Anda di halaman 1dari 16

STANDARISASI

dan MARKER OBAT BAHAN ALAM


Disusun oleh :
Adi Sutrisno
Armet Kosaputra
Reni Fazriyani

Latar belakang
Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan
obat yang telah diteliti oleh para ahli yang mana
sampai sekarang tercantum pada buku-buku
maupun artikel obat tradisional. Tumbuhan obat
atau yang biasa dikenal dengan obat herbal
adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional
, fitofarmaka dan farmasetika, dapat berupa
simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan)
ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni
berasal dari alam, yang dimaksud dengan obat
alami adalah obat asal tanaman.

Karena begitu banyak tanaman di


indonesia, sangat penting untuk
mengetahui standar mutu dari
berbagai macam tumbuhan
tumbuhan tersebut.

3 konsep dalam penyusunan


parameter standarisasi mutu
1. parameter mutu umum suatu bahan (material),
yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta
aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi).
2. Simplisia memiliki tiga paradigma seperti produk
kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy
(mutu-aman-manfaat).
3. simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia
yang bertanggung jawab terhadap respons biologis
untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi
komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan

Adapun standarisasi dan evaluasi


kualitas obat bahan herbal, meliputi :
Organoleptik
Botanical (miroskopik & makroskopik)
Fisika
Kimia
Biologi (cemaran mikroba, toxikologi,
farmakologi)

organoleptik
Bentuk
: Padat, serbuk, kering,
kental, cair
Warna : Warna dari ciri luar , dan
warna bagian dalam
Bau : Aromatik, tidak berbau dan
lain-lain
Rasa
: Pahit, manis, khelat dan
lain-lain

Botanical (Uji Makroskopik dan Uji


Mikroskopik)
Uji makroskopik dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat
Uji mikroskopik dilakukan dengan
menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan
keperluan.

fisika
Penetapan Kadar Air
Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan
obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan
mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat
mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional.
Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia
sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang
menyangkut persyaratan dari suatu simplisia.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui
batasan maksimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan.

Penetapan kadar air dapat


dilakukan dengan 3 cara :
1. Metode Titrimetri
2. Metode Titrimetri
3. Metode Gravimetri.

Penetapan Susut Pengeringan ( MMI )


Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu
zat. kecuali dinyatakan lain , suhu penetapan adalah 105C
Penetapan Kadar Abu (MMI)
Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa
yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran.
netapan adalah 105C
Penetapan Kadar Abu yang tidak larut Asam (MMI)
Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal
dari pasir atau tanah silikat.
Penetapan Kadar Sari yang larut dalam air (MMI)
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah
senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia.
Penetapan Kadar Sari yang larut dalam etanol (MMI)
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah
senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu
simplisia.

kimia
Parameter ini digunakan untuk
mengetahui identitas kimia dari
simplisia. Uji kandungan kimia
simplisia digunakan untuk
menetapkan kandungan senyawa
tertentu dari simplisia. Biasanya
dilakukan dengan analisa
kromatografi lapis tipis (KLT).

Identifikasi kimia terhadap senyawa tersari :


Kandungan kimia simplisia nabati pada
umumnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut : minyak atsiri, karotenoid, steroid,
triterpenoid, alkaloid, asam lemak, senyawa
fenolik ( fenol-fenol asam fenolat, fenil
propanolol, flavonoid, antrakuinon,
antosianin, xanton) asam organik, glikosida,
saponin, tanin, karbohidrat dan lain-lain.

Biologi (cemaran mikroba,


toxikologi, farmakologi)
Uji Cemaran Mikroba
Antara lain :
Uji Aflatoksin
Uji Angka Kapang

Uji Toxikologi
Uji toksikologi umum adalah berbagai
uji yang dirancang untuk
mengevaluasi efek umum suatu
senyawa secara keseluruhan pada
hewan uji, meliputi :
1. Uji Toksisitas Akut
2. Uji Toksisitas Sub-kronik (Jangka
Pendek)
3. Uji Toksisitas Kronik (Jangka

Uji Farmakologi
Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan
uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh informasi
tentang efikasi (efek farmakologi) dan profil
farmakokinetik (meliputi absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi obat) calon obat. Hewan
yang baku digunakan adalah galur tertentu dari
mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau
beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan
ini sangat berjasa bagi pengembangan obat.
Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan
apakah dapat diteruskan dengan uji pada manusia

Anda mungkin juga menyukai