Anda di halaman 1dari 73

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan Industri yang bergerak maju dengan pesat,
akan menuntut penyediaan energi yang cukup besar pula,
terlebih lagi pada negara-negara berkembang. Pembangkit
tenaga listrik merupakan salah satu penyedia yang memiliki
kontribusi yang sangat penting di antara penunjang-penunjang
energi lain.
Berbagai macam sumber energi yang dapat digunakan pada
suatu pusat pembangkit listrik dapat di kategorikan sebagai
berikut :
1. Sumber energi dari alam seperti air, panas bumi, angin,
matahari.
2. Sumber energi dalam bentuk bahan bakar seperti minyak
bumi, batu bara, dan gas alam. Sumber energi tersebut
bisa di gunakan dalam PLTA, PLTU, PLTG.
3. Sumber energi mutakhir seperti sumber energi nuklir,
misalnya uranium yang digunakan sebagai sumber panas
utamanya di gunakan di dalam PLTN.
Salah satu pusat pembangkit tenaga yang menghasilkan
energi listrik adalah PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas).
Perubahan energi yang terjadi di awali dengan perubahan energi
yang terkandung dalam uap panas di dalam bumi yang
tersalurkan keluar dari celah di kerak bumi. Kemudian panas
tersebut di gunakan untuk menggerakkan turbin yang di
teruskan untuk menggerakkan generator. Generator mengubah
dari energi mekanis ke energi listrik.
Kerja praktek yang penulis lakukan di PT.Indonesia Power
UBP

Kamojang

memberikan

banyak

pengetahuan

dan

pengalaman bagi penulis terkait dengan disiplin ilmu yang


dipelajari oleh penulis yang sedang menempuh pendidikan di
program

studi

S1

Teknik

Nuklir,

khususnya

mata

kuliah

Termodinamika dan Mekanika Fluida. Mengingat belum adanya


Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia, maka penulis
memilih untuk melaksanakan kerja praktek di Pembangkit Listrik
Tenaga

Panas

ini,

dengan

harapan

dapat

menambah

pengetahuan dan pengalaman mengenai sistem dan cara kerja


suatu pembangkit listrik.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pelaksanaan kerja praktek ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan sks dalam menempuh jenjang
pendidikan S1 di program studi Teknik Nuklir,. Secara garis besar
tujuan dari kerja praktek ini adalah supaya penulis mengetahui
aplikasi teori dengan keadaan di lingkungan kerja, khususnya di
PT. Indonesia Power UBP Kamojang.
Adapun secara lebih detail kerja praktek dan penelitian ini
bertujuan :
1. Bagi mahasiswa :
a) Untuk memperoleh pengalaman operasional dalam
suatu

industri

mengenai

penerapan

ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan


bidang yang di ambil oleh penulis.
b) Untuk

memperoleh

kesempatan

dalam

menganalisa permasalahan yang ada di lapangan


berdasarkan teori yang di peroleh selama proses
belajar.
c) Untuk memperoleh wawasan tentang dunia kerja,
khususnya di PT. Indonesia Power.
2. Bagi institusi pendidikan

a) Menjalin kerjasama antara pihak universitas dengan


dunia industri.
b) Mendapatkan
teknis

bahan

masukan

pengembangan

pengajaran antara link and match dunia

pendidikan dan dunia kerja.


c) Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi.
3. Bagi perusahaan :
a) Membina hubungan baik dengan pihak instituisi
pendidikan dan siswanya.
b) Untuk

merealisasikan

partisipasi

dunia

usaha

terhadap pengembangan dunia pendidikan.


3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan

Kamojang,

Jalan

Komplek

Perumahan

PLTP

Kamojang, Garut 44101 Jawa Barat. Pelaksanaanya dilakukan


dari tanggal 1 Juli 2008 sampai dengan 31 Juli 2008.
4. Ruang Lingkup Penulisan
Pada pelaksanaan kerja praktek ini, penulisan laporan
dibatasi sesuai dengan penerapan disiplin ilmu yang dipelajari
oleh penulis, yaitu mengenai kecepatan turbin.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode-metode yang di lakukan penulis dalam rangka
memperoleh data-data dan informasi yang di perlukan sebagai
berikut :
1. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data
dengan

cara

mengadakan

pengamatan

langsung

terhadap alat proses yang di jadikan objek pemasalahan.


2. Metode wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data


dengan cara melakukan wawancara atau diskusi dengan
narasumber dari perusahaan yang memiliki pengetahuan
mengenai objek permasalahan.
3. Metode partisipasi
Metode partisipasi adalah suatu cara mengumpulkan
data dengan cara melibatkan diri secara langsung dalam
kegiatan-kegiatan
terutama

yang

yang

berlangsung

berhubungan

diperusahaan,

dengan

pokok

lakukan

dengan

permasalahan yang di ajukan.


4. Metode studi literatur dan studi pustaka
Metode

studi

pustaka

ini

penulis

membaca buku-buku manual oprasional dan buku-buku


pendukung yang telah tersedia di perusahaan. Data-data
tersebut selanjutnya di bandingkan dengan keadaan
nyata yang ada di lapangan.

BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1.

Lokasi

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembagkitan Kamojang berlokasi


di Kampung Pangkalan Desa Laksana Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat dengan alamat perusahaan yaitu komplek
perumahan PLTP Kamojang kotak pos 125 Garut 44101.
1.

Sejarah

Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan


perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke
arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta

1, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden


No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta
melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada
akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan
kerangka dasar kebijakan (sasaran & kebijakan pengembangan
sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka
panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya
dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3
Oktober

1995,

PT

PLN

(Persero)

membentuk

dua

anak

perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan


misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara
tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali 1, atau lebh dikenal
dengan nama PLN PJB 1. Anak perusahaan ini ditujukan untuk
menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga
listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 200,
bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, manajemen
perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nmana PLN
PJB

menjadi

PT

Indonesia

Power.

Perubahan

nama

ini

merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin


ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk
privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu
dekat.
Walaupun

sebagaiu

perusahaan

komersial

di

bidang

pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, PT


Indonesia Power mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan
faslitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkt tersebut
memanfaatan teknologi modern berbasis komputer dengan
menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara,

panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkitpembangkit tersebut terdapat pula beberapa pembangkit paling
tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger
dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an
dan

sampai

dipandang

sekarang

bahwa

masih

secara

beroperasi. Dari

sejarah

pada

sini

dasarnya

dapat

usia

PT

Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.


Pembangkit-pembangit

yang

dimiliki

oleh

Indonesia

Power

dikelola dan dioperasikan oleh 8 unit Bisnis Pembangkitan : Priok,


Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati
dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya
mampu sebesar 7.322 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar
yang

dimiliki

oleh

sebuah

perusahaan

pembangkitan

di

Indonesia.
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power
menjalankan bisnis pembangkit tenaga lstrik sebagai bisnis
utama di Jawa dan Bali. Pada tahun 2004, PT Indonesia Power
telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari
produksi sistem Jawa-Bali.
Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu
pembangkit, dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT
Indonesia Power dalam menopang sistem ketenaga listrikan pada
Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali). Kapasitas Pembangkit dari
masing-masing unit dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1. Kapasitas Pembangkitan PT Indonesia Power
Daya
Unit Bisnis Pembangkitan
Suralaya
Priok
Saguling
Kamojang
Mrica

(MW)
2.962
1.081
792
321
306

Juni

2006

Semarang
1.043
Perak-Grati
675
Bali
342
Total Indonesia Power
7.522
1.
Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang
Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang merupakan pembangkit
tenaga listrik yang menggunakan energi panas bumi sebagai
penggerak utama, satu-satunya dan terbesar di Indonesia. UBP
Kamojang mempunyai 3 Sub Unit Bisnis Pembangkitan, yaitu Sub
UBP Kamojang, Sub UBP Darajat dan Sub UBP Gunung Salak.
Indonesia yang kaya engan wilayah gunung berapi memiliki
potensi panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebesar 16.035 MW.
Sebagai

energi

alternatif,

panas

bumi

memiliki

beberapa

keunggulan : mudah didapat seara kontinyu dalam jumlah besar,


ketersediaannya tidak terpengaruh oleh cuaca, bebas polusi
udara

karena

tidak

menghasilkan

gas

berbahaya

(kecuali

CO2 yang bisa dimanfaatkan menjadi non-condensable gas) serta


merupakan energi yang dapat dperbarui. Selain itu, proses
pemafaatannya

relatif

sederhana,

sehingga

energi

yang

dibutuhkan lebih murah.


UBP Kamojang mulai beroperasi dengan diresmikannya Unit 1
oleh Presiden Soeharto pada 7 Februari 1983. Disusul Unit 2 dan
3 pada bulan Juli dan November 1987. Dilanjutkan dengan
pembangunan Sub UBP Darajat yang diselesaikan pada tahun
1993. Kemudian menyusul Sub UBP Gunung Salak yang terdiri
dari Unit 1 (1994), Unit 2 (1995) serta Unit 3 (1997).
Lingkungan
Kegiatan pengelolaan lingkungan dilaksanakan sejak awal,
mulai tahap pra-konstruksi, konstruksi, hingga operasi, serta
telah di setujui , komisi amdal. Tujuan kegiatan ini adalah ikut
menjaga

pelestarian

lingkungan

melalui

penghematan

pemanfaatan sumber daya alam, mengurangi efek negatif

keberadaan unit pembangkit dengan senantiasa memantau


kualitas limbah, serta memanfaatkan tenaga kerja lokal dan ikut
membantu dalam bebbagai kegiatan sosial masyarakat sekitar.
Pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara rutin
adalah

kualitas

air,

udara

dan

tingkat

kebisingan

(noise)

berdasarkan standard baku mutu yang di tetapkan pemerintah.


Peluang perkembangan lain yang memberikan dampak positif
bagi pengelolaan lingkungan serta memberikan memberikan
keuntungan ekonomi adalah pengelolaan gas CO2 menjadi Non
Condensable Gas.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pelaksanaan

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

(K3)

bertujuan untuk menjamin keselamatan karyawan dan keutuhan


Unit

Pembangkit

pencegahan

yang

antara

ada

lain

melalui

beberapa

pemasangan

langkah

rambu-rambu

keselamatan kerja, penyediaan peralatan keselamatan kerja


(sepatu, helm, ear-plug, ear protector , sabuk pengaman, pagar
pengaman, pemadam kebakaran, dll), pembinaan SDM (melalui
training

baik

di

lapangan,

maupun

ruangan

kelas)

dan

pemeliharaan fasilitas keselamatan yang ada sehingga selalu


dalam kondisi siap pakai. Kegiatan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan sudah di laksanakan sejak awal baik mulai dari tahap
pra-konstruksi, kontruksi maupun tahap operasi dan telah
mendapat persetujuan komisi amdal pusat departemen energi
dan mineral.
Tujuan pokok dari kegiatan ini adalah :
Ikut menjaga kelestarian lingkungan melalui penghematan
penggunaan sumber daya alam, menekan efek negatif dari
keberadaan Unit Pembangkit dan sebaliknya memperbesar
dampak positifnya melalui pemantauan secara rutin kualitas

limbah dan menekan sekecil mungkin kuantitasnya, serta ikut


berpartisipasi

aktif

dalam

berbagai

kegiatan

sosial

bagi

masyarakat disekitarnya dan pemanfaatan tenaga kerja yang


berada disekitar Unit Pembangkit baik sebagai karyawan tetap
maupun

sebagai

tenaga

borongan.

Beberapa

kegiatan

pemantauan kualitas lingkungan yang dilakukan secara rutin


setiap 3 bulan sekali adalah pemantauan kualitas air, udara,
cuaca, dan kebisingan (noise). Untuk parameter terukur dari hasil
pemantauan terseut dibandingkan dengan baku mutu yang telah
ditetapkan oleh menteri KLH no.kep03/MENKLH//II/1991.
Perkembangan lain yang memberikan dampak positif terhadap
upaya pengelolaan lingkungan dan keuntungan secara ekonomi
adalah kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan Non
Condesable Gas (NCG) untukrecovery gas CO2.
1.

Struktur Organisasi PLTP Kamojang

Struktur organisasi PLTP kamojang yang pada awalnya bernaung


di bawah perusahaan umum listrik Jawa Bali (PT PLN PJB)
kemudian pada tahun 2000 berubah namanya menjadi PT.
Indonesia Power Unit Bisnis Kamojang, dengan tugas-tugas pokok
dalam manajemen adalah sebagai berikut:
a. General Manager (GM)
Tugas dari seorang general manager adalah memimpin dan
mengurus

unit

pembangkitan

sesuai

dengan

tujuan

dan

lapangan usahanya, dengan berusaha meningkatkan kerja unit


pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut.
1. Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan
lingkungan yang mempengaruhinya serta melaksanakan
identifikasi

kekuatan,

kelemahan,

ancaman yang di hadapi PLTP Kamojang.

peluang,

dan

2. Menyusun

rencana

strategi

PLTP

Kamojang

untuk

mencapai tujuan sesuai dengan lapangan usahanya,


dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan
perusahaan dan memperoses pengesahan Direksi.
3. Mengarahkan dan membina program-program operasi
dan pemeliharaan unit pembangkitan.
4. Menetapkan
meliputi

standar-standar

operasi,

keuangan,

dan

prosedur

pemeliharaan,
akuntansi

pelaksanaan

logistik,

dengan

anggaran

memperlihatkan

ketentuan yang lebih tinggi.


b. Engineer (mesin, listrik, kontrol dan instrumen)
Membantu GM dalam penyusunan anggaran keuangan dan
akuntansi, pembinaan, pengembangan, manajemen pengelolaan
lingkungan, serta melaksanakan evaluasi dari realisasi dan
pencapaian target kinerjanya. Dengan membuat suatu analisis
dan masukan kepada GM.
Perannya : memimpin dan mengelola bidang masing-masing
untuk mencapai target dan sasaran unit bisnis.
c. Manajer Operasi dan Niaga
Tugas pokok:
Mengkoordinasikan pengelolaan operasi dan niaga Unit Bisnis
Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut:
1. Penyusunan

rencana

kegiatan

operasional

bidang

operasi.
2. Penyusunan rencana operasional penggunaan uap.
3. Pengembangan sistem dan prosedur operasi.
4. Pengkoordinasian pelaksanaan operasi.
5. Pengelolaan penjualan energi.
6. Pengendalian kehandalan dan efisiensi pengoperasian.
7. Pembinaan kompetensi bidang operasi pembangkitan.

d. Manajer Pemeliharaan
Tugas

mengkoordinasikan

pengelolaan

Unit

Pembangkitan

dengan kegiatan utama sebagai berikut:


1. Penyusunan

rencana

kegiatan

oprasional

bidang

pemeliharaan.
2. Pengmbangan sistem dan prosedur kerja.
3. Pembinaan kompetensi bidang pemeliharaan.
Manajer pemeliharaan dalam kegiatannya di bantu oleh
beberapa supervisor pemeliharaan yang terbagi-bagi
dalam beberapa bidang seperti di bawah ini:
1. Supervisor senior pemeliharaan mesin
Fungsi jabatan:
Mensupervisi

pemeliharaan

mesin

dan

alat-alat

bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang


dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga
kerja serta penjadwalannya.
Uraian tugas:
1. Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Unit pembangkit serta menyetujui target-target
pemeliharaan mesin.
2. Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Pemeliharaan

(RPP) berdasarkan target-target yang di setujui


bersama melalui proses prohar.
3. Menyusun

kebutuhan

suku

cadang,

material,

peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang


di butuhkan.
4. Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai
dengan batasan RPP yang telah di setujui yang
telah

di

tersedianya

setujui

serta

suku

cadang,

meyakinkan
material,

bahwa

peralatan

kerja, tenaga kerja, dan jasa jasa yang di


butuhkan.
5. Membagi tugas-tugas supervisi regu pemeliharaan
pelaksanaan pekerjaan serta meyakinkan bahwa
setiap

anggotanya

telah

menguasai Standard

Operating Procedure (SOP) dalam tugasnya.


