PENDAHULUAN
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi
klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug.
Manfaat preparat ini cukup besar karena efek samping yang tidak diharapkan
cukup banyak, maka dalam penggunaanya dibatasi, termasuk dalam bidang
dermatologi kortikosteroid merupakan pengobatan yang sering diberikan kepada
pasien.
Kortikosteroid adalah derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan
oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan
darah, kadar gula darah, otot, dan resistensi tubuh.
Sejak kortikosteroid digunakan dalam bidang dermatologi, obat tersebut
sangat
menolong
penderita.
Berbagai
penyakit
yang
dahulu
lama
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena
posisinya yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2
dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasarkan jenisnya :
Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
Tipis : pada wajah
Lembut : pada leher dan badan
Berambut kasar : pada kepala
Anatomi kulit secara histopatologik ada 3 bagian, diantarnya sebagai
berikut :
Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang
mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat
tanduk)
2. Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng
tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut
eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan
kaki.
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri
dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4. Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer
(lapisan akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya
jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan
semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara
stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil
yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga
terdapat pula sel Langerhans.
5. Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal
pada
perbatasan
dermo-epidermal
berbaris
seperti
pagar
Adneksa Kulit
1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa. pH nya sekitar 4-6,8. Kelenjar Ekrin bentuknya kecilkecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer. Kelenjar
Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral
dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak
tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor
dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
Kelenjar Apokrin bentuknya lebih besar, terletak lebih
dalam, secretnya lebih kental. Dipengaruhi oleh saraf adrenergik,
terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora, saluran
kulit jari
Nail Plate (badan kuku) adalah bagian kuku yang terbuka/ bebas.
ketiak,
rambut
kemaluan,
kumis,
janggut
yang
air.
Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum =>
panas
Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan
rabaan
- Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
- Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah
sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi
oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh
darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan
membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung
air dan Na).
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang
terdiri dari butiran pigmen (melanosomes).
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk
yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari
hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
8
2.3 Kortikosteroid
2.2.1 Definisi
Adalah kelompok hormon steroid yang diproduksi di
korteks adrenal atau dibuat secara sintetis. Ada dua jenis
kortikosteroid : glukokortikoid dan mineralokortikoid. Mereka
memiliki berbagai fungsi metabolisme dan beberapa digunakan
untuk mengobati peradangan.
Kelenjar adrenal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian korteks
dan medulla, sedangkan bagian korteks terbagi lagi menjadi 2 zona
yaitu fasikulata dan glomerulosa. Zona fasikulata mempunyai
peran yang lebih besar dibandingkan zona glomerulosa. Zona
fasikulata menghasilkan 2 jenis hormon yaitu glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid
yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan
khasiat anti-inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada
keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Prototipe
untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan
glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik,
misalnya prednisolon, triamsinolon, dan betametason.
Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang
efek
utamanya
terhadap
keseimbangan
air
dan
golongan
ini
adalah desoksikortikosteron.
Berdasarkan
tabel
diatas,
Betamethason
dan
mempunyai
potensi
untuk
retensi
Na+.
Selain
itu
superfisial
eritema. Kemampuan
dermis,
untuk
yang
menyebabkan
akan
mengurangi
vasokontriksi
ini
klinik
dari
suatu
agen.
10
Berikut
macam-macam
bahwa
kortikosteroid
topikal
11
terjadi. Yang
harus
diperhatikan
steroidnya. Dermatosis
yang
adalah
kurang
kadar
responsif
kandungan
terhadap
diberikan
12
pelayanan). Percobaan
penggunaan
kortikosteroid
pada
pada
kulit
hewan
menunjukkan
hewan
hamil
akan
potensi
tinggi. Analisis
yang
baru
saja
dilakukan
13
sebelumnya
memiliki
gangguan
jiwa
dan
sedang
waktu
paruh
mungkin
akan
meningkat
ketika
diubah
menjadi
kortison
oleh
11-dehidrogenase
14
masuk
dalam
kategori
glukortikoid
mayor.
15
16
17
dari
inflamasi.
Hal
ini
disebabkan
karena
kortikosteroid
juga
mengurangi
prostaglandin,
18
pada
7. Kulit
a. Efek Epidermal
Ini termasuk :
Penipisan
epidermal
yang
disertai
dengan
b. Efek Dermal
Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan
pada substansi dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae
dan
keadaan
vaskulator
dermal
yang
lemah
akan
BAB 4
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kirakira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
20
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung
pada lokasi tubuh.
Kulit dibagi menjadi 3 lapisan yaitu Epidermis, Dermis dan Subkutan.
Lapisan Epidermis terdapat Sel pembentuk melanin (Melanosit) yang berada di
bagian stratum basale. Pada lapisan dermis jauh lebih tebal dibandingkan dengan
epidermis. Pada Epidermis terdapat kolagen, elastin dan retikulin yang dapat
membuat kulit menjadi elastis. Sedangkan pada Subkutis terdapat jaringan ikat
longgar yang berisi lemak. Subkutis merupakan lapisan paling dalam pada kulit.
Kortikosteroid adalah kelompok hormon steroid yang diproduksi di korteks
adrenal atau dibuat secara sintetis. Ada dua jenis kortikosteroid : glukokortikoid
dan mineralokortikoid. Mereka memiliki berbagai fungsi metabolisme dan
beberapa digunakan untuk mengobati peradangan.
Meskipun kortikosteroid mempunyai berbagai macam aktivitas biologik,
umumnya potensi sediaan alamiah maupun yang sintetik ditentukan oleh besarnya
efek retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat
anti-inflamasinya. Sediaan kortikosteroid sistemik dapat dibedakan menjadi tiga
golongan berdasarkan masa kerjanya, potensi anti-inflamasi, dosis ekuivalen dan
potensi retensi Na+.
21
eritema. Kemampuan
untuk
menyebabkan
vasokontriksi
ini
biasanya
Efeknya pada kulit dapat berupa penipisan epidermal yang disertai dengan
peningkatan aktivitas kinetik dermal, suatu penurunan ketebalan rata-rata lapisan
keratosit, dengan pendataran dari konvulsi dermo-epidermal. Sedangkan pada
lapisan dermal bisa terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada
substansi dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator
dermal yang lemah akan menyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau
terpotong. Pendarahan intradermal yang terjadi akan menyebar dengan cepat
untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini nantinya akan terserap dan
membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia kulit prematur.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abidin
Taufik. Oral
Corticosteroid. 2009.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine. Volume II B. Sixth Edition. Newyork; Mc Graw-Hill
Medical Publishing Division. 2003; 2381-2387, 2322-2327
Maftuhah. Husni, Abidin. Taufik, Oral Kortikosteroid. 2009. Fakultas Kedokteran
Universitas
Mataram.
darihttp://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
23
Diunduh
2001.
Diunduh
darihttp://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/bipkk/article/viewFile/191/191
Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit
FKUI, 1995 ; 484-50010)
24