Disusun Oleh :
Nama : Annas Syams Rizal Fahmi
NIM : 1420311022
Abstrak,
Manusia terdiri dari aspek pisik dan aspek psikis. Perpaduan antara aspek pisik dan psikis
telah membantu manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan, yaitu sebagai
makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengembang ilmu
pengetahuan dan peradaban dan lain sebagainya. Dengan kemampun ini manusia akan dapat
membentuk dan mengembangkan diri dan komunitasnya sesuai dengan nilai-nilai insaniah yang
bernuansa ilahiah yang hanif: integritas ini akan tergambar pada nilai iman dan bentuk
amaliahnya. Dengan kemampuannya ini manusia akan mampu mengemban amanah Allah
dimuka bumi secara utuh. Namun demikian manusia sering lalai bahkan melupakan nilai
insaniah yang dimilikinya dengan berbuat berbagai bentuk mafsadah (kerusakan) di muka bumi.
Sebagai mahluk social dan mahluk ekonomi pada dasarnya selalau menghadapi masalah
ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan
manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya
terbatas.
Kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan. Setiap kebutuhan menuntut
pemenuhan. Namun, dalam memenuhi kebutuhan itu, kita harus memeperhatikan kemampuan
kita. Kita harus mencari laternatif untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhluk ekonomi
yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumberdaya yang ada untuk
memenuhi kebutuhanya dengan memeperhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma social.
Manusia, dalam ihwal sifat dasar pada umumnya sama dengan makhluk hidup selainnya,
seperti tumbuhan dan binatang. Sifat dasar manusia adalah : terdiri dari sel, makan, minum,
bergerak atau beraktivitas, tumbuh (berubah secara fisik), berkembang biak (berketurunan),
beradaptasi serta berevolusi. Tetapi, sebagaimana ditegaskan Allah di dalam al-Quran, manusia
adalah makhluk yang paling sempurna dari aspek lahiriah (struktur, fungsi dan mekanisme
anatomis).
Kata kunci; al-insan, al-basyar, dan an-nas, lower order needs, higher order needs, biofisikal,
psikofisikal psikososial, intrapersonal-interpersonal
Oleh :
Annas Syams Rizal F.,
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga., Prodi Keuangan Perbankan Syariah
untuk memenuhi tugas Al-quran dan Hadist
Dalam konsep al-Basyar ini tergambar tentang bagaimana seharusnya peran manusia
sebagai makhluk biologis. Bagaimana ia harus berperan dalam upaya memenuhi kebutuhan
primernya secara benar menurut tuntunan yang telah diatur oleh Penciptanya. Sebagai
makhluk biologis,manusia di bedakan dari makhluk biologis lainnya seperti hewan,yang
pemenuhan kebutuhan primernya dikuasai oleh dorongan instingtif. Sebaliknya manusia
dalam kasus yang sama,didasarkan tata aturan yang berlaku dari Allah SWT.
Kata An-Naas,dalam Al-Quran mengidikasikan tentang fungsi manusia sebagai
makhluk sosial. Bagaiman ia hidup bermasyarakat dalam lingkungannya,mulai dari tingkat
keluarga, masyarakat,hingga pada kawasan yang lebih besar dan kompleks lagi seperti
bangsa. Konsep An-Naas mengacu pada peran manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia di arahkan agar menjadi warga sosial yang dapat memberi manfaat bagi kehidupan
didalam masyarakat.
Yang ketiga adalah kata Al-Insan yang menurut Qurais Shihab terbentuk dari akar
kata nasya yang berarti lupa. Penggunaan kata Al-Insan sebagai kata bentukan yang termuat
dalam al-Quran, mengacu pada potensi yang di anugrahkan Allah kepada manusia. Potensi
tersebut antara lain berupa potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara fisitak 2 dan juga
potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara mental spiritual.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal,
dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam
unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya,
Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan
berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang
sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan
ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi
telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal
2 QS : Al-Muminun 12-13
ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai
mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Manusia juga merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberi potensi dan juga akal
pikiran serta disuruh untuk mengabdi kepada Allah swt. Seperti yang dikemukakan oleh
Ramayulis dan Samsul Nizar dalam buku Filsafat Pendidikan Islam 3.manusia merupakan
makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik penciptaan yang dilengkapi dengan akal
pikiran. Dalam buku tersebut dikutip juga pendapat al-Farabi yang menyatakan bahwa dalam
hal ini al-Farabi melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa tak ada makhluk
Allah yang lebih bagus dari manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak,
berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis
yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang
diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi.
