Anda di halaman 1dari 13

Makalah Toksikologi

NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif lain)

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Alfian Hadri
Chita Asparingga
Hasti Putri Hapsari
Mega Pujiana Wati
Novita Ayu

A102.09.004
A102.09.011
A102.09.020
A102.09.030
A102.09.036

Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta


2014 / 2015

BAB VI
NAPZA

5.1 Pengertian Narkoba


Narkoba adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.
Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat
penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan
napza. Ada juga menggunakan istilah madat untuk napza, tetapi istilah
madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis narkotika
saja, yaitu turunan Opium. Strategi Badan Narkotika Nasional Kota
Samarinda (Sulastri Indah Lestari )
5.1.1 Jenis-jenis Narkoba
A. Narkotika
(Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan kedalam
golongan-golongan :
1. Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,

dan

tidak

mempunyai

potensi

ditujukan
sangat

untuk

tinggi

terapi

serta

menimbulkan

ketergantungan. (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).


2. Narkotika Golongan II
Narkotika

yang

berkhasiat

pengobatan

digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau


tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. (Contoh :
morfin, petidin).
3. Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan


ketergantungan. (Contoh : kodein). Narkotika yang sering
disalahgunakan adalah narkotika golongan I (Opiat : morfin,
herion (putauw), petidin, candu dan lain - lain. Ganja atau
kanabis, marijuana, hashis-Kokain yaitu serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka).
B. Psikotropika
(Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika) adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan
dalam golongan - golongan sebagai berikut :
1. Psikotropika golongan I
Psikotropika

yang

hanya

dapat

digunakan

untuk

kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam


terapi serta mempunyai potensiamat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
2. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan
serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. ( Contoh : amfetamin, metilfenidat atau
ritalin)

3. Psikotropika golongan III


Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma

ketergantungan.

Contoh:

pentobarbital,

Flunitrazepam .
4. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan. ( Contoh : diazepam, bromazepam,
Fenobarbital,

klonazepam,

klordiazepoxide,

nitrazepam,

seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).


Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
a. Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
b. Sedatif & Hipnotika ( obat penenang, obat tidur ): MG,
BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain
c. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide ( LSD ),
mushroom.
C. Zat adiktif lain
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi :
1. Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian
dari kehidupan manusia sehari - hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika
atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam
tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
a. Golongan A : kadar etanol 1 - 5%, (Bir)
b. Golongan B : kadar etanol 5 - 20%, (Berbagai jenis
minuman anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20 - 45 %, (whiskey, vodca,
TKW, manson house, johny walker, kamput.)
2. Inhalansia

Adalah gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah


menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada
berbagai barang keperluan rumah tangga,kantor dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
3. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan narkoba di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutamapada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena
rokok

dan

alkohol

sering

menjadi

pintu

masuk

penyalahgunaan narkoba lain yang lebih berbahaya. Bahan


atau obat serta zat yang disalahgunakan dapat juga
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Sama sekali dilarang : narkotika golongan I dan
psikotropika Golongan I.
b. Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif,
dan hipnotika.
c. Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lainlain.
d. Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

5.2 Efek yang ditimbulkan narkoba


A. Depresan (Downer)
Adalah jenis napza yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang,
pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dantidak sadarkan diri.
Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin / putauw, kodein ),
Sedatif ( penenang ), hipnotik ( otot tidur ) dan tranquilizer ( anti cemas
) dan lain-lain.
B. Stimulan(Upper)

Adalah jenis napza yang dapat merangsang fungsi tubuh dan


meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
amfetamin (sabu, esktasi), kafein dan kokain.
C. Halusinogen
Adalah jenis napza yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifatmerubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
5.3 Identifikasi Marijuana
Marijuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering
berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang diekstrak dari bunga dan daun
tanaman Cannabis sativa.

Gambar 1. Serbuk Marijuana

Gambar 2. Marijuana

Cannabis sativa biasa disebut dengan ganja atau marijuana. Marijuana


mengandung sejenis bahan kimia yang disebut delta-9-tetra-hidrokannabinol (THC) yang dapat mempengaruhi suasana hati manusia dan cara
orang tersebut melihat serta mendengar hal-hal disekitarnya. Marijuana

disebut juga sebagai obat depresan karena dapat mempengaruhi sistem saraf
dengan cara membuat lambat sistem saraf. Marijuana dianggap narkoba
yang aman dibandingkan dengan putaw atau shabu, hingga sebagian besar
pecandu narkoba mulai mengonsumsi narkoba dengan mencoba marijuana.
Jika menggunakan marijuana, maka pikiran akan menjadi lambat, dan
membuat seseorang terlihat bodoh. Marijuana dapat mempengaruhi
konsentrasi dan ingatan, meningkatkan denyut nadi, keseimbangan dan
koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, depresi,
kebingungan dan halusinasi.