6. Mengkoordinasikan

pelaksanaan comisioning dan

ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk


menyelesaikan masalah administrasinya.
7. Memiliki, menyimpan, dengan teratur, memelihara
kelengkapan

keutuhan Operation

and

Maintenance Manual (O & M Manual), gambar


teknik, dokumen serah terima, data uji operasi,
dan data teknik operasional lainnya di bidang
pemeliharaan.
8. Mengikuti

perkembangan

bahan

peralatan

dan

di

bidang

pemeliharaan

teknologi
sumber-

sumber suku cadang dan material alternatif,


termasuk kemampuan produksi dalam negeri.
9. Secara

aktif

meningkatkan

pengetahuan,

kemampuan, dan kemauan kerja serta membina


hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja.
10. Melaksanakan pembinaan profesionalis medan
spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan
dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT),
pengembangan karier penetapan dan penilain
kerjanya termasuk pembinaan loyalitas.
11. Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan
atasan.
2. Supervisor senior pemeliharaan listrik

Fungsi jabatan:
Mensupervisi

pemeliharaan

listrik

dan

alat-alat

bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang


dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga
kerja serta penjadwalannya.
Uraian tugas:
1. Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Unit Pembangkit serta menyetujui target-target
pemeliharaan mesin.
2. Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Pemeliharaan

(RPP) berdasarkan target-target yang di setujui


bersama.
3. Menyusun

kebutuhan

suku

cadang,

material,

peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang


di butuhkan.
4. Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai
dengan batasan RPP yang telah di setujui serta
meyakinkan bahwa tersedianya suku cadang,
material, peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa
jasa yang di butuhkan.
5. Membagi tugas-tugas supervisi regu pemeliharaan
pelaksanaan pekerjaan serta meyakinkan bahwa
setiap

anggotanya

telah

menguasai Standard

Operating Procedure (SOP) dalam tugasnya.


6. Mengkoordinasikan

pelaksanaan comisioning dan

ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk


menyelesaikan masalah administrasinya.
7. Memiliki, menyimpan, dengan teratur, memelihara
kelengkapan

keutuhan Operation

and

Maintenance Manual (O & M Manual), gambar

teknik, dokumen serah terima, data uji operasi,


dan data teknik operasional lainnya di bidang
pemeliharaan.
8. Mengikuti

perkembangan

bahan

peralatan

dan

dibidang

pemeliharaan

teknologi
sumber-

sumber suku cadang dan material alternatif,


termasuk kemampuan produksi dalam negeri.
9. Secara

aktif

meningkatkan

pengetahuan,

kemampuan, dan kemauan kerja serta membina


hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja.
10. Melaksanakan

pembinaan

profesionalismedan

spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan


dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT),
pengembangan karier penetapan dan penilain
kerjanya termasuk pembinaan loyalitas.
11. Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan
atasan.
3. Supervisor

senior

pemeliharaan

kontrol

dan

instrumen
Fungsi jabatan:
Mensupervisi

pemeliharaan

listrik

dan

alat-alat

bantunya termasuk daftar kebutuhan suku cadang


dan material, peralatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga
kerja serta penjadwalannya.
Uraian tugas:
1. Mempelajari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Unit Pembangkit serta menyetujui target-target
pemeliharaan mesin.

2. Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

Pemeliharaan

(RPP) berdasarkan target-target yang di setujui


bersama.
3. Menyusun kebutuhan suku cadang , material,
peralatan kerja, tenaga kerja, dan jasa-jasa yang
di butuhkan.
4. Menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan sesuai
dengan batasan RPP yang telah di setujui yang
telah

di

setujui

serta

suku

cadang,

tersedianya
kerja,

tenaga

kerja,

meyakinkan

dan

bahwa

material,

peralatan

jasajasa

yang

di

butuhkan.
5. Membagi

tugas-tugas

pemeliharaan

mensupervisi

pelaksanaan

meyakinkan

bahwa

menguasai Standard

setiap

regu

pekerjaan

serta

anggotanya

telah

Operating

Procedure(SOP)

dalam tugasnya.
6. Mengkoordinasikan

pelaksanaan comisioning dan

ujicoba perbaikan dan atau modifikasi, termasuk


menyelesaikan masalah administrasinya.
7. Memiliki

menyimpan,

dengan

teratur

memelihara kelengkapan keutuhan Operation and


Maintenance Manual (O & M Manual), gambar
teknik, dokumen serah terima, data uji operasi,
dan data teknik operasional lainnya di bidang
pemeliharaan.
8. Mengikuti

perkembangan

bahan

peralatan

dan

dibidang

pemeliharaan

teknologi
sumber-

sumber suku cadang dan material alternatif,


termasuk kemampuan produksi dalam negeri.

9. Secara

aktif

meningkatkan

pengetahuan,

kemampuan, dan kemauan kerja serta membina


hubungan yang konstruktif dengan mitra kerja.
10. Melaksanakan

pembinaan

profesionalismedan

spesialisasi kepada bawahan melalui pengaturan


dan tugas-tugas, diktat, dan On Job Training (OJT),
pengembangan karier penetapan dan penilain
kerjanya termasuk pembinaan loyalitas.
11. Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan
atasan.
4. Supervisor tools
Fungsi jabatan:
Mensupervisi dan melaksanakan proses penerimaan,
penyimpanan,

perawatan,

dan

pemakaian tools maupun alat uji sesuai ketentuan


yang berlaku, dengan mengutamakan ketetapan
jumlah dan mutu pelayanan.
Uraian tugas:
1. Menyelenggarakan

dan

memproses

pinjam

meminjam tools untuk menunjang kelancaran


pemeliharaan.
2. Menyelenggarakan dan memproses penyimpanan
dan perawatan tools untuk mendukung program
pemeliharaan

unit

sesuai

dengan

ketentuan

pergudangan yang berlaku.


3. Mengkoordinasikan

pelaksanaan

tugas-tugas

pelaksana senior atau pelaksana sesuai dengan


dengan

bidangnya

dan

memastikan

bahwa

masing-masing pelaksana telah memahami dan

mampu

melaksanakan

tugas-tugasnya

sesuai

dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.


4. Menyelenggarakan
memastikan
dengan

tata

bahwa

benar.sesuai

usaha tools,

proses

telah

dengan

serta

dikerrjakan

ketentuan

dan

kebijakan atasan, serta dokumen terkait telah


dikerjakan sebagaimana mestinya.
5. Mengelola

sistem

mensupervisi

informasi tools,

administrasi

yang

serta
meliputi

pencatatan pada kartu-kartu persediaan, kartu


gantung

serta

laporan

pandangan

bulanan

(persediaan) secara periodik.


6. Mengikuti perkembangan manajemen tools untuk
lebih

meningkatkan

efisiensi

dan

efektivitas

sistem pergudangan.
7. Secara

aktif

kemampuan,
membina

meningkatkan
dan

hubungan

pengetahuan,

kemampuan
yang

kerja

konstruktif

seta

dengan

mitra kerja.
8. Melaksanakan

pembinaan

profesionalisme

dan

loyalitas bawahan melalui pengaturan dan tugastugas, usulan diklat dan On Job Training (OJT),
pengembangan karir serta penilaian kinerjana.
9. Membuat

laporan

pertanggung

jawaban

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang


tugasnya.
10. Melaksanakan tugas kedinasan yang di berikan
atasan.
e. Manajer Logistik

Tugas: melaksanakan perencanaan evaluasi kerja pembangkitan


dan rekayasa enginering dengan kegiatan utama sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana kerja dan operasi pembangkit.
2. Penyusunan strategi penggunaan uap.
3. Penyusunan rencana kebutuhan suku cadang.
4. Pembinaan inovasi dan rekayasa bidang teknik di
lingkungan di unit kerjanya.
f. Manajer Sistem dan SDM
Tugas: mengkoordinasikan pengelolaan sumberdaya manusia
dan sistem informasi Unit Bisnis Pembangkitan dengan kegiatan
utama sebagai berikut :
1. Pengembangan organisasi.
2. Perencanaan dan pengadaan pegawai.
3. Pengembanagn kompetensi.
4. Administrasi.
5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan.
g. Manajer Keuangan
Tugas: mengkoordinasikan pengelolaan keuangan Unit Bisnis
Pembangkitan dengan kegiatan utama sebagai berikut :
1. Pengelolaan anggaran unit bisnis.
2. Pengelolaan lingkungan.
3. Pengembangan

sistem

administrasi

keuangan

dan

penyusunan lapangan keuangan.


h. Manajer Humas
1. Pengelolaan kehumasan dan pengembangan komunitas.
2. Pengelolaan kesekretariatan dan rumah tangga.
3. Pengelolaan fasilitas lanjut.
4. Pengelolaan K3 dan keamanan.
i. Manajer Unit PLTP Darajat dan PLTP Gunung Salak.

Tugas

pokok:

pemeliharaan

mengelola
PLTP

yang

kegiatan
menjadi

pengoperasian

pengawasannya

dan

dengan

kegiatan uta sebagai berikut:


1. Penyusunan rencana pengoprasian dan pemeliharaan
PLTP.
2. Pengendalian pelaksanaan sistem dan prosedur orperasi
serta pemeliharaan.
3. Pengawasan kegiatan operasi dan pemeliharaan PLTP
sesuai dengan kebutuhan sistem.
4. Pengawasan

kegiatan

administrasi

umum

dan

keamanan.
5. Visi, Misi, Tujuan dan Motto
1. Visi
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan
bersahabat dengan lingkungan.
2. Misi
Melakukan

usaha

mengembangkan

dalam

bidang

usaha-usaha

ketenagalistrikan

lainnya

berdasarkan kaidah industri dan niaga

yang

dan

berkaitan,

yang sehat, guna

menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam


jangka panjang.
3. Tujuan
a. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang
terus

menerus

dalam

penggunaan

sumber

daya

perusahaan.
b. Meningkatkan

perumbuhan

berkesinambungan

dengan

perusahaan
bertumpu

pada

secara
usaha

penyediaan tenag alistik dan sarana penunjang yang


berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan
lingkungan.

c. Menciptakan

kemampuan

dan

peluang

untuk

memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang


saling menguntungkan.
d. Mengoperasikan

pembangkit

tenaga

listrik

secara

kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam


hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian
lingkungan.
e. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas
saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja,
serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan
profesionalisme.
4. Motto
Bersama Kita maju!!!
BAB 3
SISTEM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
A. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
1. Proses Produksi Listrik Tenaga Kerja Panas Bumi
Reservoir
Energi panas yang dimiliki oleh uap air pada dasarnya berasal
dari

magma

yang

bertemperatur

lebih

dari

1200 oC

ini

mengalirkan energi panasnya secara konduksi pada lapisan


batuan impermeable (tidak
disebut bedrock.

dapat

mengalirkan

air)

yang

Diatas bedrock terdapat

bantuan permeable yang berfungsi sebagai aquifer yang berasal


dari air hujan, mengambil energi panas daribedrock secara
konveksi dan induksi. Air panas itu cenderung bergerak naik ke
permukaan bumi akibat perbedaan berat jenis. Pada saat itu air
panas bergerak ke atas, tekanan hidrostatisnya turun, dan
terjadilah penguapan. Karena diatas aquifer terdapat batuan

impermeable,

yang

disebut

caprock,

maka

terbentuklah

sistem vapor dominated reservoir.


Proses Produksi Listrik Tenaga Kerja Panas Bumi
1. Uap

dari

sumur

mula-mula

dialirkan

ke steam

receiving

header (1), yang berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan


mengalami gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari
sumur produksi.
2. Selanjutnya

setelah

melalui flow-meter (2),

uap

dialirkan

ke separator (3) dandemister (4) untuk memisahkan zat padat,


silika, dan bintik-bintik air yang terbawa di dalamnya. Hal ini
dilakukan

untuk

menghindari

terjadinya

vibrasi,

erosi

dan

pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbin.


3. Uap

yang

telah

bersih

itu

dialirkan

melalui Main

Steam

Valve / Electrical Control Valve / Governor Valve (5) menuju ke


turbin (6). Di dalam turbin uap itu berfungsi untuk memutar sudu
turbin yang dikopel dengan generator (7) pada kecepatan 3000
rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3phase,
frekuensi 50 Hz dan tegangan 11,8 kV.
4. Melalui step-up

transformer (8),

arus

listrik

dinaikkan

tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungan secara


paralel dengan sistem penyaliran Jawa-Bali.
5. Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang
keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum 0,10 bar, dengan
mengkondensasikan

uap

dalam

kondensator

(10)

kontak

langsung yang dipasang di bawah turbin. Exhaust steam dari


turbin masuk dari sisi atas kondenser, kemudian terkondensasi
sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang
diinjeksikan olehspray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu
dalam kondisi normal oleh dua buahcooling water pump (11), lalu

didinginkan dalam cooling water (12) sebelum disirkulasikan


kembali.
6. Untuk

menjaga

kevakuman

kondenser,

gas

yang

tak

terkondensasi harus dikeluarkam secara kontinyu oleh sistem


ekstraksi gas. Gas-gas ini mengandung CO2 85-90% wt, H2S 3,5%
wt, sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di Kamojang dan
Gunug Salak, sistem ekstraksi gas terdiri atas first-stage, secondstage dan liquid ring vacum pump. Sistem pendinginan di PLTP
merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari hasil
kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi
direinjeksikan kembali ke dalam sumur reinjeksi (14).
7. Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan
adalah dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa
dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5 forced drain fan.
Proses ini terjadi dalam cooling water.
8. Sekitar

70%

uap

yang

terkondensasi

akan

hilang

karena

penguapan dalamcooling water, sedangkan sisanya diinjeksikan


kembali

ke

dalam reservoir (15).

mengurangi

pengaruh

mengurangi ground
serta recharge

Reinjeksi

dilakukan

pencemaran

subsidance,

lingkungan,

menjaga

water bagireservoir.

untuk

tekanan,

Aliran

air

dari reservoir disrikulasikan kembali oleh primary pump(16).


