Buku Ajar Aplikasi Kepelatihan
Buku Ajar Aplikasi Kepelatihan
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan penambapakan aktivitas fisik (jasmani) yang melibatkan
proses internal diri sebagai individu manusia. Dimaksudkan dengan internal diri
disini adalah keterlibatan rohani sebagai suatu kesatuan dari manusia yang terdiri dari
jasmani dan rohani.jadi, pada dasarnya aktifitas olahraga adalah aktivitas jasmani dan
rohani. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa olahraga merupakan aktivitas
dalam upaya membentuk dan mengembangkan raga (jasmani-rohani) menuju
optimalisasi potensi diri.
Manusia ditinjau dari aspek jasmani terdiri dari anggota tubuh dan organorgan (fisiologi).sedangkan dari aspek rohani menyangkut piker dan mental
kejiawaan (psikologi-kerohanian). Pemahaman tentang konsep manusia ini akan
menjadi landasan dalam melakukan aktivitas olahraga, baik yang bertujuan untuk
kebugaran jasmani terlebih lagi untuk tujuan olahraga prestasi.olaeh karena itu,
berbagai kajian seputar manusia akan melandasi pembahasan dan pengkajian secara
ilmiah tentang keolahragaan.misalnya, seperti dikemukanan oleh Pate dkk (1984)
bahwa terdapat 3 disiplin keilmuan yang mendasai pelatihan olahraga yaitu (1)
psikologi olahraga (2) biomekanika(3) fisologi Olahraga. Selanjutnya, diuraikan
Bompa (1990) bahwa ilmu yang mendukung teori dan metode pelatihan olahraga
adalah (1) anatomi (2) fisiologi (3) biomekanika (4) statistic (5) tes dan pengukuran
(6) Kedokteran olahraga (7) psikologi (8) belajra Gerak (9) pedagogi (10) Nutrisi (11)
sejarah (12) sosiologi.
Optimalisais potensi diri yang paling utama dalam beolahraga adalah untuk
memperoleh derajat kesehatan yang baik-baiknya yang seimbang antara jasmani dan
rohani. Berlandandaskan sehat ini akan lebih mudah mengembangkan minat dan
bakat olahraga kearah prestasi yang tinggi. Makin tinggi tuntutan prestasi maka
makin tinggi pula tuntutan sehat, karena tidak mungkin berprestasi tanpa kesehatan
yang prima. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa prestasi olahraga merupakan
produk berikutnya dari sehat dalam upaya optimalisasi potensi diri manusia.melalui
pemahaman ini dapat dikatakan bahwa aktivitas olahraga merupakan kegiatan yang
dapat membentuk watak atau kepribadian bangsa.
Olahraga dalam mengoptimalkan potensi jasmani
Potensi jasmani dimaksud dalam tulisan ini adalah menyangkut pertumbuhan
dan perkembangan kemampuan jasmani sesuai dengan fungsi alamiahnya, yakni
ditinjau dari aspek jasmani itu sendiri baik struktur tubuh dan geraknya maupun
fungsi oragannya (anatomi-biomekanika-fisiologi). Tumbuh dan kembang harus
seimbang dan selaras untuk mendapatkan jasmani yang baik. Pertumbuhan lebih
dititikberatkan pada fungsi gerak dan struktur dan organ tubuh yang semakin baik dan
matang. Oleh karena itu, pertumbuhan terjadi terutama tergantung pada hormone
pertumbuhan yakni sampai fase remaja (struktur) sedang perkembangan terus sampai
dewasa (kematangan struktur dan fungsi organ tubuh).
Potensi jasmani dimaksudkan dalam kaitannya dengan olahraga adalah
optimalnya kerja struktur (anggota (tubuh) dan fungsi organ tubuh. Semua anggota
tubuh berkemampuan melakukan gerakan secara optimal sesuai dengan kemungkinan
geraknya (pronsip anatomi-biomekanika). Untuk mencapai semua itu, maka gerak
dasar tubuh harus dilakukan sejak dini secara terus menerus dengan baik dan benar.
Menurut penulis inilah hakekat dari multilateral sebagai fundasinya pembinaan
olahraga prestasi yang dalam program jangka panjang memerlukan waktu pembinaan
sampai 4 tahun sebelum mamasuki tahapan pembinaan (3 tahun) dan pemantapan
prestasi (3 tahun) sampai pada prestasi puncak (usia emas).
