Subhanallah, meski usianya sudah sangat tua dan ia memiliki kedudukan social yang
sangat tinggi, ia tidak berbuat sombong dan semena-mena. Ia bisa saja membangunkan
pembantu dan memerintahkannya untuk mengambilkan air wudhu. Namun ia tidak
melakukan hal itu. Ia membiarkan mereka menikmati istirahat malamnya setelah
bekerja di waktu siang. Padahal khalifah Utsman sendiri juga seharian bekerja mengurus
persoalan kaum muslimin.
Seorang anak Said bin Yarbu' Al-Makhzumi bercerita, "Pada suatu siang yang terik, saya
dan seorang anak kawan sepermainan saya pergi ke masjid. Saya membawa seekor
burung merpati yang saya terbangkan di dalam masjid. Saat itu masjid nabawi tengah
dipugar. Di dalam masjid ada seorang laki-laki tua yang tampan wajahnya, tengah tidur,
dengan berbantalkan sebuah batu bata. Saya mendekat kepadanya dan berdiri di
dekatnya, melihat ketampanan laki-laki tua itu. Tiba-tiba laki-laki tua itu terbangun dan
membuka kedua matanya.
"Siapa engkau, wahai anak kecil?" tanyanya kepadaku.
Aku pun memberitahukan kepadanya siapa namaku. Maka laki-laki tua itu memanggil
seorang budak yang juga tidur di dekatnya. Namun budak itu tidak menjawab, rupanya
ia tertidur dengan nyenyak.
"Tolong bangunkan dia," katanya kepadaku.
Aku pun membangunkan budak itu. Laki-laki tua itu menyuruh budak itu untuk pergi dan
melakukan sesuatu.
"Duduklah engkau di sini," kata laki-laki tua itu kepadaku.
Tak lama kemudian budak itu datang membawa sebuah baju yang bagus dan uang
sebanyak 1000 dirham. Laki-laki tua itu lantas melepas baju yang aku kenakan, dan ia
mengenakan baju yang bagus di tangan budak itu kepadaku. Lalu ia memasukkan uang
1000 dirham itu ke kantong baju indah yang kini aku kenakan.
Aku begitu gembira dengan pemberian laki-laki tua itu. Aku segera lari pulang ke rumah
dan menceritakan apa yang aku alami kepada ayahku.
"Wahai anakku, siapa yang memberimu semua ini?" tanya ayah.
"Aku tidak tahu namanya, ia seorang laki-laki tua yang tampan di masjid."
"Itu amirul mukminin Utsman bin Affan," seru ayahku. (Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, AlBidayah wan Nihayah, 10/387)
Subhanllah, seorang khalifah tidur di lantai masjid nabawi di tengah siang yang terik,
setelah kecapekan mengawasi proses perluasan dan renovasi masjid nabawi. Ia tidur
berbantalkan bahan bangunan, sepotong batu bata, tanpa kasur permadani, tanpa
selimut, tanpa AC dan kipas angin, bahkan tanpa pengawal. Sungguh sebuah
kerendahan hati yang membuat orang yang tidak mengenalnya tidak akan menyadari
bahwa dirinya adalah khalifah kaum muslimin!
Allah Ta'ala menyebutkan salah satu akhlak orang yang bertakwa adalah kerendahan
hati dan kebersahajaan. Sebaliknya, kesombongan dan kemegahan adalah sifat Iblis dan
para sekutu setan. Tidak diragukan lagi bahwa khalifah Utsman belajar kerendahan hati
dan kebersahajaan dari sang mertua, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam.
Tentang kerendahan hati dan kebersahajaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
salam, sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan,
"Rasulullah shallahu 'alaihi wa salam biasa duduk di atas lantai tanah, makan di atas
lantai tanah, mengikat domba dan memenuhi undangan seorang budak meski hanya
undangan makan roti dari tepung gandum." (Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam
Majmauz Zawaid wa Mamba'ul Fawaid no. 14222 berkata: Diriwayatkan oleh
Ath-Thabarani dengan sanad hasan)
Sahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu 'anhu berkata,