Manusia terdiri dari aspek pisik dan aspek psikis. Perpaduan antara aspek pisik dan
psikis telah membantu manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan, yaitu
sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk,
mengembang ilmu pengetahuan dan peradaban dan lain sebagainya. Dengan kemampun ini
manusia akan dapat membentuk dan mengembangkan diri dan komunitasnya sesuai dengan
nilai-nilai insaniah yang bernuansa ilahiah yang hanif: integritas ini akan tergambar pada
nilai iman dan bentuk amaliahnya. Dengan kemampuannya ini manusia akan mampu
mengemban amanah Allah dimuka bumi secara utuh. Namun demikian manusia sering lalai
bahkan melupakan nilai insaniah yang dimilikinya dengan berbuat berbagai bentuk mafsadah
(kerusakan) di muka bumi4.
B. Pembahasan
1. Manusia Sebagai Makhluk Biologis
al-Nahlawi, bahwa segala jenis dan bentuk peribadatan kepada Allah mensyaratkan
kesungguhan dan kekuatan tubuh fisik, jasmani5.
Manusia yang dimaksud al-Quran dan al-Sunnah adalah manusia sempurna
(homo sapiens sapiens), bukan kera-manusia atau setengah manusia (parapithecus,
proconsul, australopithecus, paranthropus, dan zinjanthropus), atau manusia-kera
(pithecantrophus dan sinanthropus) atau manusia purba (homo sapiens neanderthalensis,
cro-Magnon).
Ayat-ayat al-Quran yang akan dikemukakan dalam tulisan ini pada dasarnya
merupakan ayat-ayat dipandang cukup representatif untuk menegaskan hakikat bahwa,
al-Quran adalah sumber inspirasi dengan pesan-pesannya yang secara umum merupakan
dinamisator dan motivator mengenai masalah-masalah tersebut. Menurut Abdurrahman
Thalib al-Jazairi al-Quran, dalam hal ini, adalah pendidik yang paling mulia6.
..........
Kata
menjadikan, atau menciptakan. Dalam proses penciptaan pertama atau yang tidak
melibatkan kreativitas makhluk Allah, al-Quran menggunakan kata yang pertama
seperti dalam ayat tersebut di atas. Tetapi, dalam penciptaan selanjutnya atau yang
melibatkan kreativitas makhluk, al-Quran mempergunakan kata yang kedua seperti
dalam surat al-Mumtahanah ayat ke tujuh
......
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Masud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah
Shallallahualaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang
benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut
ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes
darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh
5 Al-Nahlawi, Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibih, Beirut, Dar al-Fikr, 1982, hal. 116.
6 al-Jazairi, Abdurrahman Rhalib, al-Tarbiyah al-Jinisyah fi al-Islam, Meris, al-Dar al-Mishriyah, 1992, hal. 50.