9. Kemudian

melalui after

condenser dan inter

condenser (17)

dimasukkan kembali ke dalam reservoir.


Pada prinsipnya cara kerja PLTP hampir sama dengan cara kerja
PLTU, tetapi pada PLTP tidak menggunakan boiler karena uapnya
sudah ada dari alam. Oleh karena itu, uap yang didapat dari alam
maka uap tersebut mengandung zat-zat yang sebenarnya tidak
diperlukan untuk menggerakkan turbin dan zat-zat tersebut
kemungkinan dapat mengganggu kerja turbin dan akhirnya

dapat merusakkan turbin. Oleh karena itu di PLTP Kamojang ada


pemeliharaan

secara

periodik

untuk

memelihara

dan

membersihkan sudu-sudu turbin agar turbin tersebut dapat terus


beroperasi.
Prinsip kerjanya adalah uap yang didapat dari sumur pengeboran
pertama ditampung di receiving header kemudian dibagi untuk
setiap

unitnya

Kemudian

tergantung

untuk

disalurkan

dari

mendapatkan

beban
uap

yang

kering,

dibutuhkan.

uap

tersebut

ke separator dan demister melalui isolation

valve.

Kemudian uap tersebut disalurkan ke pipa pancar untk memutar


turbin.

Turbin

tersebut

dikopel

dengan

generator,

maka

generatorpun turut berputar. Dengan berputarnya generator dan


terpenuhi

persyaratan

listriknya,

maka

generator

akan

menghasilkan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang


diperlukan.

Selanjutnya

dari

generator

disalurkan

ke

transformator untuk kemudian tegangan listrik yang diperoleh


dapat disalurkan ke switch-yarduntuk selanjutnya disambungkan
ke jaringan listrik interkoneksi.
Uap bekas turbin selanjutnya didinginkan dengan air pendingin
supaya

mengembun

pembangkit

dan

menjadi

listrik

berada

mendinginkan

air

dipakailah

nantinya

tersebut

air

di

air

daerah

kondensat.
pegunugan,

suatu cooling

dapat

Karena

dipergunakan

tower,

untuk

sehingga

kembali

untuk

mendinginkan uap bekas tersebut. Sehingga dapat kita lihat


bahwa

sistem

pendinginannya

tersebut

merupakan

sistem

tertutup dimana air hasil kondensasi, didinginkan dan kemudian


dipergunakan
selanjutnya.

kembali

untuk

mengkondensasi

uap

bekas

Sehingga

dalam

proses

tidak

perlu

tersebut

mengambil air dari persediaan sungai atau danau, kecuali pada


saat memulai pengoperasian pembangkit.

2. Komponen-Komponen Utama Pembangkit Tenaga


Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang
Berikut pengelompokan proses pembangkit listrik secara
garis besar pada beberapa komponen utamanya.
Sistem Pasokan Uap (Sumur Uap)
Produksi sumur uap yang dikelola Pertamina disalurkan ke unit
pembangkit melalui pipa-pipa, dan peralatan tambahan seperti
katup-katup.

Katup-katup

seperti

dapat

berada

di

kepala

sumur

: master-valve, service-valve, vertical-discharge-

valve, orifice, bleed-valve, cellar dan repture dice.


- Master-valve dan service-valve dioperasikan
(dibuka)

bila

unit

beroperasi

dan

pada

ditutup

posisi

bila

penuh

unit

tidak

beroperasi.
- Orifice berfungsi untuk membatasi tekanan dan jumlah uap, sesuai
dengan kebutuhan.
- Bleed-valve berfungsi

untuk

pemanasan

pipa

sehingga

tidak

menimbulkan korosi dan mencegah matinya sumur uap.


- Repture dice, berfungsi sebagai pengaman akhir dari kepala sumur
bila terjadi kelebhan tekanan dalam pipa transmisi, karena
sistem pelepasan uap tidak bekerja.
- Vertical-discharge-valve, berfungsi untuk membersihkan uap dari
partikel-partikel / kotoran-kotoran dari dalam sumur uap masuk
unit pembangkit, hal ini dilakukan apabila sumur uap lama tidak
dioperasikan atau baru dioperasikan.
- Cellar berfungsi untuk menahan berat peralatan dan sebagai
tempat

dimana

katup

kepala

sumur

dipasang

setelah

pengeboran selesai.
- Pipa transmisi berfungsi untuk menyalurkan uap dari kepala sumur
ke pembangkit.

Untuk menghasilkan daya listrik sebesar 140 MW, maka secara


keseluruhan diperlukan uap sebayak 1024,19 ton/jam. Untuk
mendapatkan uap sebanyak itu telah tersedia 25 buah sumur
uap dengan total produksi uap 1453 ton/jam.
Unit 1 : 30 MW = 244,19 ton/jam
Unit 2 dan 3 : 2 x 55 MW = 2 x 390 = 780 ton/jam
Tekanan

uap

masing-masing =

6.5

bar

absolut

dengan

temperatur 161,9oC
Vent Structure
Pada sistem penyaluran uap untuk keperluan PLTP dilengkapi
dengan bangunan pelepasan uap dengan peredam suara. Alat ini
dilengkapi dengan katup-katup pengatur yang sistem kerjanya
secara pneumatic, biasanya dioperasikan secara manual maupun
otomatis dari ruang kontrol.
Peralatan ini berfungsi :
- Pengatur tekanan agar tekanan uap yang masuk ke turbin selalu
konstan.
- Katup pengamannya yang akan membuang tekanan lebih, apabila
terjadi-sudden trip.
Receiving Header
Steam header adalah merupakan tabung silinder berdiameter
1.800 mm dan panjang 19.500 mm. Alat tersebut dipergunakan
untuk menampung uap dari beberapa sumur produksi melalui
pipa transmisi, dengan demikian apabia diluar dugaan ada
kerusakan

atau

perbaikan

salah

satu

sumur,

tidak

akan

mengganggu operasi dari unit pembangkit.


Pada

tabung receiver juga

dilengkapi

dengan

pengendalian

tekanan uap, ini dimaksudkan agar tekanan uap yang diperlukan


untuk memutar sudu-sudu turbin senantiasa tetap. Sehingga

apabila terjadi kelebihan uap akan membuang kelebihan uap


secara otomatis, melalui katup pengatur uap.
Jalan masuk header yaitu jalur pipa kepusat katup pengatur
berdiameter

800

mm,

sedangkan

untuk

yang

suplai

uap

berdiameter 600 mm.


Separator
Separator berfungsi untuk membersihkan / menyaring uap dari
partikel-partikel berat, karena uap yang untuk keperluan benarbenar harus terbebas dari kontaminasi.
Separator yang digunakan adalah jenis Cyclon, artinya aliran
uap yang masuk ke separator akan berputar kemudian dengan
pengaruh gaya sentrifugal partikel-partikel berat akan terlempar
jatuh ke bawah, sementara uap yang sudah bersih akan mengalir
ke demister (mist eliminator).
Demister (Mist Eliminator)
Demister adalah sebuah peralatan berupa tabung berukuran
14,5 m3, di dalamnya terdapat kisi-kisi dari baja yang berfungsi
untuk mengeliminasi butir-butir air yang terbawa oleh uap dari
sumur-sumur panas bumi.
Demister berfungsi

sebagai

penyaring

untuk

mencegah

terjadinya masalah dalam turbin, penyaringan ini sangat efektif


dan efisien untukmengurangi terjadinya carry-over Cl, SiO2, Fe,
Fe2O3,

masuk

kedalam

turbin.

Beberapa

alasan

untuk

mengurangi defosit dalam turbin penyaringan (corrugated plate)


ini adalah sebagai berikut:
a. Pada separator yang menggunakan sistem cyclone-centrifugaltype, pemisah antara uap dan air panas didasarkan pada
perbedaan yang terjadi antara uap dan air panas didasarkan
pada perbedaan yang terjadi dari gaya sentrifugal dan berat
jenis antara air dan uap jenuh, akan tetapi pemisahan tersebut

tidak

dapat

secara

sempurna

memisahkan moisture (uap

lembab) dari uap jenuh tersebut,


b. Dengan

mempergunakan corrugated-

plate (penyaring) moisture dapat dipisahkan dengan uap jenuh


sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga kebasahan uap dapat
diperkecil. Dengan cara ini pemisahan didasarkan dari perbedaan
inersia antara air dan uap, dan juga didasarkan dari daya lekat
permukaan

basah

dari corrugated-plate tersebut.

Di

dalam demister ini kecepatan uap menurun sehingga didapat


efek pemisahan yang bertambah baik.
Katup Pengatur (Governor Valve)
Dua katup pengatur dipasang pada masing-masing pipa uap
masuk kiri dan kanan dari turbin. Katup bekerja dengan sistem
hidraulik, yang diatur oleh pengatur governor turbin sebagai
respon dari putaran turbin atau adanya perubahan beban.
Sedangkan dalam keadaan darurat, katup-katup tersebutdapat
segera menutup secara otomatis.
Pada peralatan katup pengatur ini dilengkapi dengan suatu
sistem untuk melakukan steam free test, yakni suatu kegiatan
menutup atau membuka katup yang dilakukan secara periodik,
pada saat operasi dengan maksud agar tidak terjadi kemacetan
pada katup.
Pada

saat

unit

trip

dalam

keadaan

darurat, governor

valve tertutup secara otomatis, katup ini juga dapat dibuka dan
ditutup secara manual pada katup sesuai keinginan kita. Steam
free

test ini

dapat

dioperasikan secara

otomatis,

pada

saat steam free test dioperasikan dari pengatur saklar, swingcheck-valvedan main-stop-valve akan tertutup secara berurutan
setelah governor valvemenutup, sehingga semua katup-katup
tersebut atau berarti semua ECV dan MSV telah selesai ditest.

Katup Utama (MSV dan ECV)


Suplai uap yang menuju ke kedua governor valve terlebh dahulu
melalui 2 buahstop valve (MSV dan ECV) yang terpasang
berderetan, seperti telah dijelaskan di atas, katup-katup tersebut
dioperasikan secara hidraulik, katup-katup ini dapat dibuka dan
ditutup secara manual dengan saklar-saklar pada Turbine Control
Panel (TCP)

atau

pada

katup

itu

sendiri

dengan

cara

memasukkanhandle dan memutar sesuai dengan keinginan kita.


Katup tersebut akan bekerja secara otomatis yang akan menutup
pada saat unit trip secara darurat.
Pada waktu turbin start, katup-katup ini harus dioperasikan
secara manual untuk operasi turbin. Katup-katup ini dapat ditest
terhadap kemungkinan adanya kemacetan (akibat kotoran/kerak)
dengan menggunakan steam-free-test, pengoperasian alat ini
akan menyebabkan tertutupnya secara berurutangovernor valve,
kemudian ECV. Pada saat pengoperasian steam-free-testoperator
dapat

mengecek

apakah

terjadi

kemacetan

dengan

memperhatikan posisi katup seperti diperlihatkan sinyal berupa


lampu di Turbine Control Panel(TCP).
Beberapa fungsi dari katup utama adalah :
- Mengisolasi uap dengan katup pengatur.
- Mengatur putaran turbin pada saat mulai dijalankan.
- Sebagai pengaman dalam keadaan darurat.
Konstruksi dari katup utama adalah Swing Check Valve Type
yang dapat dioperasikan secara remote dari ruang control
maupun lokal dan manual. Pada saat keadaan darurat katup ini
dapat menutup secara otomatis.
Turbin
PLTP Kamojang menggunakan turbin jenis silinder tunggal 2
aliran (single cylinder double flow) yang terdiri dari masing-

masing lima tingkat, 2 tingkat pertama turbin aksi dan 3 tingkat


berikutnya turbin reaksi. Yang membedakan tingkat aksi dan
reaksi adalah : pada tingkat aksi, ekspansi uap atau penurunan
tekanan terjadi pada sudu tetapya saja, sedangkan turbin tingkat
reaksi ekspansi uap terjadi pada sudu tetap maupun pada sudu
geraknya.
Turbin dilengkapi dengan :
1. Main

Stop

Valve dan Governor

Valve,

yang

berguna

untuk

mengatur jumlah aliran uap.


2. Barring Gear (Turning Gear), berguna untuk memutar poros turbin
sewaktu unit dalam keadaan berhenti agar tidak terjadi distorsi
pada rotor akibat pendinginan yang tidak merata.
3. Bantalan aksial, yang berguna untuk menahan gaya aksial yang
terjadi.
Selain itu walaupun turbin sudah di desain dan dibuat dengan
pertimbangan yang menyangkut keamanan dan kehandalan alat,
tetapi kemungkinan terjadinya kerusakan karena kesalahan
operasi atau gangguan-gangguan yang tidak diharapkan akan
merusak

unit,

maka

turbin

dilengkapi

dengan

alat-alat

pengaman, seperti over-speed trip, lub-oil trip dan lain-lain.


