Panduan Geoteknik 3 PDF
Panduan Geoteknik 3 PDF
Panduan Geoteknik 3
Penyelidikan Tanah Lunak
Pengujian Laboratorium
Latar Belakang
Dari pertengahan tahun 1980-an hingga 1997 perekonomian Indonesia mengalami
tingkat pertumbuhan lebih dari 6% per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan seperti ini,
dibutuhkan akan adanya pengembangan sistem transportasi yang andal yang berbasis
pada transportasi darat, utamanya jalan raya. Banyak daerah yang lebih mudah
dijangkau yang umumnya merupakan kawasan perkebunan dan industri, terletak pada
dataran rendah dimana dijumpai tanah lunak, sehingga kebutuhan akan
pengembangan suatu metode kons truksi yang andal membutuhkan pengembangan
suatu teknik desain dan konstruksi yang baru. Tanah lunak ini diperkirakan meliputi
sekitar 20 juta hektar atau sekitar 10 persen dari luas total daratan Indonesia dan
ditemukan terutama di daerah sekitar pantai.
Pelapukan tanah yang terjadi pada kondisi tropis berbeda dengan yang terjadi pada
daerah dengan iklim sedang, sehingga masing-masing tipe tanah dengan karakteristik
yang berbeda tersebut membutuhkan penanganan yang berbeda pula dalam
mengatasi permasalahan konstruksi. Penerapan berbagai metode penanggulangan
yang telah dikembangkan untuk daerah dengan iklim sedang tidak akan selalu cocok
untuk diterapkan pada tanah beriklim tropis. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu
evaluasi terhadap teknologi yang telah dikembangkan untuk daerah dengan iklim
sedang tersebut sebelum diterapkan di Indonesia dan untuk itu dikembangkan suatu
teknologi yang lebih cocok melalui upaya-upaya penelitian setempat.
Panduan Geoteknik yang dibuat pada proyek Indonesian Geotechnical Materials and
Construction (IGMC) ini dirancang sebagai sebuah studi terhadap tanah lunak dan
tanah lapukan tropis Indonesia yang diharapkan dapat menghasilkan panduan
geoteknik dan kontruksi yang cocok untuk kondisi di Indonesia. Diharapkan pula,
dengan pengembangan sumber daya manusia dan peralatan yang tepat, dapat
meningkatkan kemampuan penelitian dalam bidang geoteknik di Pusat Litbang
Prasarana Transportasi. Proyek ini merupakan bagian dari kerangka penelitian
pembangunan jalan di atas tanah lunak yang dimulai sejak permulaan tahun 1990.
Tujuan
Penerapan langsung mekanika tanah dan batuan klasik yang dikembangkan di
daerah beriklim sedang akan tidak serta merta cocok untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di daerah tropis. Sifat-sifat alami dari m aterial bumi daerah
tropis memerlukan pengujian dan analisis yang berbeda dengan material di daerah
beriklim sedang. Prinsip yang sama berlaku untuk teknik desain dan konstruksi. Oleh
karenanya dibutuhkan fasilitas penelitian yang khusus untuk melakukan penyelidikan,
bila praktek-praktek desain dan konstruksi yang ada ingin ditingkatkan agar jalan yang
dibangun di atas tanah lunak dapat memberikan tingkat paelayanan yang disyaratkan.
Melanjutkan Tahap 1 dari proyek yang dilaksanakan pada tahun 1997-8, Tahap 2
mendapat tugas untuk mempersiapkan edisi pertama dari seri Panduan Geoteknik ini,
yang berhubungan dengan tanah lunak.
Disadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dan dicapai mengenai tanah
lunak Indonesia untuk dapat menghasilkan suatu des ain pembangunan jalan yang
lebih ekonomis. Oleh karenanya diharapkan berdasarkan pengalaman selama
penggunaan edisi pertama Panduan Geoteknik ini, akan diperoleh suatu umpan balik
yang berharga untuk meningkatkan dan memperluas panduan ini di masa mendatang.
Program kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Litbang Prasarana Transportasi
bersama Tim Konsultan. Proyek ini seluruhnya didanai oleh pinjaman Pemerintah
Indonesia dari International Bank for Reconstruction and Development, Highway
Sector Investment Programme 2 , Loan Number 3712-IND.
Panduan Geoteknik 3
Penyelidikan Tanah Lunak
Pengujian Laboratorium
Edisi Pertama Bahasa Indonesia Nopember 2001
WSP International
Kerja sama dengan
PT Virama Karya
PT Trikarla Cipta
Pengantar
Tanah lunak yang dimaksudkan dalam Panduan Geoteknik ini meliputi lempung
inorganik (lempung bukan organik), lempung organik dan gambut.
Tanah ini terdapat pada area lebih dari 20 juta hektar, lebih dari 10 % dari tanah
daratan Indonesia.
Pada masa lalu, banyak proyek mengalami penundaan atau keterlambatan,
memerlukan tambahan biaya yang beasar, membutuhkan biaya perawatan dan
pemeliharaan yang lebih tinggi atau malahan mengalami kegagalan total, yang
diakibatkan oleh adanya tanah lunak ini.
bangunan sipil tipe lainpun akan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat
dalam menghadapi permasalahan yang serupa.
Skala Mutu
Panduan ini mengasumsikan bahwa pada setiap pelaksanaan proyek jalan, seorang
(Engineer) Perekayasa yang selanjutnya disebut Perekayasa Geoteknik yang
Ditunjuk (PGD) akan ditunjuk untuk bertanggung jawab terhadap seluruh
pekerjaan geoteknik mulai dari tahapan penyelidikan, desain dan pelaksanaan
konstruksi. Petunjuk ini dilakukan Ketua Tim (Team Leader), Ketua Tim Desain
atau seseorang yang secara keseluruhan bertanggungjawab atas perkembangan
teknik dari proyek. Pemimpin proyek mempunyai tanggung jawab menyakinkan
PGD ada di pos selama proyek berlangsung.
Panduan ini menggambarkan bagaimana seorang PGD yang telah ditunjuk tersebut
harus mencatat dan menandatangani setiap tahapan pekerjaan. Jika PGD tersebut
suatu saat diganti, maka prosedur-prosedur yang telah ditetapkan tersebut harus
diadopsi di dalam klausal serahterima, yang mana PGD-Baru tersebut akan
melanjutkannya dengan tanggung jawab sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam
Panduan Geoteknik 4.
Latar belakang dan pengalaman dari PGD tersebut akan bervariasi berdasarkan
kuantitas dan kompleksitas dari proyek yang bersangkutan. Untuk Jalan
Kabupaten, Perekayasa yang ditunjuk harus memiliki kemampuan/latarbelakang
keteknikan dasar yang cukup serta pengetahuan lokal yang memadai. Sedangkan
untuk skala proyek yang lebih besar, Perekayasa dengan latar belakang khusus
kegeoteknikan, umumnya menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.
Untuk skala proyek Jalan Nasional, dimana permasalahan-permasalahan tanah
lunak cukup banyak ditemui, PGD harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
kegeoteknikan yang luas. Bila dipandang perlu ia dapat di dukung oleh ahli
geoteknik; walaupun demikian, PGD tersebut tetap bertanggungjawab secara
keseluruhan dari skala Mutu, sebagaimana telah dijelaskan dalam Panduan ini.
Daftar Isi
1
Pendahuluan...................................................................................3
Akreditasi Laboratorium di Indonesia ..............................................4
Pesyaratan Umum untuk Laboratorium Pengujian Tanah...................6
Evaluasi Kemampuan Laboratorium Menurut ASTM D3740-92........8
2.4.1 Organisasi dari Laboratorium ..............................................8
2.4.2 Sumber Daya Manusia dari Laboratorium ............................8
2.4.3 Kualifikasi Personil ............................................................9
2.4.4 Verifikasi terhadap Kemampuan..........................................9
2.4.5 Persyaratan pengujian .........................................................9
2.4.6 Persyaratan Tambahan untuk Peralatan Pengujian.................9
2.4.7 Persyaratan Sistem Mutu................................................... 10
2.4.8 Persyaratan Pencatatan dan Pelaporan................................ 11
2.5 Kriteria untuk Mengevaluasi Laboratorium .................................... 11
2.5.1 Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal
dari Evaluasi Laboratorium ............................................... 12
2.5.2 Pemeriksaan Fasilitas Laboratorium oleh Insinyur
Geoteknik yand Ditunjuk .................................................. 12
2.6 Pemeringkatan Kemampuan Pengujian Laboratorium ..................... 16
2.7 Kontrol Mutu ............................................................................... 20
2.7.1 Urutan Penanganan Sampel............................................... 22
3
(i)
4.2.5.1
4.2.5.2
4.2.6
4.2.7
Aktifitas ........................................................................... 44
Tes Geser Baling Laboratorium ......................................... 45
Kadar Bahan Organik Gambut dan Tanah Organik
Lainnya............................................................................ 46
4.2.7.1
4.2.7.2
4.2.7.3
4.2.8
4.2.9
4.2.10
4.2.11
4.2.12
4.2.13
4.2.14
4.2.15
4.2.16
4.3.2.2
4.3.2.3
4.3.3
(ii)
4.6.1
4.6.2
4.6.3
5
6.3.2.1
6.3.2.2
6.3.2.3
Pelaporan.......................................................................................... 108
7.1 Persyaratan Khusus..................................................................... 108
7.2 Persyaratan Umum ..................................................................... 109
7.3 Laporan Laboratorium ................................................................ 110
Referensi........................................................................................... 113
(iii)
LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
(iv)
1.1
2.1
PENDAHULUAN
Akses ke laboratorium yang (i) memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
melaksanakan seluruh kegiatan penyelidikan lapangan sesuai dengan yang
direncanakan dan (ii) terletak pada lokasi yang mudah dijangkau dari lokasi
proyek merupakan hal penting yang utama. Laboratorium Geoteknik di
Indonesia meliputi:
Laboratorium-laboratorium di lingkungan Pusat Penelitian dan
Pengembangan dari Badan Penelitian dan Pengembangan pada Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Laboratorium-laboratorium Komersial.
kerusakan dan gangguan. Juga dibutuhkan kontrol yang lebih ketat terhadap
jadwal pengambilan sampel dan pengujian laboratorium.
Pemilihan laboratorium merupakan sebuah bagian yang tak terpisahkan dengan
proses perencanaan penyelidikan lapangan. Sebelum rencana detil diselesaikan,
perlu kiranya untuk menominasikan laboratorium yang akan melaksanakan
pengujian, dengan melibatkan manajemen laboratorium dalam diskusi tentang
program pengujian dan membuat perencanaan untuk pembelian berbagai
macam peralatan khusus yang dibutuhkan.
2.2
Gambar 2-1 Daftar Isi dari Panduan (Guide) untuk Akreditasi Laboratorium Pengujian, Komisi
Akreditasi Laboratorium (PU), 1993.
Standar yang dikeluarkan oleh ISO dan IEC pada tahun 1999 merupakan edisi
pertama dari Standar Internasional tentang Persyaratan Umum untuk
Kemampuan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi (International Standard
ISO/IEC 17025:1999 General Requirements for the Competence of Testing
and Calibration Laboratories. Dokumen ini telah dicabut dan digantikan degan
edisi tahun 1990 dari ISO/IEC Guide 25.
Pedoman dari ISO/IEC 17025:1999 telah diterjemahkan kedalam Bahasa
Indonesia dan dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN sebagai
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk didiskusikan. Rancangan
tersebut diberi judul Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Penguji
dan Laboratorium Kalibrasi seperti ditunjukkan dalam SNI 19-17025-2000.
Daftar isi dari ISO/IEC 17025-1999 dapat dilihat pada Gambar 2-2.
2.3
laboratorium harus dilengkapi dengan perlalatan uji tanah yang terbaru yang
sesuai untuk melakukan pengujian-pengujian untuk pengklasifikasian dan
mengetahui sifat-sifat material yang dibutuhkan.
idealnya, lokasi yang terpisah harus dibuat sedemikian rupa untuk kegiatankegiatan yang menghasilkan debu, seperti uji analisa saringan dan persiapan
sampel.
sebuah ruangan yang lembab yang cukup luas untuk menyimpan sampelsampel tak terganggu dan untuk mempersiapkan spesimen untuk pengujian
harus tersedia.
Personil
seluruh pengujian laboratorium harus dikerjakan dan diawasi oleh personilpersonil yang memiliki kemampuan yang didapat melalui pelatihan dan
pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka.
Jaminan Mutu
kontrol terhadap jaminan mutu harus tersedia untuk memeriksa dan menilai
kegiatan-kegiatan berikut secara minimal:
keakuratan pembacaan
pemeliharaan peralatan
2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
Kualifikasi Personil
Persyaratan pengujian
2.4.7
Frekuensi Kalibrasi
* Oven
* Cetakan-cetakan Spesimen
* Saringan
10
2.4.8
2.5
11
2.5.1
2.5.2
12
13
Lengkap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Tak Lengkap
Catatan
Nama laboratorium
Diselesaikan oleh
Tanggal
Nama
Posisi
Gambar 2-3 Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal Pemilihan Laboratorium
14
Jawaban
Pertanyaan
Ya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Keterangan
Tidak
Sertifikat Kalibrasi?
Jadwal Kalibrasi Kembali?
Jadwal Pemeliharaan?
Prosedur Pengujian Standar?
20.
21.
22.
23.
Nama Laboratorium:
Tanggal Kunjungan:
Oleh:
Gambar 2-4 Penilaian Fasilitas Umum dari Laboratorium Selama Peninjauan Laboratorium
15
Jenis Pengujian
1.
2.
3.
Keterangan
Kadar Air
Specific Gravity
Batas-batas Atterberg
Baling-baling Laboratorium
Pengujian Kimia:
Konduktifitas
pH dari tanah
Kadar Karbonat
Kadar Klorida
Kadar Sulfat
Pengujian Kuat Geser:
Uji geser langsung
Triaksial UU
Triaksial CU
Triaksial CD
4.
Pengujian Konsolidasi:
Uji konsolidasi satu dimensi
Sel Hidrolik (Rowe Cell)
5.