Sedemikian besarnya peran multilateral dalam pembinaan olahraga prestasi
namun implementasinya dilapangan justru belum dipahami secara benar sehingga
terkesan diabaikan. Kepelatihan terlalu cepat memasuki tahapan pembinaan
spesialisasi cabang olahraga sementara fundasinya belum terbentuk dengan baik dan
benar. Akibatnya, dasar gerak dan gerak dasar cabang olahraga belum dikuasai secara
benar sehingga prrestasi sulit ditingkatkan.ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkan tahapan pembinaan multilateral tidak dilaksanakan secara benar, yaitu
antara lain kurangnnya pengetahuan secara teori maupun praktik tentang multilateral
dan perannya dalam olahraga prestasi dan sikap tidak sabaran akan cepat
menghasilkan prestasi, dua hal ini nampaknya punya andil besar dalam kemajuan
olahraga prestasi di Indonesia dalam implementasi kepelatihan dilapangan karena
menyangkut fundasi prestasi.
Multilateral pada hakekatnya adalah gerak dasar tubuh yang merupakan dasar
gerakn dari cabang olahrga dan olehkarena itu, maka multilateral harus dilakukan
sedini mungkin (sejak usia dini) dan bahkan tetap masih dilakukan meskipun atlet
sudah berada pada tahapan puncak prestasi.
80
20
Umur
24
22
20
18
16
14
12
10
40
50
Kinerja puncak
Pelatihan
Spesialisasi
Pengembangan
multilatera
tentang ketuhanan. Rohani (roh) identik dengan kehidupan. Oleh karena roh itulah
manusia (jasmani) hidup. Dengan hidup itulah manusia berolahrga. Apakah sebenarnya
roh itu ?
Roh adalah suatu ynag diyakini berasal langsung dari Allah Yang Maha Kuasa, Sang
pencipta alam semesta termasuk di dalamnya tentang penciptaan manusia. Sebagaimana
telah difirmankan-Nya bahwa Tidak akan Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melaikan
untuk taat beribadah dan mengabdi hanya kepada Allah. Oleh karena itu, seharusnya
tugas pertama dan utama seorang manusia adalah mengabdi kepada Allah yang telah
menciptakan dirinya sehingga ada dipermukaan bumi ini. Jadi, potensi kerohaniaan
merupakan aktivitas manusia dalam mendekatkan dirinya dengan sang pencipta, Allah
Subhanahuwataala.
Terlihat dengan sangat jelas bahwa manusia berolahraga adalah untuk mendapatkan
jasmani yang berfungsi secara sempurna sesuai denga kodratnya yakni seluruh anggota
tubuhnya mampu bergerak dan difungsikan secara optimal. Inilah fungsinya berlatih agar
potensi tubuh dapat terus ditingkatkan dan diperbaiki sehingga mencapai kemampuan
gerak dan kerja tubuh yang optimal Aktivitas jasmani ini merupakan sarana
penghambaan diri kepada Allah karena keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah
dengan kekuatan dan kekuasaan Allah yang telah menciptakan roh manusia. Pemahaman
dan kesadaran akan kemampuan melakukan aktivitas adalah dari kekuatan dan kekuasaan
Allah muncil apabila manusia tidak sombong dengan dirinya sendiri dan bisa merasakan
adanya roh dalam kemanusiaannya.
Manusia dengan seluruh anggota tubuhnya bergerak dan berfunggsi karena hidup.
Manusia hidup karena adanya roh dari Allah. Jadi pada dasarnya manusia itu sangat
dekatt dengan Allah bahka telah difirmankan-Nya kalau Allah itu lebih dekat dengan
manusia dari pada urat nadinya sendiri. Kesadaran dan merasakan akan hal ini
merupakan bimbingan dan kendali diri manusia dalam beraktivitas sehingga secara alami
baik jasmani maupun rohani akan selalu dalam balutan kekuatan dan kekuasaan Allah.
Mungkinkah orang yang takluk dalam kekuasaan Allah akan berbuat yang tidak baik
apalagi yang dilarang agama Allah ? Adakah orang seperti itu ynag akan berbuat
kerusakan dimuka bumi ini ?
Jadi, berolahraga tidak hanya terbatas pada aktivitas untuk berprestasi saja, tetapi lebih
dari itu bahwa berolahraga adalah untuk sehat jasmani dan rohani sebagai sarana
membenuk manusia yang berkepribadian dan berwatak atau berkarakter baik
berlandaskan pemahaman keagamaan yang benar untuk menciptakan kesejahteraan dunia
dan kahirat. Dengan demikian, olehra maupun membangkitkan dan mengarahkan potensi
jasmani dan rohani manusia secara optimal dengan baik dan benar dalam upaya
mengabdikan diri hanya Sang Pencipta Allah SWT.