Sistem Uap Bantu
Yang

dimaksud

dengan

sistem

uap

bantu

disini

adalah

penyediaan uap untuk mengoperasikan alat penghampa gas (Jet


Gas Ejector) dan sistem uap perapat (Gland Steam System). Alat
penghampa gas berfungsi mengeluarkan gas-gas yang tidak
terkondensasi yang berasal dari sumur-sumur panas bumi dan
terakumulasi dalam kondensor pada mode operasi normal.
Sedangkan sistem uap perapat adalah suatu sistem uap perapat
pada ujung-ujung poros turbin, dimana disini terdapat suatu alat
untuk menghisap uap perapat dari udara. Uap bantu tersebut

berasal dari salah satu pipa utama, kemudian dialirkan pada


sistem penghampa gas dan sistem dari penghisap uap perapat
udara.
A.Sistem alat penghampa gas (Gas Ejector System)
Seperti telah diketahui uap panas bumi mengandung gas-gas
yang tidak dapat terkondensasi di dalam kondensor (uap di
Kamojang mengandung gas-gas yang tidak terkondensasi kurang
lebih 1,5 % per satuan berat dari uap yang dialirkan), fungsi dari
gas ejector ini untuk mengeluarkan gas-gas tersebut dari dalam
kondensor kemudian membuangnya ke atmosfer, sebab bila
misalnya gas-gas tersebut tidak dikeluarkan, gas-gas yang tidak
terkondensasi akan mengakibatkan tekanan kondensor naik.
Pembuangan gas-gas yang tidak terkondensasi tersebut sangat
penting untuk

mempertahankan

tekanan vakum

di dalam

kondensor.
Alat penghampa gas yang digunakan terdiri dari 2 tingkat :
Tingkat 1 : Yaitu yang berkemampuan hisap sampai 0,093 bar
absolut dan tekanan keluar 0,435 bar absolut.
Tingkat 2 : Yaitu yang berkemampuan hisap 0,41 bar absolut dan
tekanan keluar 0,99 bar absolut.
Campuran

uap

yang

tidak

terkondensasi

dari

alat

penghampa gas tingkat I, di dinginkan dengan air dari pompapendingin antar primer (Primary Inter Cooler Pump). Air dan uap
yang terkondensasi masuk ke dalam kondensor karena beda
tekanan. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi terhisap oleh
alat penghampa gas tingkat II.
Campuran

uap

penggerak

alat

pelepas

dengan

gas

didinginkan dalam kondensor tingkat II (After Condensor),


dengan air pompa pendingin-antara primer. Air dan hasil
kondensasi tahap ini juga masuk dalam kondenser karena beda

tekanan dan gas yang tak terkondensasi di buang ke udara


bebas.
B. Sistem uap preparat (Gland Steam System)
Yang di maksud dengan uap preparat adalah sistem
penyediaan uap pada ujung-ujung poros turbin untuk menjaga
agar udara tidak masuk ke dalam turbin, karena kondisinya yang
hampa. Agar uap yang berada di dalam ruang preparat tidak
keluar

dan

selanjutnya

tidak

mencemari

ruang

gedung

pembangkit (power house), maka uap tersebut di hisap oleh


penghisap uap preparat dan udara akan di buang ke udara
melalui cerobong pipa.
Ejector Gland Steam menjaga adanya vakum pada saluran
masuk uap preparat yang masuk pada ruang turbin. Mengalirnya
uap ke gland dan ke ejektor hanya dapat diatur secara lokal
membuka dan menutup katup yang di putar dengan tangan pada
saluran pipa. Lampu announciator di TCP atau UCD akan menyala
bila gland steam tekanannya terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Penggunaan steam ejector sebagai alat untuk mengeluarkan
gas-gas yang tidak mengembun di dalam kondensor pada PLTP,
mempunyai kuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Kehandalan tinggi.
2. Konstruksinya sederrhana.
3. Mudah pengoperasiannya.
4. Mudah pemeliharannya
5. Harganya efisien.
Beberapa kerugian adalah tidak cocok untuk di gunakan
pada PLTP yang mempunyai kandungan gas-gas yang besar,
karena efisiensi steam ejektor menjadi rendah. Pada suatu
pembangkit listrik tenaga panas bumi tekanan kerja sumur
semakin lama semakin menurun, sehingga energi akan menjadi

rendah pula, begitu pula tekanan di kondensor akan semakin


rendah karena melemahnya tekanan uap steam ejector. Dengan
menurunkan steam ejector 1 tingkat maka Mitshubisi berhasil
membuat ejector dengan tekanan uap hanya 2-4 kg/cm2 dengan
hasil tekanan hampa di kondensor 100-200 mmHg abs.apabila
dibutuhkan hampa yang lebih tinggi dapat dgunakan untuk
sistem ejektor tingkat II.
Dalam hal ini PLTP kamojang mempergunakan 2 tingkat
maka dibutuhkan interkondenser yang di maksudkan untuk
memperkecil kebutuhan uap bagisteam ejector tingkat II, juga
dibutuhkan after condensor untuk mengurangi suara bising.
3. Sistem Pendinginan
Sistem pendingin di sini meliputi sistem pendingin utama
dan sistem pendingin pembantu,
A.Sistem pendingin utama (Main Cooling Water System)
Sistem pendingin utama terdiri dari condenser, coolingwater-pump(CWP) dan cooling tower. Sistem ini mempertahan
vakum, dengan cara mengkondensasikan uap bekas turbin
dengan air dingin juga mendinginkannon-condnesable gas di
kondensor oleh ejektor tingkat satu dan dua.
B. Kondensor (condensor)
Kondensor adalah alat untuk mengkondensasikan uap bekas
dari turbin dengan kondisi yang hampa. Jenis kondensor yang
dipakai adalah jenis kondensor kontak langsung, artinya uap
bekas

bersentuhan

lansung

dengan

air

sebagai

media

kondensasi. Campuran air kondensat dengan air suhu 49 0 C yang


merupakan hasil kondensasi di pompa ke menara pendingin
melalui pipa dan katup kontrol serta nozzle sprayer. Pada kondisi
normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar abs dan
kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m3/jam.

Air pedingin di semprotkan langsung pada uap bekas di


turbin, dan pada gas-gas dalam kondensor yang vakum, uap
akan terkondensasi dan di keluarkan kondensor bersama-sama
dengan air pendinginnya. Non condensable gasdikeluarkan dari
kondensor melalui ejektor yang di kerjakan oleh uap. Pada
keadaan operasi normal, perbedaan tekanan antara basin
menara pendingin dengan vakum di kondensor cukup besar
untuk

untuk

mengalirkan

air

pendingin

dari

basin cooling

tower menuju kondensor tanpa pompa-pompa. Terlalu tinggi level


akan mengganggu sistem spray pada noozle, terlalu rendah akan
mengganggu kinerja CWP.
Pada saat turbin dan ejektor di matikan, tekanan di dalam
kondensor kembali pada tekanan atmosfer. Cooling water startup
valve, adalah katup pneumatic yang dapat di buka dari tombol
tekan TCP. Pada saat start bila perbedaan tekanan pada basin
dan kondensor tidak cukup besar menekan air di nosel-nosel,
maka start valve ini akan di buka scara manual dari TCP supaya
air tidak melalui nosel.dengan adanya cara tersebut pompa
utama dapat di start sebelum vakum terjadi dan air akan
mengalir melalui pipa air. Start up ini juga berfungsi secara
otomatis dan katup di kontrol lewat level kontroler yang secara
otomatis juga dapat membuka katup supaya aliran bertambah ke
dalam kondensor, bila level kondensor terlalu rendah. Tapi dalam
keadaan normal operasi katup tidak terbuka, karena bila terbuka
air tidak melalui kondenser spray sistem, dan akibat yang terjadi
pengaruh air pendingin yang seharusnya ada pada kondensor
akan berkurang sekali. Pada saat CWP berhenti/stop, startvalve akan

tertutup,

air

pendingin

akan

masuk

kedalam

kondensor melalui CWvalve. Katup ini akan terbuka bila tombol


on pada cooling water di TCP di operasikan dan katup akan

tertutup secara otomatis saat CWP stop atau saat level air di
kondensor mencapai level paling tinggi. Pada saat operasi normal
tercapai setelah turbin start, level air kondensor di pertahankan
secara otomatis oleh cooling water pump discarge valve yang
akan mengatur jumlah air yang akan di keluarkan dari kondensor
melalui pompa tersebut, katup-katup ini dapat diset secara
otomatis oleh tombol on (reset) pada TCP. Kemudian katup-katup
akan terbuka dan menutup secara otomatis (oleh condenser
level transmitter) agar level air pada kondensor berada dalam
kondisi yang benar. Katup vacuum breaker di pasang untuk
meniadakan vakum secara otomatis bila level air di kondensor
mencapai level yang tinggi sekali. Katup-katup ini diswitch secara
otomatis melalui saklar pengatur di TCP. Katup ini dapat di tutup
dan di buka secara manual pada saklar yang sama seperti
tersebut di atas.
Pada saat posisi otomatis, vacuum breaker akan terbuka
secara otomatis bila turbin trip atau pada saat level air di
kondensor tinggi sekali. Air pendingin untuk gas masuk melalui
gas cooling valve yang di opeasikan secara pneumatic, yang
akan membuka dan menutup setelah mendapat sinyal yang
sama seperti pada cooling-water valve.
C. Pompa air pendingin utama (Main Cooling Water Pump)
Main Cooling Water Pump (MCWP) atau pompa air pendingin
utama adalah suatu pompa air sentrifugal dengan konstruksi
vertikal yang dilengkapi dengan mangkok besar (can) sebagai
penampung air yang akan dihisap pompa diatur oleh katup
pengatur yang di setting dengan pengatur pembukaan air di
dalam kondensor. Pada saat unit beroperasi normal sekitar
12.500 m3/jam air dengan temperatur 470C di alirkan dari
kondensor menara pendingin bagian atas dengan dua buah

pompa air pendingin utama. Pompa-pompa tersebut diputar


dengan motor listrik yang dapat dikendalikan dari ruang kendali.
Motor tersebut di lengkapi dengan alat pengaman dimana motor
tersebut akan stop (berhenti) apabila suhu bantalan pompa
panas, adanya getaran yang tinggi, pembukaan air dalam
kondensor amat rendah dan tegangan listrik motor rendah.
Dua pompa sentrifugal air pendingin tipe can dipergunakan
untuk mengalirkan air pendingin dari kondensor menuju cooling
water. Pompa tersebut di start dan di stop switch di TCP (control
panel), pompa-pompa tersebut membutuhkan air pendingin
untuk

preparat

porosnya.

Saat

pompa

CWP

di

start

sebuah solenoid valve secara otomatis akan memasukkan air


dariprimary intercooler ke perapat-perapat.
Bila

pompa

CWP telah beroperasi, solenoid

valve akan

menutup dan air yang keluar dari dari pompa sebagian kecil akan
di gunakan untuk perapat, flow switch akan mendeteksi aliranaliran

rendah

(insufficient),

secara

otomatis

pompa

akan

berhenti.
Pompa ini harus selalu ada aliran air yang melalui bila
sedang

beroperasi.

Untuk

memastikan

di

pasangkan

sebuah recirculating valve. Katup-katup ini akan selalu dalam


posisi terbuka kecuali katup-katup buang CWP sudah pada posisi
terbuka. Oleh karena aliran sirkulasi selalu di pertahankan pada
saat

pompa

sedang

beroperasi,

kedua

motor

pompa interlock dengan alat pengaman yang mendeteksi suhu


bantalan tinggi, getaran, getaran yang berlebihan, gangguan
listrik pada motor atau tegangan terlau rendah, dan level air
kondenser yang terlalu rendah dan bila ada sinyal dari salah satu
alat pengaman tersebut, maka motor pompa akan berhenti.

Tombol tekan lokal (setempat) di dekat motor dipergunakan


untuk menghentikan pompa bila keadaan darurat.
D. Menara Pendingin (Cooling Tower)
Konstruksi bangunan cooling tower yang digunakan terbuat
dari kayu merah (red wood) yang telah di awetkan dengan CDA
(copper

dichidromate

arsenic),

sedangkan

untuk ventstock (menara) nya terbuat dari PVC (poly vinil


chloride).
Cooling tower ini di lengkapi dengan kipas isap paksa yang
berfungsi untuk membantu proses pendinginan air kondensat
yang mempunyai temperatur kurang lebih 490C, kemudian
diturunkan menjadi kurang lebih 270C. Air hasil pendinginan
dipakai untuk pendinginan uap bekas.
Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mengubah

energi

mekanik

menjadi

energi

listrik.

Sistem

penguatan generator dapat berupa sistem penguatan sediri


maupun sistem penguatan terpisah.
Generator itu sendiri terdiri dari 2 kumparan utama, yaitu
kumparan rotor dan kumparan stator. Kumparan rotor berfungsi
untuk untuk membangkitkan medan magnet setelah diberi arus
penguat dari main exciter. Kumparan stator akan menimbulkan
tegangan yang bermanfaat sebagai sumber listrik bila kumparan
rator yang bermuatan medan magnet terbuka berputar.
Sistem pendinginan pada generator digunakan udara yang
disirkulasi oleh fan ke kumparan stator dan rotor. Udara yag
dipakai untuk sistem pendingin mempunyai temperatur kurang
lebih 430C. Setelah udara tersebut mendinginkan generator
kemudian di alirkan ke radiator untuk didinginkan kembali,
sebagai media pendinginnya adalah air.

Tranformator
Transformator tenaga berfungsi untuk menaikkan (step-up)
dan menurunkan (step down) tegangan. Untuk mengurangi
kerugian tegangan pada transmisi, dalam hal ini kerugian
tegangan tersebut bervariasi sesuai dengan rumus :
(3-1)

Dengan:
Vi : Kerugian tegangan
I : Arus yang mengalir
: Diameter kawat.
Tegangan output dari power plant yang akan di transmisi
melalui jarak yang jauh harus di naikkan dahulu melalui
transformator step-up.

Dengan

demikian

pada

daya

yang

konstan, tegangan di naikkan maka arus akan menjadi kecil,


dalam hal ini dapat memperkecil kerugian tegangan.
Perlengkapan Transformator
A. Bushing transformator
Suatu tranformator tegangan tinggi harus diberi alat
untuk

mencegah

timbulnya flash-over. Bushing dipakai

untuk mengamankan flash-overtersebut dalam hal ini


dipergunakan berupa peralatan porselen isolator dengan
kualitas yang baik, dengan penghantar di tengahnya.
Porselen tersebut harus bebas dari lubang-lubang kecil
dalam hal ini lubang-lubang yang akan menyebabkan
awal terjadinya kerusakan pada isolator.
B. Thermometer Trap
Thermometer trap terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a) Stick thermometer

Stick

thermometer di

rencanakan

untuk

pemasangan tak langsung yang dipindahkan bila


minyak di tabung berubah.
b) Dial Thermometer
c) Resistance Remote Thermometer
Untuk mengukur suhu minyak trafo atau suhu
belitan melaluiswitchboard.
d) Thermal Relay
Dipakai

untuk

menunjukkan

suhu

belitan

maksimum atau suhu minyak trafo dan untuk


melengkapi operasi pengaman dari trip, alarm, dan
lain-lain. Alat ini sebagaimana kontrol otomatis dari
peralatan trafo.
B. Pengamanan Sistem Tenaga Listrik
1. Pengamanan Sistem Tenaga Listrik.
Bagaimana pun baiknya rancangan (desain) suatu alat atau
suatu sistem, gangguan-gangguan pada alat/sistem itu tidak bisa
dihindari sama sekali. Suatu alat mempunyai batas umur
tertentu, dimana selama itu terjadi proses penuaan, dimana
sifat-sifat mekanis maupun elektrisnya menurun, akhirnya terjadi
kerusakan. Pembuatan tidak selalu sempurna, mungkin terjadi
kerusakan

sebelum

waktunya.

