b.
2. Melukis bangun.
3. Menentukan ukuran unsur geometri dalam situasi yang problematik.
Menurut Polya, yang kedua dan ketiga memiliki kesamaan: yaitu menentukan sesuatu
berupa lukisan, atau hasil perhitungan.
Secara umum strategi pemecahan masalah geometri sama dengan yang telah
dikemukakan pada Bab II. Namun secara khusus perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Pada pembuktian sering digunakan dasar-dasar analisis, yang dalam pelaksanaannya
juga memuat strategi bergerak dari belakang.
2. Pada masalah geometri, gambar seringkali tidak cukup hanya dituangkan dari halhal yang telah diketahui dari masalahnya. Seringkali diperlukan adanya garis-garis
pertolongan yang perlu dibuat untuk menjembatani hipotesis dan konklusinya.
3. Karena dalam penyelesaian masalah geometri sering tidak terlepas dari aritmetika
dan aljabar (termasuk geometri analitik dan geometri transformasi), maka
pengetahuan dasar dan keterampilan penerapan aritmetika dan aljabar perlu dimiliki
pemecah masalah geometri.
B. Masalah Pembuktian
Salah satu cara membuktikan kebenaran suatu pernyataan dikenal dengan metode
analitik (Posamentier dan Stepelmen,1986:117), yang menjembatani masalah yang muncul
antara hipotesis dan konklusi. Metode ini memuat serangkaian langkah mun-dur yang
berawal konklusi dan berakhir pada hipotesis. Dengan kata lain, keseluruhan bukti dapat
dikonstruksi dengan berawal dari konklusi dan pemecah masalah mengaju-kan pertanyaan:
Langkah sebelumnya yang bagaimanakah yang menghasilkan langkah atau tahapan ini?
Setelah memperoleh jawabnya, pertanyaan yang sama diajukan lagi yang terkait dengan
jawaban yang baru saja diperoleh, sampai seluruh langkah dengan urutan logis hingga
menemukan jawabnya secara terbalik. Setelah sampai pada hipotesisnya, buktinya
19
dituliskan secara terbalik dari pemikiran analisisnya tadi, sehingga cara ini sering dikenal
sebagai strategi bergerak dari belakang.
Tiga langkah penting dalam menggunakan analisis adalah:
1. Menganalisis hipotesis: Sketsa atau yang dibuat hendaknya mendekati atau tepat
sama dengan
simbol yang sesuai (titik sudut, sudut yang siku atau yang sama, ruas garis yang
sama panjang, garis-garis yang sejajar dan sebagainya). Gambar yang baik akan
mempermudah dalam menganalisis masalahnya.
2. Menganalisis konklusi atau kesimpulan (yang hendak dibuktikan): Perhatikan
konklusinya, dan bagaimana akan sampai ke kesimpulan itu, atau langkah-langkah
apa saja yang menuntun paling dekat ke arah konklusi itu. Sangat membantu
kiranya jika pemecah masalah mempertimbangkan pengalaman konklusi serupa
yang pernah digunakan atau diperoleh dalam masalah lain. Kemudian majulah
selangkah hal-hal atau apa saja sebelumnya yang dapat menuntun ke hal yang
terdekat pada konklusi tersebut.
3. Menemukan hubungan antara hipotesis dan konklusi. Dalam memperoleh hubungan
ini berbagai sifat, teorema, strategi dan teknik penyelesaian yang sebelumnya
pernah dipelajari perlu dikuasai secara lengkap dan dapat segera diterapkan dalam
menganalisis hubungan yang mungkin ada.
Contoh 1:
Jika panjang sisi-sisi suatu segitiga adalah a, b, dan c, buktikanlah bahwa:
3(ab + bc + ca) (a + b + c)2 < 4(ab + bc + ca)
Karena tidak jelas mulai dari mana hubungan-hubungan itu muncul, maka salah satu
cara ialah melihat dari belakang atau melihat hasil.