7 QS.Al-Hajr : 26
8 QS.Al-mumtahanah : 7
hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia
diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya
dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya,
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak
antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan,
dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya
di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya
dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Meskipun umumnya para ulama memberikan penjelasan terhadap hadis ini
berkaitan dengan taqdir manusia , tetapi hadis ini juga mengandung indikasi karakter
dasar manusia, yakni struktur tubuh manusia memiliki proses biologis yang sama. Fasefase tumbuh kembang manusia sejak janin hingga lahir hingga proyeksi perkembangan
setelah kelahiran. Fase- fase tersebut mencakup pembuahan, zygot, dan janin. Pada saat
janin terbentuk, maka pada saat yang sama Allah memberikan Ruh ke dalam jasad
biologis tersebut yang ketika telah bersatu timbulah potensi fsikologis manusia
(nafs/insan) serta proyeksi kehidupan pascanatalis . Untuk dapat memahami tentang
hakikat manusia dalam Islam, kita dapat menelusuri terlebih dahulu beberapa istilah yang
digunakan oleh al-Quran untuk menunjuk manusia. Ada tiga istilah kunci yang
digunakan al-Quran untuk menunjuk manusia, yaitu al-insan, al-basyar, dan an-nas .
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
lunak/jinak, tempat dia memiliki kemampuan untuk adaptif dengan perubahan-perubahan
yang terjadi disekitarnya. Sementara itu, kata basyar berasal dari kata basyarah yang
berarti permukaan kulit, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. alBazrah mengartikannya sebagai kulit luar, al- Lais mengartikannya sebagai permukaan
kulit pada tubuh manusia. Oleh karena itu, kata mubasyarah diartikan juga sebagai
mulamasah sentuhan kulit laki-laki dan perempuan sehingga sering pula diartikan dengan
liwat, jima,persetubuhan. Dari penjelasan tersebut kita bias melihat bahwa al Quran
memberikan isyarat terhadap potensi azasi manusia, yakni potensi biologis (jasmani) dan
fsikologis (rohani), yang dapat dirangkum dalam hadis tersebut di atas. Potensi- potensi
tersebut dapat teraktualisasi dalam aksi (amal) 2 dimensi, yakni positif dan negative9.
2. Pendapat Beberapa Ahli Tentang Model Kebutuhan Dasar Manusia
a. Virginia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen
berikut :
1) Bernafas secara normal
2) Makan dan minum yang cukup
3) Eliminasi (buang air besar dan kecil)
4) Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
5) Tidur dan istirahat
6) Memilih pakaian yang tepat
7) Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan
9
2) Kebutuhan fungsional (psikofisikal) :
a) Aktivitas dan istirahat
b) Seksualitas
3) Kebutuhan integratif (psikososial) :
a) Berprestasi
b) Berafiliasi
4) Kebutuhan untuk berkembang (intrapersonal-interpersonal) yaitu : Aktualisasi diri
c. Abraham Maslow, teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan
Abraham Maslow (dalam Potter dan Perry, 1997) dapat dikembangkan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan
suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
tubuh atau hidup. ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya
dari lingkungan dan sebagainya. Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas
ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika pertama kali masuk sekolah karena merasa terancam
oleh kaharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
3) Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan
menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat,
diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
4) Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. kebutuhan
ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa
percaya diri, dan kemerdekaan diri. selain itu, orang juga memerlukan pengakuan
dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki
Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya.
3. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajari aktivitas manusia
yang berhubungan dengan produksi, dsitribusi, pertukaran, dan konsumsi barang
danajasa. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan.
10
10 http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2104683-manusia-sebagai-makhluk-ekonomi/ #ixzz1df5jvnDs
diakses pada tanggal 14 November 2014
11
Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang tersedia dan dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan tenaga kerja yang memiliki peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sumber daya manusia ini tidak dapat
digantikan dengan mesin atau robot. Pemanfaatan sumber daya manusia sebagai
sumber daya ekonomi sangat ditentukan oleh keahlian, keterampilan dan kompetensi
yang dimilikinya.
c. Sumber Daya Modal
Perusahaan dalam berproduksi membutuhkan beberapa sumber daya produksi. Salah
satu di antaranya adalah sumber daya modal. Sumber daya modal merupakan benda
ekonomi dalam bentuk barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang lebih lanjut. Pembagian sumber daya modal dibedakan
berdasarkan sifat, subjek.