Gambar 3. Struktur delta-9-tetra-hidro-kannabinol (THC)


Tetra Hidro Cannabinol atau THC (delta-9-tetra-hidro-kannabinol)
adalah senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman marijuanaa. Ketika THC
digunakan, baik dikonsumsi atau diinhalasi, ia mengikat reseptor spesifik
yang ada di dalam otak manusia yang disebut reseptor kannabinoid. Dalam
dosis rendah, senyawa tersebut dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi
agresi, merangsang nafsu makan dan dapat membantu mengurangi rasa
mual. Dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan "giting atau tinggi"
(high), yaitu suatu perasaan dan persepsi yang berubah antara ruang dan
waktu yang menciptakan rasa kebahagiaan.
5.4 Mekanisme Aksi dalam Tubuh

1. Tetra Hidro Cannabinol atau THC (delta-9-tetra-hidro-kannabinol)


adalah senyawa aktif yang terdapat dalam tanamanmarijuanaa.
2. Ketika THC digunakan, baik dikonsumsi atau diinhalasi, ia mengikat
reseptor spesifik yang ada di dalam otak manusia yang disebut reseptor
kannabinoid.
3. Dalam dosis rendah, senyawa tersebut dapat mengurangi rasa sakit,
mengurangi agresi, merangsang nafsu makan dan dapat membantu
mengurangi rasa mual.
4. Dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan "giting atau tinggi"
(high), yaitu suatu perasaan dan persepsi yang berubah antara ruang
dan waktu yang menciptakan rasa kebahagiaan.
5.5 Farmakokinetik
Delta-9-tetra-hidro-kannabinol adalah senyawa psychedelic bahan alam
yang sangat larut di dalam lemak (lipofil) sehingga dengan pemberian pada
rute oral dapat terabsorpsi baik pada saluran cerna terutama pada lambung.
Waktu onset terjadi hampir selama satu jam sebelum mencapai sawar darah
otak dan konsentrasi aktif didalam plasma terjadi selama dua hingga empat
jam.
Absorpsi pada rute inhalasi lebih cepat dibandingkan rute oral. Pada
jalur inhalasi dan intravena, delta-9-tetra-hidro-kannabinol langsung
memasuki peredaran darah sistemik. Sebagian dapat terdistribusi pada
jaringan adiposa dan sebagian memasuki sawar darah otak. Reaksi melalui
rute inhalasi mulai memperlihatkan efek pada 25 menit setelah pemakaian.
5.6 Farmakodinamik
Bahan aktif marijuana adalah delta-9-tetra-hidro-kannabinol (THC) dan
diperkirakan untuk mengerahkan efeknya dengan mengikat reseptor
kannabinoid CB1 pada terminal saraf pre-sinaptik di otak. THC bekerja
agonis dan berikatan pada reseptor kannabinoid CB1 yang berada pada
sistem saraf pusat. THC mengikat reseptor CB1 mengaktifkan G-protein
yang juga mengaktifkan atau menghambat sejumlah jalur transduksi sinyal.
G-protein secara langsung menghambat N dan tegangan tipe P atau Q

(tergantung dari kanal kalsium dan kanal natrium) dan secara tidak langsung
menghambat kanal kalsium tipe A melalui penghambatan adenilat siklase.
THC mengikat dan mengaktivasi G-protein yang juga mengaktifkan kanal
kalium dan jalur sinyal MAP kinase. Efek kumulatif dari jalur ini adalah
perasaan euforia.
THC juga bekerja agonis pada reseptor CB2 yang bekerja dalam supresi
sel-sel imun sehingga aktivitas THC pada reseptor ini dapat menyebabkan
penurunan kemampuan sel imun (imunosupressan). Penggunaan THC atau
paparan langsung (inhalasi, gas, asap, serbuk kering, residu bakaran abu,
dan sebagainya) dapat menurunkan kemampuan sistem imun terutama pada
individu yang memiliki kelainan pada sistem imunnya.
Didalam tubuh manusia terdapat senyawa alami yang memiliki efek
mirip dengan THC yaitu endokannabinoid yang alaminya dilepaskan oleh
tubuh dalam rangsang respon emosi alamiah seperti keadaan senang atau
tenang dikarenakan sebab tertentu yang jelas. Sepeti tertawa dan rasa senang
karena suatu humor atau lawakan, atau euforia pada saat keadaan yang sangat
menyenangkan seperti sebuah kejutan atau hal-hal yang dapat memberikan
perasaan senang lainnya.
Penggunaan marijuana dalam waktu jangka panjang dapat mengurangi
kemampuan

reseptor-reseptor

kannabinoid

untuk

mengenali

senyawa

endokannabinoid tubuh karena kerja agonis THC pada sistem saraf pusat
sehingga menurunkan respon yang dihasilkan oleh senyawa endokannabinoid.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan respon emosi atau presepsi emosi yang
salah pada penggunan kronik.
5.7 Kadar Toksik
THC adalah salah satu komponen dari marijuana yang beersifat racun
terhadap hewan uji. Efek toksik dari marijuana terutama pada sistem
saraf. Penyebab kematian hewan uji biasanya disebabkan oleh apnea atau
henti jantung. Hewan uji yang lebih tinggi tingkatannya secara filogenetik
memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap toksisitas akut dari THC.

