Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etikolegal
1. Sumpah Apoteker
Seorang apoteker sebelum melakukan jabatan, maka ia harus
mengucapkan
sumpah
menurut
cara
agama
yang
diyakini,
atau
supaya
tidak
terpengaruh
oleh
pertimbangan
perkembangan peraturan
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi pasien,
dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati
untuk memenuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker dalam memelihara
keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling
mempercayai dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati teman sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan
yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan
masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya
sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar
atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi
farmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Undang-undang Perapotekan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian, dengan ketentuan sebagai berikut(7):
a. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan,
penyimpanan
dan
Kefarmasian
adalah
tenaga
yang melakukan
pekerjaan
Kefarmasian
adalah
suatu
pelayanan
langsung
dan
Kesehatan
adalah
sarana
yang
digunakan
untuk
10
syarat-syarat
kesehatan
fisik
dan
mental
untuk
11
12
13
Kongres
Nasional
XVIII
ISFI
Nomor
006/Kongres
B. Pelayanan Kefarmasian
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
a. Skrining Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis(10).
1) Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis kelamin dan
berat badan; nama dokter, nomor surat izin praktik (sip), alamat,
nomor telepon dan paraf; dan tanggal penulisan resep.
14
15
2. Swamedikasi
Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan sendiri merupakan upaya
pertama, serta yang terbanyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi
keluhan kesehatan yang diderita, sehingga peranan swamedikasi tidak dapat
diabaikan begitu saja. Pengobatan sendiri dilakukan masyarakat untuk
mengatasi gangguan kesehatan ringan, misal sakit kepala, diare, batuk, dan
sebagainya(11).
Salah satu tanggung jawab apoteker dalam pengobatan sendiri
adalah memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa obat yang digunakan
tersebut aman, efektif, dan terjangkau agar pengobatan sendiri yang
dilakukan masyarakat dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
Pengobatan sendiri yang berkualitas dapat dilihat dari indikator rasionalitas
terapi, yaitu tepat obat, tepat penderita, tepat dosis, tepat waktu pemberian,
dan waspada efek samping(12).
Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan
tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas
16
(OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral
kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran
nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat
kulit topikal. Apoteker dalam melayani OWA diwajibkan memenuhi
ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang tercantum dalam
daftar OWA 1 dan OWA 2. Wajib pula membuat catatan pasien serta obat
yang diserahkan. Apoteker hendaknya memberikan informasi penting
tentang dosis, cara pakai, kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang
perlu diperhatikan oleh pasien(13).
Menurut PerMenKes No. 919/MENKES/Per/X/1993 pasal 2, obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sebagai
berikut(8):
a. Tidak dikontraindikasikan penggunaannya pada wanita hamil, anak di
bawah umur 2 (dua) tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengunaannya tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
c. Pengobatan dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
d. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
e. Penggunaannya untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
Kriteria obat yang dapat diserahkan di apotek tanpa resep dokter
adalah sebagai berikut:
a. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, dengan syarat
sebagai berikut(14):
1) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien
2) Membuat catatan pengobatan pasien serta obat yang telah diberikan
3) Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pemakaian, kontra
indikasi, serta efek samping.
17
18
penyakit
pasien
yang ingin
melakukan
swamedikasi
b. Menggali informasi dari pasien meliputi: Tempat timbulnya gejala
penyakit. Seperti apa rasanya gejala penyakit. Kapan mulai timbul gejala
dan apa yang menjadi pencetusnya. Sudah berapa lama gejala dirasakan.
Ada tidaknya gejala penyerta. Pengobatan yang sebelumnya sudah
dilakukan
c. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi
pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib
apotek
d. Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien
meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus
dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien dalam menunjang
pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.
e. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan
metode
PICO
(Population,
Intervention,
Outcome),
b. Melakukan pencarian untuk mendapatkan bukti terbaik,
19
Control,
dan
menyebarkan
buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi;
e. Melakukan penelitian penggunaan obat;
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
g. Melakukan program jaminan mutu.
