Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

ANAMNESIS

Nama : Nn. W
TL : 21 Januari 1993

Ruang
Kelas

: Poliklinik
:-

Nama

: Nn. W

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tanggal lahir

: 21 Januari 1993

Umur

: 21 th

Pekerjaan

: Mahasiswa

Pendidikan

: PT

Alamat

: Jl. Tentara Pelajar Purworejo

Kunjungan RS

: 18/12/2014

Diagnosis

: Tension Type Headache

Dokter yang merawat

: dr. Murgiyanto Sp.S

Keluhan Utama

: Nyeri kepala

Keluhan Tambahan

: sulit tidur (+)

Riwayat Penyakit Sekarang:


4BSMRS

: Pasien mengeluhkan nyeri kepala. pada sebelah kanan dekat tulang telinga,

terasa seperti terikat. Kadang dirasakan otot leher menegang. Keluhan hilang timbul selama 5
menit. Merasa lebih nyaman bila ditekan. Kadang muncul demam dan mual, diobati dengan
paracetamol
3HSMRS

: Keluhan dirasakan semakin tak tertahankan, terasa seperti mau pecah,

mengganggu aktivitas dan tidurnya. Minum paramex namun tidak membaik.


Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma (-) nyeri kepala (-) kejang demam (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan nyeri kepala, riwayat HT(-) DM(-)

PEMERIKSAAN

Nama : Nn. W

Ruang

: Poliklinik
RM.01.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

TL : 21 Januari 1993
FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Kesan umum

: sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

: 125/75 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Suhu badan

: afebris

Pernafasan

: 20 x/menit

Kelas

:-

PEMERIKSAAN FISIK :
KEPALA
Bentuk

: Normocephal

Mata

: sklera ikterik (-/-) conjuntiva anemis (-/-),


pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+

Telingga

: simetris, serumen (-)

Hidung

: septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-)

Mulut

: bibir kering (-), lidah kotor (- ), gusi tidak berdarah (-)

LEHER
Bentuk

: simetris, tidak tampak adanya perbesaran

Trakea

: tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

THORAX
Bentuk dada

: simeteris dengan retraksi dinding dada (-)

JANTUNG
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi

: ictus cordis teraba pada sela iga ke 3 linea midclavicularis

Perkusi

: batas jantung
Kanan atas

: SIC II line apara sternalis kanan

Kiri atas

: SIC II line para sternalis kiri

Kanan bawah: SIC IV line para sternalis kanan


Kiri bawah
Auskultasi

: SIC V linea midclavicularis kiri

: bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-), irama derap (-)
RM.02.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

PARU-PARU
Kanan
Tampak simetris, retraksi subcostalis

Kiri
Tampaks simetris, retraksi subcostalis

(-), retraksi supraclavicularis (-),

(-),

retraksi intercostalis (-), ketinggalan

retraksi intercostalis (-), ketinggalan

Palpasi

gerak (-)
Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)

gerak (-)
Ketinggalan gerak (-), deformitas (-)

Perkusi

Sonor pada seluruh lapangan paru

Sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi

Suara dasar vesikuler, ronkhi basah

Suara dasar vesikuler, ronkhi basah

kasar (-), rhonki basah halus (-),

kasar (-), rhonki basah halus (-), ronki

ronki kering (-), wheezing ekspirator

kering (-), wheezing ekspirator (-),

(-), wheezing inspirator (-), stridor

wheezing

inspiratory

inspiratory (-), ekspirator diperpanjang

Inspeksi

(-),

ekspirator

diperpanjang (-)

retraksi

supraclavicularis

inspirator

(-),

(-),

stridor

(-)

ABDOMEN
Inspeksi

: ascites (-),distended (-)

Auskultasi : peristaltik (+)


Perkusi

: thympani, pekak beralih (-)

Palpasi

: supel(+), defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan epigastrium (-),
turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba , hepatomegali (-)

EKSTREMITAS
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-)
NEUROLOGIS
Kesadaran

: Kompos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Kepala

: bentuk normal, simetris

Leher

: sikap tegak, pergerakan baik.