Pengujian Permeabilitas
Nama Laboratorium:
Tanggal Kunjungan:
Oleh:
2.6
16
berdasarkan fakta yang ada. Tetapi perlu disadari bahwa ceklis yang diberikan
disini hanyalah memberikan panduan saja; Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk
tersebut dapat saja meminta informasi tambahan lain berdasarkan pengalaman
dan pengetahuannya terhadap kondisi lokal.
Kriteria yang tercantum pada Gambar 2-7 dapat membantu Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk tersebut dalam melakukan pemeringkatan laboratorium yang
diamati berdasarkan tingkat kemampuannya dalam melakukan pengujian. Pada
gambar ini laboratorium diperingkatkan secara sederhana sebagai A,B dan C
dengan mengacu pada kriteria -kriteria yang ada. Semua kriteria dapat
diterapkan secara sama dan berlaku umum, karena kriteria tersebut tidak dibuat
untuk tujuan-tujuan tertentu secara khusus. Kriteria peringkat yang ada tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
A : adalah laboratorium yang secara umum memenuhi kriteria dan
dipertimbangkan dapat memberikan pelayanan yang diminta secara
memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan.
B : adalah laboratorium yang secara jelas tidak dapat memenuhi seluruh
kriteria, dan hasil pengujian yang didapat harus diperiksa secara teliti
kembali untuk dapat digunakan; pada peringkat ini masih memungkinkan
untuk dapat memperbaiki hasil pengujian yang diperoleh jika usulan yang
dibuat oleh engineer geoteknik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
diterima oleh manajemen la boratorium dan dilaksanakan.
C : adalah laboratorium yang tidak mampu untuk memenuhi kriteria dan hasil
pengujian yang dihasilkan tidak dapat digunakan kecuali untuk pengujian
yang relatif sederhana tetapi itupun harus dengan pengawasan langsung.
Ketika melakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria, akan lebih tepat
jika dalam memberi nilai tersebut menggunakan skala 1 hingga 10, untuk
Peringkat A dengan batasan 8 hingga 10, Peringkat B dengan batasan 4 hingga
7 dan Peringkat C dengan batasan 1 hingga 3. Tetapi sistem pemeringkatan
dengan menggunakan angka ini tidak boleh diterapkan secara kolektif untuk
kriteria secara keseluruhan karena hal tersebut akan menimbulkan persoalan
akan adanya tingkat kepentingan relatif dari kriteria -kriteria yang berbeda.
Jika peringkat yang diberikan kepada laboratorium yang berbeda seperti
terdapat pada Gambar 2-7 disimpulkan dalam format sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2-8, sebuah pola yang jelas akan dapat dilihat yang menunjukkan
tingkat kemampuan yang dibutuhkan dari laboratorium dalam melaksanakan
penyelidikan. Pada kasus yang sangat jarang, dimana terdapat lebih dari satu
laboratorium yang memenuhi persyaratan secara memuaskan, maka biaya dan
jaraknya dari lokasi proyek merupakan faktor-faktor utama lain yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan akhir dalam memilih sebuah
laboratorium.
Proses pemilihan laboratorium sebagaimana dijelaskan di atas merupakan suatu
proses yang cukup panjang, karena membutuhkan pengumpulan dan evaluasi
terhadap sejumlah data. Jika tingkat kepentingan dari proyek mangharuskan
17
Jenis Pengujian
Peralatan
yang Ada
Adanya
Dokumentasi
untuk Metode
Pengujian
Ya
1.
Tidak
Teknisi
Pengawa
s
Disetujui Oleh:
Teknisi
Data
Pengujian
Analisis
Data
Pengujian untuk
pengklasifikasian:
Kadar Air
Distribusi Ukuran Partikel
Specific Gravity
Batas-batas Atterberg
Baling-baling
Laboratorium
Kadar Organik (Loss on
Ignition)
Bulk Density dari Gambut
Kadar Serat dari Gambut
2.
Pengujian Kimia:
Kadar Organik
(dichromate oxidation)
Pore Water Extraction
dan Pengukuran Salinitas
Konduktifitas
pH dari material gambut
pH dari tanah
Kadar Karbonat
Kadar Klorida
Kadar Sulfat
3.
4.
Pengujian Konsolidasi:
Uji konsolidasi satu
dimensi
5.
Pengujian Permeabilitas
Gambar 2-6 Evaluasi terhadap Kapasitas Kontrol Pengujian dan Pengawasan Selama Peninjauan
Laboratorium
18
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Peringkat
A
Keterangan
C
klasifikasi
analisis kimia
kuat geser
kompresibilitas
19.
Kriteria No.
(Dari Gambar 2.7)
L1
Identifikasi Laboratorium
L2
L3
Dst
Peringkat
1
2
dst
dst
dst
Dst
dst
Keterangan
Gambar 2-8 Kesimpulan dari Peringkat yang Diberikan untuk Kriteria sebagaimana Tercantum
pada
19
Kegiatan
1
1.
2.
3.
Pemeriksaan Laboratorium
4.
5.
10
11
12
13
14
----------------
Gambar 2-9 Estimasi Waktu yang Dibutuhkan untuk Melakukan Proses Seleksi Laboratorium
yang Komprehensif
2.7
KONTROL MUTU
Persyaratan sistem mutu sebagaimana tertuang dalam ASTM D3740-92
disimpulkan dalam Bab 2.3.7. Untuk kepentingan akreditasi, sebuah
laboratorium biasanya disyaratkan untuk memiliki manual mutu yang tertulis
yang menggambarkan secara detil sistem jaminan mutunya. Karena Panduan
Geoteknik ini tidak membicarakan masalah evaluasi laboratorium untuk tujuan
akreditasi tetapi lebih menekankan pada pemberian pedoman untuk melakukan
evaluasi atas kemampuan suatu laboratorium dalam memberikan pelayanan
sebagaimana yang dibutuhkan secara memuaskan, sebuah manual mutu, yang
tentunya akan bermanfaat, tak perlu dipertimbangkan sebagai salah satu
persyaratan yang esensial. Walaupun demikian, perlu kiranya menunjuk
seorang staf laboratorium yang senior yang memiliki akses langsung ke
20
Prosedur pengujian yang dibuat secara detil untuk setia p kegiatan mulai dari
yang paling kompleks hingga yang paling sederhana.
Teknisi yang dilatih secara baik yang secara ketat selalu mengikuti seluruh
prosedur pengujian.
Pengisian dan penyimpanan seluruh data pengujian pada satu lokasi secara
hati-hati.
Analisis seluruh data pengujian pada satu lokasi secara tepat dan akurat.
21
Laboratorium
Proyek
Jenis Pengujian
Metode
Pengujian
Tanggal
:
:
:
Mengetahui dan Menyetujui
Hal/pokok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Teknisi
Teknisi
Pengawas
Manajer
Laboratorium
Gambar 2-10 Pemeriksaan Jaminan Mutu atas Prosedur dan Peralatan Pengujian Laboratorium
2.7.1
22
formulir yang berfungsi sama dengan formulir FPS tersebut dan dipahami oleh
manajer lapangan.
Segera setelah sampel diterima di laboratorium Formulir Pemeriksaan Sampel,
FPmS (Sample Assignment Sheet, SAS) harus dilengkapi dan dicatatkan ke
dalam Catatan Pemeriksaan Sampel (Sample Assignment File). Contoh
formulir/lembar untuk ini diberikan pada Gambar 2-13. Formulir tersebut
dicetak dan digunakan untuk tabung sampel tapi formulir yang sama juga dapat
digunakan untuk blok sampel maupun sampel tak terganggu. Formulir
Pemeriksaan Sampel tersebut harus dibuat untuk setiap sampel yang masuk ke
laboratorium. Nomor formulir FPmS dicatat pada Formulir FPS di kolom No
Lembar Pemeriksaan Sampel. Manajer laboratorium harus mengirim salinan
dari formulir FPS yang dilengkapi dengan catatan pemboran masing-masing
kepada manajer lapangan untuk dimasukkan dalam laporan penyelidikan
lapangan.
Ketika mengisi formulir FPmS ini, manajer laboratorium atau teknisi pengawas
harus memperhatikan secara seksama bagian penyegelan dengan lilin yang
digunakan pada tabung sampel. Setiap kerusakan yang terjadi pada bagian
tersebut harus dicatat pada formulir FPmS dan kerusakan harus tersebut segera
diperbaiki. Formulir FPmS ini juga harus mencatat setiap gangguan yang
muncul atau sifat-sifat yang tak lazim pada sampel.
Nomor formulir FPmS harus dicatat pula pada formulir catatan data pengujian
dan formulir analisis data pengujian.
23
Lokasi :
No. Lubang :
Tipe
No.
Pengecekan Pengecekan
Sampel Pengambilan Lapangan Laboratorium
Sampel
No. Formulir :
No. Formulir
Pemeriksaan
Sampel
Manajer Lapangan
Tanggal :
Tanda Tangan :
Manajer Laboratorium
Tanggal :
Tanda Tangan :
Keterangan
24
Lokasi :
Lubang Bor
Mesin Bor
Tanggal
Metode Pengeboran
No. Formulir
Diameter
Pencatatan Lapisan
Dari
Sampai Dengan
Casing
Deskripsi
Pengambilan Sampel
Dari
Sampai Dengan
Jumlah
Tipe
Dari
Air
Sampai Dengan
Jumlah
Tipe
Standpipe
Waktu
Kedalaman Pengambilan Sampel
Kedalaman Lubang
Kedalaman terhadap muka air
Kedalaman
Tipe
Keterangan :
Nama Kru
Cuaca
25
26
3.1
PENDAHULUAN
Tujuan-tujuan dari penyelidikan lapangan telah dijabarkan oleh Insinyur
Geoteknik yang Ditunjuk mengikuti persyaratan-persyaratan yang diterangkan
pada Panduan Geoteknik 2.
3.2
Uji kimia
Uji kompresibilitas
Uji permeabilitas
AASHTO (1988) telah menyusun daftar pengujian yang penting bagi seorang
engineer geoteknik dengan urutan perkiraan biaya yang semakin meningkat
sebagai berikut:
pemeriksaan visual
27
permeabilitas
geser langsung
kompresi triaksial
konsolidasi
Sebuah catatan diberikan oleh penulis dari Manual AASHTO tersebut bahwa
pengujian yang kompleks dan mahal hanya dibenarkan jika data yang didapat
dapat mengurangi biaya atau resiko keruntuhan yang jika terjadi akan
menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar lagi; secara umum, secara
relatif pengujian yang dilakukan dengan lebih hati-hati pada spesimen yang
ditentukan yang meliputi uji sifat-sifat tanah dengan hasil yang dikorelasikan
dengan klasifikasi atau tes indeks akan memberikan data cukup yang baik untuk
dapat digunakan.
Jumlah dari pengujian laboratorium akan bervariasi pada setiap proyek
bergantung pada faktor-faktor yang telah didiskusikan sebelumnya. Meskipun
demikian, pengujian klasifikasi secara lengkap seharusnya dilaksanakan pada
setiap proyek.
Jika sebuah proyek diputuskan merupakan proyek yang tidak terlalu penting,
seperti misalnya proyek jalan kecil yang memikul lalu lintas yang relatif kecil,
Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk dapat saja memutuskan bahwa akan cukup
akurat untuk mendapatkan parameter tanah yang lain hanya berdasarkan pada
korelasi yang telah ada dengan data klasifikasi (lihat Bab 7) dan sudah memadai
hanya dengan melakukan sedikit pengujian untuk memeriksa validitas dari
korelasi yang digunakan tersebut.
Pada proyek yang dianggap lebih penting, perlu kiranya untuk memperluas
batasan dari penyelidikan dengan memasukkan uji kuat geser, permeabilitas dan
kompresibilitas. Jenis pengujian yang dilakukan akan bergantung pada masukan
data yang dibutuhkan untuk analisis kestabilan fondasi, daya dukung dan
penurunan. Seorang engineer geoteknik harus memutuskan pada kedalaman
berapa sampel harus diambil dan menentukan parameter laboratorium apa yang
dibutuhkan yang harus konsisten dengan kedalaman tersebut misalnya/seperti
parameter uji yang ditunjukkan oleh tegangan di lapangan (in situ stress) dan
kondisi kadar airnya (lihat Bab 4.6).
Pengujian kimia dilaksanakan utamanya untuk memperkirakan agresifitas dari
tanah dan kondisi air tanah yang menimbun beton dan baja yang secara umum
tidak perlu dilakukan, kecuali pada kondisi dimana adanya kegiatan bawah
permukaan (subsurface installations), seperti tiang pancang, gorong-gorong dan
sebagainya. Meskipun demikian, diusulkan agar kadar karbonat yang ada untuk
diukur, karena keberadaan dari karbonat ini akan dapat mempengaruhi hasil dari
penentuan kadar organik ketika metode loss on ignition digunakan (lihat Bab
4.2.6.3).
Suatu penjadwalan pengujian laboratorium yang dipersiapkan oleh Insinyur
Geoteknik yang Ditunjuk berdasarkan sampel diperlihatkan pada Gambar 3-1.
28
No
Sampel
Kedalaman
(m)
Unit
Tanah
Awal
LL/PL
Berat Isi
Asli
SG
Organik
PSD
Hidrom
eter
Baling
Lab
Triaksial
Geser
Langsung
[1]
[1]
UU
CU
Konsol
Perm.
Oed.
[1]
[1]
pH
SO4
CD
Proyek ____________________________________
Gambar 3-1 Jadwal Pengujian Laboratorium
29
No Lembar _______
CO3
Pengujian-pengujian Laboratorium
4.1
KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah melibatkan penggolongan sistematik berbagai jenis tanah atas
dasar karakteristik pembeda tertentu. Unified soil classification system (USCS)
membagi tanah-tanah menjadi tiga bagian besar:
Berbutir kasar (lebih besar dari 50% tertahan pada saringan No. 200).
Berbutir halus (kurang dari 50% tertahan pada saringan No. 200);
pembagian kembali dalam bagian ini terdiri dari lempung inorganik dan
lanau dan le mpung organik dan lanau.
4.1.1
30
Lempung: tanah berbutir halus, atau porsi berbutir halus dari suatu tanah,
dengan suatu PI sama dengan atau lebih besar dari 4 dan plot PI terhadap LL
jatuh pada atau di atas garis 'A'.
Lanau: tanah berbutir halus, atau porsi berbutir halus dari suatu tanah, dengan
suatu PI kurang dari 4 atau jika plot PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.
Lempung Organik : suatu tanah yang akan diklasifikasikan sebagai lempung
namun nilai LL-nya setelah dikeringkan dengan oven kurang dari 75% dari nilai
LL-nya sebelum dikeringkan dengan oven.
Lanau organik : suatu tanah yang akan diklasifikasikan sebagai lanau namun
nilai LL-nya setelah dikeringkan dengan oven kurang dari 75% dari nilai LLnya sebelum dikeringkan dengan oven.
Jika suatu tanah memiliki warna gelap dan bau organik pada saat lembab dan
hangat, tes LL kedua dibutuhkan untuk dilaksanakan pada spesimen tes yang
telah dikeringkan dengan oven pada suhu 110 5 C sampai dengan suatu
massa yang konstan, biasanya semalam.
31
Gambar 4-2 Diagram alir yang disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau inorganik
Gambar 4-3 Diagram alir yang disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau organik
32
Lempung Inorganik
Jika LL sama dengan atau lebih dari 50, tanah tersebut diklasifikasikan
sebagai lempung fat dan diberikan Simbol Grup CH.
Jika posisi plot PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A' dan PI
berkisar antara 4 sampai 7, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung
kelanauan dan diberikan Simbol Grup CL-ML.
Lanau Inorganik
Organic Symbol OH
33
4.1.2
Klasifikasi gambut
Pada USCS, tanah-tanah di bagian 'Sangat Organik' (terutama bahan organik,
berwarna gelap, dan bau organik) diberi Simbol Grup PT dan Nama Grup
'Gambut'; tidak ada pembagian lebih lanjut terhadap tanah-tanah ini.
Sistem-sistem klasifikasi untuk gambut dan tanah organik telah dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda berbagai kalangan yang terlibat,
contohnya, pertanian, sumber-sumber bahan bakar, rekayasa geoteknik.
Sementara terdapat pendapat yang berlainan mengenai definisi gambut dan
tanah organik, semua sistem berdasarkan kandungan bahan organik, seperti
ditunjukkan oleh kandungan abu. Perbedaan pendapat dalam rekayasa
geoteknik mengenai definisi gambut dan tanah organik diilustrasikan pada
Gambar 4-4 di mana klasifikasi yang digunakan atau disarankan untuk
digunakan pada rekayasa geoteknik di berbagai negara dibandingkan
berdasarkan kandungan abu (lihat Bagian 4.2.7). Negara-negara di mana
sistemnya dibandingkan adalah:
1)
Rusia
2)
Swedia
3)
Kanada
4)
AS
5)
Polandia
Gambar 4-4 Perbandingan beberapa sistem-sistem klasifikasi untuk tanah organik berdasarkan
kandungan abu (Wolski seperti dilaporkan oleh Larsson, 1996)
34
Kandungan serat dan deskripsi gambut yang sesuai adalah sebagai berikut:
Fibric : gambut dengan serat yang lebih besar dari 67
Hemic: gambut dengan serat antara 33 dan 67 persen
Sapric: gambut dengan serat kurang dari 33 persen
Kategori kandungan serat bisa dihubungkan dengan pengamatan lapangan von
Post terhadap derajat pembusukan (H): fibric berkenaan dengan kurang lebih
rentang H1 -H3 , hemic terhadap rentang H4 -H6 dan sapric terhadap rentang H7 H10 . Untuk keperluan klasifikasi, serat didefinisikan sebagai fragmen atau
potongan jaringan tanaman yang tetap memperlihatkan struktur sel yang bisa
dikenal dan cukup besar untuk tertahan pada saringan 100 (bukaan 0,15 mm);
bahan tumbuhan yang lebih besar dari 20 mm pada dimensi yang paling kecil
tidak dianggap sebagai serat.
Berkenaan dengan kandungan abu, gambut diklasifikasikan sebagai:
Abu rendah
Abu medium
Abu tinggi
Ingat bahwa kandungan bahan organik (%) sama dengan 100 - kandungan abu
(%).
35
4.2
4.2.1
36
Gambar 4-5 Gambaran kategori air yang mengelilingi partikel-partikel lempung (Head, 1984)
Air pada kategori (1) di atas tidak ikut diperhitungkan pada penentuan kadar air;
kemungkinan hadirnya air kategori (5) adalah salah satu alasan untuk
menghindari pengeringan dengan oven tanah-tanah tropik. Berkenaan dengan
temperatur oven yang digunakan pada penentuan kadar air, Head (1984)
menyebutkan bahwa untuk gambut dan tanah yang mengandung bahan organik
suhu pengeringan 60C lebih disukai.
Pada umumnya perlu disadari bahwa pengeringan dengan oven adalah suatu
perlakuan yang keras sehingga mengakibatkan reaksi yang tidak dapat dibalik
pada kebanyakan tanah; jika suatu tanah yang lembab dikeringkan dengan oven
penambahan air tidak akan menghilangkan efek perlakuan panas yang keras
pada sifat-sifat material.
Metode alternatif untuk menentukan kadar air gambut dan tanah organik
lainnya diberikan pada ASTM D2974-87 (lihat Bagian 4.2.7).
4.2.2
Analisis saringan pada tanah yang tertahan pada saringan No. 10 (2.00
mm).
37
waktu tertentu dari permulaan tes; massa partikel solid yang ada ditentukan
melalui pengukuran kerapatan suspensi dengan suatu hidrometer.
Suatu zat penyebar digunakan untuk meyakinkan bahwa partikel-partikel yang
berbeda tetap terpisah pada suspensi dan tidak saling menggumpal. Zat
penyebar yang dispesifikasikan adalah suatu larutan sodium hexametaphosphate
dengan air suling, pada konsentrasi 40 gram sodium haxametaphosphate per
liter larutan. Suatu larutan yang baru harus dipersiapkan sesering mungkin,
setidaknya satu kali tiap bulan.
Suspensi tanah harus dipertahankan pada suhu yang konstan selama analisis
sedimentasi. Jika suatu ruangan yang memiliki kontrol temperatur tidak
dipunyai maka kamar mandi terisolasi yang memiliki kontrol temperatur yang
jenisnya dijelaskan pada metode tersebut harus digunakan. Temperatur dasar
untuk analisis sedimentasi adalah 20C. Variasi temperatur yang kecil tidak
akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan yang penting dipandang dari sudut
praktis; suatu prosedur untuk memperbaiki variasi temperatur yang diberikan
pada metode ini.
4.2.3
Berat Jenis
ASTM D854-92 mencakup penentuan berat jenis tanah yang melalui saringan
No. 4 (4.75 mm), dengan suatu pycnometer; suatu metode tes untuk penentuan
berat jenis dan penyerapan agregat kasar (material yang tertahan pada saringan
4.75 mm) dijelaskan pada ASTM C127.
Pada ASTM D854-92, dua prosedur dispesifikasikan untuk melakukan tes berat
jenis. Pada Metode A, tes dilakukan pada spesimen yang dikeringkan dengan
oven (spesimen dikeringkan sampai mencapai massa yang konstan pada suatu
oven dengan suhu 110 5C yang dipertahankan dan didinginkan pada suatu
desikator). Pada Metode B, tes dilakukan pada spesimen yang lembab.
Pada Metode B, spesimen-spesimen diuraikan dengan air suling sebelum
mereka dimasukkan pada pycnometer menggunakan peralatan pengurai yang
dispesifikasikan pada ASTM D422-63 untuk penguraian spesimen tanah pada
larutan sodium hexametaphosphate sebelum analisis sedimentasi.
Untuk spesimen tanah organik dan tanah berbutir halus yang sangat plastis,
dinyatakan bahwa Metode B 'adalah metode yang lebih disukai'. Jika berat jenis
akan digunakan pada perhitungan berkenaan dengan analisis sedimentasi
ASTM D422-63, tes berat jenis dilakukan pada porsi sampel yang melalui
saringan No. 10 (2.00 mm).
Prosedur eksperimental untuk menentukan berat jenis bagian solid gambut
diterangkan oleh Akroyd (1957). Prosedurnya melibatkan meletakkan sampel
gambut yang telah dihancurkan pada suatu labu atau botol, mencampurkannya
dengan kerosin yang telah difilter sehingga tidak mengandung udara, dan
memberi suatu vakum yang besar sampai gelombang-gelombang udara
menghilang dari sampel. Wadah kemudian diisi dengan kerosin dan dibiarkan
38
sampai mencapai suatu suhu yang konstan. Berat jenis (Gs) bisa dihitung dari
persamaan:
GS =
GS =
3.8
(0.013) kadar organik (%) + 1.4
Gambar 4-6 Berat jenis versus kadar organik (Lechowicz et al, 1996)
4.2.4
Kerapatan Total
Klausa 7 BS 1377:Part 2:1990 menerangkan tiga metode penentuan kerapatan
tanah.
39
Metode pertama berlaku untuk tanah-tanah yang bisa dibentuk menjadi bentuk
geometrik yang reguler, yang volumenya bisa dihitung dari pengukuran linear.
Metode kedua, volume spesimen ditentukan dengan menimbangnya dalam
keadaan terendam air. Metode ketiga, volume spesimen ditentukan dengan
pemindahan air.
Pada standar, kerapatan dinyatakan dalam bentuk kerapatan massa. Kerapatan
total suatu tanah, , adalah massa per satuan volume deposit tanah, termasuk
kandungan air yang dimilikinya; kerapatan kering, d , adalah massa kering
tanah yang terdapat pada satuan volume. Keduanya dinyatakan dalam Mg/m3
yang secara numerik sama dengan g/cm3 dan dihubungkan oleh persamaan:
d =
100
100 + w
= g
= 9.807
4.2.5
40
Bahan-bahan organik
Halloysite terhidrasi
Oksida hidrat
Tanah-tanah organik dan tanah-tanah tropis harus selalu diuji pada kondisi
asli untuk penentuan LL dan PL; mereka tidak boleh dikeringkan dengan oven
kecuali sebagai contoh jika pengaruh pengeringan dengan oven pada LL perlu
diketahui untuk membedakan antara lanau/lempung organik dan lanau/lempung
inorganik untuk tujuan klasifikasi (ASTM D2487-93).
Pengujian Batas Cair
Metode ASTM untuk pengujian LL dan PL tanah, yang dijelaskan pada ASTM
D4318-93, menggunakan alat Casagrande untuk menentukan LL. Tes kerucut
jatuh adalah metode yang disarankan pada kebanyakan negara tetapi tidak
digunakan, setidaknya untuk tujuan tes rutin, di Indonesia.
41
42
pada wadah. Serangkaian tes kedua dilakukan seperti dijelaskan di atas pada 20
gram sampel yang lain untuk menyediakan wadah kedua yang setidaknya 6
gram tanah. Kadar air tanah yang didapati pada wadah ditentukan dan jika
perbedaan di antara kedua kadar air berada dalam rentang yang dapat diterima
untuk kedua hasil tersebut, PL diambil sebagai rata-rata kedua kadar air
tersebut.
PL kurang sensitif dibandingkan LL terhadap perlakuan fisika dan kimiawi
pada tanah. Beberapa perlakuan yang mengurangi LL secara tajam (contohnya
pengeringan lempung organik atau perbaikan dengan kapur) mungkin
menyebabkan sedikit pertambahan PL pada beberapa tanah. Kepentingan
praktis PL bersama dengan LL adalah, dia mendefinisikan rentang kadar air di
mana tanah berperilaku sebagai material plastis.
Seperti diperlihatkan pada Tabel 4-1, kehadiran bahan organik, dinyatakan pada
tabel dalam kadar karbon, memiliki pengaruh yang besar pada LL dan PL; juga
diperlihatkan pada tabel adalah pengaruh kenaikan kadar berukuran lempung
dan kadar montmorillonite pada parameter-parameter ini.
Kadar
Kadar
Karbon
Berukuran lempung
0 to 5,5
8 to 68
0 to 90
36 to 63
28 to 69
39 to 50
19 to 40
23 to 29
24 to 27
4,9
0,7
0,12
3,8
0,1
0,03
Kadar
Montmorillonite,
%
43
4.2.5.1
LI =
w - PL
LL - PL
4.2.5.2
Aktifitas
Aktifitas (A) tanah didefinisikan oleh hubungan:
A=
PI
C
KLASIFIKASI
< 0.75
0.75 1.25
lempung normal
1.25 2.00
lempung aktif
> 2.00
44
Nilai-nilai aktifitas untuk lempung berkisar dari sekitar 0,4 untuk kaolinite
sampai 5 untuk montmorillonite.
Aktifitas suatu lempung bisa digunakan untuk mengevaluasi potensi
pengembangan; suatu grafik yang dikembangkan oleh Seed et al. (seperti
dilaporkan oleh Krebs dan Walker, 1971) diperlihatkan pada Gambar 4-8. Pada
grafik tersebut, potensi pengembangan didefinisikan sebagai persen kembang
untuk suatu spesimen yang tertahan secara lateral akibat perendaman di bawah
suatu beban 1 psi (6,9 kPa) setelah dipadatkan oleh pemadatan AASHTO
standar pada kadar air yang berkenaan dengan kerapatan kering maksimum.
Jika menggunakan grafik, penyebut 'C', seperti telah dijelaskan pada definisi A
yang diberikan sebelumnya, diganti dengan 'C-5'.
Gambar 4-8 Grafik klasifikasi untuk potensi pengembangan (Krebs dan Walker, 1971)
4.2.6
45
T
K
D 2H
D
1 +
2
3H
4.2.7
46
4.2.7.1
47
Kecuali jika kadar mineral tinggi atau tanah mengandung karbonat (lihat Bagian
4.2.7.3), kesalahan-kesalahan pada kadar abu/kadar bahan organik yang
dijelaskan pada ASTM D2974-87 biasanya bisa diabaikan. Jika ada keraguraguan, metode ini bisa ditambahkan dengan metode-metode lainnya yang lebih
rumit seperti metode oksidasi dichromate yang dijelaskan di bawah.
4.2.7.2
OMC, % =
0.67V
m
48
organik dari karbon organik bisa agak bervariasi; bahan organik biasanya
dianggap mengandung 58% bahan organik (lihat metode British Standard).
4.2.7.3
49
4.2.8
Dasar perhitungan kadar air harus diterangkan dengan jelas pada saat pelaporan
hasil.
50
4.2.9
4.2.10
51
4.2.11
Konduktifitas
Konduktifitas menandakan konsentrasi total berbagai ion-ion terlarut, kecuali
ion-ion hidrogen.
Riley (1989) menjelaskan suatu prosedur untuk menentukan konduktifitas
gambut; sampel yang sama juga digunakan untuk penentuan pH. Prosedurnya
dijelaskan dalam "Laboratory Methods for Testing Peat Ontario Peatland
Inventory Project". Karena laporan ini mungkin tidak beredar luas, prosedur
tersebut secara rinci dijelaskan di sini.
Prosedur:
Tambahkan 20 ml air bebas ion (pH 6.6 sampai 7.5) yang telah dididihkan
selama sedikitnya satu jam untuk meyakinkan dia bebas terhadap karbon
dioksida (CO2 ).
Menstandarisasikan sel secara rutin terhadap 0.01-N KCl pada suhu 25C
(konduktifitas 1300 mmhos/cm, lihat catatan di bawah) atau catat suhu dan
perbaiki bacaan berdasarkan formula berikut:
L 25 =
Lt
1 + 0.02 t
52
Ukur pH pada sebuah pH meter yang akurat sampai 0.1 satuan dan
dilengkapi dengan kompensasi temperatur. Standarisasikan pH meter secara
rutin menggunakan larutan penyangga yang pH-nya diketahui (Asam
Potassium Phthalate, pH 4.01 0.01; Larutan penyangga Fosfat, pH 7.00
0.01).
pH
H+ (mhos/cm pada 25C)
3.0
350.0
3.1
278.0
3.2
220.3
3.3
175.5
3.4
139.3
3.5
110.7
3.6
87.9
3.7
69.8
3.8
55.5
3.9
44.0
4.0
35.0
4.1
27.8
4.2
22.1
4.3
17.5
4.4
13.9
4.5
11.1
4.6
8.8
4.7
7.0
4.8
5.6
4.9
4.4
5.0
3.6
5.1
2.8
Untuk sampel-sampel yang akan ditambahkan dengan 80 ml air bebas ion
yang disuling konduktifitas dikoreksi terhadap 20 ml air dengan mengalikan
konduktifitas pada 80 ml dengan faktor 2.4.
53
4.2.12
pH Bahan-bahan Gambut
ASTM D2976-71 (reapproved 1990) menjelaskan prosedur-prosedur untuk
mengukur pH (derajat keasaman dan kebasaan) suatu sampel gambut yang
dikeringkan dengan udara yang mengapung pada air suling bebas karbon
dioksida dan larutan kalsium klorida. Nilai-nilai yang diperoleh pada larutan
kalsium klorida biasanya sekitar 0,5 sampai 0,8 satuan pH unit lebih rendah dari
pengukuran yang dilakukan di air.
pH meter dikalilbrasi menggunakan asam potassium phthalate dan larutan
penyangga fosfat yang disiapkan seperti yang dijelaskan pada metode tersebut.
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan biasa kalsium klorida dan larutan
kalsium klorida yang digunakan pada tes juga dijela skan.
Seperti didiskusikan pada Bagian 4.2.11, pH pada air gambut bisa juga
ditentukan pada supernatant setelah tes konduktifitas.
4.2.13
pH Tanah
Metode tes yang dijelaskan pada ASTM D4972-89 mencakup pengukuran pH
tanah untuk keperluan selain untuk pengujian korosi.
Pengukuran dilakukan pada tanah yang mengapung pada air suling dan pada
larutan kalsium klorida. Pengukuran pada kedua cairan tersebut diperlukan
untuk mendefinisikan pH tanah secara lengkap; pengukuran yang dilakukan
pada larutan kalsium klorida bia sanya lebih rendah dibandingkan yang pada air.
Pengukuran yang dilakukan pada tanah yang dikeringkan dengan udara yang
lolos saringan No. 10 (2.0 mm). Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter
atau kertas yang sensitif terhadap pH; kertas yang sensitif terhadap pH
menghasilkan pengukuran yang kurang akurat dan hanya digunakan untuk suatu
perkiraan kasar pH tanah.
Rincian diberikan pada persiapan larutan-larutan asam potassium phthalate dan
penyangga fosfat di mana pH meter dikalibrasi. Persiapan larutan biasa kalsium
klorida dan larutan kalsium klorida yang digunakan pada tes juga dijelaskan.
4.2.14
Kadar Karbonat
Dua metode untuk penentuan kadar karbonat tanah diberikan pada Klausa 6, BS
1377: Part 3 : 1990. Kedua metode tersebut bergantung pada reaksi asam
karbonat dan hidroklorik, yang membebaskan karbon dioksida.
Metode pertama melibatkan tes titration yang cepat yang cocok untuk tanahtanah yang karbonatnya melebihi 10% (m/m) dan di mana akurasi sekitar 1%
dianggap cukup. Pada metode ini spesimen tanah diperlakukan dengan asam
hidroklorik yang jumlahnya diketahui sampai akhir. Jumlah kelebihan asam
ditentukan dengan titration terhadap sodium hidroksida. Hasilnya dihitung
dalam bentuk proporsi ekuivalen karbon dioksida.
54
4.2.15
Kadar Klorida
Tes-tes untuk menentukan kandungan garam klorida pada tanah yang dapat
larut dalam air atau asam dijelaskan pada Klausa 7, BS 1377 ; Part 3 : 1990.
Untuk penentuan klorida yang dapat larut dalam air, klorida disarikan dari
sampel tanah yang kering dengan melarutkannya pada suatu massa air yang
banyaknya dua kali massa sampel; hasilnya dinyatakan sebagai kadar ion
klorida (persentase terhadap massa kering tanah).
Metode ekstraksi air hanya berlaku untuk tanah-tanah yang kadar kloridanya
berasal dari kontak yang baru terjadi dengan, atau perendaman dalam, air
garam; metode ekstraksi asam bisa digunakan untuk penentuan kadar klorida air
dari daerah-daerah padang pasir atau di mana asal klorida tidak dapat
ditentukan.
Suatu prosedur dijelaskan untuk membuat suatu pengujian secara kualitatif
mengenai kehadiran klorida. Jika hasilnya negatif, analisis kuantitatif tidak
perlu dilaksanakan.
Serangan klorida pada baja, termasuk tulangan baja pada beton, jika mereka ada
di dalam tanah, dan konsentrasinya diketahui, tindakan-tindakan preventif yang
sesuai bisa diambil.
4.2.16
Kadar Sulfat
Dengan beberapa perkecualian yang jarang, semua sulfat yang alami terjadi bisa
terlarutkan dalam asam. Sodium sulfat dan magnesium sulfat juga dapat
terlarutkan dalam air kecuali kalsium sulfat, garam sulfat yang paling sering
dijumpai, memiliki kemampuan larut dalam air yang rendah. Beton dan bahanbahan yang diperlakukan dengan semen bisa terkena serangan oleh sulfat,
terutama sodium dan magnesium sulfat. Oleh karenanya penting untuk
menentukan jenis dan konsentrasi sulfat dalam tanah dan air tanah.
55
Kadar sulfat tanah yang larut dalam asam (juga disebut sebagai kadar sulfat
total) di mana ekstrak asam dipersiapkan terlebih dahulu.
Kadar sulfat tanah yang larut dalam air di mana ekstrak air dipersiapkan
terlebih dahulu.
Metode gravimetrik untuk ekstrak asam, ekstrak air dan sampel air tanah.
Prosedur pergantian ion untuk ekstrak air dan sampel air tanah.
Dinyatakan pada prosedur bahwa jika sulfat yang hadir dalam tanah terutama
garam kalsium, kadar sulfat total tanah yang didapati pada ekstrak asamnya
kemungkinan memberikan kesan yang salah dan pesimistis akan bahayanya
terhadap beton atau bahan-bahan yang distabilisasi dengan semen akibat
kehadiran sulfat. Pada kasus-kasus di mana keseluruhan sulfat melebihi 0,5%
disarankan bahwa kadar sulfat yang dapat larut dalam air dari suatu ekstrak airtanah 2 terhadap 1 harus ditentukan. Jika kalsium sulfat adalah satu-satunya
garam sulfat yang hadir kelarutannya yang rendah akan menjamin kadar sulfat
ekstrak air tidak melebihi 1,2 g/L. Kadar sulfat yang melebihi nilai ini pada
ekstrak air-tanah atau di dalam air tanah seperti yang didapati pada tes ini oleh
karenanya menandakan kehadiran garam sulfat yang lain dan lebih berbahaya.
4.3
TES-TES KEKUATAN
Tes-tes yang dilakukan di laboratorium untuk mengukur kuat geser termasuk tes
baling laboratorium, tes geser langsung dan tes tekan triaksial. Tes baling bisa
dianggap sebagai tes indeks kekuatan dan dijelaskan pada Bagian 4.2.5; tes-tes
geser langsung dan triaksial dijelaskan pada bagian-bagian berikut ini.
4.3.1
56
tiga atau lebih spesimen diuji, masing-masing pada beban normal yang
berbeda, untuk menentukan pengaruhnya terhadap tahanan geser dan
perpindahan, dan terhadap sifat-sifat kekuatan seperti selubung kekuatan
Mohr
Untuk semua kenaikan beban, akhir dari konsolidasi primer harus diperiksa
sebelum melanjutkan tes (lihat ASTM D2435-90); perpindahan normal
diplot terhadap terhadap kalau tidak log waktu atau akar kuadrat waktu
dalam menit
57
Penerapan
Hasil-hasil tes bisa diterapkan untuk menilai kekuatan pada situasi lapangan di
mana konsolidasi telah selesai akibat tegangan normal yang ada. Hasil-hasil dari
beberapa tes bisa digunakan untuk menyatakan hubungan antara tegangan
konsolidasi dan kuat geser terdrainase.
Kuat geser yang didapat dari tes geser langsung bisa langsung digunakan untuk
perhitungan stabilitas dan berlaku terutama untuk bagian tengah bidang
keruntuhan yang kurang lebih horizontal.
Meskipun begitu, pada tes, keruntuhan mungkin tidak terjadi pada bidang yang
paling lemah karena keruntuhan dipaksa untuk terjadi pada atau mendekati
bidang horizontal pada tengah spesimen. Juga, sementara laju perpindahan yang
lambat menghasilkan disipasi tekanan air pori ekses, dia juga menyebabkan
aliran plastik tanah kohesif lunak.
4.3.2
58
Tak terkonsolidasi dan tak terdrainase (UU). Pada tes ini, suatu tekanan sel
diberikan pada spesimen tes dan tegangan deviator atau penggeseran
diberikan segera setelah tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama
pemberian tekanan sel (tegangan keliling) dan drainase tidak diizinkan
selama pemberian tegangan deviator
59
4.3.2.1
Suatu sketsa atau foto harus dibuat berisi spesimen tes pada saat
keruntuhan, memperlihatkan sudut kemiringan bidang keruntuhan jika
sudut terlihat dan dapat diukur.
Suatu selubung keruntuhan Mohr yang tidak horizontal pada suatu lempung
lunak kemungkinan pertanda bahwa sampel tidak sepenuhnya jenuh. Hal ini
harus disebutkan pada lembar pengujian dan jika suatu nilai f didapati hasil
tersebut harus disertai dengan suatu catatan berisi peringatan.
Penerapan
Kekuatan triaksial yang didapat pada kondisi-kondisi tak terkonsolidasi tak
terdrainase berlaku untuk situasi-situasi desain di mana pembebanan sangat
cepat sehingga tidak cukup waktu untuk tekanan air pori yang terbentuk untuk
berdisipasi dan untuk konsolidasi terjadi (artinya drainase tidak terjadi).
Kekuatan triaksial yang diukur pada kondisi-kondisi UU digunakan untuk
menentukan kekuatan pada akhir konstruksi. Konstruksi timbunan pada deposit
lempung merupakan suatu contoh situasi di mana kuat geser tak terdrainase in
situ akan menentukan stabilitas.
60
Perlu dicatat bahwa kuat geser tak terdrainase f, tegangan geser pada bidang
keruntuhan pada saat keruntuhan diambil sebagai setengah kuat tekan tak
terdrainase (s1 -s3 ) yaitu
f =
4.3.2.2
1 3
2
tekanan air pori bisa diukur menggunakan kalau tidak transducer tekanan
elektronik yang sangat kaku atau suatu alat yang menandakan nol
61
Suatu sketsa atau foto harus dibuat mengenai spesimen yang runtuh yang
memperlihatkan cara keruntuhan (bidang geser, penonjolan, dan
sebagainya).
Penerapan
Kuat geser pada tes ini diukur pada kondisi-kondisi tak terdrainase dan bisa
diterapkan untuk kondisi lapangan di mana (i) tanah-tanah yang telah
sepenuhnya dikonsolidasikan pada satu rangkaian tegangan diberi suatu
perubahan tegangan tanpa kesempatan konsolidasi lebih lanjut terjadi dan (ii)
kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di tes.
Karena pengukuran tekanan air pori dilakukan, kuat geser bisa dinyatakan
dalam bentuk tegangan efektif dan bisa diterapkan untuk kondisi-kondisi
lapangan di mana (i) drainase sempurna bisa terjadi atau (ii) di mana tekanan
pori yang timbul akibat pembebanan bisa diperkirakan dan (iii) di mana
kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di lapangan.
Kuat geser yang didapat dari tes, dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan
total atau efektif, biasanya digunakan pada analisis stabilitas timbunan.
4.3.2.3
Tahap Penjenuhan
Dua prosedur penjenuhan dijelaskan:
62
Penjenuhan dengan hanya menaikkan tekanan sel; air tidak diizinkan untuk
masuk atau keluar spesimen selama prosedur ini sehingga diberi nama
"penjenuhan pada kadar air yang konstan".
Pada prosedur pertama spesimen dianggap jenuh jika tekanan pori tetap stabil
setelah 12 jam, atau semalam, dan nilai B sama dengan atau lebih besar dari
0,95. Pada prosedur kedua, spesimen dianggap jenuh jika salah satu kriteria ini
dipenuhi.
Tahap Konsolidasi
Tahap konsolidasi berlangsung segera setelah tahap penjenuhan dan memakai
alat yang sama. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat spesimen berada
dalam keadaan tegangan efektif yang dibutuhkan untuk melaksanakan tes
kompresi.
Data dari tahap konsolidasi digunakan untuk:
Konsolidasi spesimen dilanjutkan sampai tidak ada lagi perubahan volume yang
signifikan dan sampai derajat konsolidasi U, seperti didefinisikan dalam
prosedur, sama dengan atau lebih besar dari 95%.
Suatu grafik perubahan volume yang terukur terhadap akar kuadrat waktu diplot
dan suatu metode penentuan t100 dari grafik dijelaskan; t100 digunakan untuk
memperkirakan waktu pengujian yang siginifikan (dalam menit) pada tes
kompresi dan sebab itu laju perpindahan aksial.
Formula-formula disajikan untuk menghitung koefisien konsolidasi cv
(m/tahun), dan koefisien kompresibilitas volume mv (m/MN) untuk
konsolidasi isotropik. Faktor-faktor yang akan digunakan waktu menghitung cv ,
dan waktu pengujian yang signifikan pada tes kompresi, diberikan pada sebuah
tabel sebagai fungsi kondisi drainase selama konsolidasi.
Tahap Kompresi
Selama kompresi, drainase bebas air pori dari spesimen diizinkan. Volume
cairan pori yang keluar atau masuk spesimen diukur melalui indikator
perubahan volume pada garis tekanan balik dan sama dengan perubahan volume
63
spesimen selama geser; tekanan pori bisa dimonitor pada dasar alat sebagai
suatu pengetesan efisiensi drainase.
Tes dilaksanakan dengan cukup lamban untuk menjaga perubahan-perubahan
tekanan pori akibat penggeseran dapat diabaikan. Kompresi diberi pada suatu
laju perpindahan aksial (dr, dalam mm/min) sedekat mungkin terhadap, tetapi
tidak melebihi yang diberikan oleh formula:
dr = (f Lc)/tf
di mana: Lc = panjang spesimen yang terkonsolidasi, mm
jika penggeseran berlanjut pada tekanan pori yang konstan (kondisi tak
terdrainase) atau tanpa perubahan volume (kondisi terdrainase), di kedua
kasus pada tegangan geser yang konstan.
Tekanan pori harus diamati secara periodik dan jika dia bervariasi terhadap
nilai-nilai tekanan balik dengan lebih dari 4% tekanan keliling efektif, laju
regangan harus dikurangi 50% atau lebih.
64
deformasi geser tetap berlangsung pada volume konstan dan tegangan geser
konstan.
4.3.3
65
66
4.4
TES KONSOLIDASI
Jika suatu beban diberikan pada suatu deposit lempung jenuh ada tiga jenis
penurunan:
penurunan awal.
penurunan konsolidasi.
4.4.1
67
Rasio diameter spesimen minimum terhadap rasio tinggi adalah 2,5 tetapi untuk
meminimalkan pengaruh friksi antara sisi-sisi spesimen dan cincin
konsolidometer, rasio diameter terhadap tinggi yang lebih besar dari 4 lebih
disukai.
Gangguan contoh sangat mengurangi kualitas dari hasil-hasil tes konsolidasi;
pemeriksaan yang teliti terhadap sampel penting pada saat pemilihan sampel
untuk pengujian. Tes harus dilaksanakan pada suatu lingkungan di mana
fluktuasi suhu kurang dari 4C dan tidak ada pencahayaan langsung dari sinar
matahari.
Penerapan
Data yang diperoleh dari tes, jika dilaksanakan pada spesimen tak terganggu
representatif yang berkualitas baik, memungkinkan besarnya penurunan di
bawah suatu struktur untuk diestimasi. Nilai-nilai koefisien konsolidasi
memungkinkan suatu indikasi laju penurunan teoritis untuk diperoleh.
68
Meskipun begitu, waktu penurunan yang diprediksi bisa lebih besar dari yang
diperoleh di praktek dan harus dipandang secara berhati-hati.
4.4.1.1
4.4.2
drainase radial hanya ke arah luar keliling, dengan pengukuran tekanan pori
pada tengah-tengah dasar
69
4.4.3
4.5
TES-TES PERMEABILITAS
Sifat-sifat tanah fundamental yang berkaitan dengan aliran cairan adalah
permeabilitas. Karakteristik cairan (atau permeant) dan tanah yang
mempengaruhi permeabilitas didiskusikan oleh Lambe dan Whitman (1979).
Pada kasus tanah-tanah yang bisa tembus air, viskositas dan berat isi adalah
satu-satunya variabel-variabel cairan yang mempengaruhi permeabilitas.
Variabel lebih lanjut yang bisa memiliki pengaruh yang besar terhadap
permeabilitas tanah berbutir halus yang relatif kedap air adalah polaritas cairan.
Karakteristik-karakteristik tanah yang mempengaruhi permeabilitas adalah:
1) Ukuran partikel
2)
Angka pori
70
3)
Komposisi
4)
Fabric
5)
Derajat penjenuhan.
permeameter
metode penjenuhan
71
Pengaturan sel dan peralatan untuk tes permeabilitas triaksial diperlihatkan pada
Figure 10 BS 1377: Part 6: 1990.
Suatu metode penentuan permeabilitas pada sel konsolidasi hidraulik dijelaskan
pada Klausa 4, BS 1377: Part 6: 1990. Metode tersebut mencakup pengukuran
koefisien permeabilitas dari spesimen tanah yang dibatasi secara lateral dengan
tegangan efektif vertikal yang diketahui, dan diberi tekanan balik. Volume air
yang melewati tanah pada suatu waktu yang diketahui, dan dengan suatu
gradien hidraulik konstan, diukur. Arah aliran bisa kalau tidak vertikal (paralel
terhadap sumbu spesimen) atau horizontal (ke arah luar atau dalam secara
radial).
Metode ini cocok untuk tanah-tanah dengan permeabilitas rendah dan
menengah.
4.6
4.6.1
72
4.6.2
73
102
1001
103
LOKASI
Bandung
104
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
DST
Gambar 4-10 Lembar Instruksi Sampel Lubang Bor Tipikal
74
NO.
SAMPEL
KEDALAMAN
m
PS 1
PS 2
PS 3
PS 4
PS 5
PS 6
PS 7
PS 8
PS 9
PS 10
PS 11
PS 12
PS 13
PS 14
PS 15
PS 16
PANJANG
SAMPEL
cm
0.4
0.4
0.44
0.33
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.42
0.38
0.4
0.41
0.41
0.4
PENGUJIAN TRIAKSIAL
UU
CU
GESER
LANGSUNG
CD
Xd
UJI
BALINGBALING
X
X
X
X
X
Xd
Xd
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Xd
Xd
Xd
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
KONSOLIDASI
KLASIFIKASI
VERTIKAL
HORISONTAL
Xd
Xd
Xd
Xd
Xd
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Xd
Xd
Xd
Xd
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Xd
Xd
Xd
Xd
Xd
Xd
Xd
Xd
X
X
X
X
X
X
X
X
PS 1
PS 2
PS 3
PS 4
PS 5
PS 6
PS 7
PS 8
PS 9
PS 10
PS 11
PS 12
PS 13
PS 14
KEDALAMAN
m
PANJANG
SAMPEL
cm
0.3
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.33
0.4
0.4
0.4
PENGUJIAN TRIAKSIAL
UU
CU
GESER
LANGSUNG
CD
UJI
BALINGBALING
X
X
KONSOLIDASI
VERTIKAL
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
KLASIFIKASI
HORISONTAL
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
75
NO.
SAMPEL
JENIS
TANAH
201.001
Gambut
201.002
Gambut
201.003
Gambut
201.004
Gambut
201.005
Gambut
201.006
Gambut
201.007
Gambut
201.008 Lempung Organik
201.009
Lempung
201.01
Lempung
201.011
Lempung
201.012
Lempung
201.013 Pasir Kelempungan
201.014 Pasir Kelempungan
TIPE
SAMPEL
PS
DS
DS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
DS
KEDALAMAN
m
0.5-0.93
1.40-1.50
1.50-1.90
2.50-2.93
3.50-3.93
4.50-4.93
5.50-5.93
6.50-6.93
7.50-7.93
8.50-8.93
9.50-9.93
10.50-10.93
11.50-11.93
11.93-11.93
PANJANG
SAMPEL
cm
PENGUJIAN TRIAKSIAL
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
UU
CU
GESER
LANGSUNG
UJI
BALINGBALING
CD
KONSOLIDASI
VERTIKAL
HORISONTAL
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
KLASIFIKASI : untuk Gambur lakukan Pengujian LL dan PL, Kadar Serat, Von Post, Kadar Organik, (Loss on Ignition dan Kimia), pH dan Konduktivitas.
Untuk lebih jelasnya, lihat komentar untuk Kalimantan.
Untuk lempung, sama seperti proses di Panci.
JENIS
TANAH
201.001
Gambut
201.002
Gambut
201.003
Gambut
201.004
Gambut
201.005
Gambut
201.006
Gambut
201.007 Lempung Organik
201.008
Lempung
201.009
Lempung
201.01
Lempung
201.011
Lempung
201.012
Lempung
201.013 Pasir Kelempungan
201.014 Pasir Kelempungan
CATATAN
TIPE
SAMPEL
PS
DS
DS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
PS
DS
KEDALAMAN
m
0.5-0.93
1.40-1.50
1.50-1.90
2.50-2.93
3.50-3.93
4.50-4.93
5.50-5.93
6.50-6.93
7.50-7.93
8.50-8.93
9.50-9.93
10.50-10.93
11.50-11.93
11.93-11.93
PANJANG
SAMPEL
cm
PENGUJIAN TRIAKSIAL
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
UU
CU
CD
GESER
LANGSUNG
UJI
BALINGBALING
KONSOLIDASI
VERTIKAL
HORISONTAL
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Pada formulir yang saya terima ada dua Sampel 203.005.1 yang diindikasikan sebagai sebuah sampel DS tetapi memiliki panjang sampel seperti pada PS melebihi kisaran PS yang disyaratkan.
Sampel-sampel ini juga menunjukkan panjang penembusan 0.48m, saya tidak yakin hal ini dapat terjadi tanpa "penembusan berlebihan (oberdriving)" pada sampel.
Hal ini harus diklarifikasi.
Dalam menyusun pengujian-pengujian ini, saya mengasumsikan Kotak Penggeseran telah diubah untuk sampel dengan ketebalan 25mm. Saya masih lebih menyetujui agar kita melakukan
pengujian konsolidasi yang terdrainase sempurna pada kotak geser ini. Hal ini harus dilakukan pada level Tegangan Normal yang berada pada kisaran Tegangan Efektif Setempat
KLASIFIKASI : untuk Gambur lakukan Pengujian LL dan PL, Kadar Serat, Von Post, Kadar Organik, (Loss on Ignition dan Kimia), pH dan Konduktivitas.
Untuk lebih jelasnya, lihat komentar untuk Kalimantan.
Untuk lempung, sama seperti proses di Panci.
76
PS. 1,3,5,7
PS 1 sampai PS 7
PS 8 sampai PS 16
0,4, 0,8 dan 1,6 kg/ cm2
Usaha-usaha harus dilakukan untuk merubah alat sehingga sampel bisa lebih tebal dan
memungkinkan pengujian bisa lebih lambat untuk meyakinkan sampel sepenuhnya
terdrainase selama geser.
4) Tes Baling harus dilaksanakan pada tabung-tabung PS 2, 4, 6, 8, 10, 13, 15 dengan tes baling
di antara kedalaman berikut dari atas sampel:
36,5 sampai 39 cm
5) Spesimen Konsolidasi harus diambil dari 12,5 sampai 20,5 cm dari ujung sampel.
6) Spesimen Geser Langsung harus diambil dari 28 sampai 34 cm dari ujung sampel.
77
1)
5)
Kelola dan percobaan analisis Laju Konsolidasi, dengan melakukan beberapa tes
dengan drainase satu arah dan pengukuran tekanan air pori selama konsolidasi. Testes ini untuk meyakinkan bahwa konsolidasi primer telah selesai selama periode
konsolidasi semalam yang ditetapkan pada jadwal. Hal ini juga memungkinkan kita
untuk mengevaluasi apakah drainase spriral sesungguhnya dibutuhkan untuk tanahtanah ini.
78
Pada awalnya Laju Regangan 2% per jam disarankan untuk digunakan untuk
memungkinkan keruntuhan geser terjadi dalam waktu Tujuh Jam (Jam Kerja). Hal ini
bisa dirubah seraya pengalaman pengujian bertambah.
Fase konsolidasi akan dilaksanakan dengan drainase dari KEDUA ujung spesimen.
Kelola dan percobaan analisis Laju Konsolidasi, dengan melakukan beberapa tes
dengan drainase satu arah dan pengukuran tekanan air pori selama konsolidasi. Tes-tes
ini untuk meyakinkan bahwa konsolidasi primer telah selesai selama periode
konsolidasi semalam yang ditetapkan pada jadwal. Hal ini juga memungkinkan kita
untuk mengevaluasi apakah drainase spriral sesungguhnya dibutuhkan untuk tanahtanah ini.
Penentuan Kadar Serat, ASTM D 1997, Sampel basah dari kadar air asli.
Kehilangan akibat Pembakaran, Standar ASTM D2974, keringkan bahan dengan oven
pada permulaan tes.
pH. ASTM D2976. Meskipun begitu kita akan menggunakan suatu tes yang dirubah
yang dikeluarkan oleh Ontario Geological Survey karena ini memungkinkan
KONDUKTIFITAS diambil pada spesimen yang sama. Mulai dengan spesimen pada
kadar air yang ASLI.
Tes-tes kimia, tes oksidasi kimia untuk mendapatkan kadar organik harus mengikuti
British Standard seperti dijelaskan di Head. Tes ini menggunakan Potassium
Dichromate dan bahan-bahan kimia lain dan untuk keselamatan personal penanganan
bahan-bahan kimia tersebut harus dengan hati-hati sekali.
79
1) Pengujian pada tabung-tabung ini harus dikoordinasikan dengan Manajer Laboratorium untuk
meyakinkan bahwa kebanyakan pengujian UU, Geser Langsung dan Konsolidasi bisa dimulai
secara simultan.
2) Pengujian UU harus menggunakan tekanan-tekanan sel berikut:
203. 001, 203. 003
0,1 dan 0,4 kg/cm2
Usaha-usaha harus dilakukan untuk merubah alat sehingga sampel bisa lebih tebal dan
memungkinkan pengujian bisa lebih lambat untuk meyakinkan sampel sepenuhnya
terdrainase selama geser.
4) Tes-tes baling harus dilaksanakan pada tabung-tabung 203. 002, 203. 004, 203. 006.
Kedalaman untuk tes-tes baling pada tabung harus berubah dari yang untuk lokasi Panci jika
spesimen Geser Langsung sekarang lebih tebal.
5) Hal ini juga mempengaruhi lokasi untuk spesimen Konsolidasi dan Geser Langsung.
Gambar 4-18 Komentar Mengenai Pengujian BH 203 Pulang Pisau
4.6.3
Konsistensi Data
Seperti disebutkan pada Bagian 4.1, tanah-tanah secara sistematis
dikelompokkan berdasarkan karakteristik-karakteristik pembeda tertentu. Testes indeks digunakan untuk keperluan ini dan dia bisa diharapkan dengan baik
bahwa tanah-tanah yang dikelompokkan dengan cara ini akan memperlihatkan
sifat-sifat rekayasa yang sama. Adalah tidak mengherankan kemudian bahwa
selama bertahun-tahun sejumlah hubungan empiris telah dikembangkan yang
mengkorelasikan sifat-sifat indeks dengan karakteristik-karakteristik kekuatan
dan kompresibilitas.
Korelasi-korelasi ini bisa digunakan dengan berbagai cara. Pada proyek-proyek
yang tingkat kepentingannya relatif kecil dan di mana anggaran yang tersedia
untuk penyelidikan lapangan terbatas, karakteristik-karakteristik kekuatan dan
kompresibilitas bisa diduga dari hasil-hasil tes indeks. Pada proyek-proyek
yang penting di mana kekuatan dan kompresibilitas tanah ditentukan langsung
dari laboratorium, korelasi-korelasi bisa digunakan untuk sebagai suatu
pengujian terhadap konsistensi data dan oleh karenanya merupakan elemen
yang penting dalam suatu proses pengontrolan kualitas.
Perincian mengenai korelasi-korelasi yang lebih sering digunakan diberikan
dalam Panduan Geoteknik 4 di mana penerapan desain didiskusikan. Untuk
keperluan pengontrolan kualitas, manajer laboratorium sebaiknya
menggunakan korelasi-korelasi ini sebagai suatu uji silang berkenaan dengan
konsistensi data. Suatu catatan berisi uji-uji silang ini harus disimpan; ini harus
disertakan dalam laporan faktual untuk memberikan suatu dasar untuk menilai
kualitas dari data-data tes laboratorium.
80
81
5.1
PENDAHULUAN
Kualitas sampel dan penyebab-penyebab gangguan pada sampel dijelaskan pada
Panduan Geoteknik 2.
5.2
5.2.1
Penyimpanan Sampel
Sebagai aturan umum, sampel harus diuji sesegera mungkin setelah tiba di
laboratorium. Kapasitas dari laboratorium, seperti peralatan dan personil yang
ada, biasanya akan menentukan lamanya suatu sampel disimpan di tempat
82
temperatur dengan kisaran yang sama dengan kondisi dari mana sampel
tersebut diambil.
Ruangan tersebut harus memiliki ukuran yang memadai yang dapat menampung
sejumlah sampel yang harus ditangani tanpa harus tumpang tindih.
Brand & Brenner (1981) mengatakan bahwa walaupun dengan kondisi ruangan
penyimpanan yang memiliki perlengkapan terbaik sekalipun, sampel tanah tetap
saja akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Distribusi kembali
dari air, bakteri dan aktifitas kimia dan pengembangan (swelling) dan
pengeringan merupakan proses-proses yang akan terjadi yang merupakan fungsi
dari waktu.
Pada AASHTO (1988) disebutkan bahwa bahaya terbesar dari perubahan kimia
akan terjadi pada sampel yang disimpan di dalam tabung baja yang tak dirawat
sedemikian rupa supaya tidak mengalami perubahan untuk waktu yang lama.
Pada ASTM D1587-83 tentang Praktek Standar untuk Pengambilan Sampel
dengan Tabung Tipis (Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of
Soils) disebutkan bahwa pengaratan, baik yang berasal dari galvanisasi atau
reaksi kimia, dapat merusak atau menghancurkan baik dinding tabung yang tipis
maupun sampel itu sendiri. Tingkat kerusakan yang terjadi merupakan fungsi
dari waktu, demikian pula dengan interaksi yang terjadi antara sampel dan
tabung. Tabung yang menyimpan sampel yang lebih dari 72 jam harus di lapisi
sedemikian rupa dimana jenis lapisannya harus dispesifikasikan oleh seorang
Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk. Sebagai alternatif tabung-tabung stainless
steel harus dispesifikasikan.
Dengan memperhitungkan kemungkinan akan perubahan kimia akibat interaksi
antara sampel dan tabung contoh, sebagaimana didiskusikan di atas, dan/atau
akibat oksidasi dari sampel jika sampel tersebut mempunyai akses ke udara luar
karena penyegelan yang tidak sempurna, diusulkan sesuai dengan tujuan dari
Panduan ini bahwa sampel yang dikirim ke laboratorium untuk pengujian,
"segera" harus diuji tak lebih dari 15 hari setelah pengambilan sampel. Sampel
untuk cadangan pengujian selanjutnya harus dikeluarkan dari tabung, disegel
dan diberi label, kemudian disimpan secara hati-hati.
La Rochelle et al. (1986) melaporkan bahwa ada bukti yang mengindikasikan
bahwa walaupun hanya terdapat sedikit oksigen yang ada, sudah akan cukup
83
untuk memulai suatu proses kimia yang dapat menyebabkan terjadinya penuaan
pada lempung, dan bukti lain yang dapat dipertimbangkan pula, bahwa lilin
parafin, walaupun diberikan dengan cukup tebal, tidak cukup memadai untuk
melindungi sampel; karena retakan kecil yang terjadi pada parafin akibat
penempatan dan perubahan suhu akan mengakibatkan masuknya oksigen pada
permukaan lempung tersebut.
Pada tulisan mereka, La Rochelle et al. menjelaskan prosedur penyegelan
sampel yang digunakan pada Laboratorium Mekanika Tanah di Universitas
Laval, di Quebec, Kanada. Prosedur tersebut telah dikembangkan bertahuntahun dengan coba-coba selama pengamatan berikut ini dilakukan:
Penggunaan dari bahan campuran dengan kadar plastik yang lebih banyak
yang terdiri dari 50% lilin parafin dan 50% vaselin akan memperpanjang
waktu secara cukup berarti sebelum adanya tanda -tanda oksidasi telah
terjadi
Sebuah lapisan yang kedap udara yang lebih efisien dapat dibuat dengan
membungkus sampel dengan lembaran plastik rumah tangga yang biasa.
Untuk mengatasi permasalahan kebocoran udara yang terjebak antara
lembaran dan sampel, lembaran tersebut dimasukkan ke dalam campuran
lilin yang hangat, kemudian permukaan sampel dilapisi dan dihaluskan
permukaannya dengan tangan untuk membuang udara yang terjebak di
dalamnya.
84
jika hal tersebut ditemui, maka tusuk gelembung udara tersebut kemudian ratakan dengan
jari, lalu lubangnya ditutup kembali dengan lilin.
85
5.2.2
jarak antara ujung tabung dengan sampel tanah diukur dan dicatat pada
Formuilir Pemeriksaan Sampel (lihat Bab 2.6)
lilin pada ujung bawah tabung (dengan ujung yang terpotong) dilepaskan
dari ujung tabung
ukur massa dari tabung contoh dan tanah dan catatkan ke dalam Formulir
Pemeriksaan Sampel
86
ketika sebuah contoh telah dipotong, berikan sebuah Nomor Spesimen Uji.
Nomor Spesimen Uji, panjangnya dan jenis pengujian dimana contoh
tersebut digunakan dicatat ke dalam Formulir Pemeriksaan Sampel
jika terjadi penundaan pada saat sedang mengeluarkan sampel, maka bagian
yang terbuka dari sampel, yang masih terdapat di dalam tabung, harus di
tutup untuk mencegah terjadinya pengeringan dan sebuah kain yang
lembabharus diletakkan di atas penutup tersebut.
Segera setelah dikeluarkan dari tabung, kondisi dari sampel seperti tipe tanah,
keberadaan dari lapisan tipis pasir dan campuran antar material organik atau
sisa-sisa kerang harus dicatat ke dalam Formulir Pemeriksaan Sampel.
Persiapan spesimen uji
Secara umum, praktek laboratorium yang baik mensyaratkan tindakan
pencegahan berikut untuk dilakukan:
87
Pasal 8 dari BS 1377 : Part 1 : 1990 menjelaskan persiapan spesimen uji dari
sampel tanah tak terganggu yang diterima dari lapangan dimana prosedurnya
umum digunakan untuk lebih dari satu macam jenis pengujian. Prosedur
tersebut menjelaskan tentang:
spesimen uji berbentuk cakram dari sebuah sampel di dalam tabung contoh
88
89
derajat kebusukan yang rendah sering dipandang tidak terlalu perlu, untuk
gambut yang tingkat pembusukannya tinggi dan untuk tanah organik dipandang
sebagai sebuah persyaratan mutlak, karena jenis tanah tersebut bisa sangat
lunak sehingga sebuah contoh bahkan tidak cukup kuat untuk mendukung
beratnya sendiri. Peralatan yang digunakan oleh Landva et al., dikembangkan
sebagai bagian dari proyek penelitian di Universitas New Brunswick, Kanada
dan dirakit sendiri.
Peralatan khusus lain yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan sebuah
penyelidikan lapangan dalam kaitannya dengan jenis tanah yang sepertinya
akan ditemukan, harus diidentifikasi pada tahap awal dari perencanaan
penyelidikan dan pertimbangan mengenai hal ini harus diperhitungkan ketika
melakukan evaluasi terhadap kemampuan dan kapasitas dari organisasi atau
pihak-pihak yang ada dalam melakukan pekerjaan yang dimaksud.
5.3
jika pada ujung sampel yang terdapat dalam tabung lunak terlihat tidak
seperti biasanya, maka seluruh sampel mungkin telah terganggu
jika ujung tabung bengkok atau rusak, sampel mungkin telah terganggu
5.3.1
90
Kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari uji triaksial tak terdrainase pada
Gambar 5-1, mengindikasikan kualitas sampel yang digunakan. Untuk sampel
dengan kualitas sangat baik pada kurva (a), kurva tegangan-regangan akan linier
hingga mencapai sekitar puncak tegangan dan regangan yang terjadi pada saat
runtuhcukup kecil. Untuk sampel yang sedikit terganggu pada kurva (b),
kurvanya berbentuk melengkung (roundish) dan regangan pada saat runtuh
lebih besar dibanding dengan sampel dengan kualitas yang sangat baik; dan
sebuah sampel yang dicetak kembali (remolded) seperti pada kurva (c), tidak
memiliki puncak tegangan yang jelas.
Lempung Kanada
Lempung Yugoslavia
1.5
Lempung Perancis
3-8
Tabel 5-1 Regangan saat Runtuh dari Sampel Tak Terganggu dalam Uji Kompresi Tak
Terdrainase
91
Pengamatan pada tanah lunak dari lokasi karakterisasi Bandung dan Jakarta
menunjukkan bahwa kisaran regangan runtuh untuk tanah tersebut dalam uji
triaksial CU, UU dan uji geser langsung umumnya sekitar 6%. Untuk material
gambut regangan umumnya lebih tinggi dan tak ada puncak kuat geser yang
pasti yang dapat ditemukan.
Distribusi dan deviasi dari kuat geser tak terdrainase
Pada umumnya, kuat geser tak terdrainase dari lempung yang terkonsolidasi
normal akan meningkat terhadap kedalaman, dan hubungan antara kuat geser
dan kedalaman akan linier untuk lempung yang terkonsolidasi normal pada
lapisan tanah yang seragam. Gambar 5.2 menunjukkan sebuah contoh dari
deviasi terhadap kelinieran tersebut, yang menunjukkan bahwa sampel No. 4
merupakan sampel yang sangat terganggu.
Gambar 5-2 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Nilai Kuat Geser Tak Terdrainase
92
5.3.2
Gambar 5-3 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Angka Pori-Tekanan
Konsolidasi
Tekanan Kritis
Tekanan kritis, yang didapat dari pengujian konsolidasi satu dimensi, akan
menurun seiring dengan peningkatan pada derajat gangguan/kerusakan yang
terjadi pada sampel. Pada endapan lempung dimana tegangan dan kondisi
93
Gambar 5-4 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Koefisien Konsolidasi
Sekunder Tekanan Konsolidasi
94
Gambar 5-5 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Kecepatan Konsolidasi
Sekunder-Tekanan Konsolidasi
5.3.3
95
5.3.4
96
6.1
DEFINISI
Istilah kemas biasanya dipakai dalam susunan fisik dari partikel tanah dan
kelompok partikel, termasuk jarak partikel dan spasi yang ada antara pori atau
distribusi ukuran pori (Brenner et al. 1981). Biasanya istilah kemas ini
dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu:
97
menolak. Antara kedua perbedaan besar ini ada sebuah tahapan lanjutan yang
tak terhingga.
Pada umumnya sebuah elemen dari tanah terflokulasi memiliki kuat geser yang
lebih tinggi, kompresibilitas yang lebih rendah dan permeabilitas yang lebih
tinggi dibanding dengan elemen yang sama dari tanah dengan rasio pori yang
sama, tetapi berada dalam keadaan terdispersi. Kuat geser yang lebih tinggi dan
kompresibilitas yang lebih rendah pada keadaan terflokusasi disebabkan oleh
tarik menarik antara partikel dan kesulitan yang lebih besar dari pemindahan
partikel ketika berada dalam keadaan susunan yang tak beraturan; sedangkan
permeabilitas yang lebih tinggi disebabkan oleh terdapatnya saluran yang lebih
besar untuk mengalirkan air.
Brenner dan Brenner (1981) menyatakan bahwa walaupun kemas mikro
(microfabric) lebih sering dibicarakan/diperhatikan, namun kemas makro
(macrofabric) dapat saja menyebabkan sebuah pengaruh yang dominan dalam
banyak masalah keteknikan. Dalam kasus lempung lunak, ciri-ciri dari kemas
makro (macrofabric) adalah:
perlapisan horisontal
6.2
lubang-lubang akar
retakan syneresis
inklusi organik
98
Aroma. Aroma harus dijelaskan jika material yang ada merupakan material
organik dan tidak umum. Tanah yang mengandung unsur organik dalam jumlah
yang signifikan biasanya akan memiliki aroma khusus sebagai akibat
pembusukan dari vegetasi yang ada. Hal ini akan jelas terlihat pada sampel yang
masih baru/segar, tetapi jika sampel tersebut telah mengering, aromanya dapat
muncul kembali dengan memanaskan sebuah sampel yang basah.
Kondisi Kadar Air (Moisture Condition). Hal ini digambarkan dengan istilah
kering, lembab atau basah dengan mengacu pada kriteria -kriteria berikut.
Kering
: tak ada kandungan air, berdebu, dan terasa kering jika dipegang
Lembab
Basah
: tampak adanya air bebas, biasanya tanah berada pada muka air.
Konsistensi. Konsistensi dari sampel yang utuh dari tanah berbutir halus
digambarkan dengan istilah sangat lunak, lunak, agak keras, keras atau sangat
keras berdasarkan kriteria -kriteria berikut ini.
Deskripsi
Sangat lunak
Lunak
Agak keras
Keras
Sangat keras
Kriteria
penekanan dengan jari akan menembus
tanah lebih dari 25 mm
penekanan dengan jari akan menembus
tanah sekitar 25 mm
penekanan dengan jari akan masuk ke
tanah sekitar 6 mm
penekanan dengan jari tak akan menekuk
tanah tapi akan dengan mudah menekuk
dengan ibu jari
penekanan dengan ibu jari tak akan
menekuk tanah
Kriteria
Lapisan yang berubah-ubah (alternating
layers) dengan warna dan material yang
bervariasi dengan tebal minimal 6 mm:
perhatikan ketebalannya
Berlapis-lapis
Lapisan yang berubah-ubah (alternating
layers) dengan warna dan material yang
bervariasi dengan tebal kurang dari 6mm:
perhatikan ketebalannya
Bercelah
Patahan sepanjang bidang retak tertentu
dengan sedikit tahanan terhadap keretakan
Berlapis di Sisi (Slickensided) Terdapat bidang retakan yang halus
atau mengkilat, kadang striated
99
Berblok
Berlensa
Homogen
Tanah organik biasanya memiliki warna coklat gelap hingga hitam dan
memiliki aroma organik
Beberapa tanah organik akan berubah warna menjadi lebih muda secara
signifikan jika dikeringkan di udara luar
100
Simbol Tanah
Dilatansi
Kekerasan
ML
Lambat sampai
dengan cepat
CL
Sedang sampai
dengan tinggi
Sedang
MH
Rendah sampai
dengan sedang
Rendah sampai
dengan sedang
CH
Tinggi sampai
dengan sangat
tinggi
Nol
Tinggi
Tabel 6-1 Identifikasi Tanah Inorganik Berbutir Halus berdasarkan Manual Pengujian (ASTM D
2488-93)
Deskripsi dan identifikasi dari tanah berbutir halus berdasarkan pada penjelasan
di atas dapat diterapkan pada sampel-sampel tak terganggu (yang didapat
berdasarkan, misalnya, ASTM D 1587-83), yang diambil pada kedalaman di
antara lokasi pengambilan sampel dengan sampel yang diambil ketika
melakukan Uji Penetrasi Standar (ASTM D 1586-84, diterbitkan kembali tahun
1992). Dalam praktek di Indonesia umumnya dilakukan pemeriksaan (coring)
untuk identifikasi di antara lokasi pengambilan sampel tetapi karena sebagian
besar pemeriksaan tersebut jarang dilakukan dengan detil, ahli pengeboran
menjadi tidak tahu seberapa besar kebutuhan akan pemeriksaan secara hati-hati
tersebut harus dilakukan. Karena pemeriksaan ini relatif murah untuk sebuah
informasi yang bernilai, kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan (coring) yang
hati-hati seharusnya ditekankan oleh seorang engineer geoteknik. Dan karena
evaluasi ini merupakan sesuatu yang agak subyektif dan membutuhkan latihan
dalam pengambilan keputusan keteknikan, pemeriksaan (coring) ini harus
ditugaskan kepada personil yang berpengalaman; dan seharusnya tidak
ditugaskan kepada engineer atau geolog muda atau kepada seorang teknisi.
Pencatatan kemas (fabric logging) yang detil umumnya dilakukan di
laboratorium pada sampel tak terganggu. Prosedur yang digunakan selama
Tahap 1 dari Indon-GMC Guides Project pada Pusat Litbang Prasarana
Transportasi Bandung (IRE), dalam menganalisis kemas makro (macrofabric)
dijelaskan pada Bab 6.3 berikut:
6.3
101
penyelidikan permukaan harus dilakukan, baik pada blok yang digali ataupun
pada sampel yang diambil dengan tabung. Sebuah metode untuk melakukan
pemeriksaan permukaan adalah dengan melakukan pemotongan parsial (partial
cutting) secara hati-hati, membelah (splitting) dan pengeringan di udara luar
(air-drying).
6.3.1
Pemisahan (Parting)
Fitur unit tunggal
(Single unit
features)
(Dusting)
Lapisan tipis
0.5
0.5
5.0
50.0
50.0 500.0
Lapisan tebal
Lapisan normal
Lapisan
Deskripsi
0.1
Pendebuan
Lamina
(mm)
Tabel 6-2 Deskripsi yang Diusulkan untuk Pengkarakterisasian Sifat-sifat Dasar dari Fitur pada
Endapan Berlapis
102
Klasifikasi dari partikel tanah yang terdiri dari fitur-fitur tersebut, ditentukan
berdasarkan data distribusi ukuran partikel, kadar air, karakteristik plastisitas
dan sifat-sifat lainnya yang dianggap tepat.
Bentuk dari Fitur
Bentuk dari fitur dikarakterisasikan dengan istilah berdasarkan ketebalannya,
dengan penilaian terhadap kontinuitasnya serta bentuk geometri permukaannya.
Ketebalan dari berbagai ciri tersebut diukur dalam arah normal terhadap bidang
dimana fitur tersebut meluas. Sebagai contoh, jika fitur tersebut horisontal dan
datar (planar), ketebalan diukur dalam arah vertikal.
Sehubungan dengan penilaian terhadap kontinuitasnya, permukaan yang
diperiksa akan sering dibatasi perluasannya, oleh karenanya sebuah penilaian
yang benar terhadap kontinuitasnya tidak akan dapat dilakukan. Kemungkinan
terbaik penilaian secara kuatitatif atau bahkan kualitatif seharusnya dibuat,
dengan menggunakan korelasi apa saja yang memungkinkan antara lokasi yang
berbeda pada suatu tempat.
Dasar untuk pengkarakterisasian geometeri permukaan dari fitur tersebut
diberikan dalam Tabel 6-3 dan pada Gambar 6-1.
Tipe
Deskripsi
Planar
Datar
Melengkung (Curved)
Menggantung (Hinged)
Terlipat
(Folded)
Rapi
(Gentle)
Kasar
(Severe)
Tabel 6-3 Karakterisasi dari Geometeri Permukaan dari Fitur-fitur pada Endapan Berlapis
103
Gambar 6-1 Geometri Permukaan dari Fitur-fitur pada Endapan Berlapis (McGown dan Jarrett
1997a)
Klasifikasi
Frekuensi
Jumlah fitur
sejenis per meter, f
Lebih dari 40
Sangat rendah
Kurang dari 25
40 20
Rendah
25 - 50
20 10
Sedang
50 - 100
10 5
Tinggi
100 - 200
5 - 2.5
Sangat tinggi
200 - 400
Sangat sering
104
Sangat rendah
Rendah
2.5 - 5.0
Sedang
- 10
Tinggi
10 - 20
Sangat tinggi
20 - 50
Dominan*
Lebih dari 50
*Jika fitur sejenis melebihi 50% dari tebal keseluruhan, maka harus di istilahkan
sebagai matriks tanah (soil matrix).
Tabel 6-5 Klasifikasi Intensitas dari Sedimen Berlapis
Data spasi dasar dapat digabung dengan data ketebalan fitur untuk menghitung
persentase ketebalan dari berbagai fitur pada arah pengukuran. Hal ini penting
dalam hal untuk mendapatkan pengaruh dari fitur terhadap sifat-sifat keteknikan
tertentu seperti permeabilitas dan kompresibilitas. Klasifikasi yang diusulkan
oleh McGown dan Jarrett untuk prosentase ketebalan keseluruhan dari setiap
kelompok fitur dalam arah pengukuran diberikan pada Tabel 6-5.
Sebuah metode yang lebih tepat untuk menampilkan data yang diukur dan
diturunkan dari analis kemas makro ditunjukkan pada Gambar 6-2
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi :
Tanggal :
Blok, detil lubang :
Arah terhadap aksis dasar :
Deskripsi tanah :
Fitur yang dimaksud:
Pengukuran:
No. fitur
Kedalaman (m):
Sifat dasar
Klasifikasi
Tanah
Tipe fitur
Ketebalan, t
(mm)
Bentuk
Penilaian
kontinuitas
Sampel:
Orientasi
Geometri
permukaan
Pukulan
Spasi, S
(mm)
Turunan
1
2
3
4
5
6
7
8
(a)
(c)
Jumlah fitur
20
Jenis feature
(b)
15
10
5
0
4
8
12
Spasi, mm
16
105
6.3.2
Prosedur Laboratorium
6.3.2.1
6.3.2.2
6.3.2.3
Keluarkan sampel tak terganggu ke dalam sebuah tabung yang telah diolesi
air dan separuh lingkarannya terbuat dari plastik.
Secara perlahan tarik sampel tersebut keluar, sehingga kedua bagian yang
sama panjang tersebut masuk ke dalam tabung separuh plastik tersebut.
Pilih sampel yang paling baik untuk pemeriksaan makro dan pemotretan;
sementara separuh sisanya ditujukan untuk pemeriksaan sifat-sifat
indeksnya.
Pada hari pertama letakkan sebagian sampel yang baik pada bingkai
pemotretan dengan diberi label yang jelas. Perhatikan, nomor film,
kecepatan dan waktu pencahayaan.
Ukur dari titik spesifik pada bagian atas sampel ke masing-masing bagian
fitur kemas makro yang tak terlindung. Catat jarak ke pusat dari setiap fitur
dan gambarkan dengan menggunakan istilah standar yang diberikan dalam
formulir pencatatan kemas makro (Gambar 6.2). Kemudian tandai dengan
jelas pada formulir tersebut dengan Hari Pertama.
Pada hari ke-3, lakukan pemotretan kembali sampel tersebut pada bingkai
pemotretan seperti pada hari pertama, jangan lupa untuk merubah semua
detil menjadi HARI KE-3.
Ukur dan catat kembali, dari titik yang sama seperti pada hari pertama, fitur
kemas makro yang tak terlindung pada formulir pencatatan susunan makro
yang baru, tandai dengan jelas sebagai hari ke-3.
Ulangi proses di atas untuk hari ke-5, dan tandai dengan jelas foto dan
formulir pencatatan kemas makro yang baru sebagai HARI KE-5.
Simpan data yang dapat ditelusuri kembali pada format lembar pengolahan
data dasar.
Setelah memproses film kemas makro tersebut, tandai dengan jelas pada
bagian belakang dari foto yang dicetak tersebut dengan nomor referensi
film yang sesuai dengan film negatif dan nomor sampel serta hari dan
tanggal dilakukannya pemotretan tersebut.
106
107
Pelaporan
7.1
PERSYARATAN KHUSUS
Dalam metode pengujian yang dijelaskan dalam standar-standar SNI, ASTM
dan BSI, detil dari data diberikan untuk dilaporkan dalam setiap pengujian.
Jumlah dari sifat-sifat dasar (nature) dari data pengujian yang dilaporkan
bergantung pada kompleksitas dan jenis pengujian. Sebagai contoh, pada kasus
pengujian Konsolidasi Tak Terdrainase (CD) yang dijelaskan pada bab 4.3.2.3
dari Panduan Geoteknik ini, ada empat tahapan yang dijalani: persiapan
spesimen uji, penjenuhan, konsolidasi dan kompresi. Data yang dilaporkan
untuk setiap spesimen dicantumkan dalam BS dengan 15 bagian, tidak termasuk
persyaratan untuk pengeplotan grafis dari data, yang dicantumkan secara
terpisah. Laporan pengujian juga harus menegaskan bahwa pengujian tersebut
dilaksanakan berdasarkan pasal 4,5,6 dan 8 dari BS 1377:Part 8: 1990, dimana
pada bagian tersebut dinyatakan tentang metode yang digunakan (pada kasus
khusus ini adalah pengujian triaksial yang terkonsolidasi dan terdrainase dengan
pengukuran perubahan volume) dan memberikan informasi lain yang sesuai
seperti tercantum pada Bab 8.2 berikut.
Tak ada format standar untuk formulir penghitungan dan pencatatan data
pengujian. Meskipun demikian, sebuah persyaratan yang pasti adalah apapun
formulir yang digunakan, harus cukup untuk menampung pencatatan lengkap
dari spesimen uji, metode pengujian, data pengujian dan perhitungan yang
dilakukan pada data tersebut. Pada lampiran dari 9 Parts of BS 1377 (1990),
sebuah contoh formulir untuk penghitungan dan pencatatan data untuk
pengujian tipikal (khusus) diberikan.
Ketika melakukan pemeriksaan kemampuan dari sejumlah laboratorium
sebagaimana didiskusikan pada Bab 2, seorang Insinyur Geoteknik yang
Ditunjuk harus memberikan perhatian khusus dalam memeriksa kelengkapan
dari formulir yang digunakan untuk mencatat dan menganalisis data dan sistem
yang digunakan untuk menyimpan data.
Suatu formulir harus berisi informasi-informasi berikut ini:
Jenis sampel
108
Deskripsi visual tanah, termasuk kemas tanah dan semua ciri-ciri yang tidak
biasa
Tanggal pengujian
Setiap formulir di mana setiap data pengujian dicatat harus mempunyai tempat
untuk nama dan tandatangan sebagai berikut:
Operator
Diperiksa
Disetujui
Nama
Tanda tangan
Grafik harus menunjukkan semua titik yang diplot, tidak hanya berupa kurva
garis saja dan diberikan skala sebesar mungkin, dalam satuan yang
memudahkan seperti 1, 2, atau 5 divisi per satuan (AASHTO 1988).
Ketika hasil dari sejumlah pengujian ditunjukkan dalam sebuah grafik, sebuah
lambang harus digunakan untuk mengidentifikasikan data yag diplot untuk
spesimen uji yang berbeda dan sebuah kotak judul harus ditunjukkan untuk
setiap grafiknya, yang meliputi:
Nama proyek
7.2
Nomor proyek
Jenis tanah
PERSYARATAN UMUM
Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus memantau secara langsung kemajuan
dari penyelidikan dan harus diberi salinan dari data yang telah diperiksa dan
ditandatangani jika datanya telah ada. Dokumen laboratorium harus ada untuk
diperiksa oleh Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk ini ketika mengunjungi
laboratorium dan harus memuat catatan minimum berikut:
Penampang Pengeboran.
109
Berkaitan dengan penyimpangan dari standar, hal ini hanya diijinkan dengan
persetujuan sebelumnya dari engineer geoteknik yang ditunjuk; dan persetujuan
tersebut harus diberikan secara tertulis dan disimpan oleh insinyur laboratorium
dan Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk.
7.3
LAPORAN LABORATORIUM
Laporan untuk penyelidikan laboratorium harus mengandung informasi yang
dicantumkan di bawah ini jika relevan. Jika bagian-bagian yang relevan tidak
diikutsertakan dalam Laporan maka alasan-alasan penghilangannya harus
diberikan.
Sampul
Suatu format contoh diberikan pada Panduan Geoteknik 4.
Laporan harus secara jelas diberi tanda sebagai
Pendahuluan:
Konsep:
Akhir
Tanggal harus selalu nampak pada sampul.
Daftar Isi
Ini harus mencantumkan setiap bagian dari laporan, dengan nomor halaman.
Dia harus berisi semua Tabel, Gambar, Gambar Teknik dan Lampiran.
Suatu format contoh diberikan pada Panduan Geoteknik 4.
Lembar Persetujuan
Suatu format contoh diberikan pada Panduan Geoteknik 4.
Jika Laporan berupa Pendahuluan atau Konsep makan hal ini harus
diungkapkan.
110
Pengantar
Menyediakan acuan-acuan lengkap terhadap Laporan-laporan sebelumnya.
Menyebutkan tanggal-tanggal saat pekerjaan berlangsung.
Menyebutkan Proyek, Pemberi tugas, Insinyur, tujuan dari penyelidikan dan
semua aspek-aspek khusus pekerjaan.
Jika Laporan berupa Pendahuluan cantumkan ruang lingkup pekerjaan yang
dilaksanakan dan sisa-sisa yang akan dilaksankan.
Penjelasan Tempat
Suatu Peta Lokasi dengan rincian yang memadai sehingga seseorang bisa
menemukan lokasinya di darat. Ini harus menandai tempat dalam hubungannya
dengan kota atau desa terdekat dan menyertakan suatu skala dan penunjuk
Utara. Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus mempersiapkan suatu Peta
Lokasi pada tahap studi meja dan menyediakan gambar teknik untuk digunakan
pada semua laporan-laporan yang tersisa.
Suatu Peta Umum dengan rincian yang memadai untuk memperlihatkan
perincian dari proyek dan lokasi posisi-posisi penyelidikan yang dihubungkan
dengan sistem koordinat tempat. Semua penyelidikan yang dilaksanakan pada
tahap pendahuluan harus telah ditandai dengan cara mengukur jaraknya
terhadap berbagai ciri-ciri tempat. Lokasi-lokasi ini kemudian harus telah
dikoordinasikan selama survai utama untuk penyelidikan lapangan.
Laboratorium Eksternal
Nama semua laboratorium eksternal yang terlibat dalam program pengujian,
dan dasar pemilihannya harus dinyatakan dalam laporan; tes-tes yang
dilaksanakan oleh laboratorium eksternal harus secara jelas dinyatakan. Laporan
harus memberi komentar mengenai kualitas dari fasilitas-fasilitas yang ada pada
laboratorium eksternal dengan penekanan utama pada semua aspek operasinya
yang dianggap di bawah standar. Laporan harus menjelaskan bagaimana
performa laboratorium eksternal dimonitor dan terutama pemenuhannya
terhadap prosedur-prosedur pengontrolan kualitas.
Tes-tes Laboratorium
Rangkuman hasil-hasil tes menggunakan format yang sama seperti Jadwal
Pengujian Laboratorium. Jika ada bagian pengujian yang diinginkan yang tidak
dilaksanakan dengan alasan apapun maka hal ini harus dinyatakan.
Suatu daftar masing-masing tes dan standar yang digunakan untuk tes. Jika
suatu standar yang diakui tidak dipakai, atau ada deviasi dari standar, maka hal
ini harus dijelaskan. Jika metode tersebut membutuhkan penjelasan yang
panjang dia harus dimasukkan dalam Lampiran. Laboratorium harus
mengembangkan penjelasan-penjelasan yang baku untuk laporan-laporannya.
111
Referensi-referensi
Semua sumber informasi, dan data eksternal lainnya yang digunakan dalam
laporan harus dirujuk dengan lengkap.
Lampiran-lampiran
Lampiran-lampiran harus menyertakan
Catatan-catatan pemboran yang telah direvisi dengan mempertimbangkan hasilhasil tes laboratorium.
Lembar-lembar Penyerahan Sampel
Lembar-lembar Penetapan Sampel
Hasil-hasil Tes Laboratorium
Semua lembar-lembar hasil tes harus berisi informasi yang dijabarkan pada
Bagian 7.1.
Gambar-gambar Teknik
Semua gambar-gambar teknik harus berisi informasi berikut:
Untuk semua gambar-gambar teknik: skala batang, nomor gambar teknik,
rujukan terhadap data sumber untuk informasi survei dan sebagainya
Untuk peta-peta, sebagai tambahan: penunjuk utara, jaringan.
Data-data Tambahan
Data-data mentah dari laboratorium tidak umum untuk dimasukkan dalam
laporan-laporan. Namun Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus menyimpan
suatu dokumen bersi data-data mentah yang diterima dari laboratorium untuk
keperluan-keperluan perujukkan.
112
Referensi
Suatu bibliografi sekitar sebilan ratus referensi dipersiapkan sebagai bagian dari
proyek IGMC2 dan dimasukkan pada yang menyertai CD Panduan Geoteknik
ini.
Semua dokumen pada Bibliografi disimpan di Perpustakaan IRE, kecuali yang
disebutkan pada database sebagai tersedia di tempat lain di Bandung.
AASHTO (1988), Manual on Subsurface Investigations, American Association
of State Highway and Transportation Officials, Washington, DC, USA.
Akroyd T N W (1957), Laboratory Testing in Soil Engineering, Soil Mechanics
Limited, London, UK, reprinted 1969.
Al-Khafazi A W & Andersland O B (1992), Geotechnical Engineering and Soil
Testing, Saunders College Publishing, USA.
ASTM Standards (1994), Section 4, Construction: Volumes 04.08 and 04.09,
Soils and Rock, American Society for Testing and Materials, Philadelphia,
USA.
Brand E W & Brenner R P (1981), Soft Clay Engineering, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam, The Netherlands.
BS 1377 (1990), Methods of Test for Soils for Civil Engineering Purposes,
Parts 1-9, British Standards Institution, London.
Head K H (1984), Manual of Soil Laboratory Testing, Volume 1: Soil
Classification and Compaction Tests, Pentech Press Limited, Plymouth, UK.
Hvorslev M J (1949), Subsurface Exploration and Sampling of Soils for Civil
Engineering Purposes, US Army Waterways Experimental Station, Vicksburg,
Miss, USA.
ISO/IEC (1999), International Standard ISO/IEC 17025: 1999 (E), General
Requirements for the Competence of Testing and Calibration Laboratories, The
International Organization for Standardization and the International
Electrotechnical Commission, Geneva, Switzerland.
ISSMFE (1981), International Manual for the Sampling of Soft Cohesive Soils,
The Sub-Committee on Soil Sampling (ed), International Society for Soil
Mechanics and Foundation Engineering, Tokai University Press, Tokyo, Japan.
Japanese Standards Association (1960), Method of Test for Consolidation of
Soils, Japanese Industrial Standard JIS A 1217-1960.
Japanese Standards Association (1977), Method of Unconfined Compression
Test of Soil, Japanese Industrial Standard JIS A 1216-1958 (revised 1977).
113
114
Lampiran A
Metode-metode Tes Standar yang
Diterbitkan oleh SNI, ASTM dan
BSI
Klasifikasi lempung
dan lanau organik dan
inorganik
Klasifikasi gambut
Kadar air asli tanah
Distribusi ukuran
partikel
Berat jenis
Berat isi total tanah
Batas cair (metode
Casagrande)
Batas plastis
Batas susut
(metode merkuri)
Batas susut
(metode lilin)
Tes geser baling
laboratorium
Kadar bahan organik
(metode kehilangan
akibat pembakaran)
Kadar bahan organik
(metode oksidasi
dichromate)
Kadar air asli gambut
dan tanah organik
lainnya
Berat isi total gambut
SNI
ASTM (1994)
BS 1377
(1990)
D 2487-93
SK SNI M -05-1989F
(SNI 03-1965-1990)
SK SNI M -23-1993-03
(SNI-03-3423-1994)
SK SNI M -07-1993-03
(SNI 03-3637-1994)
-
D 4427-92
D 2216-92
D 422-63
D 854-92
-
Klausa 7, Part 2
D 4318-93
D 4318-93
D 427-93
D 4943-89
D 4648-87
D 2974-87
Klausa 4, Part 3
Klausa 3, Part 3
D 2974-87
D 44531-86
(reapproved 1992)
D 1997-85
D 4542-85
(reapproved 1990)
D 2976-71
(reapproved 1990)
D 4972-89
D 4373-84
(re-approved
1990)
pH bahan-bahan
gambut
pH tanah
Kandungan karbonat
Pd.M -12-1997-03
-
Klausa 6, Part 3
Tabel A1 Metode-metode tes standar yang diterbitkan oleh SNI, ASTM dan BSI.
A1
Test
Kandungan klorida
Kandungan sulfat
Tes geser langsung
Tes kompresi
triaksial tak
terkonsolidasi tak
terdrainase (UU)
Tes kompresi
triaksial
terkonsolidasi tak
terdrainase (CU)
Tes kompresi
triaksial
terkonsolidasi
terdrainase (CD)
Tes konsolidasi
satu-dimensi
Sifat-sifat
konsolidasi
menggunakan sel
hidraulik (Rowe)
Tes permeabilitas
(permeameter
tinggi energi
konstan)
Tes permeabilitas
(alat triaksial)
Tes permeabilitas
(sel konsolidasi
hidraulik)
Deskripsi dan
identifikasi tanah
SNI
BS 1377
(1990)
SK SNI M-108-1990-03
(SNI 03-2813-1992)
Pd.M22-1996-03
(SNI 03-4813-1998)
D 3080-90
Klausa 7, Part 3
Klausa 5, Part 3
-
D 2850-87
SK SNI M-05-1990F
(SNI 03-2455-1991)
D 4767-88
Klausa-klausa 4,
5, 6 dan 8 dari
Part 3
SK SNI M-107-1990-03
(SNI 03-2812-1992)
-
D 2435-90
Klausa 3, Part 6
Klausa 5, Part 5
Klausa 6, Part 6
Klausa 4, Part 6
D 2488-93
Tabel A1 Metode-metode tes standar yang diterbitkan oleh SNI, ASTM dan BSI (lanjutan).
A2
Lampiran B
Tes Kompresi Triaksial
Terkonsolidasi Terdrainase dengn
Pengukuran Perubahan Volume:
Klausa-klausa 5, 6 dan 8 dari BS
1377: Part 8: 1990
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
Lampiran C
Persiapan Sampel-sampel Tak
Terganggu untuk Pengujian:
Klausa 8, BS 1377: Part 1: 1990
C1
C2
C3
C4
(ITB Bandung )
(HATTI-Jakarta)
(UI Jakarta)
(ITB Bandung )
(UNPAR Bandung)
(Proyek PMU SURIP)
(HPJI Jakarta )
(Puslitbang Geologi-Bandung)
Mantan
Kepala
Pusat
Prasarana Transportasi
Kepala Pusat
Transportasi
Litbang
Litbang
Prasarana
Geologi
atas