Suatu

alat

di

rancangkan

berdasarkan syarat-syarat dan kondisi-kondisi tertentu. Didalam


kondisi yang abnormal suatu alat mungkin menjadi tidak tahan,
maka terjadilah gangguan. Isolasi suatu alat/sistem dirancangkan
untuk suatu tingkatan isolasi tertentu. Sedangkan tegangan lebih
(over voltage) yang mungkin timbul bisa jauh lebih besar dari
tegangan yang bisa ditahan oleh isolasi itu.
Jadi gangguan-gangguan atau keadaan abnormal lain, selalu
mungkin terjadi, tidak bisa dihindarkan sama sekali. Gangguan

akan mengakibatkan kerusakan alat dan atau terputusnya


pelayanan (service interuption). Olleh karena itu harus ada
usaha-usaha untuk mengatasinya.
2. Jenis Gangguan dan Sebab-Sebab Terjadinya Beban
Lebih
Misalnya suatu busbar yang disuplai oleh 2 trafo, salah satu
trafo dihentikan, mungkin menyebabkan beban yang lebih pada
trafo yang tinggal. Beban lebih dapat mengakibatkan pemanasan
yang berlebihan yang dapat membahayakan isolasi alat itu, yang
jika

terus

menerus

berlangsung

dapat

menyebabkan breakdown atau kebakaran.


Gangguan stabilitas
Semua generator yang tersambung pada suatu sistem,
rotornya berputar sinkron, artinya berputar serempak dengan
putaran medan magnetnya.
Kecepatan

putar

medan

magnet itu

tergantung

pada

frekuensi sistem tersebut. Karena tersambung pada suatu


sistem, maka putaran maka putaran medan magnet dari semua
generator itu juga serempak. Karena suatu sebab, misalnya
terjadi perubahan beban yang mendadak, dapat juga juga terjadi
ayunan (percepatan dan perlambatan dari kecepatan sinkronnya)
pada rotornya pada suatu saat, sebagian generator menjadi
motor, sebagian lain sebagai generator pada saat lain terjadi
sebaliknya. Jika ayunan (swing) itu terlalu besar, generator dapat
terlepas dari sinkron, terjadi kejutan-kejutan elektris dan mekanis
yang besar, yang membahayakan baik generator itu sendiri
maupun sistemnya. Oleh karena itu generator harus segera
diputuskan segera dari sistemnya.
Yang dapat menyebabkan gangguan stabilitas antara lain :

a) Terjadinya perubahan beban mendadak : hilangnya


sebagian beban, atau beban bertambah mendadak
b) Terjadinya hubungan singkat
c) Terbukanya salah satu saluran
Gangguan hubungan singkat
Konduktor pembawa arus listrik dari suatu peralatan sistem,
selalu diisolirterhadap tanah atau terhadap konduktor lainnya,
oleh bahan isolasi. Bahan isolasi itu bisa bahan padat, cair
(minyak), atau gas (udara), atau bisa juga terjadi dari campuran
bahan-bahan padat cair atau gas.
Contoh :
a) Lilitan

generator

atau

motor

diisolir

terhadap

besi

staternya oleh bahan padat (kertas, mika)


b) Kabel,

berisolasi

bahan

padat

(kertas

yang

berimpregnasikan bahan cair kental (minyak))


c) Trafo, berisolasi bahan cair (minyak) dan bahan padat
(kertas, kayu)
d) Konduktor pembawa arus yang terbuka, seperti misalnya
SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi), busbar,
dan sebagainya berisolasikan gas (udara) dan bahan
padat (isolator porselin)
e) Bushing, mungkin berisolasikan bahan padat (porselinnya)
menahan cair (minyak di dalamnya) dan udara (antara
konduktor di ujungnya terhadap tanah)
Beban isolasi itu baik yang padat, cair atau pun gas, dapat
menjadi jebol, sehingga terjadi pelepasan listrik (electrical
discharge) yang segera diikuti arus hubungan singkat.
Jika pelepasan listrik itu terjadi karena tembusnya (jebolnya)
isolasi

bahan

padat,

maka

dikatakan

terjadilah

gangguan

(breakdown). Jebolnya isolasi bahan padat selalu menimbulkan

bekas

kerusakan

permanen

(tidak

bisa

sembuh

dengan

sendirinya). Gangguan yang demikian disebut juga gangguan


permanen (permanent fault atau persistent fault). Jika pelepasan
listrik itu terjadi karena jebolnya isolasi udara, maka dikatakan
terjadi loncatan (flashover) yang tidak lain adalah loncatan
muatan listrik yang segera diikuti dengan arus hubung singkat
yang membentuk busur listrik. Jika arus berhenti arus menjadi
padam, maka udara kembali menjadi isolasi seperti semula (bisa
sembuh sendiri). Jadi loncatan listrik di udara tidak menyebabkan
kerusakan

permanen.

Gangguan

yang

demikian

disebut

gangguan temporer (non resistan fault).


Sebab-sebab terjadinya gangguan permanen, misalnya :
a) Karena

terjadinya

tegangan

lebih

(oleh

petir, switching surge, dsb) yang melebihi kekuatan isolasi


itu.
b) Karena kerusakan mekanis pada isolasi.
c) Karena terjadi proses memburuknya isolasi itu sendiri, misalnya
karena kelembaban, pemanasan atau karena proses ketuaan.
d) Karena operasi.
Sebab-sebab terjadinya gangguan temporer, misalnya :
- Karena petir atau switching surge.
- Karena burung, daun, benang, layang-layang, dsb.
Gangguan temporer tesebut kebanyakan terjadi pada SUTET,
terutama diakibatkan oleh petir. Dan hal tersebut adalah kurang
lebih 80% dari seluruh gangguan yang terjadi.
Tegangan lebih (over voltage)
Sebab-sebab tejadinya:
- Petir

Petir dapat menyambar kawat tanah atau tiang, maka terjadilah


pelepasan listrik dari petir (lightning discharge) melalui tiang ke
tanah.
Karena adanya tahanan pada kaki tiang (antara kaki tiang dan
tanah) dan arus yang besar, maka timbulah beda tegangan yang
besar antara tiang dan tanah. Tegangan ini mungkin cukup
tinggi, sehingga dapat menyebabkan loncatan (flashover) ke
konduktor fasanya. Maka konduktor fasa menjadi bertegangan
tinggi pula.
Tegangan tinggi ini diteruskan sebagai gelombang menjalar
(travelling

wave)

ke

gardu

induk

yang

mungkin

akan

membahayakan isolasi peralatan pada gardu induk itu.


Jika isolasi alat tidak tahan, dapat menyebabkan breakdown.
Disamping itu loncatan (flashover) dari tiang ke konduktor fasa
tersebut menyebabkan hubung singkat ke tanah yang temporer.
- Switching Surge
Membuka

atau

menutupnya

dapat

menimbulkan

tegangan

transien yang tinggi, yang mungkin dapat membahayakan isolasi


peralatan sistem.
- Gangguan pada voltage regulator tap changer
Hal ini dapat menyebabkan tegangan lebih 50 C/s
3. Akibat Gangguan
Gangguan-gangguan itu dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan alat
Kerusakan

pada

alat

yang

terganggu

itu

sendiri

misalnya, breakdown pada isolasi lilitan generator. Arus


gangguan yang besar tidak segera terputus, selain dapat
membakar

isolasi

lilitan,

dapat

juga

menyebabkan

terbakarnya isolasi antara laminasi stater, maka terjadi


hubung singkat antara laminasi stater. Jika dibiarkan terus

ada,

maka

ini

akan

menimbulkan hotspot (pemanasan

setempat) yang akan menjadi sumber gangguan terusmenerus. Isolasi lilitan yang terbakar, dapat dengan mudah
diperbaiki dengan mengganti bagian lilitan yang terbakar
dengan

lilitan

baru.

Tapi

memperbaiki

laminasi

yang

terbakar adalah sukar dan mahal.


2. Kerusakan pada alat yang dilalui oleh arus gangguan
- Trafo yang dilalui oleh arus hubung singkat yang besar, dapat
tergeser letak lilitan kumparannya, yang selanjutnya dapat
menyebabkan hubung singkat.
- Kabel yang dilalui arus gangguan yang besar dan tidak segera
terputus,

dapat

terjadi

pemanasan

yang

berlebihan.

Pemanasan ini menyebabkan pemuaian, yang bila telah


mendingin, tidak dapat kembali seperti semula. Maka terjadi
rongga di dalam isolasinya atau antara isolasi dengan
mantel konduktornya. Dalam rongga ini akan terjadi karena
bila kabel bertegangan. Dan hal ini menyebabkan kerusakan
pada

isolasi

disekitarnya,

akhirnya breakdown juga.

Terjadinya breakdown ini mungkin setelah beberapa hari


atau setelah beberapa bulan, jadi tidak seketika. Tapi karena
pemanasan dan pemuaian ini terjadi pada seluruh panjang
yang dilalui arus gangguan tadi, maka kabel sepanjang itu
juga harus diganti.
3. Terputusnya pelayanan (service interruption)
- Setiap gangguan biasanya menyebabkan terbukanya saklar
tenaga (circuit breaker) memisahkan bagian sistem yang
terganggu. Maka tejadilah pemutusan pelayanan sebagai
sistem. Jika gangguan itu bersifat sementara (non-persistant
fault) maka setelah saklar tenaga yang bersangkutan
terbuka, arus gangguan padam dan bagian sistem yang

terganggu

itu

siap

untuk

disambung

kembali.

Jadi

pemutusan pelayanan hanya berlangsung sebentar.


Tapi jika gangguan tersebut bersifat permanen, maka alat di
bagian sistem yang rusak perlu diganti atau diperbaiki dulu
sebelum

dapat

bekerja

kembali.

Gangguan

demikian

berlangsung lama.
- Terputusnya aliran listrik kesebagian konsumen tidak hanya
menyebabkan berkurangnya penjualan kWh, tetapi dapat
berakibat yang lebih luas. Misalnya suatu pabrik yang
menjalankan proses produksi kimia dengan tenaga listrik,
jika aliran listrik mati, proses itu akan gagal, yang mungkin
dapat menimbulkan biaya yang besar. Kalau pemadaman itu
terlalu

sering

dapat

menimbulkan

ketidakpercayaan

masyarakat terhadap perusahaan listrik.


4. Usaha-Usaha
Gangguan

Untuk
dan

Mengurangi

Mengurangi

Terjadinya
Akibat-Akibat

Gangguan
1. Mengurangi terjadinya gangguan, misalnya:
- Memasang kawat tanah pada saluran transmisi atau pada
gardu induk untuk mengurangi gangguan petir
- Memasang lightning arrester untuk mencegah terjadinya
tembusan (breakdown) pada alat-alat akibat sambaran
petir
- Operasi pada perawatan yang baik
2. Mengurangi akibat jika gangguan terjadi, misalnya:
a. Membatasi besarnya arus hubung singkat dengan jalan :
- Menghindari konsentrasi kapasitas pembangkitan
- Memasang
tahanan)

impedansi

pembatas

arus

(reaktor,

b. Memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan


jalan :
- Protective relaying
- Pengaman lebur (fuse)
c. Meringankan

kerugian

akibat

terpisahnya

jaringan

sistem yang terganggu dengan jalan :


- Saluran ganda
- Sistem loop
- Automatic reclosing
d. Mempertahankan tegangan dari stabilitas :
- Regulator tegangan yang tepat
- Memperbaiki karakteristik kestabilan relay frekuensi
e. Melepaskan sebagian beban dengan under frekuensi
relay
5. Relay Proteksi
Peristiwa terjadinya gangguan dalam sistem tenaga listrik
merupakan suatu peristiwa yang umum terjadi. Gangguangangguan itu dapat terjadi baik pada bagian pembangkit, trafo
daya, gardu induk, saluran transmisi, atau pada jaringan
distribusi.
Setiap gangguan yang terjadi pada terjadi pada bagianbagian
sistem tenaga listrik hendaknya segera dapat diatasi, karena
gangguan-gangguan

itu

dapat

menyebabkan

terputusnya

pelayanan tenaga listrik.


Salah satu upaya mengatasi gangguan dalam sistem tenaga
listrik yaitu dengan menggunakan relay proteksi. Sistem relay
proteksi adalah suatu susunan peralatan-peralatan (relay-relay
proteksi, trafo arus, trafo tegangan, catu daya, pemutus tenaga,
rangkaian pengawatan, dll) dalam suatu bentuk rangkaian
tertentu yang mampu memberikan tanggapan/respon terhadap

suatu gangguan yang terjadi pada bagian sistem tenaga listrik.


Sistem relay proteksi secara otomatis akan memerintahkan
peralatan pemutus tenaga atau peralatan pemberi tanda (alarm)
untuk memebebaskan bagian yang mengalami gangguan itu dari
bagian sistem tenaga listrik lainnya.
Suatu rangkaian sistem proteksi pada dasarnya adalah :
1. Relay
2. Pemutus tenaga
3. Trafo instrumen (trafo arus dan trafo tegangan)
4. Sumber catu daya
5. Pengawatan
6. Fungsi dan Peranan Relay Proteksi
Nilai

investasi

peralatan

listrik

pada

suatu

pembangkit

sedemikian besarnya sehingga perhatian yang khusus harus


diutamakan agar setiap peralatan tidak hanya dapat beroperasi
dengan efisien dan optimal tetapi juga harus teramankan dari
kecelakaan atau kerusakan fatal.
Kerusakan yang fatal dapat menimbulkan :
- Kerugian biaya investasi yang besar
- Kerugian operasi
- Terganggunya pelayanan (service interruption)
Untuk itu relay proteksi sangat diperlukan pada peralatan
pembangkit. Hampir semua peralatan listrik dalam pembangkit
tidak dibiarkan beroperasi tanpa proteksi. Relay proteksi adalah
suatu perangkat kerja proteksi yang mempunyai fungsi dan
peranan antara lain :
a. Memberikan sinyal alarm atau melepaskan pemutus
tenaga

(circuit

breaker)

dengan

tujuan

mengisolir

gangguan atau kondisi yang tidak normal seperti adanya


beban lebih, tegangan kurang, kenaikan suhu, beban

tidak

seimbang,

daya

kembali,

frekuensi

rendah,

hubungan singkat, dan kondisi tidak normal lainnya.


b. Mengamankan/mentripkan

peralatan

yang

berfungsi

tidak normal untuk mencegah timbulnya kerusakan.


c. Mengamankan/mentripkan

peralatan

yang

terganggu

secara cepat dengan tuuan mengurangi kerusakan yang


lebih berat.
d. Melokalisir kemungkinan dampak akibat terganggu dapat
menyebabkan gangguan pada peralatan lainnya berada
pada sistem.
e. Mengamankan peralatan/bagian yang terganggu secara
cepat dengan maksud menjaga stabilitas sistem, dan
kontinuitas pelayanan.
Jadi secara umum fungsi dan peranan relay proteksi
adalah :
- Mencegah kerusakan
- Membatasi kerusakan
- Mencegah meluasnya gangguan sistem
7. Syarat-Syarat Sistem Rele Proteksi
Agar suatu sistem rele proteksi dapat bekerja dengan baik dan
efektif maka haruslah memenuhi beberapa persyaratan utama,
yaitu sebagai berikut ini:
1. Kecepatan kerja
Relay

proteksi

harus

mampu

memutuskan

bagian

yang

terganggu secara cepat. Pemutusan bagian yang terganggu


secara cepat ini dimaksudkan agar dapat :
a) Mempercepat tercapainya kembali stabilitas sistem
b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan
c) Mengurangi timbulnya gangguan pada konsumen

d) Mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan lainnya


yang disebabkan oleh gangguan yang telah terjadi
Waktu total yang dibutuhkan untuk mengamankan bagian sistem
yang terganggu dari sistem secara keseluruhan (clearing time)
adalah merupakan penjumlahan dari waktu kerja rele dan waktu
yang dibutuhkan untuk melepaskan pemutus tenaga (PMT)
adalah waktu sejak saat penutupan kontak pada rangkaian
pemutus hingga saat terbukanya pemutus tenaga (PMT)
Walaupun diharapkan agar relay proteksi dapat bekerja dengan
cepat, tetapi untuk menghindari relay bekerja pada keadaan
transien, maka waktu kerja tidak diizinkan terlalu cepat (misalnya
kurang dari 10 milidetik). Contoh peristiwa dimana relay proteksi
tidak diharapken bekerja dengan cepat pada kasus diatas, yaitu
bila saluran daya tersambar kilat. Pada peristiwa ini hendaknya
alat penyimpang surja arus kilat (arrester) mempunyai waktu
yang cukup untuk melepaskan surja arus kilat ke tanah sehingga
mengakibatkan

terbukanya

daya

karena

bekerjanya

relay

proteksi tersebut.
2. Selektivitas
Selektivitas suatu relqy proteksi adalah kemampuan untuk
menentukan pada titik mana terjadinya gangguan, sehingga
dapat menentukan dengan tepat pemutus daya yang harus
dibuka. Dengan demikian, maka hanya bagian yang mengalami
gangguan saja yang dipisahkan (diisolir) dari sistem. Jika terjadi
gangguan pada sistem, maka hanya pemutus tenaga yang
terdekat yang akan bekerja. Hal ini menunjukan selektivitas
suatu relay proteksi yang bekerja.
3. Kepekaan
Relay

proteksi

diharapkan

sudah

mulai

bekerja

walupun

gangguan yang terjadi masih dalam tingkat yang ringan. Dengan

kata lain diharapkan suatu relay proteksi peka terhadap semua


gangguan, baik gangguan berat maupun gangguan ringan.
Sebagai contoh, sensitivitas suatu sistem relay proteksi arus
lebih dapat dinyatakan sebagai berikut :
(3-2)

Dengan:
Ks : Faktor sensitivitas relay
(Ihs) min : Arus hubungan singkat minimum yang mungkin
terjadi padaperalatan yang diproteksi
Iop : Arus minimum yang dibutuhkan agar relay mulai bekerja
Semakin tinggi tingkat kepekaan suatu sistem relay proteksi,
maka rangkaiannya semakin kompleks dan memerlukan lebih
banyak peralatan sehingga akan semakin mahal.
4. Kehandalan
Dari

segi

pandang

keteknikan,

definisi

sederhana

adalah

kemungkinan dari satu atau kumpulan benda akan memuaskan


kerja pada keadaan tertentu dan periode waktu yang ditentukan.
Periode yang ditentukan merupakan bagian yang sangat penting
dari spesifikasi kehandalan. Periode mungkin merupakan masa
pakai dari benda selama dalam pemeliharaan.
Berarti kehandalan dari suatu relay proteksi yang dimaksud
adalah saat harus dapat berfungsi dengan baik dan betul, untuk
mengamankan suatu sistem bila terjadi gangguan, sesuai
dengan kemampuan batas waktu yang telah ditentukan atau
direncanakan untuk relay tersebut.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kehandalan sistem
proteksi antara lain adalah kualitas yang baik dari relay
proteksinya,

kesederhanaan

perancangannya.

konstruksi

serta

ketepatan

5. Faktor biaya
Dalam

perencanaan

suatu

sistem

proteksi,

faktor

biaya

memegang peranan yang cukup tinggi. Semakin banyak proteksi


yang digunakan pada sistem tenaga akan menyebabkan semakin
besarnya biaya. Sehingga diperlukan optimasi yang tepat yaitu
dengan memberikan proteksi secukupnya agar ekonomis, tetapi
tidak mengabaikan faktor-faktor kehandalan, selektivitas, dan
kepekaannya.
8. Beberapa Istilah yang Berhubungan dengan Relay
Proteksi
Pada keadaan normal (relay tidak bekerja) kontak relay proteksi
yang

berada

dalam

keadaan

terbuka

biasa

disebut

dengan normally-open (NO). sedang yang berada dalam keadaan


tertutup tersebut disebut dengan kontak normally-closed(NC).
Suatu relay proteksi dikatakan bekerja bila relay tersebut berhasil
merubah keadaan normal kontak-kontaknya, yaitu menutup
kontak NO atau membuka kontak NC. Keadaan dimana suatu
relay bekerja untuk merubah keadaan kontaknya (membuka atau
menutup) biasa disebut dengan keadaan pick-up, dan harga
minimum dari besaran penggerak yang menyebabkan relay
tersebut bekerja dianamakan harga pick-up (pick-up value).
Keadaan diamana suatu relay akan menutup kembali kontak NC
yang sedang bekerja (terbuka) disebut reset dan harga besaran
penggerak

yang

akan

menyebabkan

menutupnya

kontak

tersebut dinamakan reset value. Sedangkan keadaan dimana


suatu relay akan membuka kontak NO yang sedang bekerja
(tertutup) disebut drop-out, dan harga besaran penggerak yang
akan menyebabkannya membuka disebut harga drop-out (dropout value).

Harga-harga pick-up atau reset suatu relay proteksi dapat diatur


dengan mengubah-ubah tap-tap pada kumparan arus atau
kumparan

tegangan

pembantu

atau

dapat

juga

dengan

mengganti tahanan. Secara mekanik dapat juga dilakukan


pengaturan harga-harga tersebut dengan mengatur besar celah
udara (air gap) dari elemen-elemen yang bergerak terhadap
bagaian elektromagnetisnya.
9. Pengaman Generator
Dalam operasinya, generator dan sistem pendukungnya tidak
lepas

dari

kemungkinan

adanya

kondisi

abnormal.

Untuk

mengisolir ganggguan pada generator tidak hanya dengan


membuka PMT saja tetapi juga membuka penguat medan dan
meutup suplai ke penggerak mula (turbin) karena generator akan
tetap menyuplai power ke belitan stator yang terganggu.
Kondisi abnormal yang mungkin terjadi pada generator antara
lain :
1. Gangguan di luar (external fault)
2. Gangguan pada belitan stator
3. Pembebanan tidak seimbang
4. Tegangan lebih
5. Gangguan belitan penguat (rotor earth fault)
6. Kekurangan penguat medan
7. Daya

balik

yang

dapat

menyebabkan

generator

beroperasi sebagai motor.


Untuk mendukung kehandalan operasi dari generator maka
dipasnglah suatu sistem proteksi generator yang terdiri dari
berbagai

macam

relay

proteksi

yang

disesuaikan

dengan

spesifikasi proteksi generator, agar sistem pengaman generator


tersebut optimal. Diharapkan operasi generator akan lebih andal

dan aman dari kerusakan dan ketidaknormalan yang mungkin


terjadi.
BAB 4
TUGAS KHUSUS
SISTEM KONTROL KECEPATAN LEBIH TURBIN
A. Sistem Kontrol Kecepatan Lebih Turbin
1.

Sistem Pengatur Kecepatan Turbin

Kegiatan pada pembangkit listrik haruslah mengikuti suatu


pedoman yang telah ditentukan dari tiap peralatan yang dipakai.
Oleh karena suatu pembangkitan listrik menggunakan berbagai
macam peralatan, pedoman dari tiap peralatan tersebut harus
dirangkai satu sama lain secara seimbang untuk didapatkan
suatu hasil kerja yang baik dalam menghasilkan tenaga listrik.
Gangguan umum yang dapat membahayakan turbin dalam
beroperasi antara lain adalah :
a) Putaran lebih atau over speed
b) Motoring
c) Kegagalan pelumas
d) Kerusakan trust bearing
e) Kegagalan vacuum
f) Vibrasi tinggi
g) Diferensial terlalu tinggi
h) Eccentricity lebih.
Untuk mengoperasikan turbin dalam batas-batas kinerja desain
partsnya, terdapat sistem pengatur kecepatan turbin yang
berfungsi untuk mengatur dan mempertahanakan kecepatan
turbin pada suatu nilai yang dikehendaki sesuai kebutuhan, agar
turbin dalam suatu peralatan pembangkitan ini dapat terjaga dan
mencegah dari kerusakan yang dapat mengganggu kinerja unit

lain dalam menghasilkan energi listrik yang dihasilkan oleh suatu


pembangkit listrik.
Mengingat

turbin

PLTP

dan

turbin-turbin

pada

umumnya

memegang peranan sangat penting pada suatu unit pembangkit,


maka

sistem

pengatur

kecepatan

turbin

akan

bekerja

mengamankan turbin dalam putaran lebih (over speed) yang


dapat melewati atau melebihi putaran normal turbin. Pengaman
ini diberikan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada turbin,
mengingat turbin ini merupakan alat utama dalam suatu
pembangkitan. Sistem pengatur ini dilengkapi dengan pengaman
yang digerakkan oleh tekanan minyak pengatur (pelumasan).
1.

Pelumasan

Mengingat

turbin

merupakan

alat

utama

dalam

suatu

pembangkitan, sistem pengatur kecepatan turbin ini dilengkapi


dengan pengaman putaran lebih yang digerakkan dengan
tekanan minyak pengatur, yang dapat mempengaruhi juga pada
sistem pelumasan turbin.
Pelumasan diberikan pada bagian-bagian mesin yang saling
bergesek, terutama dimaksudkan untuk mengurangi keausan
akibat gesekan-gesekan memainkan peranan penting pada dua
permukaan yang saling berada (misalnya antara poros dan
bantalan), karena gesekan ini akan berubah menjadi panas atau
kalor yang menyebabkan temperatur bahan tersebut menjadi
lebih tinggi.
Maka peranan pelumas juga mengurangi panas dari bantalan
roda gigi, serta mencegah karat pada bahan atau bagian yang
dikerjakan dengan mesin. Akan tetapi, ada beberapa hal dimana
pelumas sebaiknya tidak digunakan karena pelumas tersebut
mungkin sebagai penyebab timbulnya bahan-bahan abrasif yang
akan menggores permukaan.

Apabila hal ini terjadi, maka keausan karena bahan-bahan abrasif


menjadi bertambah. Operator dan petugas pemeliharaan unit
pembangkit adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelumasan peralatan. Pelumasan yang tepat berperan penting
untuk mendapatkan pengoperasian unit pembangkit secara
aman, dapat diandalkan, dan efisien.
Fungsi Pelumasan
Pelumasan disamping untuk mengurangi gesekan dan keausan,
juga berfungsi untuk :
a.

Mengurangi panas
Disamping

untuk

mengurangi

gesekan

dan

keausan,

pelumasan juga dapat mengurangi panas. Gesekan pada bagianbagian yang bergerak akan menghasilkan panas, dimana panas
yang berlebihan dapat merusak bagian-bagian peralatan.
a.

Mengurangi korosi
Karat mengakibatkan timbulnya lubang pada permukaan.

Dengan adanya lubang tersebut membuat permukaan yang licin


menjadi kasar sehngga memperbesar gesekan. Karat tersebut
dapat ditimbulkan oleh asam, H 2S dan bahkan air. Untuk
mengatasinya diperlukan pelumas yang akan membuat suatu
rintangan pengaman antara permukaan dan bahan-bahan yang
merusak tersebut.
a.

Membentuk perapat
Pelumas juga digunakan sebagai perapat untuk mencegah

kontaminasi dari luar peralatan.


a.

Memperkecil kejutan
Bahan kejut dapat terjadi pada banyak peralatan mesin jika

dua permukaan beradu sangat cepat. Sebagai contoh, jika gigigigi roda gigi kecepatan tinggi berhubungan satu sama lain.

Penggunaan pelumas akan memperkecil kejutan atau benturan


beban yang terjadi.
1.

Proteksi Putaran Lebih

Sistem proteksi putaran lebih pada turbin uap PLTP Kamojang


terdiri dari over speed electric dan over speed mechanic. Proteksi
tersebut perlu dipasang karena untuk menjaga agar peralatan
turbin tidak rusak apabila terjadi putaran lebih.
Over speed electric
Proteksi putaran lebih secara elektris ini dimaksudkan sebagai
pengaman terhadap putaran lebih pada turbin. Over speed
electric ini bekerja dari sensor kecepatan (magnetic pickup) dan
telah di setel batas nilai maksimum yang diizinkan oleh turbin
untuk putaran lebih tersebut di atas putaran normal yaitu 3333
rpm

dan

akan

mengerjakan

relay

yang

menerima

sinyal

pengaman yang berfungsi untuk mentripkan turbin dan akan


mengerjakan solenoid

valve untuk

mendrain

minyak

kontrol

sehingga turbin akan trip. Adapun pengaman dari sistem


pengatur kecepatan turbin ini terdiri dari instrumen komponen
berikut:
1.