BAB II
TEORI KEPELATIHAN OLAHRAGA
Sasaran
Bab ini menguraikan tentang sistem pelatihan olaahraga meliputi hakikat pelatihan,
prinsip-prinsip pelatiha, pelatih, dan atlit. Oleh akrena itu, selesai mempelajari bab ini
mahasiswa diharapkan memahami tentang teori kepelatihan danmelaksanakan praktik
kerja lapangan untuk melakukan observasi terhadap kerja pelatih pada klub olahraga
yang ada didaerah kabupaten/kota.
1.
Menurut Pyke dan Woodman (1991) ada 5 prinsip dasar dalam pelatihan
olahrga, yaitu :
Prinsip beban lebih
Sebelum terjadi peningkatan kesegaran, maka beban pelatihan harus
diberikan melebihi beban sehari-hari yang dapat diatasi. Atltit harus diberikan
rangsangan pelatihan yang dapat menyebabkan kelelahan, tetapi tubuh masih
dapat mengatasinya. Selanjutnya, proses pelatihan elibatkan adaptasi terhadap dari
kapasitas ini diulang-ulang serta bebannya ditingkatkan secara prograsif sehingga
atlit menjadi terbiasa. Yang menjadi masalah adalah bagaimana menentukan
jumlah beban lebih yang benar untuk diterapkan sebagai rangsangan pelatihan.
Untuk itu harus diperhatikan:
- Kelelahan yang kronik tidak akan dapat memperbaiki kinerja, karenayan
diperlukan hari pelatihan berat ynag diselingi dengan perlatihan ringan
- Standar tingkat kebugaran yang harus dicapai
- Kapasitas kebugaran yang dikembangkan harus digunakan dalam olahraga
yang dilakukan.
Pola respon dari efek kelelahan diuraikan dalam General Adaptation
Syndrome (GAS) GAS menggambarkan keseluruhan respon tubuh terhadap setiap
tipe implikasi dari prinsip beban lebih yang diterapkan terhadap tahanan
dihubungkan dengan pengulangan pelatihan adalah
- Pelatihan harus dilakukan perlahan dan ditingkatkan secara bertahap
- Stress pelatihan harus berirama, yaitu adanya eriode pelatihan berat dan ringan
- Hindari pencapaian tingkat pelatihan yang sangat melelahkan
- Stress pelatihan (volome dan intensitas) harus dinaikan dalam siklus mikro
- 24-48 jam untuk pulih asal harus diberikan antara pelatihan berat
- Pelatih harus menyadari adanya efek stress emosi, keadaan gizi, kurang tidur dan
keadaan iklim bila ingin mengmbengkan rencana pelatihan
3. Pelatih
Tugas utama seorang pelatih adalah membantu atlet dalam proses mencapai
kinerja tertinggi (juara). Pengertian membantu disini mulai pembibitan, pemanduan
bakat dan pembinaan sampai mencapai kinerja tertinggi (=suatu proses). Mencermati
tugas demikian, maka seorang pelatih harus memahami dan menguasai ilmu
kepelatihan dan seni melatih. Karena itu, pelatih hendaknya dipandang terkala
berhasil membawa atlet menjadi juara tapi dibenci dan dicemoh manakala gagal.
Gaya pelatih
Ada berapa gaya kepelatihan yang sering muncul dalam proses perlatihan
yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Authuritarian coach
- Komando
- Keras, disiplin
- Sering memberi hukuman
- Sprint tim yang baik jika menang dan disensi jika kalah
- Memiliki kepribadian untuk mengatasi hambatan
Business-like coach
- Tidak beroreintasi pada atlet
- Oreintasi pada tugas
- Setiap tugasdikerjakan sungguh
Nice Guy Coach
Atlet sering mengambil keuntungan dari sikap pelatih yang akrab, mudah
bekerja sama
Atlet harus bisa disiplin diri sendiri
Easy going coach
- Kasual atau submisif
- Memberikan impresi tidak begitu serius
Gaya kepelatihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, biasanya pelatih yang baik tidak hanya menggunakan
satu gaya kepelatihan saja melainkan berbagai gaya yang disesuaikan untuk
mencapai tujuan.