Pada tikus, dosis LD50 THC adalah 40 mg/kg dengan rute intravena,
sementara dosis LD50 pada monyet dan anjing adalah 130 mg/kg.
Tidak ada penentuan dosis letal pada manusia secara pasti karena tidak
mungkin dilakukan percobaan terhadap manusia. Namun, berdasarkan
teori yang telah disebutkan, dosis letal pada manusia akan lebih tinggi
darpada dosis letal pada monyet. Sementara, dosis yang menyebabkan
toksisitas akut dari THC diperkirakan adalah 0,4mg/kg BB secara oral.

5.8 Ekskresi
Setelah THC mauk ke dalam tubuh maka akan mengalami metabolit
aktif dan inaktif, keduanya dapat ditemukan pada hati. Pada umumnya
ditemukan dalam bentuk 11-OH-delta-9-tetra-hidro-kannabinol. Metabolit
ini secara umum diekskresi melalui rute biliari-fecal dengan hanya sekitar
10% hingga 15% yang diekskresi melalui urin.
5.9 Manifestasi klinik gejala toksisitas akut dari pemakaian marijuana :
a. Peningkatan denyut jantung
b. Euforia disertai teler
c. Penurunan fokus
d. Gangguan psikomotorik dan koordinasi otot
e. Nafsu makan bertambah.
5.10
Gejala toksisitas kronik dari marijuana adalah sebagai
berikut :
a. Gejala psikosis
b. Gangguan kognitif
c. Gejala Withdrawal (putus obat)
d. Motilitas dan kualitas sperma menurun
e. Kanker mulut, paru-paru, dan tenggorokan.
f. Dorongan seksual menurun
5.11 Kasus
Ditemukan kasus baru penggunaan ganja sebagai bahan dasar
pembuatan brownies dan coklat. Hal ini ditemukan setelah ada laporan
beberapa warga yang mengaku tertidur lama setelah mengkonsumsi
brownies dan coklat tersebut.

MEKANISME FARMAKOKINETIK :
1. Delta-9-tetra-hidro-kannabinol adalah senyawa psychedelic bahan alam
yang sangat larut di dalam lemak (lipofil) ,sehingga dengan pemberian
pada rute oral dapat terabsorpsi baik pada saluran cerna terutama pada
lambung.
2. Waktu onset terjadi hampir selama satu jam sebelum mencapai peredaran
darah otak dan konsentrasi aktif didalam plasma terjadi selama dua hingga
empat jam.
3. Absorpsi pada rute inhalasi lebih cepat dibandingkan rute oral.
4. Pada jalur inhalasi dan intravena,THC

langsung memasuki peredaran

darah sistemik ,sebagian dapat terdistribusi pada jaringan adiposa dan


sebagian memasuki peredaran darah otak.
5. Reaksi melalui rute inhalasi mulai memperlihatkan efek pada 25 menit
setelah pemakaian.
MEKANISME FARMAKODINAMIK :
1. THC mengikat reseptor kannabinoid CB1 pada terminal saraf pre-sinaptik
di otak.
2. THC bekerja agonis dan berikatan pada reseptor kannabinoid CB1 yang
berada pada sistem saraf pusat.
3. THC mengikat reseptor CB1 mengaktifkan G-protein yang juga
mengaktifkan atau menghambat sejumlah jalur transduksi sinyal.
4. G-protein secara langsung menghambat N dan tegangan tipe P atau Q
(tergantung dari kanal kalsium dan kanal natrium)
5. secara tidak langsung menghambat kanal kalsium tipe A melalui
penghambatan adenilat siklase.

6. THC mengikat dan mengaktivasi G-protein yang juga mengaktifkan kanal


kalium dan jalur sinyal MAP kinase.
7. Efek kumulatif dari jalur ini adalah perasaan euforia.

Daftar Pustaka
Barile, Frank A. 2010. Clinical Toxicology Principles and Mechanism. Informa
Helathcare. New York : CRC Press. (hal 194-198)
Hawari, D. 2002. Penyalahguunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI
Indah Lestari, Sulastri. 2013. Strategi Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda
Dalam Menanggulangi Penggunaan Narkoba Di Kelurahan Sungai
Pinang Dalam Kota Samarinda. Ejournal Ilmu Pemerintahan Vol. 1, No. 2
(ISSN 2338-3651).
Wachyudi, Adi. ___.Narkoba Dan Permasalahannya. Jateng : Widyaiswara
Madya Badan Diklat Jateng. URL :
http://badandiklat.jatengprov.go.id/uploaded/karilwi/Narkoba%20dan
%20Permasalahannya%20%20Ir%20Adi%20Wachyudi%20MSi
%20%28WI%20Bandiklat%20Jateng%29.pdf diakses tanggal 25/04/2015
pukul 14.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai