Anda di halaman 1dari 23

Intravena

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam fase farmakokinetik termasuk bagian proses
invasi dan proses eliminasi Yang dimaksud dengan invasi
adalah proses- proses yang berlangsumg pada pengambilan
suatu bahan obat kedalam organism (absorbso,distribusi),
sedangkan eliminasi merupakan proses yang menyebabkan
penurunan konsentrasi obat dalam organism (eskersi).
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang
cakupan kinetika absorbs, distribusi,dan eliminasi obat.
Selain itu, farmakokinetik merupakan perubahan kadar
obat dalam tubuh yang dipengaruhi oleh waktu, sedangkan
maksud dari farmakokinetika yaitu untuk menghitung berapa
lama suatu obat terabsorbsi dalam tubuh.
Rute pemberian obat ( Routes of Administration )
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,
karena

karakteristik

lingkungan

fisiologis

anatomi

dan

biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh


karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang
berbeda;

enzim-enzim

terdapat

di

dan

lingkungan

getah-getah

tersebut

fisiologis

berbeda.

yang

Hal-hal

ini

menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
lokasi

kerjanya

dalam

waktu

tertentu

akan

tergantung dari rute pemberian obat.


B. Maksud Praktikum
Menganalisis
dan
mempelajari
Farmakokinetik obat farmadol

berbeda,

parameter

di dalam tubuh yang diberikan

secara intravena lewat sampel darah.


C. Tujuan Praktikum
Menentukan distribusi obat farmadol

di dalam tubuh

yang diberikan secara intravena dan menentukan volume


distribusinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh dalam rute
pemberian apapun selalu berkaitan dengan farmakokinetik.
Sebab setiap obat pasti akan mengalami proses baik itu mulai

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
dari

proses

penyerapan

maupun

langsung

mengalami

distribusi seperti pada pemberian intravena yang langsung


masuk ke dalam peredaran darah tanpa mengalami proses
absorbs (Hayes, 1996).
Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai
faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang
mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika
melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat
dari

suatu

produk

obat,

laju

pelarutan

dan

akhirnya

bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika mempelajari


kinetika

absorpsi

ekskresi

dan

obat,

distribusi

metabolisme).

dan

Uraian

eliminasi

dari

(yakni,

distribusi

dan

eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat


(Shargel, 2005).
Pada rute intravena (i.v), tidak ada fase absorpsi, obat
langsung masuk ke dalam vena, onset of action cepat,
efisien,

bioavailabilitas

100

%,

baik

untuk

obat

yang

menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain,


biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktuparuhnya (t1/2) pendek (Joenoes, 2002).
Intravena (i.v), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh
darah. Larutan dalam volume kecil (di bawah 5 ml) sebaiknya

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infuse) harus
isotonis dan isohidris (Joenoes, 2002).
Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai
faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang
mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika
melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat
dari

suatu

produk

obat,

laju

pelarutan

dan

akhirnya

bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika mempelajari


kinetika

absorpsi

ekskresi

dan

obat,

distribusi

metabolisme).

dan

Uraian

eliminasi

dari

(yakni,

distribusi

dan

eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat


(Shargel, 2005).
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia
(obat) yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksiinteraksi ini dibagi menjadi dua jenis (Neal, 2006) :
1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat
dengan
berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk
mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
1.

Daerah dibawah lurva (Area Under Curva)


adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o
hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan
jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salah
satu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang
paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan
metode trapezoid.

2.

Volume distribusi adalah suatu parameter


farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas
distribusi

obat

dalam

tubuh.

Volume

distribusi

bukan

merupakan vilume yang sesungguhnya dari ruang yang


ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.
Besarnya

volume

distribusi

dapat

digunakan

sebagai

gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.


3.

Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah


konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam
plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat
biasanya

dinyatakan

dalam

batasan

konsentrasinya

sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan


plasma.
4.

Waktu
dibutuhkan unsur

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

Puncak

(tmax) adalah

waktu yang

untuk mencapai level obat maksimum

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
dalam darah (tmax). serta parameter ini menunjukan laju
absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan
waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum
dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakologis
yang dikendaki.
5.

Waktu paruh obat (t) adalah gambaran


waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan
menjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki

6.

Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang


mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu
obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan
pada tempat absorsinya

7.

Tetapan eliminasi adalah parameter yang


gambarkan

laju

ekskresinya

obat

eliminasi
dan

suatu

metabolit

obat

tubuh.

obat,

Dengan

aktivitas

dan

keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir


Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang paling
banyak digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi pasien.
Data

statistic

menunjukkan

terapi

ini

belum

jelas,

tetapi

diperkirakan sekitar 80% pasien akan diberikan terapi intravena


ini. Tindakan pemasangan infus, akan berkualitas apabila dalam
pelaksanaannya

selalu mengacu pada

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

standar yang telah

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
ditetapkan,

sehingga

kejadian

infeksi

atau

berbagai

permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi bahkan


tidak terjadi. Dikarenakan, salah satu indikator yang dipakai
untuk menilai kinerja rumah sakit adalah infeksi nosokomial yang
adalah

merupakan

indikator

mutu

pelayanan

(Atihuta & Bahar,2010).

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

rumah

sakit

Intravena
B. Uraian Obat

1. Parasetamol (Gennaro, 1990)


Nama resmi

: Acetaminophen

Sinonim

: Paracetamol

Rumus molekul

: C8H9NO2

Berat molekul

: 151,16

Pemerian

: Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa


pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit
rasa pahit.

Kelarutan

Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian


etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P; larut dalam larutan
alkalihidroksida.

Inkompatibilitas

: Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah


dilaporkan

oleh

karena

itu

parasetamol

dihubungkan dengan permukaan dari nilon


dan rayon.
Farmakodinami

: Efek

analgesik

parasetamol

yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan


sampai sedang. Parasetamol menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
berdasarkan

efek

sentral.

Efek

anti

inflamasinya sangat lemah.


Farmakokinetik

: Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna


melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam.

C. Uraian Hewan
a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Rhodentia

Family

: Muridae

Genus

: Rattus

Spesies

: Rattus norvegicus

b. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)


Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya
dengan sempurna, mudah dipelihara,merupakan hewan yang
relative sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian.tikus yang
sudah menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk
penelitian dan di laboratorium ataupun hewan kesayangan adalah
tikus putih yangh berasal dari asia tengah dan tidak ada
PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
hubungannya dengan norwegia seperti yang diduga dari namanya.
Tikus dapat dikandangkan bersama dala satu kelompok besar yang
terdiri dari jantan dan betina dan berbagai tingkat tanpa terjadinya
kelahiran yang berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya
akan kembali ke kandang (Malole, 1989)
c. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)
Berat badan dewasa

-jantan

: 450-520 g

-betina

: 250-300 g

Berat lahir

: 5-6 g

Luas perukaan tubuh

: 50 g : 130
130 g:250

Temperatur tubuh

: 35,9-37,5

Jumlah diploid

: 42

Harapan hidup

: 2,5-3,5 tahun

Konsumsi makanan

: 10 g/100 g/hari

Konsumsi air minum

: 10-12 ml/100 g/hari

Saat dikawinkan

-jantan

: 65-110 hari

-betina

: 65-110 hari

Lama siklus birahi

: 4-5 hari

Lama kebuntingan

: 21-23 hari

Oestrus postpartum

: fertile

Jumlah anak/kelahiran

: 6-12

Umur sapih

: 21 hari

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
Waktu pemeliharaan komersial

: 7-10 liter/4-5/bulan

Komposisi air susu

: Lemak 13,0 %
Protein 9,7 %
Lactose 3,2 %

Jumlah pernapasan

: 70-115 / menit

Volume tidal

: 0,6-2,0 ml

Detak jantung

: 250-450/ menit

Volume darah

: 54-70 ml/ kg

Tekanan darah

: 84-134/ 60 mmHg

Butir darah merah

: 7-10x / mm

Hematokrit

: 36-48 %

Hemoglobin

: 11-18 mg

Leukosit

: 6-17 x / m

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,
sendok tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting,
kater, spoit, tabung efendrof dan vial
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, alkohol,

betadine, farmadol , nacmc dan tissue.