Magnetic pickup, yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi


putaran lebih pada turbin.

2.

Contol box (control drawer), sebagai setting kontrol


pengaman turbin putaran lebih.

3.

Amplifier transmitter, yang bekerja mengubah perubahan


besaran tekanan yang diukur menjadi suatu besaran yang
besarnya sebanding dengan perubahan tahanan listrik.

4.

Relay, sebagai penerima sinyal yang berasal dari


penguatan yang memberikan pengaman atau sakelar
penerima sinyal logika biner.

Over speed mechanic

Proteksi putaran lebih secara mekanis ini dimaksudkan sebagai


pengaman terakhir terhadap putaran lebih pada turbin. Bila
terjadi penurunan beban yang tajam mula-mula sistem governor
akan mengantisipasi kenaikan putaran yang terjadi. Bila sistem
governor tidak mampu mencegah kenaikan putaran turbin yang
berlebihan, maka peralatan proteksi utama turbin masih tinggi
atau

bahkan

tidak

bekerja

sama

sekali,

maka over

speed mekanis inilah yang diharapkan kehandalannya untuk


mengamankan turbin.
Pengaman over

speed mekanis

ini

di

setting

diatas

lebih

tinggi over speedelektrik. Bila alat ini bekerja maka signal trip
akan dikirim dan katup penutup cepat akan menutup. Pengaman
ini

dikendalikan

oleh

perangkat

sentrifugal

mekanis

yang

terhubung kepada poros utama turbin melalui seperangkat roda


gigi. Pengendali putaran mekanis ini berlandaskan prinsip
kerjanya pada sistem keseimbangan oleh gaya elastis dari
sebuah pegas.
1.

Perangkat Trip (Over Speed) Turbin

Jika putaran turbin naik maka akan terjadi stress yang berlebihan
pada semua bagian yang berputar. Walaupun governor akan
membatasi putaran lebih dari yang diizinkan, namun perlu
dipasang
seandainya

peraatan
terdapat

tambahan

yang

kegagalan

memback-up

governor.

Ini

kalau

diperlukan

mengingat bahaya yang apat terjadi bila putaran turbin naik tak
terkendali. Adapun perangkat trip over speed turbin tediri dari :
a) Sensor speed (magnetic pickup)
b) Contol drawer (speed monitor)
c) Amplifier transmitter
d) Relay

Perangkat

trip

tersebut

merupakan

proteksi

untuk over

speed elektris. Mekanisme trip secara elektris pada ujungnya


akan menjalankan mekanisme kumparan yang pada gilirannya
juga akan men-drain semua saluran hidrolik yang terkait. Adapun
perangkat trip yang digerakkan secara mekanis dikendalikan oleh
perangkat setrifugal mekanis yang terhubung dengan poros
utama turbin melalui seperangkat roda gigi.
Magnetic pickup (sensor speed turbin)
Putaran

turbin

dimonitor

oleh

suatu

sensor

yang

disebut magnetic pickup yang dapat bekerja apabila ada signal


putaran turbin tersebut. Dimana turbin tersebut dimonitor oleh
suatu sensor yang diperoleh dari putaran turbin yang digerakkan
dari uap yang dihasilkan dari panas bumi.
Perangkat trip over speed ini menerima input besaran turbin
yang

berupa

satuan

rpm,

yang

akan

dikirim

ke control

drawer dengan keluaran yang dihasilkan oleh sensor tersebut


dalam satuan Hertz (Hz). Alat ini ditempatkan diantara pada sisi
poros turbin dan main oil pump.
Control drawer (speed monitor)
Perangkat ini merupakan penguat yang berfungsi mengubah dari
satuan besaran lain yang inputnya dari output sensor speed
dengan satuan besaran frekuensi (Hz), menjadi penunjukkan
(indicator) dan kontrol, dimana kontrol berfungsi sebagai proteksi
untuk pengaman turbin dari putaran lebih (>3300 rpm).
Alat ini dapat diset untuk putaran turbin yang diizinkan. Selain itu
juga perangkat trip ini berfungsi sebagai media pengiriman data
untuk indikator pembacaan putaran turbin di ruang control. Tipe
control drawer yang digunakan untuk proteksi putaran lebih
turbin yaitu jenis Mitsubishi ST-0125.

Pengkalibrasian

terhadap

peralatan

ini

dilakukan

untuk

menghindari peyimpangan pada penunjukkan dan control setting


putaran lebih turbin, agar kondisi pembangkit ini bekerja dengan
standar kerja unit. Agar alat-alat di atas dapat berfungsi dengan
baik maka harus dilakukan kalibrasi pada setiap periode waktu
tertentu. Kalibrasi ini berfungsi untuk mengembalkan unjuk kerja
suatu instrumen ke kinerja awal.
Untuk mengkalibrasi alat control drawer ini digunakan function
generator yang berfungsi seolah-olah sebagai signal dari sensor
kecepatan turbin.
Di bawah ini merupakan prosedur kalibrasi dari alat control
drawer:
a.

Mempersiapkan peralatan yang diperlukan


diantaranya: tools set, function drawer, AVO meter digital
dan analog. AVO digital ini berfungsi untuk setting point
ketika kontak.

b.

Output dari function generator dimasukkan ke input control


drawer.

c.

AVO meter analog di koneksikan dengan output


kontak control drawer.

d.

AVO digital dihubungkan dengan output mV/mA control


drawer.

e.

Nyalakan semua perlatan.

f.

Amati dengan melihat standar nilai kalibrasi oleh control


drawer tersebut.

g.

Apabila penunjukkan sudah standar maka tidak diperlukan


pengaturan dan peralatan layak dioperasikan.

h.

Jika terjadi penyimpangan, posisikan function generator


pada posisi 25%, atur zero adjusment dan amati di AVO,
kemudian sesuaikan dengan standar kalibrasi alat tersebut.

i.

Posisikan kembali alat tersebut pada posisi 75% dan


atur span adjusment, kemudian amati dan sesuaikan dengan
standar kalibrasi.

j.

Kedua langkah tersebut di atas dilakukan berulang-ulang


hingga didapatkan penunjukkan dan pengaturan yang sesuai
dengan standar kalibrasi yang telah ditentukan.

k.

Kalibrasi selesai dilaksanakan, dan hasil kalibrasi di catat


pada blanko kalibrasi dan connection system dinormalkan.

Berikut ini merupakan tabel dari standar kalibrasi control drawer.


Tabel IV.1. Standar kalibrasi control drawer
%

1.

Standard Calibration
Function
Out Control

Output
Calibration

Generator

Drawer (mV)

mV

(Hz)
0

25

1000

10

10

50

2000

20

20

75

3000

30

30

100

4000

40

40

Setting Point
Over Speed Turbine
ON
3333
Amplifier Transmitter

OFF
<3300

Bagian peralatan ini bekerja mengubah perubahan besaran


tekanan yang diukur menjadi suatu besaran yang sebanding
dengan

perubahan

besaran

listrik.

Bagian

peralatan

ini

menerima sinyal dari perubahan besaran listrik yang dikirim


dari control drawer dan menghasilkan suatu sinyal arus listrik
sebesar 4 sampai 20 mA DC sebanding dengan besar perubahan
tersebut.

Transmitter

ini

mendeteksi

perubahan

diferensial

dengan menyetel perubahan tersebut menjadi sinyal output DC

sebesar 4-20 mA (sebanding), yang mana sinyal tersebut


dikirimkan melalui kawat ke alat instrumen selanjutnya yang
ditempatkan

jauh

dari

transmitter.

Tipe

transmitter

yang

digunakan yaitu Melco (MC-0125).


1.

Relay

Keluaran

dari

tansmitter

diolah

oleh

suatu

relay

yang

menghasilkan suatu output pengaman sinyal yang menghasilkan


kondisi turbin trip (mati), dalam pengaman proteksi terhadap
putaran lebih turbin. Jenis relay untuk over speedturbin yang
digunakan adalah tipe Omron 62 A-432 A.
1.

Perangkat Tambahan Over Speed Turbin

Jika sistem proteksi turbin terhadap putaran lebih turbin, baik


dilakukan secara elektris maupun secara mekanis gagal, terdapat
perangkat akhir pen-trip turbin dalam putaran lebih yang
disebut emergency hand trip. Mekanisme trip ini berbentuk
tungkai yang berhubungan dengan governor pedestal yang akan
mengoperasikan

trip valve dari

mekanisme over

speed trip.

Perangkat ini dimaksud sebagai back up atau cadangan bila


semua perangkat putaran turbin gagal beroperasi.
Perangkat tambahan lainnya adalah over speed emergency trip
device. Alat ini merupakan pengetesan kinerja atau keandalan
unit terhadap putaran turbin yang telah tergabung dalam
sistem protective device test. Dalam kondisi operasi turbin dapat
bekerja dalam keadaan yang berbahaya dimana bila tidak
dilakukan tindakan apapun dapat mengakibatkan kerusakan
yang fatal. Peralatan ini harus dites secara periodik agar apabila
terjadi penyimpangan atau kerusakan pada sistem proteksi
tersebut dapat segera diketahui dan diperbaiki.
B. Alat Pemantau Kecepatan
1. Aplikasi

Pemantauan kecepatan turbin adalah salah satu alat dalam seri


instrumen

desain

untuk

pengawasan

turbin

uap.

Alat

ini

digunakan untuk mengawasi kondisi operasi dari turbin uap, dan


digunakan untuk merekam kecepatan turbin.
Peralatan standarnya terdiri dari alat-alat beriut ini:
a. 1 x Magnetic pickup
b. 1 x Control drawer
c. 1 x Recorder
d. 1 x Indikator
2. Gambaran Umum
Instrumen pendeteksi kecepatan merupakan sebuah magnetic
pickup yang berada dalam 60 roda gigi yang terpasang pada
rotor turbin.
Gerigi tersebut akan menghasilkan output sinyal AC yang
frekuensinya sebanding dengan kecepatan rotasi turbin. Output
dari magnetic pickup akan mengumpan frekuensi peka sirkuit.
Frekuensi peka sirkuit mengubah input sinyal AC menjadi output
sinyal analog yang sebanding dengan kecepatan turbin.
3. Penjelasan
3.1 Magnetic Pickup
Magnetic pickup tersusun dari lilitan, bijih magnet,
lempengan kutub dan penghubung/konektor.
3.2 Pre-amplfier
Alat pre-amplifier tersusun dari papan amplifier, 2
penghubung dan enklosur. Alat ini terpasang pada sisi
turbin.
3.3 Control Drawer
Alat drawer adalah drawer tipe penarik yang terletak di
dalam enklosur. Enklosur adalah kotak besi berbetuk
persegi panjang yang berada di ujung pembuka untuk

membaut panel. Blok terminal yang terpasang di


belakang enklosur memuat seluruh kabel interkoneksi.
Di dalam enklosur terdapat kabel spiral. Salah satu
ujung

kabel

spiral

terhubung

pada

blok

terminal

interkoneksi dan ujung satunya lagi pada stopkontak


untuk dipasangkan dengan steker pada pemasangan
drawer. Kabel spiral ini membuat drawer dapat tertarik
sebagian untuk pemeliharaan tanpa harus mematikan
jaringan sirkuit interkoneksi. Jika diperlukan, drawer
dapat dilepaskan seluruhnya dari enklosur.
Drawer

tersebut

menghubungkan

terpasang

pada

stopkontak

kabel

enklosur

dengan

spiral

enklosur

dengan steker drawer. Sebelum membuat sambungan


antara kabel spiral dengan drawer, spiral dengan
putaran 2,5 dibuat di dalam kabel. Saat drawer ditekan
ke enklosur, kabel spiral akan kembali ke bagian
belakang. Sekrup di bagian depan dikencangkan untuk
melindungi drawer.
Ketika drawer ditarik sebagian untuk pelayanan atau
kalibrasi,

kurungan

di

bagian

belakang

mencegah

drawer dari kemiringan.


PERINGATAN:
Drawer tidak memuat penghenti drawer. Karena itu,
ketika

diperlukan

untuk

melepas

drawer

secara

keseluruhan dari enklosur, pastikan bahwa drawer telah


diganjal di bagian belakangnya. Untuk melepas drawer
dengan benar dari enklosur, tarik drawer keluar dari
tempatnya. Tahan drawer dalam posisi ini, kemudian
gunakan asisten untuk membuka sekrup penghubung
kabel spiral pada saat yang bersamaan. Hal ini akan

mengakibatkan
terputus

sambungan

dari drawer

kabel

spiral

plug dan

menjadi

meminimalisir

kemungkinan terjadinya kerusakan pada steker. Ketika


menyambungkan

kembali

stopkontak

kabel

spiral

enklosur pada steker drawer, pastikan bahwa stekernya


telah sesuai. Kerusakaan pada steker dapat terjadi jika
dipaksakan memasang 2 konektor dengan cara yang
tidak tepat.
Drawer memiliki beberapa modul dan papan amplfier.
Komponen utama setiap modul dijelaskan berikut ini:
3.3.1 Nameplate Assembly
S1 - Power on-off switch
PL1 Power indicating lamp
F1 - Power fuse and holder
3.3.2 Amplifier Assembly
F-DC3 - Low frequency, DC voltage converter
F-DC2 - High frequency, DC voltage converter
COMP - Alarm amplifier (voltage comparator)
DC-DC - DC/DC converter
3.3.3 Power Supply and Relays
DC power

supply menyediakan

tegangan

yang

diperlukan untuk mengoperasikan F-DC1, F-DC2


dan amplifier COMP.
T201, T202 -> DC constant vlotage regulator
K401, K402 -> Speed relay for speed contacts
3.3.4 Disconnect plug
J1 -> Steker pad bagian belakang drawer
Persimpangan dari selurh kabel drawer ke
blok penghubung pada bagian belakang
enklosur.

