = 74,5726 %
Cu = 78,98305085 %
Siti Patimah
240110130057
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai kinerja irigasi
curah. Irigasi curah adalah metode pemberian air dengan cara
menyemprotkan air seperti curah hujan akan tetapi tersebar
secara merata diatas permukaan lahan, diberikan hanya saat
diperlukan dan dengan kecepatan kurang dari laju infiltrasi tanah
untuk menghindari terjadinya limpasan permukaan dari irigasi.
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah
salah satu metode irigasi dimana pemberian air dilakukan
dengan
menyemprotkan
air
ke
udara
kemudian
jatuh
ke
pipa-pipa
yang
dipasang
atau
ditanam
dengan
penempatan
unit
di
lahan
dan
kemungkinan
b. Dapat
digunakan
bergelombang
untuk
dan
lahan
kedalaman
dengan
tanah
topografi
(solum)
yang
untuk
tanah berpasir
di mana
laju
infiltrasi
terlarut,
herbisida
dan
fungisida
dapat
M. Rizky Ramanda
240110130064
3.2 Pembahasan
Setelah sebelumnya praktikum mengenai kinerja irigasi tetes, pada praktikum
kali ini yaitu mengenai kinerja irigasi curah. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi
curah (sprinkler) adalah salah satu metode irigasi dimana pemberian air dilakukan
dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air
hujan (Schwab, et.all,1981). Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan
dilakukan dengan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam dengan bertekanan tertentu
diperkirakan pancaran air dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan.
Penggunaan sistem ini untuk pengairan dengan efisiensi tinggi serta diterapkan pada
lahan pertanian yang bergelombang dan harus diperhatikan mengenai biaya yang
cukup tinggi, keahlian yang tepat dalam merancang penempatan unit di lahan dan
kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Kartosapoetradan M.Sutejo ,
1994). Sistem irigasi bertekanan/curah dikerjakan secara mekanis dengan
menggunakan kompresor bertekanan untuk menekan air melalui pipa-pipa yang
dipasang di ladang atau kebun yang akan diairi . Tujuan dari irigasi curah adalah agar
air dapat diberikan secara merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah
dan kecepatan yang sama atau kurang dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas
infiltrasi). Kebutuhan kapasitas irigasi bertekanan tergantung pada luas areal irigasi,
jumlah dan kedalaman air irigasi, efisiensi permukaan air dan lama operasi irigasi.
Baik tidaknya kinerja jaringan irigasi curah, diperlukan setidaknya 2 parameter yaitu
debit sprinkler dan debit coverage.
Debit sprinkler tergantung pada tipe sprinkler, ukuran nozzle, dan tekanan yang
dioperasikan. Berdasarkan tipe pencurah maka dapat dibedakan atas : springkler
dengan nozel, sprinkler dengan pipa perporasi dan sprinkler dengan pencurah
berputar (Hartono, 1983). Untuk menghitung jumlah pencurah (sprinkler) yang
digunakan untuk setiap pompa dan setiap satuan luas berbedabeda tergantung dari
debit sprinkler, jangkauan air (jari-jari lingkaran berkas air yang disemprotkan) dan
debit pompa , sedangkan jarak maksimun antar pencurah berkisar 3/2 kali jari-jari
siraman air dan jarak maksimun antar pipa lateral berkisar 8/5 kali jari-jari siraman
air (Najiyati dan Danarti, 1996). Debit sprinker dapat dihitung dengan menggunakan
rumus atau dapat diliihat pada tabel 11.1. Setiap sprinkler yang baik memiliki debit
yang sama besar. Sedangkan diameter coverage atau jarak lemparan adalah
maksimum diameter pembasahan yang dihasilkan sebuah sprinkler, dimana besarnya
tergantung pada tekanan yang dioperasikan dan ukuran nozzle yang digunakan. Jarak
lemparan dapat diketahui dengan melihat pada tabel 11.2. Sementara itu baik
tidaknya kinerja jaringan irigasi curah dapat dilihat dari nilai keseragaman irigasi
curah. Nilai keseragaman irigasi curah tergantung dari keseragaman distribusi (DU)
dan keseragaman aplikasi (CU).
Keseragaman distribusi (DU) adalah nilai yang menentukan merata atau tidaknya
pembagian air pada suatu lahan. Menurut www.hydrogold.com nilai DU yang baik
antara 70 90%. Selain itu keseragaman aplikasi (CU) juga menentukan merata atau
tidaknya pembagian air pada suatu lahan, namun nilai CU lebih rumit untuk dicari.
Menurut J.E. Christianshen pada tahun 1950 nilai CU yang baik untuk irigasi curah
yaitu > 84%.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, data yang diperoleh berupa data
kedalaman air pada 20 catch can. Setiap catch can tersebut memiliki kedalaman air
yang berbeda beda, seharusnya jika kinerja irigasi curahnya sempurna setiap catch
can memiliki kedalaman air yang sama. Setelah melakukan perhitungan CU dan DU
didapatkan presentase DU adalah 74,57% dan CU sebesar 78%. Sesuai dengan
literatur yang ada, nilai DU antara 70 - 90% memiliki kriteria baik dan sedangkan
nilai CU dapat dikatakan kurang baik karena tidak memenuhi syarat yaitu > 84%.
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja irigasi curah
Walupun nilai CU < 84% namun perbedaannya tidak begitu jauh dengan persyaratan
tersebut.
Tri Halimah
240110130065
3.2 Pembahasan
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu
metode irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke
udara kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan. Pada praktikum kali
ini dilakukan perhitungan kinerja irigasi curah.
Dilihat dari debit dan sebaran air, sistem irigasi curah ini memiliki efisiensi
dan efektifitas yang tepat untuk digunakan dilahan pertanian yang kering.
Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa
yang dipasang atau ditanam dengan tekanan tertentu, diperkirakan pancaran air
dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan. Irigasi curah adalah salah
satu irigasi yang memiliki efisiensi dan efektifitas yang cukup tinggi, walaupun
nilainya tidak lebih tinggi dari efisiensi irigasi tetes.
Perhitungan yang pertama yaitu mencari nilai jarak lemparan dan debit
sprinkler (Qs) dari sebuah sistem irigasi curah jika menggunakan nozzle dengan
ukuran yang sudah tertera pada modul dengan cara melihat tabel 11.1 dan 11.2.
Untuk nilai dari debit sprinkler (Qs), selain menggunakan tabel 11.1, digunakan
juga perhitungan menggunakan rumus. Hasil yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan rumus memiliki nilai yang berbeda, Qs perhitungan diperoleh nilai
sebesar 96,843 gpm, sementara untuk Qs tabel diperoleh nilai 91,5 gpm. Setelah
itu, jarak lemparan dicari menggunakan tabel 11.2 dan diperoleh nilai sebesar 64
m atau 210 ft.
Kemudian dengan menggunakan data yang sudah tersedia pada modul, dapat
dicari nilai keseragaman aplikasi (CU) dan keseragaman distribusi (DU) sebuah
sistem irigasi curah yang dievaluasi menggunakan 20 catch can.
Sebelum menghitung nilai keseragaman distribusi (DU), dicari terlebih
dahulu nilai rata-rata seperempat terkecil kedalaman air yang diukur (DLQ), ratarata kedalaman air yang diukur (dz) dan nilai dz-di yang dimutlakan. Melalui
perhitungan didapatkan nilai keseragaman aplikasi (CU) sebesar 79,983% dan
nilai keseragaman distribusi (DU) sebesar 74,576%. Berdasarkan nilai CU dan
DU ini, dapat dikatakan bahwa sistem irigasi curah ini masuk ke dalam katergori
yang cukup baik.
Dari segi ekonomi bahan baku pembuatan sprinkle biayanya cukup rendah
dibandingkan metode irigasi tetes. Namun, pada kondisi lahan yang tidak terlalu
luas, metode irigasi tetes juga cukup baik untuk digunakan. Pada tanaman yang
membutuhkan pengairan yang cukup tinggi dengan jarak tanam yang lebar lebih
tepat menggunakan metode sprinkle. Namun, pada kondisi tanaman yang tidak
terlalu membutuhkan air yang tinggi, penggunaan metode irigasi tetes akan lebih
efektif pada segi penggunaan sumber daya lahan. Karena pada metode sprinkle,
dengan mengurangi daya tekan air, akan juga merubah luas sebaran air sehingga
perlu pengaturan ulang jarak yang akan membutuhkan waktu lagi. Dapat diambil
kesimpulan, penggunaan beberapa sistem irigasi tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Penggunaan metode yang paling tepat untuk
melakukan irigasi harus disesuaikan menyeluruh dari kondisi tanah, jenis
tanaman, luas lahan, dan faktor lainnya.
Encep Farokhi
240110130069
3.2 Pembahasan
Rikha Nurhasanah
240110130072
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan mengenai
irigasi curah. Perhitungan dilakukan dengan cara menyelesaikan
dua persoalan yang terdapat dalam modul. Soal pertama
dilakukan perhitungan mengenai debit dan jarak lemparan dari
sebuah sistem irigasi curah dengan ukuran dan tekanan nozel
sebesar 5/8 dan 75 psi. Soal ke-2 berisi tentang data kedalam
air pada 20 catch can yang akan dihitung nilai keseragaman
aplikasi (CU) dan keseragam distribusi (DU) irigasi curah.
Penyelesaian soal pertama, untuk mencari debit dilakukan
dengan menggunakan rumus
Qs=29,82Cd D P . Dimana Cd
dicari
dengan
menggunakan
tabel
11.1
dengan
dengan
menggunakan
tabel
11.2
dapat
kondisi
dipengaruhi
angin.
oleh
Sedangkan
tekanan
air
keseragaman
yang
diberikan.
distribusi
Dengan
Ilham Makarim
240110130077
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini menjelaskan tentang kinerja irigasi curah, yaitu
menghitung debit sprinkel, jarak lemparan, dan keseragaman curah. Untuk
melatih dalam melakukan perhitungan disajikan 2 contoh soal, yaitu soal tentang
menghitung debit sprinkel dan jarak lempar, dan soal tentang menghitung
keseragaman irigasi curah. Untuk mempermudah dalam proses perhitungan dapat
dibantu dengan kalkulator.
Pada soal pertama diketahui diameter nozzle sebesar 5/8 dan tekanan nozzle
sebesar 75 psi. Bagian yang ditanyakan adalah debit dan jarak lemparan. Untuk
menghitung debit menggunakan 2 cara, yaitu dengan menggunakan rumus Qs =
29,82 x cd x D2 x
dLQ
dz
dan CU = 100 x (
1 dzdi
). Hasilnya didapatkan nilai DU sebesar 74,5726 % dan CU
n. dz
Delliana Islami
240110130079
3.2 Pembahasan
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu
metode irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke
udara kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan. Pada praktikum kali
ini dilakukan perhitungan kinerja irigasi curah.
Dilihat dari debit dan sebaran air, sistem irigasi curah ini memiliki efisiensi
dan efektifitas yang tepat untuk digunakan dilahan pertanian yang kering.
Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa
yang dipasang atau ditanam dengan tekanan tertentu, diperkirakan pancaran air
dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan. Irigasi curah adalah salah
satu irigasi yang memiliki efisiensi dan efektifitas yang cukup tinggi, walaupun
nilainya tidak lebih tinggi dari efisiensi irigasi tetes.
Perhitungan yang pertama yaitu mencari nilai jarak lemparan dan debit
sprinkler (Qs) dari sebuah sistem irigasi curah jika menggunakan nozzle dengan
ukuran yang sudah tertera pada modul dengan cara melihat tabel 11.1 dan 11.2.
Untuk nilai dari debit sprinkler (Qs), selain menggunakan tabel 11.1, digunakan
juga perhitungan menggunakan rumus. Hasil yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan rumus memiliki nilai yang berbeda, Qs perhitungan diperoleh nilai
sebesar 96,843 gpm, sementara untuk Qs tabel diperoleh nilai 91,5 gpm. Setelah
itu, jarak lemparan dicari menggunakan tabel 11.2 dan diperoleh nilai sebesar 64
m atau 210 ft.
Kemudian dengan menggunakan data yang sudah tersedia pada modul, dapat
dicari nilai keseragaman aplikasi (CU) dan keseragaman distribusi (DU) sebuah
sistem irigasi curah yang dievaluasi menggunakan 20 catch can.
Sebelum menghitung nilai keseragaman distribusi (DU), dicari terlebih dahulu
nilai rata-rata seperempat terkecil kedalaman air yang diukur (DLQ), rata-rata
kedalaman air yang diukur (dz) dan nilai dz-di yang dimutlakan. Melalui
perhitungan didapatkan nilai keseragaman aplikasi (CU) sebesar 79,983% dan
nilai keseragaman distribusi (DU) sebesar 74,576%. Berdasarkan nilai CU dan
DU ini, dapat dikatakan bahwa sistem irigasi curah ini masuk ke dalam katergori
yang cukup baik.
Dari segi ekonomi bahan baku pembuatan sprinkle biayanya cukup rendah
dibandingkan metode irigasi tetes. Namun, pada kondisi lahan yang tidak terlalu
luas, metode irigasi tetes juga cukup baik untuk digunakan. Pada tanaman yang
membutuhkan pengairan yang cukup tinggi dengan jarak tanam yang lebar lebih
tepat menggunakan metode sprinkle. Namun, pada kondisi tanaman yang tidak
terlalu membutuhkan air yang tinggi, penggunaan metode irigasi tetes akan lebih
efektif pada segi penggunaan sumber daya lahan. Karena pada metode sprinkle,
dengan mengurangi daya tekan air, akan juga merubah luas sebaran air sehingga
perlu pengaturan ulang jarak yang akan membutuhkan waktu lagi. Dapat diambil
kesimpulan, penggunaan beberapa sistem irigasi tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Penggunaan metode yang paling tepat untuk
melakukan irigasi harus disesuaikan menyeluruh dari kondisi tanah, jenis
tanaman, luas lahan, dan faktor lainnya.
Siti Patimah
240110130057
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Irigasi curah adalah metode pemberian air dengan cara
menyemprotkan
air
seperti
curah
hujan
akan
tetapi
M. Rizky Ramanda
240110130064
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperolah kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kinerja jaringan irigasi curah ditentukan oleh debit sprinkler dan diameter
coverage.
2. Debit sprinkler dapat dicari melalui perhitugan atau mencari pada tabel
11.1.
3. Diameter coverage dapat diketahui dari tabel 11.2
4. Keseragaman irigasi curah dapat dilihat dari keseragaman distribuis (DU)
dan keseragaman aplikasi (CU).
5. Nilai DU sebesar 74,57% menujukkan distirubusi air berlangsung baik.
6. Nilai CU sebesar 79% tidak memenuhi syarat kinerja irigasi curah yang
baik.
Tri Halimah
240110130065
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini yaitu:
1. Irigasi curah diberikan hanya saat diperlukan dan dengan kecepatan
kurang dari laju infiltrasi tanah untuk menghindari terjadinya limpasan
permukaan dari irigasi.
2. Faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler adalah tekanan dan
nozzle.
3. Parameter utama kinerja irigasi sprinkler di lapangan adalah nilai
keseragaman curahan, dan debit yang keluar dari sprinkler head.