Perhatikan pertidaksamaan pertama:
3(ab + bc + ca) (a + b + c)2
3(ab + bc + ca) a2 + b2 + c2 + 2(ab + bc + ca)
ab + bc + ca a2 + b2 + c2
a2 + b2 + c2 ab bc ca 0
2a2 + 2b2 + 2c2 2ab 2bc 2ca 0 (kedua ruas dikalikan 2)
(a2 2ab + b2 ) + (b2 2bc + c2 ) + (c2 2ca + a2 ) 0
(a b)2 + (b c)2 + (c a)2 0
20
Hal terakhir benar karena kuadrat bilangan real pasti non negatif. Demikian juga
jumlah beberapa kuadrat bilangan real pasti non negatif
Karena itu untuk membuktikan kebenaran pertidaksamaan pertama (ruas kiri dan
tengah), dilakukan sebagai berikut:
Jika a, b, dan c panjang sisi-sisi segitiga, maka pastilah:
(a b)2 0
(b c)2 0
(c a)2 0
(a b)2 + (b c)2 + (c a)2 0
Jumlahnya:
dan seterusnya menggunakan langkah dari bawah ke atas (dari belakang ke depan)
pada analisis yang berupa bentuk-bentuk yang ekuivalen di atas, sehingga diperoleh
bukti bahwa: 3(ab + bc + ca) (a + b + c)2 (1)
Dengan cara sama, untuk membuktikan (a + b + c)2 < 4(ab + bc + ca),
pertidaksamaan tersebut dijabarkan lebih dahulu:
(a + b + c)2 < 4(ab + bc + ca)
a2 + b2 + c2 + 2(ab + bc + ca) < 4(ab + bc + ca)
a2 + b2 + c2 < 2(ab + bc + ca)
a2 + b2 + c2 < a(b + c) + b(a + c) + c(b + a)
Hal ini benar, karena dalam setiap segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c, berlaku:
a < (b + c) sehingga a2 < a(b + c)
b < (a + c) sehingga b2 < b(a + c)
c < (b + a) sehingga c2 < c(b + a)
Dengan demikian maka untuk membuktikan kebenaran pertidaksamaan kedua (ruas
tengah dan kanan), dimulai dengan: Untuk setiap segitiga dengan panjang sisi a, b,
dan c, panjang sebuah sisi kurang dari jumlah panjang dua sisi lainnya, sehingga:
a < (b + c) a2 < a(b + c)
b < (a + c) b2 < b(a + c)
c < (b + a) c2 < c(b + a)
Diperoleh: a2 + b2 + c2 < a(b + c) + b(a + c) + c(b + a), yang dengan bergerak dari
belakang dari yang disajikan di atas diperoleh: (a + b + c)2 < 4(ab + bc + ca)
(2)
21
Catatan: Dalam praktik pembuktian dengan cara ini, penjabaran (analisis) dari yang
harus dibuktikan dikerjakan di luar tempat pengerjaan pembuktian.
Contoh 2:
Ruas garis AB adalah sebuah talibusur sebuah lingkaran yang salah satu diameternya
adalah ruas garis BD (A D). Titik E adalah proyeksi titik A pada BD . Buktikanlah
A
bahwa BE BD = (BA)2
Dari masalah di atas, situasinya digambar:
Diketahui: Lingkaran (C, CA )
AE BD
Buktikan: BE BD = (BA)2
Gambar 3.1
Analisis:
1. BE BD = (BA)2 dapat dibuktikan jika kita dapat menunjukkan bahwa
2.
BE BA
=
.
BA BD
BE BA
=
dapat dibuktikan jika kita dapat menunjukkan bahwa BEA ~ BAD.
BA BD
Dengan demikian perlu ditarik ruas garis AD .
3. BEA dapat dibuktikan sebangun dengan BAD jika dapat ditunjukkan bahwa
mereka memiliki dua sudut sama besar (atau syarat kesebangunnan lainnya).
4. B adalah sudut persekutuan kedua segitiga.
5. BEA dan BAD keduanya siku-siku. BEA siku-siku karena titik E proyeksi titik
A pada BD. BAD siku-siku karena menghadap busur setengah lingkaran (ingat,
Bukti:
Tarik AD .
setengah lingkaran.
