Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEWARGANEGARAAN
KEBIJAKAN PEMERINAHAN JOKOWI - JK
Nama
Npm
: 15213682
Kelas
: 2EA33
Dosen
: Sri Waluyo
1. Membentuk Kabinet Kerja dengan 34 kementerian. Ini tak sesuai janjinya saat
kampanye yang akan membentuk kabinet ramping
2. Program Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS), oleh sejumlah kalangan dinilai hanya "ganti baju" kebijakan Presiden
SBY. Politikus Partai Demokrat Wahidin Halim menyebut KIP pada masa SBY bernama
Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau pengembangan dari Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). KIS merupakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan BPJS yang
telah ada di APBN 2014. KKS adalah program pemberian uang tunai kepada keluarga
miskin atau Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah dilakukan pemerintahan SBY.
Masalah anggaran Kartu Sakti juga sempat menjadi polemik. Mensesneg menyatakan
sumber anggarannya berasal dari CSR BUMN, yang kemudian diralat oleh Menkeu
bahwa sumber dananya berasal dari APBN 2014.
Dengan mengusung jargon yang bombastis Revolusi Mental, ekspektasi terhadap programprogram pemerintahan Jokowi-JK sangat tinggi. Implementasi dari jargon tersebut
diharapkan membawa perubahan signifikan dari pendahulunya. Perubahan yang diharapkan
tentu saja ke arah yang positif, dan tidak barati semua program pemerintahan Presiden SBY
harus diubah atau ditinggalkan. Harus diakui, di bawah kepemimpinan Presiden SBY selama
10 tahun, deretan prestasi berhasil ditorehkan Indonesia dan diakui dunia.
Terminologi revolusi yang bermakna perubahan secara radikal, meluah harapan lahirnya
gebrakan besar dari Jokowi-JK dalam menata Indonesia lima tahun kedepan. Terobosan yang
berpihak pada rakyat dan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan golongan.
Keberpihakan rencana kebijakan Jokowi-JK kepada rakyat bukan berarti program-program
tersebut hanya dipahami, disetujui dan diterima di tingkatan elit, atau disepakati oleh
pemerintah saja. Namun lebih dari itu, sebuah program dikatakan berpihak kepada rakyat bila
program tersebut bisa dikomunikasikan sehingga dipahami oleh rakyat. Dengan dasar
pemahaman yang kuat atas program pemerintah, maka rakyat bisa menentukan sikap secara
rasional, memberikan persetujuan dan legitimasi sehingga program-program tersebut berjalan
mulus tanpa menuai penolakan dan kontroversi.
Dua bulan jelang pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober
mendatang, sejumlah rencana program pemerintahan Jokowi-JK telah disampaikan ke publik.
Ada yang disampaikan langsung oleh Jokowi-JK ada pula yang muncul dari gagasan tim
sukses mereka. Namanya ide, pastilah ada yang mendapat apresiasi, namun banyak pula yang
menuai kontroversi. Beberapa rencana program Jokowi-JK yang menuai kontroversi dan
mengakibatkan perdebatan sengit antara lain :
anggaran dari Kementrian yang selama ini realisi serapannya rendah, serta serta bebagai
pilihan solusi tanpa harus mengorbankan hak-hak rakyat.
b. Menjual Pesawat Kepresidenan
c.
Ide menjual pesawat kepresiden ini dilontarkan oleh Ketua DPP PDIP, Maruarar
Sirait. Menurut politikus muda PDIP ini, penjualan pesawat kepresidenan yang baru beberapa
bulan lalu digunakan oleh Presiden SBY adalah dalam kerangka penghematan anggaran
Negara. Dasar kajian argumentasi tim sukses Jokowi-JK pada Pilpres lalu ini memang masih
absurd. Tidak jelas kalkulasi dan penghematan apa yang dicapai jika pesawat kepresidenan
dijual. Padahal, alasan pengadaan pesawat kepresidenan tersebut oleh pemerintahan Presiden
SBY, adalah dalam rangka menghemat anggaran Negara. Dari perhitungan yang dilakukan
dengan cermat oleh Pemerintah, penghematan anggaran negara selama masa pakai
pesawat ini di kisaran beberapa tahun ke depan adalah Rp114,2 miliar per tahun, kata Menteri
Sekretari Negara Sudi Silalahi, seperti diberitakan Jurnal Nasional.
Pesawat jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2) dibeli Indonesia seharga 89,6 juta dollar
AS atau dalam kurs rupiah sebsar Rp 847 miliar. Sebagai perbandingan, anggaran untuk sewa
pesawat kepresidenan tahun 2011 mencapai Rp156 miliar dan tahun 2012 sebesar Rp102
miliar. Bila kita rata-ratakan Rp 120 miliar pertahun, artinya menyewa pesawat selama 7
tahun setara dengan satu pesawat kepresidenan baru. Dengan memiliki pesawat kepresidenan,
anggaran Negara hanya terbebani satu kali, selebihnya hanya biaya operasional. Tapi bila
menyewa pesawat, maka setiap tahun anggarannya harus dialokasikan. Jadi, membeli lebih
efisien daripada menyewa.
3. Menjual/Privatisasi Pertamina
Rencana kebijakan kontroversi ketiga yang dilontarkan oleh kubu Jokowi-JK adalah
privatisasi Pertamina, BUMN strategis yang tanggungjawabnya melayani hajat hidup 250
juta rakyat Indonesia. Adalah Effendi Simbolon, yang mengusulkan rencana privatisasi
Pertamina. Alasannya memang sangat bagus, dengan privatisasi, kepemilikan saham
Pertamina jadi terbuka ke publik sehingga transparansi Pertamina bisa dicapai. Cagub gagal
pada Pilgub Sumut ini mengatakan, selama ini Pertamina cenderung tidak transparan,
termasuk dalam penentuan harga BBM.
Barangkali politikus PDIP ini lupa, bila luka yang ditorehkan oleh pemerintahan
Megawati belumlah sembuh dan masih nanar di nurani bangsa Indonesia ketika Ketua Umum
PDIP tersebut menjual Indosat, salah satu asset strategis bangsa. Bila alasan yang
dikemukakan ingin privatisasi Pertamina hanya untuk menciptakan transparansi, saya kira itu
tergantung pemerintah sebagai pemilik saham. Kalau pemerintah melalui perpanjangan
tangan Kementrian BUMN memang beriktikad baik menciptakan transparansi di tubuh
Pertamina, ya, sederhana saja. Tinggal turun ke bawah, memperbaiki manajemen korporasi
yang sudah mulai berkiprah di kancah global tersebut.
Lagian, jika Pertamina dijual, kepempilikan saham pemerintah dilepas, tak ada
jaminan transparansi berdampak pada efisiensi harga BBM yang jadi komoditas utama
Pertamina saat ini. Bahkan, harga BBM bisa dinaikkan seenaknya oleh pemilik saham. Ini
yang harus dipikirkan masak-masak oleh Effendi Simbolon! Sebagai orang yang
berpengalaman di bidang ekonomi, kita berharap Pak JK menolak fantasi liar privatisasi
Pertamina tersebut.
4. Mengurangi Gaji PNS
Rencana kebijakan keempat, dalam catatan penulis yang juga menuai kontroversi
adalah soal pengurangan/pemotongan gaji PNS. Bagi non PNS, ide ini tentu tidak bikin
pusing, malah disambut gembira. Apalagi PNS, sebagai pelayan rakyat, selama ini kinerjanya
memang banyak yang tidak jelas. Banyak yang menuding, PNS hanya makan gaji buta tanpa
kinerja. Saya kira pendapat semacam ini bentuk ekspresi kekecewan masyarakat terhadap
birokrasi secara umum, yang harus ditangkap dan direspons oleh pemerintah.
Namun, bagi saudara-saudara kita yang bekerja sebagai PNS, rencana pemotongan
gaji tentu saja sangat mengkhawatirkan. Di tengah kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok,
kenaikan tarif dasar listrik dan rencana kenaikan harga BBM, gaji PNS bisa jadi tidak
mencukupi untuk meng-cover kebutuhan mereka. Ini juga dapat berdampak pada turunnya
kualitas layanan PNS kepada masyarakat sehingga merusak tatanan birokrasi pemerintah.
Yang semestinya disikapi dari abdi Negara ini adalah menyetop sementara (moratorium)
penerimaan PNS sembari PNS yang telah ada dioptimalisasi fungsinya agar berkinerja
dengan baik sehingga keberadaan mereka betul-betul bermanfaat/tidak membebani anggaran
Negara.
dilakukan kejutan melalui berbagai kebijakan ekonomi yang mampu menarik minat para
investor berinvestasi di Indonesia. Menko optimistis peningkatan investasi mampu
menggerakkan perekonomian secara cepat.
Saya belum bisa menyebutkan angka tetapi bahwa kalau ekonomi kita lagi begini harus ada
kejutan, nah salah satu yang bisa dilakukan segera adalah bagaimana membuat kebijakan,
membuat keputusan memperlakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah segera
sehingga akan mempercepat dunia usaha bergerak, kata Sofyan. Dalam beberapa
kesempatan, Presiden Jokowi menegaskan ingin pemerintahan di bawah kepemimpinannya
mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Sementara, dalam anggaran
negara yang disusun pemerintahan sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun
2014 dan tahun 2015 sekitar 6 persen.
Menurut Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, target pertumbuhan 7 persen realitis
namun dapat dicapai dengan beberapa catatan dan kemungkinan akan terealisasi pada tahun
2016.Tujuh persen tentunya bisa tetapi kita harus perbaiki dulu pondasinya, baik pondasi
fiskal, moneter maupun sektor riil, karena nggak mudah, tujuh persen itu intinya kita harus
punya pertumbuhan investasi dan ekspor yang tinggi, karena ekspor mungkin agak susah
dalam kondisi sekarang ketika global demand lagi slow down maka kita harapkan pada
investasi, 2015 mudah-mudahan sudah mulai pulih tetapi belum sampai 7 (persen) tentunya,
paling cepat itu mungkin 2016 tapi itu pun kita perlu reformasi struktural yang serius, papar
Bambang.
Bambang Brodjonegoro menambahkan, program pembangunan infrastuktur harus segera
diluncurkan untuk mempermudah kinerja para investor. Jika anggaran negara terbatas untuk
membangun infrastruktur menurut menteri keuangan, beberapa cara dapat ditempuh di
antaranya melalui kerjasama dengan pihak swasta lokal maupun asing.Kalau kita 2015
punya program pembangunan infrastruktur besar-besaran, selain membereskan masalah
infrastruktur kita, juga membantu mendorong pertumbuhan, keuntungan besarlah buat
ekonomi kita. (Tapi) Iklim investasinya harus benar dulu jangan sampai antusiasme investor
itu bisa drop hanya karena mereka melihat wah di Indonesia nggak ada kepastian." demikian
menurut Bambang.