Nn. Craniales

Pemeriksaan Nn. Craniales


I. Olfaktorius

Subjektif

Kanan

Kiri

Normal

Normal
RM.03.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

II. Optikus

Tajam penglihatan (Subjektif)

Normal

Normal

Lapangan pandang (Subjektif)


III. Okulomotorius

Normal

Normal

Normal

Normal

(+)

(+)

Sela mata

Pergerakan mata ke arah superior,


medial, inferior, torsi inferios

Strabismus

(-)

(-)

Nystagmus

(-)

(-)

Exoftalmus

(-)

(-)

Reflek pupil terhadap cahaya

(+)

(+)

Pandangan double

(-)

(-)

Diameter pupil

3 mm

3 mm

(+)

(+)

IV. Troklearis
Gerakan mata (ke bawah-lateral)
V. Trigeminus

Membuka mulut

(+)

(+)

mengunyah

(+)

(+)

menggigit

(+)

(+)

seinsibilitas muka
VI. Abdusen

(+)

(+)

Gerakan mata ke lateral


VII. Fasialis

(+)

(+)

Mengerutkan dahi

(+)

(+)

Menutup mata

(+)

(+)

Memperlihatkan gigi

(+)

(+)

Sudut bibir
VIII. Vstibulokoklearis

(+)

(+)

Fungsi pendengaran (subjektif)


IX. Glossofaringeus

(+)

(+)
RM.04.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Perasa lidah (bag. belakang)

Refleks muntah
X. Vagus

Bicara

Menelan
XI. Assesorius

Mengangkat bahu

Memalingkan kepala
XII. Hipoglosus

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

Pergerakan lidah

(+)

(+)

Artikulasi

(+)

(+)

Motorik

: - respirasi : garakan nafas simetris, tidak tampak retraksi otot-otot thorakal


-

Duduk : bahu pasien tampak simetris

Bentuk Columna vertebralis : tampak normal

Pergerakan Columna Vertebralis : bebas

Sensibilitas

: tidak ditemukan adanya kelainan

Fungsi Vegetatif

: baik

Extremitas :
G

B B

B B
RF

+2 +2

5 5
5 5

RP

+2 +42

Cl -/-

- -

DIAGNOSIS BANDING
- Susp. Tension type headace
- Susp. Migraine
- Susp. Medication over-use headache
DIAGNOSIS
RM.05.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Diagnosis Klinis : cephalgia


Diagnosis Topik : kontraksi otot sternokleidomastoideus
Diagnosis Etiologi : stress dan kecemasan
TERAPI MEDIKA MENTOSA
Klobazam 1x10mg
Proneuron 1x1 tab
Ranitidine 2x1 tab
Meloxicam 2x7.5mg
NON MEDIKA MENTOSA
kompres panas/dingin
peregangan dan teknik relaksasi
olahraga teratur
PROGNOSIS
Vitam : bonam
Fungsionam : bonam
MASALAH YANG DIKAJI
Bagaimana penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada kasus tension type headache ?

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Cephalgia
Cephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya nyeri.
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab.
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengankepala yang berasal dari
RM.06.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

struktur sensitif terhadap rasa sakit.


B. Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai macam penyakit.
Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ dikepala, jaringan sistem persarafan
dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau
depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis
servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi senditemporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma,
perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.
C. Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.Prevalensi sakit kepala
di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau45 juta orang menderita sakit kepala kronik
dan 20 juta dari 45 juta tersebutmerupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension
headacheyang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7
%.Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahunsedangkan pada wanita,
migren sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS jugamengemukakancluster headache 80
90 % terjadi pada pria dan prevalensi sakitkepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.
D. Anatomi Otak
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan
berdasarkan

ke dalam berbagai cara

perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan evolusi. Otak

terdiri dari batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, serebelum, otak
depan(forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum. 1
Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan
korteks serebrum. Masing-masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi
sebagai berikut: asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer pusat pengaturan kardiovaskuler,
respirasi dan pencernaan, pengaturan refleks otot yangterlibat dalam keseimbangan dan postur,
penerimaaan dan integrasi semuamasukan sinaps dari korda spinalis; keadaan terjaga dan
pengaktifan korteks serebrum, pusat tidur. 1
RM.07.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi


dan perencanaan aktivitas otot volunter yangterlatih.Hipotalamus berfungsi sebagai berikut:
mengatur banyak fungsihomeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan
asupanmakanan, penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibatdalam
emosi dan pola perilaku dasar. 1
Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar
terhadap sensasi, beberapa tingkatkesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Nukleus basal
berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan
pola pola gerakan yang tidak berguna. 1
Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat
pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan,kreativitas dan
kesadaran diri.Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus,
parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memilikifungsi yang
berbeda-beda. Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan
nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. 1
Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari
C1 3 beramifikasi padagrey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian
yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio
orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengantransmisi sensasi taktil diskriminatif seperti
sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu. 1
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain
beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferenC3 juga akan beramifikasi
ke C1 dan C2. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher
bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital darikepala dan
yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris danmandibularis. Ini
disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yangmeluas ke arah kaudal. 1
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars
kaudal. Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2 dan V3. V1, oftalmikus,menginervasi daerah
orbita dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial danfalx cerebriserta pembuluh darah
yang berhubungan dengan bagian duramater ini.V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung,
sinus paranasal, gigi bagian atas, danduramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis,
menginervasi daerahduramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga,
senditemporomandibular dan otot menguyah. 1
RM.08.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius
eksterna dan membran timpani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu
saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala
adalah C1, C2, dan C3. Ramusdorsalis dari C1 menginnervasi ototsuboccipital triangle obliquus superior,obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis
dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, Longissimus
capitis dan splenius sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. 1
Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dariobliquus inferior ,dan balik ke bagian
atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis yang mana saraf ini di suplai dan
masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal linedan the
aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital
yang mana merupakancabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui
pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang lateral
kelongissimus capitisdansplenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. 1
Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3
zygapophysial bagian lateral dan posterior. Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaituintrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena
korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior.
Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dariorbita, membran
mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar,gigi, dan gusi. Sedangkan
daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan
pleksus koroideus.
E. Patofisiologi Cephalgia
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada
jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan
bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.4
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri.
Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot
merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke
jaringan (iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan
langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. 4
RM.09.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah
kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang
timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 0C, jaringanjaringan dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.4
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi
adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free
nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari
berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang
menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat
dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan
karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion.
Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat
penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.4
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri
banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti
periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal
lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada
organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri kronik (slow pain). Nyeri
akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri
ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari
saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6-30 m/detik.
Neurotransmitter

yang

mungkin

digunakan

adalah

glutamat

yang

juga

merupakan

neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya
memiliki durasi kerja selama beberapa milidetik.4
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih dari 1 detik setelah
stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal
tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari
saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5-2 m/detik.
Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.4
RM.010.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat
dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway.
Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay
neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya
akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk
paleospinotalamikus untuk slow pain.4
Traktus neospinotalamikus untuk

fast pain dan

fastpain, pada traktus ini, serat A yang

mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I
(lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus
spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada, area retikular dari batang
otak (sebagian kecil), nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal
(sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhir pada daerah ventrobasal.Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan
memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai
serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. traktus ini , saraf perifer
akan hampir seluruhnya berakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan,
sering disebut dengan substansia gelatinosa.Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah
ataubeberapa neuron pendek yangmenghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf iniakan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.
Setelah itu, neuronterakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras
antero lateral. Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir padabatangotak dan
hanya sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akanlangsungditeruskan ke talamus.
Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu nukleus retikularis dari medulla,
pons, dan mesensefalon, area tektum dari mesensefalon, regio abu-abu dari peraquaductus yang
mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe
nyeri.Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas
melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus
dan bagian basal otak.
F. Klasifikasi Cephalgia
RM.011.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi


1. Sakit kepala primer
Migraine
Tension type headache
Cluster head ache dengan sefalgia trigeminal/autonomic
Sakit kepala primer lainnya
2. Sakit kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya.
Sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher
Sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal
Sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intracranial
Sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi
Sakit kepala akibat gangguan homeostasis
Sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher,telinga, hidung,
dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah
Sakit kepala akibat kelainan psikiatri.
G. Tension Type Headche (TTH)
a. Definisi
Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi
terusmenerus

otot-

otot

kepala

dan

tengkuk

(M.splenius

kapitis,

M.temporalis,M.masseter,M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior,


dan M.levator scapula)
b. Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache(TTH) adalah stress,depresi, bekerja dalam posisi yang menetap
dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran
darah, dan ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin,
dan enkephalin.
c. Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)
TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimanaTension Type Headacheepisodik terjadi 63%
danTension Type Headachekronik terjadi 3%.Tension Type Headacheepisodik lebih
RM.012.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56%.
Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.7
d. Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi TTH adalahTension Type Headache

episodik

dan

TensionType

Headachekronik.Tension Type Headacheepisodik, apabila frekuensi serangan tidak


mencapai 15 hari setiap bulan.Tension Type Headacheepisodik (ETTH) dapat
berlangsung selama 30 menit 7 hari.Tension Type Headachekronik (CTTH)apabila
frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
e. Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil
penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan denganterjadinya TTH
sebagai berikut, yaitu: (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperandaripada
sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH
sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf
perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpadisertai iskemia otot,
transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan
mensensitasisecond order neuron.(3) Pada nukleus trigeminaldan kornu dorsalis
(aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial
dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan
aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada
jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus trigeminal,
talamus, dan korteks serebri yang diikutihipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap
nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di
sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunansupraspinal decending
paininhibit activity, (5) kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan
kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat
hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang otak dan hipotalamus
dengan terjadinya TTH. Defisiensikadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga
abnormal serotonin platelet.penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan
eksteroseptif pada otot temporal danmaseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan
keadaan non-physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang
RM.013.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi
nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan
mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric
Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.Pada kasus dijumpai adanya stress yang
memicu sakit kepala. Ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya
stress fisik (kelelahan)akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2
dalam darah16menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah.
Hal ini akanmenyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan
ion kalsiummasuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan
sehinggaterjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi
dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi
aferengamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi
menjadi 3tahap yaitualarm reaction,stage of resistance, dan stage of exhausted.6
Alarm reactiondimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang

akan

mengakibatkankekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob.


Metabolismeanaerob

akan

mengakibatkan

penumpukan

asam

laktat

sehingga

merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan


menstimulasi jaras nyeri.
Stage of resistance, dimana sumber energi yang digunakan berasal dariglikogen yang
akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan
ion kalium.
Stage of exhausted, dimana sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan
aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesiK+. Deplesi ion ini akan menyebabkan
disfungsi saraf.
f. Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headacheharus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua
dariberikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan-sedang, (3)
lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah,
tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri
ringan- sedang-berat, tumpul sepertiditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh,
nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan,
RM.014.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi,


kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman

pada bagian leher, rahang serta

temporomandibular.
g. Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa
neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan
pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
h. Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosisdeformans,
sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,migren klasik,
migren komplikata,cluster headache, sakit kepala pada arteritistemporalis, sakit kepala
pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakitkardiovasikular, dan sakit kepala
pada anemia.
i. Terapi Tension Type Headache (TTH)
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui
arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest ,massage, dan atau latihan
biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan ataumuclesrelaxants.
Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang.
Jika pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin,ibuprofen, dll.) gagal maka
dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang
akan menambah efektifitas pengobatan.
Menurut consensus IX PERDOSSI , terapi farmakologis pada TTH 10
I.1 Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 minggu
1. Analgetik: Aspirin 1000 mg/hari, Acetaminofen 1000
660-750 mg/hari,

mg/hari, NSAID ( Naproxen

Ketoprofen 25-50 mg/hari, Tolfenamic 200-400 mg/hari, Asam

mefenamat, Fenoprofen, Ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari) Pemberian


analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi Gastrointestinal, Penyakit ginjal
dan hati, serta gangguan fungsi platelet.
2. Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg
3. Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.
I.2 Pada type kronis
1. Antidepresan
Jenis trisiklik : amitryptilin , sebagai obat teurapetik maupun penceggahan TTH.
RM.015.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

2. Anti anxietas
Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan komorbid
anxietas. Golongan yang sering dipakai benzodiazepine dan butalbutal , namun obat ini
bersifat adikktif.
j. Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan.Nyeri

ini

dapat

sembuh

dengan

perawatan

ataupun

dengan

menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa
pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa
analgesia.TTh biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan
penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien dapat disembuhkan.Komplikasi TTH
adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obatobatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dan lain-lain yang berlebihan.6
k. Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress denganolahraga teratur,
istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),meditasi, dan
biofeedback.

Jika

penyebabnya

adalah

kecemasan

atau

depresi

makadapat

dilakukanbehavioral therapy.Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal


atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

RM.016.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

KESIMPULAN
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat
banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap.
Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi
terusmenerus

otot-

otot

kepala

dan

tengkuk

(M.splenius

kapitis,

M.temporalis,M.masseter,M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan


M.levator scapula) yang dipicu oleh stress,depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam
waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan
ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan encephalin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chawla J. Tension Type Headache: Differential Diagnoses & Workup. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis.
2. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Ed. Ke-2. FKUGM : Yogyakarta, 2009.
3. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders). Diunduh
dari http://hisclassification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
4. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache Neurology and Neurosurgery Illustrated. London:
Churchill Livingstone.2004.66-72.ISH Classification ICHD II ( International Classification
of Headache Disorders) available at : http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHDIIR1final.doc
5. Ropper, A. H., & Brown, R. H. (2005). Adams and Victor Principles of Neurology, Eight
Edition. New York : Mc Graw Hill.
6. Sjahrir Hasan, dkk. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan penatalaksanaan Nyeri Kepala
2013. Surabaya : Airlangga University Press.2013
.
RM.017.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF


NO.RM :196423

Diperiksa dan disahkan oleh:


Dokter Pembimbing,

(dr. Murgiyanto, Sp.S)

Co-Assisten,

(Andika Satria P.)

RM.018.

Anda mungkin juga menyukai