4. Dalam perhitungan didapat bahwa Distribution Uniformity (DU) sebesar
74,576% dan Coefficient Uniformity (CU) sebesar 78,983% .
Encep Farokhi
240110130069
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kinerja irigasi curah kali ini antara lain
yaitu:
1. Irigasi curah adalah salah satu metode irigasi dimana pemberian air
dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke
permukaan tanah seperti air hujan
2. Baik tidaknya kinerja irigasi curah digunakan paramter antara lain Debit
Sprinkler, Diameter Covarage, dan keseragaman Irigasi Curah
3. Sistem irigasi sprinkler terdapat tiga tipe utama yaitu sistem berpindah,
sistem solid, dan sistem semi permanen
Rikha Nurhasanah
240110130072
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum Uji Kinerja Irigasi Curah adalah
sebagai berikut:
1. Pada persoalan irigasi curah yang memiliki diameter dan
tekanan nozzle sebesar 5/8 dan 75 psi dihasilkan nilai
debit perhitungan sebesar 96,843 gpm, debit tabel
sebesar 91,5 gpm, dan jarak lemparan sebesar 210
feet.
2. Diameter nozzle yang kecil dan tekanan yang besar,
akan menghasilkan nilai jarak lemparan besar. Hal ini
disebabkan karena prinsip tekanan yang berbanding
terbalik dengan luas bidang.
3. Nilai keseragaman aplikasi (CU) sebesar dan nilai
keseragaman distribusi (DU) pada soal ke-dua sebesar
78,98 % dan 74,57%.
4. koefisien keseragaman (CU) dipengaruhi oleh hubungan
antara tekanan, ukuran nozzle, spasing sprinkler dan
kondisi angin.
Ilham Makarim
240110130077
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Irigasi curah adalah metode pemberian air dengan cara menyemprotkan air
seperti curah hujan akan tetapi tersebar secara merata diatas permukaan
tanah
2. Untuk mengukur baik tidaknya kinerja jaringan irigasi curah, digunakan 2
parameter yaitu debit sprinkler dan jarak lemparan
3. Besar debit dan jarak lemparan tergantung dari diameter nozzle dan
tekanan air pada nozzle
4. Nilai keseragaman irigasi curah dapat juga dilihat dari keseragaman
distribusi (DU) dan keseragaman aplikasi (CU)
5. Nilai keseragaman irigasi curah yang didapat menunjukkan seberapa
efektifkah kinerja dari irigasi curah baik dari segi aplikasinya maupun
penyebaran distribusi airnya.
Delliana Islami
240110130079
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1
Irigasi curah adalah alah satu metode irigasi dimana pemberian air
dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S. S. 1996. Ketidaksesuaian Rancangbangun Jaringan Irigasi
di Tingkat Tersier dan Akibatnya Terhadap Pelaksanaan
Program
Penganekaragaman
Tanaman
(Crop
Diversification): Studi Kasus di Daerah Irigasi (DI) Cikuesik,
Cirebon.
Bustomi, Fuad. 1999.
Sistem Irigasi : Suatu Pengantar
Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi.
Program
Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
(Tidak diterbitkan).
Hillel, D 1982. Advances in Irrigation. Academic Press Inc. New
York.
James, L.G.. 1982. Principles of Farm Irrigation System Design.
Washington State University, USA.
Keller, I. Karmeli D dan Bliensner., 1990. Trickle Irrigation Design
Edition. Rain Bird. Sprinkler Mfg. Crop. Glendora
Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim
Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. 23(4):130-138.
Meriem, J.I., M.M. Shearer, C.M, Burt.1981. Evaluating Irrigation
System and Practice.Trans of ASAE. Michigan.
Prastawo, 1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip.
Fateta, IPB. Bogor.
Suranto, D.D. dan Supriyono. 1989. Tata Air Untuk Pertanian.
Poltek Jember, Univ. Jember, Jember.
Schwab, Glenn O. et all. 1992. Soil and Water Conservation
Engineering, Mc.Graw Hill New York