C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)
2. Dipuasakan selama 8-12 jam
3. Diambil darahnya 0,5 ml
4. Ditampung dalam tabung efendrof
5. Disuntikan obat farmadol melalui rute intravena
6. Kemudian biarkan selama 30 menit
7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90
8.

dan 120
Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama

10menit, ambil lapisan serumnya


9. Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer
10. Dicatat datanya dan hitung

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Kurva Baku
[ ]
2
4
6
8
PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

Abs
0,417
0,721
0,935
1,425
AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
10

1,655

Data bsampel
Waktu (menit)
2
4
6
8
10
12
14

Abs
0,584
0,499
0,329
0,233
0,181
0,112
0,109

Cp
3,194
2,660
1,591
0,987
0,660
0,226
0,207

Farmadol @ 10 mg
Dosis = 10 mg x fk. tikus
= 10 mg x 0,018
= 0,18 x 1000 = 180 g
Nilai regresi
a = 0,076
b = 0,159
r =0,992
Untuk mencari nilai Cp

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Log Cp
0,504
0,424
0,201
-0,005
-0,180
-0,645
-0,684

Intravena
Cp =

|a|
b

Cp 2 =

0,5840,076
0,159

= 3,194 g mL/menit

Cp 4 =

0,4990,076
0,159

= 2,660 g mL/menit

Cp 6 =

0,3290,076
0,159

= 1,591 g mL/menit

Cp 8 =

0,2330,076
0,159

= 0,987 g mL/menit

Cp 10 =

0,1810,076
0,159

= 0,660 g mL/menit

Cp 12 =

0,1120,076
0,159

= 0,226 g mL/menit

Cp 14 =

0,1090,076
0,159

= 0,287 g mL/menit

1. TetapanLajuEliminasi (ke)
b
b = 2,3
K

= - b x 2,3
= - (-0,108) x 2,3

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
= 0,248 menit-1
2.

1
2

3. Vd =
=

0,693
K

0,693
0,248

= 2,794 jam
F x Do
Cp 0
1 x 180
1,191

= 151,133 mL
4. AUC
[AUC]

tn

tn-1

Cpn1+Cpn
2

(tn-tn-1)

AUC 24

3,194 +2,660(42)
2
= 5,854 g menit/mL
AUC 64

2,660+ 1,591(64)
2

= 4,251 g menit/mL

AUC 86

1,591+0,987 (86)
=
2
= 2,578 g menit/mL

AUC 10
8

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

0,987+0,660(108)
2

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
= 1,647 g menit/mL
12

AUC 10 =

AUC 14
12

0,660+ 0,226(1210)
2

= 0,886 g menit/mL
0,226+0,207(1412)
=
2
= 0,433g menit/mL

5.

AUC

AUC

= 5,854 + 4,251 + 2,578 + 1,647 + 0,886 + 0,433

= 15,649 g menit/mL

6.

AUC ttn=

Cpn
K

0,207
= 0,248
= 0,834g menit/mL

7.

AUC tt 0

F x Do
Vd x K

1 x 180
= 151,133 x 0,248
180
= 37,480
= 4,802 g menit/ml

% AUC ekstrapolasi=

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AUC ttn
AUC tt 0

x 100 %

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
=

0,834
26,274

x 100 %

= 3,174 %
Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,
sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak valid.
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi diperoleh hasil
3,174%

yang

menandakan

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

bahwa

data

yang

AFRIANI ABDUL KADIR

diperoleh

valid.

Intravena
B. Pembahasan
Infus intravena

adalah

salah

pemberian cairan, nutrisi, dan

satu

metode

umum

pengobatan untuk pasien

serta intravena solution merupakan satu-satunya sumber


makanan dan cairan untuk banyak pasien akut, pasien yang
dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan melalui
infus.
Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang
paling banyak digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi
pasien. Data statistic menunjukkan terapi ini belum jelas,
tetapi diperkirakan sekitar 80% pasien akan diberikan terapi
intravena ini.
Jika suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena
cepat (IV bolus), seluruh dosis obat masuk kedalam tubuh
dengan segera. Oleh karena itu, laju absorbsi obat tidak
diberikan

dalam

perhitungan.