Perhatikan BEA dan BAD
Gambar 3.2
B = B
BEA dan BAD sebangun (mempunyai 2 sudut sama, berarti 3
BEA = BAD
sudut sama)
BE BA
Akibat kesebangunan tersebut:
=
BE BD = (BA)2 (terbukti)
BA BD
ALKRIS: PPM 2004
22
A x E
AB x
B x
Gambar 3.3
Karena itu maka masalahnya dipaksa dibawa ke segitiga siku-siku. Jadi perlu bantuan
garis sehingga terjadi segitiga siku-siku).
Tarik DE dan CF tegaklurus AB (lihat gambar)
Misalkan AE = BF = x dan DE = CF = t
Dalam segitiga siku-siku BDE: (BD)2 = t2 + (AB x)2 = t2 + (AB)2 2x(AB) + x2,
dan pada segitiga siku-siku ADE t2 + x2 = (AD)2
Dari kedua hubungan di atas didapat (BD)2 = (AD)2 + (AB)2 2x(AB)
(*)
Pada segitiga siku-siku ACF: (AC)2 = t2 + (AB + x)2 = t2 + (AB)2 + 2x(AB) + x2,
Melalui substitusi t2 + x2 = (AD)2 didapat: (AC)2 = (AD)2 + (AB)2 + 2x(AB) (**)
Dari penjumlahan kesamaan (*) dan (**) didapatkan:
Bukti: Cara II
(0, c)
D(b, c)
C(b + a, c)
X
B(a, 0) (b + a, 0)
O A(0, 0) (b, 0)
Gambar 3.4
23
Karena bentuk kuadrat ruas garis terkait dengan rumus jarak antara dua titik, maka
hubungan yang diperoleh adalah:
(AC)2
(BD)2
= b2 2ab + a2 + c2
AB = a, sehingga (AB)2 = a2
(BD)2 = (xD xB)2 + (yD yC)2
= (b + a a)2 + (c c)2 = b2 + c2
Jika nilai (AB)2 dan (BD)2 digantikan pada (^) diperoleh:
(AC)2 + (BD)2 = 2 ((AB)2 + (BD2)) (terbukti
Contoh 4
Penalaran:
Gambar 3.5
Tidak mudah untuk melakukan kegiatan bergerak dari belakang seperti pada contoh
di atas. Namun memperhatikan tujuan pembuktian merupakan satu hal sangat penting.
Perhatian pada tujuan dapat membantu mencari jembatan antara yang diketahui dan
yang diminta untuk dibuktikan.
Tujuan soal ini terkait dengan sudut 45o. Pertanyaan yang muncul adalah dimana atau
kapan sudut 45o itu terjadi. Salah satu di antaranya adalah pada segitiga siku-siku
samakaki. Karena itu perlu dibentuk suatu segitiga samakaki.
Penjumlahan kedua sudut dapat dilakukan dengan memindahkan salah satu di
antaranya. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan pencerminan.
Dari kedua bahan jembatan di atas dapat disusun jembatan yang menghubungkan
antara yang diketahui dan yang akan dibuktikan atau konklusinya, yaitu: Bagaimana
dengan pencerminan dapat dibentuk suatu segitiga sama kaki. F
Bukti:
1. Cerminkan AC terhadap garis AD , diperoleh AE
DD
E
Gambar 3.6
24
FB = CE.
Akibatnya BE = AB
(#)
(##)
5. Dari (#) dan (##) didapat: BAE siku-siku samakaki, sehingga besar BAE = 45o.
6. Jadi jumlah besar BAD + CAD = besar BAE = 45o. (terbukti).
B. Masalah Menemukan
Dalam masalah menemukan sesuatu dalam geometri (berupa lukisan atau bilangan),
strategi umumnya seperti yang dikemukakan pada bagian pendahuluan bab ini,
termasuk juga yang diuraikan pada Bab II. Masalah lukisan lebih banyak terkait dengan
sifat-sifat yang berlaku dalam geometri, sedangkan dalam menemukan, selain konsep
dan prinsip dalam geometri, sering memerlukan kemampuan dalam aritmetika dan
aljabar.