20
alergi,
apakah
pasien
sedang
hamil/menyusui,
data
laboratorium);
e. Uraian pertanyaan;
f. Jawaban pertanyaan;
g. Referensi;
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data
Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.
Langkah-langkah dalam melakukan pelayanan informasi obat,
yaitu(16):
a. Memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau kartu
pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien
baik lisan maupun tertulis
b. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi
c. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak
bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis
d. Mendisplai brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan untuk informasi
pasien.
e. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
Informasi minimal yang harus disampaikan kepada pasien antara
lain(16):
a. Senyawa aktif yang terkandung dalam sediaan yang diberikan
b. Efek terapi dari senyawa aktif
21
4. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat,
agar
mereka
dapat
menolong
diri
sendiri,
serta
(19)
lingkungan
sehat
serta
berperan
aktif
dalam
aktif
dalam
setiap
upaya
penyelenggaraan
kesehatan.
22
C. Manajemen Kefarmasian
1. Drug Management Cycle
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan,
bahwa Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Pengeluaran obat
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
23
24
merupakan
kegiatan
untuk
merealisasikan
perencanaan
berdasarkan
Peraturan
Menteri
25
obatan dan alat kesehatan. Data-data obat tersebut ditulis dalam buku
defecta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan
jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya(9).
Tujuan perencanaan antara lain(3):
a) Efisiensi penggunaan dana, dengan memilih obat yang sangat
dibutuhkan tetapi harga relatif murah.
b) Estimasi kebutuhan obat yang akurat (tidak berlebih tetapi juga
jangan sampai kurang).
c) Menyamakan persepsi anatara pihak pengguna (provider) dengan
penyedia obat.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan Apoteker
Pengelola Apotek (APA) di dalam melaksanakan perencanaan
pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang
ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, diskon dan
bonus yang diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup,
serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir
kadaluarsa(9).
Metode yang sering digunakan dalam perencanaan pengadaan
ada 4 (empat), yaitu(9):
a) Metode Epidemiologi
Perencanaan dengan metode tersebut dibuat berdasarkan pola
penyebaran penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi
dalam masyarakat sekitar.
b) Metode Konsumsi
Perencanaan dengan metode tersebut dibuat berdasarkan data
pengeluaran
barang periode
lalu,
kemudian
data
tersebut
26
c) Metode Kombinasi
Metode tersebut merupakan gabungan dari metode epidemiologi
dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat
berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan
sediaan farmasi periode lalu.
d) Metode Just In Time
Perencanaan tersebut dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang
ada di apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan tersebut untuk
obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan dengan harga
mahal, serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.
2) Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar
sediaan farmasi tersedia dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai
dengan
kebutuhan
pelayanan.
Pengadaan
barang
dilakukan
27
28
c) Konsinyasi
Sistem pengadaan barang dimana pemilik barang menitipkan
barang di apotek. Apotek hanya membayar sejumlah barang yang
terjual, sedangkan sisa barang konsinyasi dapat dikembalikan atau
diperpanjang.
Kegiatan pengadaan barang perlu memperhatikan beberapa hal
diantaranya::
a) Buku defecta (buku obat habis),
b) Rencana anggaran belanja,
c) Daftar harga obat terakhir,
d) Pemilihan PBF yang sesuai, dengan mempertimbangkan diskon
yang ditawarkan, bonus, jangka waktu pembayaran, pelayanan
yang baik dan cepat, kuantitas dan kualitas barang, serta prosedur
pengembalian barang.
Prosedur
pembelian
barang
untuk
kebutuhan
apotek
29
d) Penyimpanan
Barang disimpan dalam tempat yang aman, tidak terpapar sinar
matahari langsung, bersih, dan tidak lembab.
e) Pencatatan
Faktur disalin dalam buku penerimaan barang, ditulis nomor urut
dan tanggal, nama supplier, nama obat, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa, jumlah, harga satuan, potongan harga, dan jumlah
harga. Setiap hari dilakukan pencatatan penerimaan barang
sehingga dapat diketahui beberapa jumlah barang di setiap
pembelian. Catatan tersebut harus diwaspadai jangan sampai
jumlah pembelian tiap bulan melebihi angggaran yang telah
ditetapkan, kecuali bila ada kemungkinan kenaikan harga
(spekulasi memborong obat-obat yang fast moving). Faktur-faktur
kemudian diserahkan ke bagian administrasi untuk diperiksa sekali
lagi, lalu dikumpulkan dalam map, menunggu waktu pelunasan.