Dalam

banyak

hal,

obat

tersebut didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh


melalui sistem sirkulasi dan secara

berkesetimbangan di

dalam tubuh.
Pada praktikum ini dilakukan pelakuan pada hewan coba
tikus (Ruttus norvegicus) dimana hewan coba dipuasakan
selama

8-11

jam,

kemudian

diambil

darah,

sebelum

perlakuan dan ditampung padatabung Effendorf, yang berisi


EDTA 2%. Setelah itu diberikan obat Paracetamol secara

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
oral selama 1 ml dan dibiarkan selama 30 menit. Dilakukan
pengambilan darah pada menit 0,30,60,90 dan sampel
darah disentrifugasi
Setelah

itu

dan diambil larutan jernih (serum).

dimasukkan

kedalam

spektrofotometer

dan

dihitung absorbannya. Catat data yang diperoleh dan hitung.


Tujuan dari centrifuge darah adalah untuk memisahkan zat
massa yang berbeda. Gaya sentrifugal adalah kekuatan luar ketika
sampel

yang

berputar

pada

kecepatan

tinggi.

Centrifuge

mempercepat pemisahan alami yang terjadi secara gravitasi dari


waktu ke waktu. Misalnya, sentrifugasi dapat memisahkan serum
dengan cepat dari darah beku atau plasma dapat dipisahkan dari sel
darah. Centrifuge juga dapat digunakan untuk memisahkan endapan
dari supernatan dalam suatu larutan. Kecepatan sentrifugal diukur
dalam revolusi per menit (rpm).
Spektrofotometri adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna
untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh beberapa parameter
farmakokinetik yaitu nilai k (tetapan eliminasi) sebesar 0,248 menit-1
yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan obat untuk tereleminasi
dari tubuh tiap satuan waktu, nilai t1/2 sebesar 2,794 jam yang
menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan setengah dari
konsentrasi obat, nilai Vd sebesar 151,133 mL yang menunjukkan
volume yang dibutuhkan untuk melarutkan obat secara sempurna
dalam darah dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174
%. Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,
sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak
valid. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi
diperoleh hasil 3,174 % yang menandakan bahwa data yang diperoleh
adalah valid.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa parameter
farmakokinetik yang diperoleh adalah :
PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
-

k = 0,248 menit-1
- t1/2 = 2,794 jam
- Vd = 151,133 mL
- % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174 % (data valid).
B. Saran
Sebaiknya dalam praktikum harus teliti agar hasilnya akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Atihuta A Jeles, Syahrir A. Pasinringi dan Burhanuddin Bahar.
2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu
Pelayanan di RSUD Dr. M.Haulussy Ambon.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes Ri .
Jakarta.
Ganiswarna, Sulistia G. 2005. Farmakologi Dan Terapi Edisi V,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Hayes, Evelyn, R. 1996. Farmakologi. Penerbit EGC: Jakarta
Joenoes,Z.N.2002.Ars Prescribendi Jilid 3.Airlangga University
Press,Surabaya.
Malole MBM dan Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan
Percobaan
di
Laboratorium.Bogor:
Pusat
Antar
Universitas
Bioteknologi IPB.
Neal, Michael .J. 2006. At Glance Farmakologi Medis edisi
Lima.Penerbit Erlangga:Jakarta.
PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Edisi II, Airlangga University Press, Surabaya.
Tjay,T.H,dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi IV. Dirjen POM :
Jakarta

a. Perhitungan Bahan
Dik : Dosis obat 10 mg
Larutan stok 5 ml
Berat tikus: (I) 189 gram
(II) 207 gram
(III) 174 gram
(IV) 238 gram
Berat rata-rata obat 599,82 mg
Perhitungan dosis
Tikus 10 gram = 0,018 x 10 mg = 0,18 mg
Perhitungan larutan stok
5 ml
larutan stok=
x 0,18 mg=0,45 mg/ml
2
Perhitungan volume pemberian tiap tikus
189
1. 200 x 2=1,89ml
2.

174
x 2=1,74 ml
200

3.

207
x 2=2,7 ml
200

4.

238
x 2=2,38 ml
200

Perhitungan berat obat yang akan ditimbang

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Intravena
BYD=

22,5 mg/ml
=26,9919mg
500 mg

Skema kerja
Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)
Dipuasakan selama 8-12 jam
Diambil darahnya 0,5 ml
Ditampung dalam tabung efendrof
Disuntikan obat farmadol melalui rute intravena
Kemudian dibiarkan selama 30 menit
Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan
120
Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10menit,
ambil lapisan serumnya
Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer
Dicatat datanya dan hitung

PUTRI A B MUBARAK
150 2012 0247

AFRIANI ABDUL KADIR

Anda mungkin juga menyukai