Contoh 1
Berapakah banyak diagonal sebuah segi-30?
Masalah di atas diselesaikan secara induktif dengan pola.
Menggambar sekaligus segi-30 beraturan beserta semua diagonalnya memuat kesulitan
teknis, baik karena diperlukan gambar yang cukup besar dan penghitungan banyak
diagonal yang sangat mungkin beberapa diagonal dihitung lebih dari sekali. Karena itu
digunakan strategi menyederhanakan masalah. Dimulai dari poligon yang memiliki
diagonal yaitu segi-4, kemudian segi-5, segi-6, dan segi-7 untuk memperoleh polanya.
Perhatikan banyak diagonal pada segi-n berikut.
segi-4
segi-5
segi-6
segi-7
Banyak diagonal:
2
>
+3
> 9>14
+4
Gambar 3.7
+5
25
Dengan memperhatikan pola penambahannya, yaitu +3, +4, +5, dan seterusnya, maka
pada segi-30 terdapat 405 buah diagonal.
Contoh 2
Pada Gambar 3.8 di samping, segi-4-nya adalah
persegi dengan panjang sisi 1 satuan dan garis
lengkungnya
masing-masing
adalah
busur
Gambar 3.9
Alternatif 2
Pengalaman menunjukkan, bahwa Alternatif 1 adalah yang paling sering digunakan.
Namun ada penyelesaian unik yang pernah dikemukakan siswa tetapi jarang ditemukan
yaitu menggunakan pendekatan komplementer sebagai berikut.
Yang dicari pertama adalah separo daerah tak terarsir, misal daerah tak terarsir ABC
pada Gambar 3.10, yang diperoleh dari luas daerah persegi, dikurangi dengan luas
seperempat lingkaran berpusat D. Hasilnya adalah 1 1 . Berarti luas dua bagian
4
Luas daerah yang diarsir adalah komplemennya, yaitu luas persegi dikurangi yang tidak
diarsir = 1 (2 1 ) = 1 1.
2
26
Alternatif 3
Seorang
siswa
yang
tajam
penglihatannya
C
I
II
III
B
Gambar 3.10
persegi = 1 1.
2
C D
{1}
E
R
[3]
Contoh 3:
Dalam ABC, titik-titik P, Q, dan R berturutturut terletak pada sisi AB , BC , dan AC .
AP : PB = BQ : QC = CR : RA = 1 : 3.
Hitunglah perbandingan luas PQR : luas ABC.
A
Jawab:
{3}
Q
[1]
(1) P
(3)
Gambar 3.11
1
Luas ABC
CB AE
4 4 16
CB AE
2
Analog:
Luas PBQ
Luas APR
3
3
=
dan
=
Luas ABC 16
Luas ABC 16
3
7
) Luas ABC =
Luas ABC
16
16
27
Jika dua segitiga mempunyai sebuah sudut sama besar maka perbandingan luasnya
sebanding dengan perbandingan hasil kali panjang sisi-sisi yang mengapit sudut
tersebut, maka pemecahan masalah di atas lebih dipermudah.
Misal: APR dan ABC bersudut sama yaitu sudut A, Karena itu maka
Luas APR
AP AR
1 3
3
AP AR
=
. Hal yang sama dapat
=
=
=
Luas ABC
AB AC
AB AC
4 4
16
Contoh 4:
Dalam ABC, AB = 15, BC = 14, dan AC = 13. AD garis tinggi dan garis bagi sudut B
memotong AD di titik E. Hitung panjang DE .
(Soal ini mencakup substansi garis tinggi dan garis bagi suatu segitiga).
Diketahui: ABC; a = 14, b = 13, c = 15.
AD BC.