f) Pembayaran
Bila sudah jatuh tempo, tiap faktur dikumpulkan perdebitur,
masing-masing dibuatkan bukti kas keluar, serta cek atau giro,
kemudian diserahkan ke bagian keuangan untuk ditandatangani
sebelum dibayarkan ke supplier.
Pengadaan/pembelian
obat
harus
direncanakan
dan
Nomor
tahun
1976
tentang
Narkotika
30
oleh
apoteker
kemudian
dikirim
ke
PBF.
antara
persediaan
dengan
permintaan
agar
31
32
33
sesuai
kelompok
farmakologi
(kelas
terapi),
34
35
36
laporan
berkala
mengenai
pemasukan
dan/atau
serta
persediaan
narkotika,
bagian
kedua
37
persediaan
dapat
dilakukan
dengan
cara
(21)
38
39
bagian-bagian,
maupun
orang-orang
yang
menunjukkan
Tata Usaha
Karyawan
Pembantu
AA pelayanan dan
pemberian resep
Petugas
Gudang
Bendahar
a
Kasir-kasir
Muka
Juru Resep
40
sales kasir dan inventori dari suatu apotek, yaitu dengan cara
menyediakan kemampuan untuk menangani transaksi jual-beli secara
resep dan non resep yang dibayar tunai ataupun kredit, dan juga untuk
menyajikan laporan-laporan, sehingga keputusan yang diambil oleh
Apoteker Pengelola Apotek dapat tepat sasaran. Kelancaran pengelolaan
apotek diperlukan sistem administrasi yang baik dan teratur.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian administrasi diantaranya:
1) Kesekretariatan
Tugas tersebut meliputi surat-menyurat dan pembuatan
laporan. Laporan yang dibuat meliputi penerimaan dan pengeluaran
obat narkotika dan psikotropika, penggunaan OWA, penggunaan obat
generik berlogo, dan laporan tenaga kerja yang ada. Kelengkapan
yang diperlukan adalah buku agenda, buku ekspedisi, blanko suratmenyurat, dan lain-lain.
2) Pembuatan dan Pengiriman Laporan
Bagian administrasi bertugas membuat laporan, meliputi:
a) Laporan statistik resep dan obat generik berlogo,
b) Laporan penggunaan narkotika,
c) Laporan penggunaan psikotropika,
d) Laporan ketenagakerjaan tenaga farmasi setiap 3 bulan.
3) Inventarisasi
Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui kekayaan apotek
yang tertanam pada barang tetap. Nilai barang-barang inventaris akan
berkurang tiap tahun karena penyusutan besar. Besar penyusutan
tergantung jenis barang berdasarkan manfaat dan lama waktu
pemakaian. Catatan inventarisasi, meliputi tanggal pembelian, nama
barang, dan spesifikasi, jumlah, harga pembelian per unit serta nilai
penyusutan.
41
4) Administrasi Kepegawaian
Administrasi kepegawaian mencatat biodata masing-masing
pegawai apotek, meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, alamat,
tanggal mulai bekerja, cuti, serta absensi.
5) Administrasi Pengadaan atau Pembelian
Kelengkapan administrasi pengadaan atau pembelian adalah
bukti-bukti pembelian, blanko pemesanan dan buku defekta.
6) Administrasi Pergudangan
Kelengkapan administrasi pergudangan meliputi kartu stock
dan kartu stelling.
7) Administrasi Penjualan dan Pembukuan
Administrasi penjualan mengatur penetapan harga jual,
mengajukan harga penawaran, mengatur penagihan dan penerimaan
piutang. Kelengkapan administrasi adalah nota penjualan tunai, faktur,
daftar harga dan harga penjualan harian yang mencatat penjualan
setiap hari baik melalui resep maupun penjualan bebas.