3.4 Speed Recorder


Perekam

yang

digunakan

disini

adalah

Mitsubishi

Electric tipe GM-2.Perekam ini merupakan instumen


magnet

DC

permanen

yang

memiliki

jangkauan

elektrikal antara 0 sampai 5 mA. Grafik hasil rekaman


dikendalikan oleh sebuah mesin sinkronis pada laju 20
mm/jam.
3.5 Speed Indicator
Indikator

kecepatan

yang

digunakan

disini

adalah

Mitsubishi Electrical tipe LM-11 atau LM-8. Terdiri dari


instumen

magnet

DC

permanen

yang

memiliki

jangkauan elektrikal antara 0 sampai 5 mA dengan


pemasangan kalibrasi kecepatan dalam rpm.
4. Pengoperasian
4.1 Pre-amplifier
Sinyal

output magnetic

pickup sangat

kecil

dibandingkan turbin. Kemudian, sinyal kecepatan ini


akan

diperkuat

melebihi

tegangan

ambang

batas converter F-DC1 oleh pre-amplifier.


Input

disini

adalah

pengumpan

bagi

input transformer T1 dan terisolasi dari sirkuit amplifier.


Output sekunder dari T1 akan diperkuat oleh amplifier
operasional OP1. Kemudian, OP1 mengubah sinyal input
AC lebih dari 20 mV menjadi gelombang kotak antara 0
sampai 20 V dengan frekuensi yang sama seperti
inputnya.
4.2 F-DC Converter
Input disini adalah pengumpan untuk sirkuit pemicu
yang terdiri dari 2 transistor TR1, TR2 dan berbentuk
gelombang kotak.

Kemudian penggantian sirkuit dari transistor TR3, TR4


menghasilkan 2 macam sinyal dan mengendalikan
transistor TR5, TR6 secara bergantian dan memberi
tenaga inti transformer saturasi T1.
Sinyal tegangan DC sebanding sengan frekuensi input
yang diperoleh dari ralat output sekunder T1.
Sinyal output akan diperhalus oleh transistor TR7,
kapasitor C2 dan resistor VR1 atau lilitan penghambat
L101 dan kapasitor C102.
Resistor R24, dan R24 mengganti kerugian akibat
kelurusan dari sinyal output. Thermister RT1 mengganti
kerugian akibat thermal error dari sinyal output.
CATATAN:
Ketika spesifikasi input frekuensi maksimal diubah,
maka inti transformer saturasi T1 juga harus diubah.
4.3 Comparator dan relay
Dua sirkuit pembanding dipasang pada PCB yang sama.
Nilai sinyal input dari sirkuit F-DC dan settingan sinyal
akan dibandingkan oleh amplifier diferensial yang terdiri
dari transistor TR301, TR302. Kemudian sinyal akan
diperkuat oleh transistor TR303, TR304 dan pengendali
relay K401, K402.
Karakteristik hysteresis akan didapatkan dari resistor
R311, R312 dan membuat stabil relay operasi.
4.4 DC Power Supply
DC power supply melengkapi seluruh tegangan yang
diperlukan

untuk

mengoperasikan

sirkuit. Power

supply dapat dioperasikan pada 50 atau 60 Hz daya


sumber. Power supply terdiri dari 2 pengatur tegangan
konstan DC yang outputnya dibagi sesuai kebutuhan

tegangan oleh resistor dan dioda Zener. Sirkuit resistor


dan dioda Zener berada di PCB DC-DC Converter.
4.5 Grounding
5. Interconnection Wiring
Pemasangan kabel interkoneksi harus dibuat dalam ukuran
2 mm2, kecuali untuk kabel pada pick-up dan sinyal analog untuk
perekam. Kabelpickup yang disarankan adalah 2 mm 2 konduktor
ganda dengan pelindung. Kabel pickup harus dijalankan dalam
pipa terpisah karena jika ada kabel lain yang berarus dalam pipa
yang

sama

akan

mengakibatkan error karena

medan

yang

menyimpang.
Output analog juga harus dilengkapi dengan pelindung. Tipe
yang disarankan adalah 2 mm2 konduktor tunggal dengan
pelindung

yang

terisolasi.

digunakan

sebagai

salah

Pelindung
satu

tersebut

konduktor.

juga

Tipe

lain

dapat
yang

disarankan adalah 2 mm2 konduktor ganda berpelindung dengan


salah satu konduktor dan pelindung terhubung pada terminal
utama.
6. Prosedur Pemasangan Kalibrasi
Trimpot yang dapat disetel merupakan titik settingan kalibrasi
dari pabriknya. Drawer telah terkalibrasi di pabrik, sehingga
medan

kalibrasi

mungkin

tidak

diperlukan

kecuali

untuk

melakukan reset speed switch contacts.


Pengkalibrasian

oleh

sinyal

output

dari magnetic

pickup merupakan suatu hal yang penting, tapi dalam keadaan


diam (ketika mesin turbin berhenti), dimungkinkan juga untuk
kalibrasi oleh sinyal dari oscillator daripada darimagnetic pickup.
Prosedur
oscillator.

kalibrasi

berikut

ini

diperlihatkan

menggunakan

(1) Keluarkan

saklar

power

S1,

tarik

drawer,

dan

hubungkan power ke terminal TA4-47, 48.


(2) Masukkan saklar power S1, periksa lampu power, dan
periksa tegangan setiap bagian pada power circuit.
(3) Keluarkan saklar power S1, dan hubungkan indikator
dan/atau perekam.
Hubungkan ke oscillator. Setel output oscillator pada
angka 0.
Masukkan saklar power S1, dan periksa indikator atau
perekam menunjukkan angka 0.
(4) Setel output oscillator ke 0.5 Vrms
(5) Setel output frekuensi oscilator menjadi konstan, dan
setel variabel resistor.
(4-1)
Dengan:
f = Frekuensi output oscillator (Hz)
p = Jumlah slot pada induktor
N = Putaran mesin turbin (rpm)
Nilai f akan sama dengan N jika p = 60
Penyetelan
(a) Low F-DC converter circuit
Minimum ripple
- Setting resistor variabel VR1 dan kapasitor C1
menjadi minimum ripple.
Spair
- Setting arus output pada resistor variabel VR2
menjadi

mA

DC

maksmimum.
(b) High F-DC converter circuit

pada

frekuensi

input

Spair
- Setting arus output pada resistor variabel VR101
menjadi

mA

DC

pada

frekuensi

input

maksmimum.
Setelah menyetel skala penuh, periksa petunjuk pada
kecepatan rata-rata dan kecepatan skala menengah
pada prosedur yang sama.
(6) Setting speed contacts
Setel

frekuensi

output

oscillator

menjadi

nilai

operasi speed contact, dan setel resistor variabel VR301


untuk mengoperasikan relay K401, K402.
Ganti frekuensi output oscillator mendekati settingan
katup dan pastikan operasi relay K401, K402.
(7) Ketika kalibrasi sudah selesai, tekan drawer secara
menyeluruh dan kencangkan sekrup di bagian depan.
7. Perbaikan
Tabel IV.2 merupakan masalah-masalah yang mungkin terjadi
dan petunjuk untuk mencari sumber permasalahannya. Ketika
melakukan perbaikan, lihatlah diagram skematik dan diagram
interkoneksi.
Tabel

IV.2.

Gangguan

yang

mungkin

terjadi

dan

penyelesaiannya
Gangguan
1. Perekam

dan

Penyelesaian
indikator - Periksa sumbu F1

menunjukkan

angka

(pada

kecepatan

saat

turbin tidak 0)

- Periksa

tegangan

terminal THL-1 (+24 V)


- Korsleting

pada

kabel

pickup,

kerusakan
2. Sumbu F1 meleleh

pada

converter
- Korsleting

pada
pada

pickup,
atau
F-DC
sirkuit

3. Tidak ada penyetelan pada


saklar kecepatan
4. Tidak

ada

power supply
- Periksa
teganagn

pada

terminal TBL-1, 6, 8 dan 9

operasi

pada

saklar kecepatan

(+24, +0.7, -8.2, -24V)


- Kerusakan pada comparator
board

atau

relay

K401,

terutama

pada

K402
*Catatan untuk perbaikan
Hati-hati

dalam

mengukur

tegangan

transistor amplified board karena transistor dapat mengalami


kerusakan secara permanen jika terjadi korsleting pada
terminal PCB.
8. Spesifikasi Umum
Spesifikasi umum tersebut diperlihatkan dalam Tabel IV.3.
Jika dalam pengetesan ini diperlukan untuk mengkonduksi
medan, casis bagian bawah harus diangkat. Seluruh terminal di
bagian belakang harus diikat bersama, di-ground-kan dan
seluruh kabel eksternal harus di putuskan terlebih dahulu. PCB
harus dilepas untuk mencegah kerusakan pada komponenkomponennya. Test kekuatan tinggi yang tidak lebih dari 600 V
dapat di berikan pada persambungan blok terminal dan casis
selama 1 menit.
Tabel IV.3 Spesifikasi Umum
Power supply
Power consumption
Standard

For main T

Rating

For B.F.P.T

Analog output
Accuracy

110 V AC (50/60 Hz)


30 VA
0 to 5000 rpm (60 Hz)
0 to 4000 rpm (50 Hz)
0 to 8000 rpm (High speed channel)
0 to 40 rpm (Low speed channel)
0 to 40 mV DC (to recorder)
0 to 5 mA DC (to indicator)
+- 1.5 % F.S (indicator)
+- 2.5 % F.S (recorder)

0 to 500C (recorder, indicator and


Ambient temperature

control drawer)
0 to 850C (pickup)

Power
Isolasi

terminal
1000 V, 60 Hz untuk 1 menit
Terminal lain 600 V, 60 Hz untuk 1 menit
Kesimpulan Tugas Khusus
Berdasarkan kerja praktek yang telah dilakukan, maka

dapat

disimpulkan

bahwa

dalam

pengoperasian

dan

pemeliharaan turbin, diperlukan adanya sebuah sistem yang


berfungsi untuk mengendalikan kondisi turbin supaya turbin
beroperasi dalam keadaan normal.
Salah

satu

hal

yang

perlu

diperharikan

selama

pengoperasian dan pemeliharaan turbin adalah kecepatan turbin


itu sendiri. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan, maka kecepatan turbin harus selalu dijaga dalam
kondisi normal. Diusahakan supaya kecepatan turbin tidak lebih
cepat atau lebih lambat dari kecepatan yang seharusnya.
Maka dari itu, sistem kontrol kecepatan turbin mutlak
diperlukan untuk menjaga kondisi turbin supaya turbin tetap
beroperasi dalam kecepatan normal.
Bab 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Tenaga panas bumi (geothermal energy) merupakan
suatu jenis sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangkit tenaga listrik, sama halnya dengan
air, minyak bumi, gas alam, dan batubara.

b. Pemeliharaan dan pengujian relay pada sistem tenaga


listrik pada umumnya dilakukan pada saat unit tidak
beroperasi (stop-unit).
c. Sistem pengamanan pada turbin mutlak diperlukan
adanya karena turbin adalah penggerak utama dari
sistem pembangkitan dan untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.
d. Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja serta
lingkungan telah terpupuk dengan baik di lingkungan
kerja UBP Kamojang.
2. Saran-saran
Setelah melaksanakan kerja praktek di Unit Bisnis Pembangkit
Kamojang selama kurang lebih satu bulan, penulis memiliki saran
yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan
maupun institut. Adapun saran-saran tersebut adalah :
1. Bagi Perusahaan
a) Menjaga dan meningkatkan suasana kerjasama dan
kekeluargaan dalam lingkungan perusahaan.
b) Meningkatkan
menghadapi

kecepatan
gangguan

dan
yang

ketepatan
terjadi

dalam

sehingga

pelayanan terhadap konsumen dapat dijaga.


c) Mengadakan

evaluasi

atau

perbaikan-perbaikan

dalam sistem perusahaan agar lebih propesional dan


handal.
d) Perawatan dan pemeliharaan peralatan relay dan
pengukuran agar selalu dalam kondisi yang baik
sehingga

meminimalisir

kemudian hari.

terjadinya

masalah

di

e) Peningkatan pengadaan peralatan pendukung dalam


melakukan pemeliharaan dan pengujian terhadap
keamanan turbin.
f) Peningkatan

kemampuan

karyawan

dalam

memperbaiki kerusakan-kerusakan pada peralatanperalatan proteksi dan peralatan pengukuran melalui


kegiatan training atau pelatihan-pelatihan sehingga
dapat meningkatkan kompetensi karyawan di bidang
keamanan turbin.
g) Karyawan memahami dan mematuhi prosedur kerja
yang

telah

di

berikan

dan

mengutamakan

keselamatan kerja.
h) Memperbanyak buku-buku yang berkaitan dengan
pengamanan turbin baik di perpustakaan pusat atau
di bagian pemeliharaan sendiri, sehingga diharapkan
karyawan dapat meningkatkan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang pengamanan turbin dan
memberi
belajar

kesempatan
mengenai

kepada

pihak

pengamanan

luar

turbin

untuk

di

UBP

Kamojang.
i) Mempertahankan
pelaksanaan
Kamojang,

kerja
dan

dan

meningkatkan

praktek
kalau

di

kualitas

lingkungan

memungkinkan

UBP
dibuat

kurikulum kerja praktek sehingga dalam pelaksanaan


kerja praktek dapat berjalan dengan efektif sehingga
pada akhirnya akan memberi manfaat bagi kedua
belah

pihak,

baik

untuk

peserta

maupun untuk UBP Kamojang sendiri.


2. Bagi Institut

kerja

praktek

a) Perlu adanya forum komunikasi timbal-balik antara


institut dan perusahaan tempat kerja sehingga dapat
berjalan kerjasama yang saling menguntungkan.
b) Perlu adanya dosen pembimbing dari institut yang
siap membimbing peserta kerja praktek sehingga
peserta kerja praktek memperoleh pengetahuan dari
dua arah, dari pihak institut dan dari tempat kerja
praktek itu sendiri.
c) Mempermudah permohonan kerja praktek.
d) Membuat kurikulum kerja praktek sehingga dalam
pelaksanaan kerja praktek dapat berjalan dengan
efektif

sehingga

pada

akhirnya

akan

memberi

manfaat bagi kedua belah pihak, baik untuk peserta


kerja praktek maupun untuk perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Instructions : Turbine Supervisory Instrument : Turbine Speed
Monitor,Mitsubishi Electric Corporation
Instruction Manual : VM-5 Series Monitor Model VM-5s Dual
Tachometer,Shinkawa Sensor Technology, Inc.
Overspeed Turbine Control System, Dedih, Teknik Elektro SMKN
4 Bandung, 2006
Voltage Balanced Relay, Farid Baskoro, Teknik Elektro ITB, 2006
Elektronika Industri, SMKN 1 Ketapang, 2002
Analisis Steam Condensate, Fachrul Mucharom, Teknik Kimia
UGM, 2008

Anda mungkin juga menyukai