Anda di halaman 1dari 10

I.

II.

TUJUAN

Mengerti prinsip alat polarimeter dan chiralitry

Dapat melakukan analisa kuantitatif produk yang chiral

PERINCIHAN KERJA

Melakukan kalibrasi dan analisa kuantitatif sukrosa

Melakukan analisa sampel

III. ALAT yang DIGUNAKAN

Polarimeter POLAX-L
Labu ukur 50 ml

6 buah

Gelas kimia 250 ml, 100 ml

1 buah

Corong

1 buah

Pipet tetes

1 buah

Spatula
Labu Semprot
Pengaduk
IV. BAHAN yang DIPAKAI

V.

Sukrosa

Aquadest

DASAR TEORI

Sinar merupakan satu medan listrik E dan satu medan magnet B, seperti gambar :

Vektor E dan C merupakan badan yang namanya polarisasi. Jadi satu sinar
sebenarnya sudah dipolarisasi, tetapi sumber sinar seperti lampu menghasilkan 109
sinar per second. Dan sinar itu mempunyai badan polarisasi yang beda, sehingga
jumlah sinar tidak kelihatan dipolarisasi.
Untuk dapat sumber sinar yang dipolarisasi guna melakukan eksperimen, hanya
sinar yang mempunyai bidang polarisasi yang sama bisa lewat sebuah filter. Filter itu
dibuat dari padat yang anisotropic (sekarang polimer).
Misalnya hanya sinar yang punya medan listrik vertikal bisa lewat filter. Kalau
kemudian sebuah filter kedua yang hanya medan listrik horizontal bisa lewat dipakai
sinar dimatikan. Jadi kalau pakai dua filter orang bisa mengetahui sudut putaran
sampel, polarimeter polax-L menggunakan konsep itu, dengan skema sebagai berikut :

Hanya molekul chiral (molekul yang tidak mempunyai simetris) yang bisa
membelokkan sinar, contoh CHClBrI. Ada dua struktur yang berbeda untuk pusat yang
chiral. Kedua struktur itu unsuperposable, itu artinya mereka tidak cocok salah

satunya berada di depan. Dalam hal itu molekulnya adalah enantiomer. Seperti tangan
kanan dan tangan kiri.
Misalnya ada 2 kemungkinan untuk pusat chiral seperti CHClBrI seperti pada
gambar dibawah ini, dimana ada tatanan istimewa untuk membedakan kedua stuktur
itu, menurut hukum Cahn-Ignold-Prelog gugus yang paling ringan harus berada (di
sisi atom H). Kemudian pusat harus dilihat dari gugus tersebut. Kalau urutan gugus
mulai dari yang paling ringan ke paling berat (seperti Cl < Br < I), dimana gugus ini
akan berputar searah jarum jam apabila molekul itu rectus atau R atau Simetris atau S.

Molekul-molekul yang enantiomer punya sifat fisika yang sama akan tetapi sifat
kimia bisa berbeda sedikit. Contohnya suatu enentiomer asparagin bisa saja pahit
meskipun enantiomer lain manis. Cara yang paling mudah untuk membedakan antara
dua molekul yang enantiomer adalah polarisasi. Karena bila sebuah struktur
membelokkan sinar ke kiri struktur lain membelokkan ke kanan. Sampel yang
membelokkan sinar kekiri adalah levogire (L atau (-), yang kekanan dextrogire (D atau
(+)).
Analisis kuantitatif bisa dilakukan dengan sebuah polarimeter. Hukum Biot dipakai
untuk :

TD . l . C

: sudut putar diukur [o]

TD

: sudut putaran standar (relative optical rotation) . ml dm . g

: panjang sel [dm]

C : konsentrasi sampel [g/ml]


Yang harus diperhatikan yaitu tentang satuan-satuan yang dipakai dalam hukum Biot :
[dm] dan [ml] dicampur.
Sudut putaran standar adalah fungsi suhu (T) dan lampu (D). Pengaruh suhu tidak
besar tapi jenis lampu dan panjang gelombang penting sekali.
Kalau sampel adalah campuran dari beberapa produk yang chiral hukum Biot juga bisa
dipakai misalnya untuk larutan dengan tiga produk A, B dan C, hukum Biot menjadi :
campur A B C

Kalau sebuah enantiomer punya sudut putaran standar sama dengan +x, enantiomer
lain punya sudut putaran standar sama dengan x. Jadi campur 50 : 50 dari kedua
enantiomer itu tidak membelokkan sinar, menurut hukum Biot. Campur itu adalah
campur racemic.
Ada dua sel berbeda yang dapat dipakai dengan polarimeter POLAX-L. Satu yang
panjangnya 20 cm dan yang satu panjangnya 10 cm. Biasanya sel yang lebih panjang
dipakai namun apabila konsentrasi sampel lebih tinggi sel yang pendek yang
digunakan. Larutan harus tembus jadi kalau perlu filtrasi harus dilakukan sebelum
pengukuran. Gelembung adalah masalah untuk ukuran. Jadi, itu harus dihindari
dengan mengisi sel sampai lebih dari penuh dan tutup.