Administrasi
pembukuan
diperlukan
untuk
menampung
42
5) Tagihan piutang.
2. Pengeluaran meliputi:
1) Administrasi; pembelian buku-buku, blanko, tinta print dan
alat-alat tulis.
2) Rumah tangga; keperluan rumah tangga seperti: beras, gula,
teh, sumbangan dan lain-lain.
3) Pemeliharaan inventaris; perbaikan AC (Air Conditioner),
komputer, motor, plangisasi gedung, dan lain-lain.
4) Pembelian barang dagangan; pembelian ke PBF ataupun beli
ke apotek lain.
5) Kesejahteraan dan upah; gaji karyawan, tunjangan dan lainlain.
6) Pembayaran listrik, penerangan dan komunikasi telepon
7) Pajak; pajak umum dan khusus yang harus dibayar oleh
apotek sebagai salah satu badan usaha swasta.
b) Buku Bank
Buku Bank digunakan untuk mencatat semua transaksi
lalulintas per giro, termasuk nomor-nomor cek dan giro bilyet.
Buku tersebut digunakan untuk mencatat kekayaan apotek yang
disimpan di bank, serta mencatat uang keluar-masuk di bank.
c) Buku Permintaan Barang Apotek
Buku permintaan berisi catatan barang yang diperlukan,
sehingga bagian pemesanan dapat membuat surat pesanan untuk
keperluan pengadaan, dengan pertimbangan barang apa yang paling
mendesak untuk pengadaan.
d) Buku Pembelian Barang
Buku tersebut digunakan untuk mengetahui dan mencatat
jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembayaran obat.
e) Buku Penerimaan Barang
Barang yang diterima dan telah sesuai dengan pesanan dan
faktur, dimasukkan dalam catatan penerimaan barang kemudian
43
defekta.
44
e) Administrasi pembelian
Pembelian harian secara tunai atau kredit dan dicatat, nota-nota
dikumpulkan secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa
berhutang dan masing-masing dihitung berapa hutang apotek.
f) Administrasi piutang
Penjualan kredit pada siapa, pelunasan piutang, dan penagihan sisa
piutang.
g) Administrasi kepegawaian
Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi
karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lain dari
karyawan.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling
penting dan paling sulit untuk dikelola. Sumber daya manusia
memberikan sumbangan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha kepada
organisasi. Pengelolaan SDM dapat dilakukan dengan menetapkan hak
dan kewajiban tiap karyawan dengan jelas (menetapkan job description)
sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Inti manajemen
sumber daya manusia adalah masalah tenaga kerja yang diatur menurut
fungsi agar efektif dan efisien membantu tujuan apotek terwujud.
Karyawan yang bekerja di apotek dipilih sesuai bidang keahlian,
sehingga diharapkan dapat bekerja secara maksimal(23).
Struktur
organisasi
adalah
bagan
yang
menggambarkan
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jumlah tenaga kerja suatu
apotek sangat tergantung pada besar kecil apotek dan jam buka apotek.
Tenaga yang umum dibutuhkan apotek, adalah:
1) Tenaga ahli di bidang farmasi (profesional), yaitu apoteker,
2) Tenaga administrasi,
45
(23)
. Sumber
buka
apotek,
maka
menggantikan.
46
apoteker
pendamping
dapat
c) Apoteker pengganti
Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak
berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus,
telah memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
Tugas dan kewajiban Apoteker Pengelola Apotek(9):
a) Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk mengkoordinasi dan
mengawasi kerja bawahan, mengatur jadwal kerja, pembagian
tugas dan tanggung jawab, serta bertanggung jawab mengenai
pajak.
b) Secara aktif berusaha dalam bidang tugas untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil usaha apotek.
c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan sesuai
dengan persyaratan farmasi terutama dalam bidang peracikan.
d) Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual
sesuai dengan kebijaksanaan harga yang ditetapkan.
e) Membina dan memberi petunjuk teknis farmasi kepada asisten
apoteker dalam pemberian informasi kepada pasien.
f) Bersama dengan administrasi menyusun laporan manajerial dan
pertanggungjawaban.
g) Mempertimbangkan usul-usul dan saran-saran baik dari bawahan
maupun dari rapat pemegang saham, untuk memperbaiki pelayanan
dan kemajuan apotek.
h) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan (transaksi)
tunai setiap hari.
Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung
jawab dalam(9):
a) Bidang keuangan; penggunaan secara efisien, pengamanan dan
kelancaran.
b) Bidang
persediaan
barang;
pengadaan
47
barang,
ketertiban
dokumen.
Apoteker Pengelola Apotek mempunyai wewenang untuk
memimpin seluruh kegiatan apotek, antara lain mengelola kegiatan
pelayanan kefarmasian dan karyawan yang menjadi bawahan di
apotek, sesuai petunjuk dari pimpinan apotek dan peraturan
perundang-undangan.
Apoteker pendamping (Aping) bertugas dan berwewenang
melakukan tugas-tugas dari APA selama APA tidak berada ditempat
pada jam buka apotek, dan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
profesi, memberikan informasi obat kepada pasien maupun pada
petugas apotek yang lain, mengelola penggunaan narkotika dan
psikotropika termasuk pembuatan laporan.
Tanggung jawab Aping adalah(9):
a) Bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
diserahkan kepada Aping.
b) Bertanggung jawab terhadap penjualan obat bebas, OWA,
psikotropika dan narkotika.
c) Bertanggung
jawab
terhadap
penyimpanan
resep
dengan
membuat
laporan
48
adalah
tenaga
kesehatan
yang
berijazah
Sekolah
Asisten
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Asisten
Apoteker tidak harus ada di apotek, yang harus ada adalah APA. Pasal
22 ayat 2 Undang-undang Nomor 922 tahun 1993, Asisten Apoteker
melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan
Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) mempunyai
wewenang untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah
bimbingan dan pengawasan Apoteker yang telah memiliki STRA
sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki(7).
Tanggung
jawab
AA
adalah
mempertanggungjawabkan
49
50
d. Keuangan (Finance)
Kegiatan keuangan merupakan salah satu faktor penentu
kesuksesan suatu bisnis begitu pula dengan bisnis apotek. Suatu badan
usaha dikatakan efisien, sehat atau tidak, dapat dilihat dari laporan
keuangan, sehingga perlu ada sistem kontrol dan pembagian tugas yang
jelas. Analisis keuangan sudah harus dilakukan sejak rencana pendirian
apotek dibuat. Hal tersebut dilakukan untuk memantau perputaran modal
di apotek, sekaligus untuk mengetahui perkembangan apotek ketika
operasional apotek telah dijalankan. Analisis keuangan yang kuat dapat
memperkirakan target keuntungan tiap periode tertentu, serta strategi
untuk mencapai target tersebut.
Bagian keuangan mengontrol dan menerima laporan dari kasir
mengenai hasil penjualan tunai dan dibukukan untuk laporan harian,
bulanan, dan tahunan. Pemasukan uang di apotek bersumber dari hasil
penjualan obat (resep dan non resep), alat kesehatan, kosmetik, dan
makanan. Pembayaran obat oleh konsumen baik obat yang dibeli dengan
resep ataupun bukan selalu masuk ke bagian kasir. Setiap hari pemasukan
uang dilaporkan dan disetorkan ke bagian keuangan.
Pengeluaran apotek meliputi pembelian obat dan barang lain,
pembayaran inkaso, dan pengeluaran rutin. Pembayaran inkaso, yaitu
penagihan hutang oleh PBF apabila apotek membeli barang secara kredit.
Pengeluaran rutin untuk biaya tetap meliputi pembayaran pajak, gaji
karyawan, telepon, listrik, dan biaya lain-lain.
Hal yang harus dilakukan dilaporkan oleh bagian keuangan, yaitu:
a) Laporan Laba-Rugi
Laporan Laba-Rugi (income statement), yaitu laporan yang
menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang
diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba berisi
hasil penjualan, pembelian, HPP (Harga Pokok Penjualan), biaya
operasional, laba kotor, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak,
laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan pajak.