Keterampilan pelatih
Seorang pelatih harus memiliki beberapa keterampilan dasar agar nanti bisa
berfungsi secara efektif yaitu pengetahuan olahraga dan pemahaman tentang
berbagai teknik kepelatihan.
Organisasi
Ini didasarkan pada pengetahuan dan perencanaan. Pengetahuan didasarkan
pada pengalaman, penelitian, dan kursus-kursus khusus olahraga
Observasi
Program pelatihan harus memuat banyak waktu untuk dapat diobservasi. Ini
meberikan informasi pada pelatih sebagai dasar perubahan terhadap program dan
Komp. Nasional
Dasar kinerja
Rekreasi/mayoritas
Dikutip dari Bompa, 1990:11
Tujuan
Pencapaian kinerja
tertinggi dan rekor
Memperhatikan dan
menigkatkan tingkat
yang lebih tinggi
Pengembangan
keterampilan dan
biomotor (gembira)
Olahraga masyarakat
Kinerja atlit
Ilmu-ilmu
penunjang
Pengetahuan dan
Pribadian pelatih
Kuliatas pelatihan
Fasilitas dan
peralatan
Keturunan
kompetisis
Kemampuan atlit
Motovasi
Untuk mencapai kualitas pelatihan yang tinggi diperlukan berbagai factor, yakni
atlit yang bebakat dan memiliki motivasi yang tinggi, pelatih yang memiliki pengetahuan
dan berdedikasi dengan pribadi yang baik, fasilitas dan peralatan yang memadai serta
adanya kompetensi yang teratur. Kualitas pelatihan ini dapat dilihat pada gambar di atas
Tolak ukur kualitas pelatihan adalah kinerja tertinggi (juara ?) yang dalam proses
pelatihannya dipengaruhi oelh banyak factor. Makin baik dan berkualitas factor-faktor
yang mempengaruhi proses pelatihan akan semakin cepat mendekati pencapaian kinerja
tertinggi.
2. Factor pelatihan olahraga
Factor pelatihan olahraga terdiri dari fisik, teknik, taktik, mental dan teori yang
dipadukan dalam program dalam program pelatihan olahraga factor pelatihan
merupakan bagianintrinsik dari program pelatihan tanoa memandang usia atlit,
potensi individu maupun tingkat persiapan atau fase pelatihan. Seluruhnya
merupakan satu kesatuan meskipun disajikan dalam bentuk yang terpisah.
Sebagaimana dituangkan dalam gambar 1 bahwa persiapan fisik dan teknik
menggambarkan dasar kinerja yang akan dibangun. Bila atlet sudah meraih teknik
ynag baik berikutnya dititikberatkan pada mental.
2.1 Persiapan fisik
Persiapan fisik merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting
untuk mencpaai kinerja yang tertinggi. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan potensi fungsional atlet dan pengembangan kemapuan dalam
upaya standar kinerja yang lebih tinggi. Persiapan fisik dapat dibagi dalam 2
kegiatan yangkni persiapan fisik umum dan persiapan fisik khusus.
MENTAL
TAK T I K
TEKNIK
FISIK
2.2 Pelatihan teknik
Teknik yang baik sama dengan efesisensi yang tinggi. Teknik merupakan pola
geraka khusus pelatihan fisik. Oleh karena itu, pengembangan pelatihan
teknik sangattergantungn pada kemampuan fisik. Teknik yang baik akan
menghemat penggunaan energi. Perlatihan teknik sangat berkait erat dengan
biomekanika
3. Komponen pelatihan olahraga
Berat-ringannya perlatihan ditentukan oleh komponen perlatihan. Komponen
perlatihan terdiri dari (1) volume (2) intensitas (3) kepadatan (4) kompleksitas.
3.1 Volome perlatihan
Volume perlatihan menunjukan adanya kuantitas perlatihan, baik mengenai
waktu, jarak maupun beban perlatihan. Volume sebagai unsur yang penting
dalam proses perlatihan merupakan cikal bakal yang menghasilkan intensitas.
Tinggi rendahnya intensitas ditentukan oleh berat ringannya volume
perlatihan. Volume perlatihan untuk olahraga yang menekankan waktu adalah
banyaknya waktu yang digunakan dalam perlatihan. Volume perlatihan untuk
olahraga yang menekankan jarak adalah jauhnya jarak yang dapat ditempuh
atlet. Misalnya, berapa lama atlet harus menyelesaikan tugasnya, berapa
banayak jumlah beban yang harus diangkat, atau berapa jauh jarak yang harus
ditempuh atlet selama proses perlatihan.
Akhir-akhir ini, perhitungan untuk menentukan volume tidak terbatas pada
proses perlatihan (volume mutlak), tetapi juga diperhiutngkan sampai pada
tahapan perlatihan (volume nisbi) yakni seberapa volume perlatihan untuk
tiap siklus harian, siklus mikro, siklus makro, dan sampai pada volume
tahunan. Misalnya, atlet didaerah hanya berlatih 3 kali perminggu, maka
untuk atlet tingkat nasional tidak cukup hanya 3 kali perminggu mungkin
sampai 6 kali perminggu mungkin sampai 6 kali perminggu bahkan untuk
meningkatkan prestasi sampai tingkat internasional mungkin berlatihnya
sampai 12 kali perminggunya. Demikian juga misalnya, dengan jumlah beban
yang harus ditingkatkan atlet dalam setahun atau jumlah jam perlatihan. Jadi,
semakin tinggi prestasi atlet semakin besar atau banyak jumlah volume
perlatihan yang harus diselesaikannya.
Volume pelatihan dalam setiap perlatihan tidaklah sama, semakin lama
volume perlatihan harus dinaikan secara perlahan-lahan. Kenaikan volume ini
harus mengikuti kaidah penyesuaian. Bila dengan volume tertentu atlet sudah
dapat menjadi rumpil jika kondisi atlet belum siap untuk menerima jenis
gerak yang diberikan. Hal seperti ini yang paling banyak terjadi pada atlet
pemula yang ditangani. Oleh pelatih tingakat dasar. Mengapa hal ini sering
terjadi ? salah satu jawabannya adalah pelatihan dan perlatihan yang belum
berprogram.
4. Susunan perlatihan olahraga
Perlatihan merupakan proses yang paling menetukan dalam upaya encapai
prestasi olahraga tertinggi. Kita banyak mendengar bahwa para juara dunia dalam
olahraga mejalani proses perlatihan yang cukup lama, ada yang sampai sepuluh
tahun. Kita juga mengetahui banyak atlet yang sudah berlatih smapai sepuluh
tahun tapi belum juga menjad juara. Pdahal keduanya, baik atlet luar negeri yang
menjadi juara maupun atlet kita yang belum menjadi juara sama-sama mulai
berlatih sejak dini. Contoh lain misalnya, berapa banyak atlet yang dikirim keluar
negeri untuk dilatih oleh pelatih asing. Namun, berapa banyak atlet kita yang
dikirim keluar negeri untuk dilatih oleh pelatih asing. Namun, berapa banyak
yang membanggakan dan mengharumkan bangsa Indonesia didunia olahraga.
Kebersihan pelatihan olahraga bergantung pada banyak hal, antara lain adalah
kualitas pelatih, kualitas atlet, sarana dan prsarana pelatihan, dan dana. Pelatih
sebagai seorang dewasa yang matang hendaknya dapat membantu atletnya
mencapai kinerja tertinggi. Untuk itu diperlukan pelatih yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap kepemimpinan yang baik. Baik disini berarti
membimbing atau medorong atletnya menjadi juara.juara dalam hal ini berada
dalam tanda petik karena terdapat berbagai tingkatan, misalnya tingkat kabupaten,
propinsi, nasional, atau Internasional. Juara yang dihasilkan dari tingkat
kabupaten, maka standar kemampuan pelatih pun cukup sampai tingkat kabupaten
saja. Artinya, pelatih tidak akan mampu lagi melatih atletnya menjadi juara dunia,
maka standar kemampuan pelatih harus setingkat pelatih bertaraf internasional.
