A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum,mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menentukan karakteristik-karakteristik trafo 3 fasa pada berbagai jenis
pembebanan.
2. Mengetahui rugi-rugi transformator pada berbagai jenis hubungan
transformator 3 fasa.
3. Mengetahui besarnya efisiensi transformator pada berbagai jenis
hubungan transformator.
B. TEORI DASAR
1. Pengertian Transformator
Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik
arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara
induksi elektromagnetik.
Transformator dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi,yaitu trafo
daya;trafo
distribusi
dan
trafo
instrumentasi.Trafo
yang
akan
2. Prinsip Kerja
Transformator
distribusi
bekerja
berdasarkan
prinsip
induksi
V1
e1
N1
N2
e2
V2
Arah fluks
Gambar 1. Skema prinsip kerja transformator.
Dimana: V1 = Tegangan pada sisi masukan (primer)
V2 = Tegangan pada sisi keluaran (sekunder)
N1 = Jumlah lilitan pada sisi primer
N2 = Jumlah lilitan pada sisi sekunder
e1 = GGL yang timbul pada sisi primer
e2 = GGL yang timbul pada sisi sekunder
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan, maka
akan mengalir arus bolak-balik I1 pada kumparan tersebut.Oleh karena itu
kumparan mempunyai inti,arus I1 menimbulkan fluks magnet yang juga
berubah-ubah pada intinya.Akibatnya adanya fluks magnet yang berubahubah pada kumparan akan timbul GGL induksi e1.
d
dt
( Volt )
......................................... (1)
d
dt
(Volt )
...................................... (2)
= 2 N f max / 2
= 4,44 N f max
........................................... (3)
...................................................
(4)
Untuk sisi keluaran tegangan GGL yang dihasilkan oleh fluks yang
mengalir dalam rangkaian magnetik dapat dituliskan :
e 2 N 2 .2. . f .Qmax
= 4,44 N 2 . f 2 .Qmax
...............................................
(5)
Perbandingan transformator dapat dituliskan sebagai berikut :
a
e1
N1
V
I
1 1
e2
N2
V2
I2
........................................ .(6)
R1
X1
V1
I1
I2
Rc
Xm
IC
Im
E1
E2
N1
N2
R2
Keterangan gambar:
X2
V1 = Tegangan sumber
R1 = Tahanan belitan peimer
R2 = Tahanan belitan sekunder
X1 = Reaktansi belitan primer
X2 = Reaktansi belitan sekunder
I1 = Arus primer
I2 = Arus sekunder
Rc = Tahanan inti besi
Xm= Reaktansi inti besi
Ic = Harga arus yang membentuk rugi-rugi inti besi dalam
pembentukan magnet
Im = Harga arus efektif di dalam pembentukan magnet
e1 = GGL induksi pada kumparan primer
e2 = GGL induksi pada kumparan sekunder
N1 = Jumlah lilitan pada kumparan primer
N2 = Jumlah lilitan pada kumparan sekunder
Z = Beban
4. Rugi-rugi Trafo
Rugi-rugi trafo yang berupa rugi inti atau rugi bsi dan rugi yang terdapat
pada kumparan primer dan sekunder.Untuk mengurangi rugi besi haruslah
diambil inti besi yang penampangnya cukup besar agar fluks magnet mudah
mengalir di dalamnya.Untuk memperkecil rugi tembaga,harus diambil kawat
tembaga yang luas penampangnya cukup besar untuk mengalirkan arus yang
diperlukan.Rugi inti terdiri dari rugi arus Eddy dan rugi hysterisis.Rugi arus
Eddy timbul akibat adanya arus pusar inti yang dapat menghasilkan
panas.Adapun arus pusar inti ditentukan oleh tegangan induksi pada inti pada
inti yang menghasilkan perubahan perubahan fluks magnet.Rugi hysterisis
merupakan rugi tenaga yang disebabkan oleh flukd magnet bolak balik.
Rugi Tembaga
Rugi Tembaga
Kumparan
primer
Sunber
Fluks
Bersama
Fluks Bocor
Kumparan
Sekunder
B
e
b
a
n
Fluks Bocor
PCU I P . RP
................................................... (7)
......................................
...(8)
Untuk mencari besarnya efisiensi pada trafo dapat kita lihat pada
persamaan berikut ini:
Daya keluaran
Daya keluar
Rug rugi
1
Daya masukan
Daya Rugi rugi
Daya masukan
(9)
Dimana:
Rugi rugi P
CU
Pin
......
Ada empat cara merangkai belitan primer dan sekunder pada trafo 3 fasa
untuk memindahkan energi dari sistem tiga fasa ke sistem 3 fasa yang lain,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Hubungan Y -
Diagram penyambungan untuk hubungan ini dimana polaritas semuanya
adalah subtraktif dan juga terlihat kedudukan relatif dari tegangan-tegangan
jaringan (antara fasa/line to line) dan tegangan-tegangan perfasa (fasa ke
netral) terlihat bahwa terdapat pergeseran 30o antara tegangan jaringan primer
dengan sekunder,jika tegangan jaringan adalah V1 dan V2 maka trafo harus
dirancang agar primernya bekerja pada tegangan V1 /
pada V2 seperti pada gambar nerikut:
R
dan sekundernya
IR
IW
IU
IS
S
T
IT
W1
IV
U1
V2 W2
V1
W1
U1
V1
V2 W2
U2
PRIMER
U2
SEKUNDER
.
R
IW
R
S
T
IS
IU
IT
W1
IV
U1
V2 W2
V1
W1
U1
V1
U2
PRIMER
SEKUNDER
3) Hubungan Y Y
Pada hubungan ini terminal-terminak ditandai secara subtraktif sesuai
aturan dengan tegangan primernya ditentukan
sekundernya adalah r,s dan t .Perlu diingat bahwa jika tegangan primer adalah
P1 dan tegangan sekundernya adalah V2 maka tegangan primer dan sekunder
pada setiap trafo adalah V1 /
dan V2
IW
R
S
T
IS
IU
IT
W1
IV
U1
V2 W2
V1
W1
U1
V1
U2
PRIMER
SEKUNDER
4) Hubungan -
Pada gambar di bawah ini masing-masing polaritas dihubungkan secara
baik pada sisi primer dan sekundernya.Semua belitan primer dirncang untuk
bekerja pada tegangan V1 sedangkan belitan sekundernya dirancang untuk
mampu bekerja pada tegangan penuh V2.
IW
R
IS
S
T
IU
IT
W1
IV
U1
V1
V2 W2
U2
PRIMER
W1
U1
V2 W2
V1
U2
PRIMER
6. Pengujian Trafo
1)
A
V1
V2
2) Berbeban
Percobaan berbeban dilakukan dengan tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik suatu tarnsformator.
2. Untuk mengetahui rugi-rugi pada transformator.
3. Untuk mengetahui efisiensi transformator.
Rangkaian untuk percobaan berbeban dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
A
Aa
R
V1
V2
L
C
(a)
L1
A1
V1
L2
L3
Regulator
AC
3-
A2
V2
A3
A
W1
V3
R1
r1
R2
r2
S1
s1
S2
s2
T1
t1
T2
t2
SISI PRIMER
A4
V4
A5
V5
A6
V
V6
SISI SEKUNDER
(b)
Gambar 9. Rangkaian pengujian berbeban.
A
W2
Beban
Y
1 buah
2. Regulator 3
1 buah
3. Wattmeter
2 buah
4. Amperemeter
6 buah
5. Voltmeter
8 buah
6. Multimeter
1 buah
7. Beban R, L dan C
masing-masing 1 buah
8. Kabel secukupnya.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan Beban Nol
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Membuat rangkaian seperti pada gambar 10. (Trafo dihubung Y - Y).
c. Jika rangkaian sudah benar,memberi suplay tegangan (VL-N) sebesar 30
V.
d. Mencatat semua pembacaan alat ukur ke dalam tabel pengamatan
yang telah disediakan.
e. Mengulangi prosedur 3 dan 4 untuk suplay tegangan 40, 50, 60, dan
70 V.
f. Mengulangi prosedur 2 sampai 5 untuk hubungan trafo yang lainnya.
g. Percobaan selesai.
2. Percobaan Berbeban
V2
(V)
V3
(V)
30
40
50
30
40
50
30
40
50
V12
(V)
Sekunder
V23
(V)
V31
(V)
56
56
56
75
75
75
90
90
90
10
10
10
60 60 60
7
7
7
12
12
12
70 70 70
5
5
5
catatan : rasio belitan (a = 1.73)
V1
(V
)
18
24
29
34
40
V31
(V)
33
44
54
64
33
44
54
64
33
44
54
64
74
74
74
V3
(V)
V12
(V)
18
24
29
18
24
29
34
34
40
V23
(V)
V2
(V)
Sekunder
40
V23
(V)
V31
(V)
(V
)
20
25
31
20
25
31
20
25
31
37
37
37
42
42
42
Primer
Sekunder
V12 V23 V31 V1
V2
V3 V12
(V) (V) (V) (V) (V) (V) (V)
30 30 30 18 18 18 31
40 40 40 23 23 23 41
50 50 50 29 29 29 52
60 60 60 34 34 34 61
70 70 70 41 41 41 73
catatan : rasio belitan (a = 1)
V23
(V)
31
41
52
61
73
V31
(V)
31
41
52
61
73
V1
(V)
V2
(V)
V3
(V)
30
40
50
30
40
50
30
40
50
V12
(V)
V23
(V)
V31
(V)
59 59 59
75 75 75
92 92 92
10 10 10
60 60 60
8
8
8
12 12 12
70 70 70
7
7
7
catatan : rasio belitan (a = 2.99)
V1
V31
(V)
18
24
30
35
41
V12 ( primer )
V12 ( sekunder )
56
1,69
33
Primer
V1 (V)
30
40
50
60
70
Sekunder
V12
V12
V1 (V)
(V)
(V)
56
18
33
75
24
44
90
29
54
107
34
64
74
125
40
a rata-rata
a
1,69
1,7
1,66
1,67
1,68
1,68
Penjelasan Grafik :
Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil
dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan
perbandingan belitan a = 1,68
b. Hubungan Y- (Y380 / Y127) dengan a = 2,99
Mencari perbandingan belitan trafo hubungan Y- berdasarkan hasil
percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V 12 = 59 dan pada
sisi sekunder V12 = 20
maka, a
V12 ( primer )
V12 ( sekunder )
59
2,95
20
Primer
V1 (V)
30
40
50
60
70
V12
(V)
59
75
92
108
127
Sekunder
V12 (V)
20
25
31
37
42
a rata-rata
a
2,95
3
2,96
2,91
3
2,96
4
Penjelasan Grafik :
Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil
dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan
perbandingan belitan a = 2,964
c. Hubungan -Y (Y220 / Y220) dengan a = 1
Mencari perbandingan belitan trafo hubungan -Y berdasarkan hasil
percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V 12 = 30 dan pada
sisi sekunder V12 = 31
maka, a
V12 ( primer )
V12 ( sekunder )
30
0,96
31
Primer
V12
V1 (V)
(V)
18
31
23
41
29
52
34
61
41
73
a rata-rata
a
0,96
0,97
0,96
0,98
0,95
0,96
4
Penjelasan Grafik :
Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder sama dengan
tegangan sisi primer (trafo tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena
tidak menaikkan dan menurunkan tegangan) dengan perbandingan belitan
a = 0,964
d. Hubungan - (Y220 / Y127) dengan a =1,73
Mencari perbandingan belitan trafo hubungan - berdasarkan hasil
percobaan (data ke-1) , jika diketahui pada sisi primer V 12 = 30 dan pada
sisi sekunder V12 = 18
maka, a
V12 ( primer )
V12 ( sekunder )
30
1,66
18
Sekund
er
V12 (V)
18
24
30
35
41
a rata-rata
a
1,66
1,66
1,66
1,71
1,70
1,67
8
Penjelasan Grafik :
Grafik diatas menunjukkan tegangan keluaran sisi sekunder lebih kecil
dari pada tegangan sisi primer (trafo berfungsi sebagai step down) dengan
perbandingan belitan a = 1,678
H.
adalah 1,68 (a rata-rata), jadi trafo ini bertfungsi sebagai trafo step down
a>1.
2.
3.
4.
R
111
222
333
444
555
PRIMER
C
V1 V2 V3 V12 V23 V31
I1
I2
I3
V1 V2 V3
(V) (V) (V) (V) (V) (V) (A) (A) (A) (V) (V) (V)
111 90 90 90 156 156 156 0,1 0,1 0,1 52 52 52
222 90 90 90 156 156 156 0,18 0,18 0,18 52 52 52
333 90 90 90 156 156 156 0,31 0,31 0,31 52 52 52
444 90 90 90 156 156 156 0,41 0,41 0,41 52 52 52
555 90 90 90 156 156 156 0,51 0,51 0,51 52 52 52
catatan : trafo dihubung Y-Y dan beban R diseri dengan beban C (hubung Y)
SEKUNDER
V12 V23 V31
I1
(V) (V) (V) (A)
95 95 95 0.16
95 95 95 0,29
95 95 95 0,55
95 95 95 0,74
95 95 95 0,94
I2
(A)
0,19
0,38
0,55
0,74
0,92
KET.
I3
IN
P1
(A) (A) (W)
0,19 0
4
0,35 0
3
0,5
0
4 Seimbang
0,67 0
4
0,84 0
3
= 52 0,16
= 0,48
Dengan menggunakan cara yang sama, maka hasil analisa untuk mencari
cos pada sisi beban trafo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis beban
R
C
111
111
222
222
333
333
444
444
555
555
P1 (W)
V1 (V)
I1 (A)
cos
4
3
4
4
3
52
52
52
52
52
0,16
0,29
0,55
0,74
0,94
0,48
0,19
0,13
0,1
0,06
0,192
cos rata-rata
b.
Ket.
Seimbang
Pembuktian In
Sebagai contoh analisa data, maka diambil data ke-1.
Dik : I1 = 0,16 A
I2 = 0,19 A
I3 = 0,19 A
Dit : In secara teori ?
Penye : In = I1 + I2 + I3
= 0,16 < 0o + 0,19 < 120o + 0,19 <240o
= (0,16 + j 0) + (-0,095+ j 0,16) + (-0,095 j 0,16)
= -0,03 + j 0
= 0,03 < 180o
In = 0,03 < 180 A
Dengan menggunakan cara yang sama, maka hasil analisa untuk mencari
In teori dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No.
Beban
In teori (A)
In teori (A) In praktikum (A)
1.
0,03 < 180
0,03
0
2.
0,077 < 165,06
0,077
0
R-C
3.
0,047 < 57,99
0,047
0
seimbang
4.
0,069 < 59,74
0,069
0
5.
0,092 < 49,38
0,092
0
Pembahasan Tabel hasil analisa data :
Pada percobaan beban seimbang didapatkan IN (TEORI) IN (PRAKTIKUM),
dimana beban seimbang
K.
IN = 0.
2.
In praktikum (A)
0
0
0
0
0
3.