15
DE
Jawab:
AD = ta
2
=
s( s a )( s b )( s c )
a
2
21(21 14)(21 13)(21 15)
=
14
=
1
21 7 8 6
7
1
3 7 22
7
13
E
o
o
B
D
14
Gambar 3.12
= 12
Pada ABD yang siku-siku di D: BD2 = AB2 AD2 = 225 144 = 81 BD = 9
ALKRIS: PPM 2004
28
Penyelesaian
Alternatif 1
CD = DE = EF = FG = 2 cm dan
CB = BA = AH = HG = 3 cm.
H
Gambar 3.13
Karena panjang ED dan AB diketahui, yang diperlukan adalah garis tinggi segitigasegitiga tersebut, yang tidak lain adalah apotema terhadap talibusur ED dan AB , yaitu
OP dan OQ . Keduanya masing-masing terletak pada segitiga siku-siku DAE dan BAE
sehingga ada sifat-sifat kesejajaran dan kesebandingan yang dapat digunakan. Berikut
ini penyelesaiannya.
Tarik apotema-apotema OP dan OQ , talibusur EB dan AD .
Pada ABE, B menghadap diameter AE . Jadi besar ABE = 90o atau EB AB
OQ apotema OQ AB .
Berarti EB || OQ . dengan demikian OQ = 1 EB.
2
29
DB = DB
Besar MBD = CBD (keduanya menghadap busur bertalibusur sepanjang 2 cm),
MDB .CDB Akibatnya: MD = CD = 2 cm. Berarti EDM siku-siku (di D)
sama kaki (ED = MD = 2 cm), sehingga EM = 22 cm.
Analog: BAM siku-siku (di B) sama kaki.(BM = BA = 3 cm) sehingga AM = 32 cm.
Diperoleh: DA = DM + MA = (2 + 32) cm OP = 1 DA = 1 (2 + 32) cm
2
= (4 + 62 + 9 + 62) cm2
= (13 + 122) cm2
Alternatif 2
x
2
Kemungkinan (ii)
x
ALKRIS: PPM 2004
(i)
y
Gambar 3.14
2
3
(ii)
y
30
x=3 2
y = 2
= (32 +2)2 4 1 4 1
= (3 + 22)2 4 1 2
= 18 + 122 + 4 9
= 9 + 122 + 8 4
= 13 + 122
= 13 + 122
Dengan kedua cara di atas diperoleh hasil sama, luas segi-8 tersebut = (13 + 122) cm2.
Alternatif 3
Untuk menentukan luas segi-8 yang memiliki 4 sisi berukuran 2 cm dan 4 sisi
berukuran 3 cm, dipandang seperempat bagian daripadanya, yaitu yang memuat sebuah
sisi berukuran 2 cm dan sebuah sisi berukuran 3 cm. Seperempat bagiannya dapat
digambarkan seperti Gambar 3.15.
Misalkan panjang jari-jari lingkaran luar segi-8
tersebut = R.
A
2
= 4 (LOAB + LOCB)
=4
(1
2
Rp +
= 2R(p + q)
1
2
Rq)
(^)
p2 + R2 2Rq + q2 = 4
Gambar 3.15
2R 2Rq = 4, karena p + q = R
2
2R(R q) = 4 R q =
4
2R
(*)
9
2R
(**)
13
13
p + q = 2R
2R
2R
31
13
) = 4R2 13 (o)
2R
Rq=3
q2 = 9 81/(4R2)
Rp=2
R 2 1 R2p2 = 4(R2 1)
p2 = 4 16/(4R2)
R2 = p2 + q2 = 13 97/(4R2)
Misalkan R2 = x, maka x = 13 97/(4x); x > 0
4x2 52x + 97 = 0
x=
x=
R2 =
52 52 2 16 97
;x>0
8
52 + 1152
52 + 24 2 13 + 6 2
=
=
8
8
2
13 + 6 2
yang jika digantikan pada (o) diperoleh:
2
13 + 6 2
13
Lsegi-8 = 4
= 26 + 122 13
= 13 + 122
Jadi Luas segi-8 ABCDEFGH = (13 + 122) cm2.
32