Dengn demikian, barulah prestasi olahraga Indonesia dapat mendunia. Perlatihan
sebagai proses yang menunjukkan kemampuan pelatih dilapangan, memerlukan
kiat tersendiri dari setiap pelatih. Meskipun demikian, ada kaidah yang harus
ditaati oleh setiap pelatih dalam menyusun perlatihan. Susunan perlatihan
sebagaimana disarankan Bompa (1990) berbeda perlatihannyauntuk atlet pemula
dan atlet lanjutan. Untuk atlet pemula susunan perlatihan terdiri dari (1)
pendahuluan (2) pemanasan (3) bagian utama yang lazim disebut perlatihan inti
(4) pendinginan. Sedang untuk atlet lanjutan (1) pendahuluan dan pemanasan (2)
perlatihan inti (3) pendinginan. Pada prisnsipnya, kedua susunan perlatihan itu
tidak berbeda. Untuk atlet pemula dimulai dengan pendahuluan yang masudnya
adalah memberi penjelasan agar atlet memahami dan mengerti betul tujuan yang
ingin dicapai selama proses perlatihan. Sedang untuk atlet lanjutan hal tersebut
sudah dipahami, disadari dan dihayati dengan baik. Oleh karena itu, pada atlet
lanjutan, pendahuluan dapat langusng digabung dengan pemanasan. Contoh
susunan perlatihan untuk perlatihan selama 120 menit adalah
- Pendahuluan
: 5 menit
- Pendahuluan & pemanasan : 25-30 menit
- Pemanasan
: 30 menit - Perlatihan inti
: 85-75 menit
- Perlatihan inti : 75 menit - Pendinginan
: 10 menit
- Pendinginan
: 10 menit
Total
: 120 menit
Total
: 120 menit
4.1 Pendahuluan
Waktu untuk kegiatan pendahuluan keurang lebih lima menit. Kegiatan yang
dilakukan berupa penjelasan dari pelatih kepada atlet tentang tujuan yang
hendak dicapai dalam proses perlatihan dan cara mencapai tujuan tersebut.
Pada kesempatan itu harus berusaha membangkitkan atau meningkatkan
motivasi atlet dalam mencapai tujuan dimaksud.
Hal juga penting dalam pendahuluan adalah meyakinkan atlet bahwa pelatih
memiliki kemampuan untuk membantu atlet dalam proses perlatihan.
Caranya bukanlah hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan sikap,
perbuatan, keterampilan dan kepemimpinannya. Terhadap atlet pemula, sosok
pelatih merupakan idola dan panutan. Sedang pada atlet lanjutan, kemampuan
menganalisis proses dan hasil perlatihan akan sangat membantu meyakinkan
atlet akan kepiawaian si pelatih.
4.2 Pemanasan
Tujuan utama pemanasan adalah menghindari kemungkinan terjadinya
cedera. Kegiatan pemanasan menurut Fok (1980) terdiri dari (1) peregangan
(2) kalistenik (3) aktivitas formal. Pemanasan ini oleh Bompa (1990)
dibaginya dalam 2 golongan, yaitu pemanasan umum dan pemanasan khusus.
Ditinjau dari kegiatan dan tujuan pemanasan, peregangan dan kalistenik
termasuk ke dalam pemanasan umum, sedang aktivitas formal termasuk ke
dalam pemanasan khusus. Pemanasan dimulai dengan gerak tubuh
berintensitas rendah yang ditingkatkan secara perlahan-lahan. Peningkatan
intensitas secara bertahap ini akan mempercepat dan memperlancar proses
metabolism tubuh. Lancarnya metabolism tubuh akan meningkatkan aliran
darah ke otot-otot yang sedang aktif bekerja, meningkatkan suhu tubuh dan
merangsang pusat pernapasan. Kesemuanya akan meningkatkan potensi kerja
tubuh. Peningkatan potensi kerja tubuh ini menajadikan tubuh dapat bersesuai
dengan bahan yang bakal diterima sebagai akibat dari peningkatan intensitas
kerja secara bertahap tadi. Dengan demikian, kinerja akan lebih efektif dan
tubuh dapat terhindar (mengurangi) resiko cedera.
Contoh pemanasan umum (peregangan dankalistenik) diantaranya melakukan
gerakan peregangan pasif, yakni meentangkan kedua lengan sejajar bahu
yang dipertahankan selama dua puluh detik. Peregangan pasif ini lebih
banyak ditunjukkan pada persnedian dan otot. Selanjutnya dilakukan yang
dinamis seperti loncat buka tutup kaki sambil bertepuk tangan di atas kepala.
Otot dan sendi yang hendaknya yang akan banyak dipakai dalam materi
perlatihan inti. Pemanasan khusus ( aktivitas formal) dimaksudkan untuk
mempersiapkan tubuh menghadapi pelatihan inti, oleh karena itu gerakan
yang dilakukan sedapat mungkin mendekati dalam perlatihan inti. Misalnya,
andaikan pelatihan inti adalah tendangan, maka gerak formal sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan target (sasaran tendangan). Tujuan utama
damal pemanasan khusus ini adalah menyiapkan kondisi atlet (otot syaraf)
untuk jenis kerja utama yang dilakukan Selma perlatihan inti.