Manusia dikatakan makhluk ekonomi karena pada hakekatnya dalam kehidupan
membutuhkan berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan itu manusia harus melakukan interaksi dengan orang lain, baik secara individu
maupun secara kelompok. Contoh tindakan manusia untuk memperoleh beras dengan
membeli dari pedagang di pasar kerena secara individu tidak mampu menghasilkan beras
itu. Dengan demikian jelas bahwa manusia disamping menjalankan fungsinya sebagai
makhluk ekonomi juga harus menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial. Agar manusia
dapat menjalankan fungsi sebagai makhluk ekonomi dan makhluk sosial yang bermoral
maka dalam kegiatannya perlu mematuhi aturan-aturan atau norma-norma tertentu. Tanpa
aturanaturan yang mengatur proses kehidupan maka manusia akan bertindak semenamena.
Menurut Ensiklopedi Indonesia, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani
oikonomia yang berarti rumah tangga. Secara etimologi istilah ekonomi berasal dari kata
oikonomia yang merupakan kata majemuk dari dua kata oikos dan nomos. Oikos artinya
rumah, dan nomos artinya aturan, Jadi secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah
tangga atau ilmu yang mengatur rumah tangga11.
11 Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 158
12
13
C. Kesimpulan
Hakikat ekonomi adalah perilaku manusia, baik berupa aktivits maupun sikap, yang
bertujuan memperbaiki kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakan
Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyara kat / bersilaturahmi dengan sesama serta dapat
saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian manusia ekonomi dapat diartikan sebagai kemampuan
mempertahankan kehidupan kepada yang lebih baik dan menjadi manusia yang saling
membutuhkan. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam merupakan tantangan bagi
manusia. Dalam menghadapi tantangan alam maka manusia berpikir bagaimana cara
menghadapinya agar dapat bisa bertahan hidup. Sebagai makhluk ekonomi manusia selalu
berusaha melakukan kegiatan demi terpenuhinya kebutuhan yang ia rasakan. Manusia juga
berharap dapat menghasilkan alat pemuas (barang dan jasa) yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Manusia, dalam ihwal sifat dasar pada umumnya sama dengan makhluk hidup
selainnya, seperti tumbuhan dan binatang. Sifat dasar manusia adalah : terdiri dari sel,
makan, minum, bergerak atau beraktivitas, tumbuh (berubah secara fisik), berkembang biak
(berketurunan), beradaptasi serta berevolusi. Tetapi, sebagaimana ditegaskan Allah di dalam
al-Quran, manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari aspek lahiriah (struktur, fungsi
dan mekanisme anatomis).
Perbedaan manusia dari makhluk hidup selainnya, semata-mata bukanlah karena
faktor mentalitas atau spirtualitas. Tinjauan biologis dapat menunjukkan bahwa, manusia
adalah makhluk Allah yang paling sempurna
. Berdasarkan klasifikasinya
manusia tidak dapat dimasukkan kedalam makhluk tumbuhan bersel (protophyta, tallophyta,
brytophyta, pteridophya, dan spermatophya) ataupun hewan (protozoa, porifera, coelenterata,
vermes, mollusca, arthropoda, enchinodermata, dan chordata). Oleh karena sel-sel yang
terdapat didalam tubuh manusia lebih banyak dan lebih rumit.
14
D. Daftar Pustaka
al-Jazairi, Abdurrahman Rhalib, al-Tarbiyah al-Jinisyah fi al-Islam, Meris, al-Dar alMishriyah, 1992, hal. 50.
Al-Nahlawi, Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibih, Beirut, Dar al-Fikr,
1982, hal. 116.
http://cahyomuhajir.blogspot.com/2011/04/pengertian-manusia-dan-budaya.html
http://deninursamsi.wordpress.com/2009/05/16/manusia-sebagai-makhluk-biologis-danfsikologis-2/
http://filsafat.kompasiana.com/2014/03/30/hakikat-manusia-menurut-al-quran-645352.html
http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2104683-manusia-sebagai-makhlukekonomi/#ixzz1df5jvnDs
QS : Al-Muminun 12-13
QS.Al-Hajr : 26
QS.Al-mumtahanah : 7
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm.
47
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.
158