51
52
53
Pokok
Wajib
Pajak
(NPWP);
Merupakan
sarana
54
Setahun
Sebulan
Rp 24.300.000,00
Rp 2.025.000,00
Rp 2.025.000,00
Rp 168.750,00
Rp 24.300.000,00
Rp 2.025.000,00
Rp. 2.025.000,00
Rp. 168.750,00
55
jumlah Rp
berdasarkan
ketentuan
Undang-undang
Pajak
Penghasilan.
Cara perhitungan pajak dibagi 2 (dua), yaitu:
1) Pembukuan; Pajak dihitung dari keuntungan bersih yang terdapat
dalam neraca rugi-laba.
2) Norma; Pajak yang dibayarkan dihitung berdasarkan omset yang
dikenai pajak, yaitu tergantung dari wilayah daerah yang ditempati,
bentuk usaha dan penetapan dari keputusan pemerintah. Cara
tersebut digunakan untuk omset yang kurang Rp 600 juta dan
apotek bukan berbentuk badan. Penghitungan pajak dengan
menggunakan perhitungan tersebut harus dilakukan pelaporan
paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang
bersangkutan. Penghitungan pajak berdasarkan norma, dibagi
menjadi 2 , yaitu:
1) Menurut wilayah
a. Sepuluh
Ibukota
Provinsi
(Medan,
Palembang,
Jakarta,
56
Pajak
keuntungan
bersih
dihitung
berdasarkan
Pajak
Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%
Tarif Pajak
1% x (predaran
bruto)
57
58
59
d. Aspek Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli
dan berpengalaman, serta memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi
untuk mengembangkan apotek. Tugas-tugas pokok yang harus disusun
dan dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas
tersebut kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun
dalam satu organisasi, dengan struktur organisasi yang telah disusun
dapat untuk menentukan kriteria calon pegawai apotek. Aspek
manajemen meliputi:
1) Strategi manajemen (visi, misi, strategi, program kerja, Standart
Operating Procedures),
2) Bentuk badan usaha,
3) Struktur organisasi,
4) Jenis pekerjaan,
5) Kebutuhan tenaga kerja,
6) Program kerja.
e. Aspek Sosial Ekonomi
Rencana pendirian apotek ditinjau dari aspek sosial ekonomi akan
cukup menguntungkan, karena memerlukan tenaga kerja, yang berarti
akan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat dan mengurangi
pengangguran, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
f. Analisa Dampak Lingkungan
Apotek dapat
kegiatan,
sehingga
perlu
memperhatikan
melaksanakan
aspek
dampak
60
Keterangan :
BEP = Break Even Point
FC
VC
TR
61
pendek
waktu
yang
dibutuhkan,
maka
semakin
62
3) Jumlah penduduk,
4) Jumlah dokter,
5) Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat,
6) Fasilitas kesehatan lain seperti rumah sakit, puskesmas, dan poli
klinik.
b. Perundang-undangan farmasi dan ketentuan lain.
c. Pembelian.
d. Penyimpanan barang/pergudangan.
e. Penjualan, yang terpenting ialah kalkulasi harga atas resep dokter.
f. Admistrasi, menyangkut pula laporan-laporan.
g. Evaluasi apotek pada akhir tahun.
Setelah analisis dan perencanaan telah dilakukan maka untuk
mendirikan suatu apotek ada suatu tata cara atau aturan yang harus diikuti.
Ijin apotek pada tempat tertentu diberikan oleh Menteri kepada Apoteker
Pengelola Apotek.
Syarat administratif yang dilampirkan pada permohonan izin apotek
adalah sebagai berikut(25):
a. Salinan/foto copy Surat Izin Kerja Apoteker.
b. Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP).
c. Salinan/foto copy denah bangunan.
d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak.
e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal
lulus dan nomor surat izin kerja.
f. Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek.
g. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja
tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek Lain.
h. Asli dan salinan/foto copy surat izin atasan (bagi pemohon pegawai
negeri, anggota ABRI, dan pegawai instansi pemerintah lainnya).
63
tembusan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Provinsi
64
65
66