Untuk gambar alat papan polarimeter seperti dibawah ini :

Ada dua bagian dalam lingkaran lensa yaitu satu yang terang dan satu yang terang.
Kalau keduanya gelap, itu artinya sudut putaran ditemukan. Untuk cari titik tersebut,
lingkaran harus diputarkan ke kiri (-) atau ke kanan (+) pakai papan di atas alat.
Sebenarnya ada dua kemungkinan. Pertama, kalau bagian di kiri adalah yang terang,
lingkaran harus diputar ke kiri. Kedua, kalau bagian di kanan adalah bagian yang
terang, lingkaran harus diputar ke kanan. Kalau semua gelap hasil sudut putaran bisa
diukur.
Kalau kita melihat di dalam lensa suatu lingkaran yang mungkin kelihatan adalah
seperti gambar dibawah ini, dimana jika di kanan lebih terang maka kita harus
memutar sudutnya dengan menekan tombol + dan jika yang gelap terdapat di
kanan maka tombol yang hatus ditekan adalah tombol

Keterangan :
Untuk gambar pertama : keadaan larutan

Sudut putarannya harus kita putar ke kanan dengan menekan tombol + agar
keduanya merupakan lingkaran yang berwarna gelap,
Untuk gambar kedua : keadaan larutan

Sudut putarannya harus kita putar ke kiri dengan menekan tombol agar
keduanya merupakan lingkaran yang berwarna gelap,
Sedangkan untuk gambar lingkaran yang dikotak menunjukkan bahwa sudut

putar dari suatu larutan telah didapatkan scara baik.


VI. PROSEDUR PENGERJAAN
Kalibrasi Larutan Standar Sukrosa

Membuat larutan kalibrasi dengan konsentrasi sebagai berikut :


Erlenmeyer
Konsentrasi
Massa

I
60 ppm
6 gram

II
90 ppm
9 gram

III
120 ppm
12 gram

IV
150 ppm
15 gram

Menyalakan alat Polarimeter, mencuci tabung selnya dengan menggunakan


aquadest lalu diisi dengan aquadest sampai gelembungnya tidak ada dan
dimasukkan dalam tempat tabung polarimeter.
Catatan :
Jika terdapat gelembung, maka cukup memiringkan tabung sampai
gelembungnya berada pada tonjolan tabung.

Melakukan kalibrasi polarimeter dengan menggunakan aquadest, dengan


jalan mencari titik gelap atau sudut nol lalu tekan ZERO SET.

Lalu isi tabung sel diganti dengan larutan sukrosa 60 ppm yang telah dibuat,
diukur sudut putarnya,

Dilakukan pengukuran sudut putar untuk sampel 90, 120 dan 150 ppm.
Catatan :
Pengukuran sudut putar dicari dengan menekan tombol R apabila yang
berwarna gelap pada bagian kanannya, serta menekan tombol L untuk titik
gelap pada sebelah kiri. Dicari sampai semua titik berwarna gelap.
Menganalisa Sampel

Membilas sel dengan larutan sampel kemudian mengisinya hingga lebih dari
penuh sehingga tidak terdapat gelembung

Memasukkan sel ke dalam alat polarimeter, dan diukur sudut putarnya.

Mencari konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi.

VII. DATA PENGAMATAN


Kurva Standard Sampel
Konsentra
si
60 ppm
90 ppm
120 ppm
150 ppm
Sampel

ABS
8,15
11,75
16,85
20,55
13,80

VIII.

PERHITUNGAN

Untuk Konsentrasi 60 ppm


M1 =

V2

M2

100 ml x

60 gr
x 100 ml = 6 gram
1000 ml

60 Gr/L

Untuk Konsentrasi 90 ppm


M1 =

V2

M2

100 ml x

90 gr
x 100 ml = 9 gram
1000 ml

90 Gr/L

Untuk Konsentrasi 120 ppm


M1 =

V2

M2

100 ml x

120 gr
x 100 ml = 12 gram
1000 ml

120 Gr/L

Untuk Konsentrasi 150 ppm


M1 =

V2

M2

100 ml x

150 gr
x 100 ml = 15 gram
1000 ml

150 Gr/L

IX. PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN

Sudut putaran suatu larutan sangat ditentukan dengan sifat putaran gugusnya
(chain polimernya), dimana jika gugus ligannya mempunyai sifat putar Dekstro

(R) maka ia akan cenderung untuk berputar ke arah kanan, sedangkan jika ia
mempunyai gugus putar Levo (L) maka ia akan berputar ke kiri.

Jika kita menghubungkan asumsi diatas dengan sampel yang kami miliki
(Sukrosa), dimana sukrosa memiliki sudut putar Dekstro, dan hasil percobaan yang
kami lakukan, didapatkan bahwa setiap sudut putar dari sukrosa bernilai positif, ini
berarti dapat kita simpulkan bahwa sudut putar dari suatu sampel dipengaruhi oleh
sifat chain polimernya.

Dari kurva yang diperoleh ternyata masih ada sudut putar yang kami dapatkan
yang memiliki sedikit penyimpangan, hal ini dilihat dari bentuknya yang mirip
gelombang, hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh ketidak akuratan mata kami
didalam melihat titik ekivalen dari setiap sampel larutan kalibrasi, serta mungkin
disebabkan kesalahan didalam kami membuat larutan standar ini, baik saat
dilakukan, penimbangan atau penghipitan dengan aquadest, akan tetapi
penyimpangan ini masih dapat ditoleransi dalam artian masih dalam kewajaran.

Jika kita menghitung konsentrasi yang ada pada

sampel sukrosa yang

diberikan menurut persamaan garis linearnya maka didapatkan nilainya sebesar :


y = 0,1389x

maka

13,80
100, 08 ppm
0,1389

Sedangkan untuk nilai konsentrasi sampel jika dilihat dari kurva kalibrasi,
tetap sama yaitu sekitar 101,25 ppm, hal ini dipengaruhi oleh bentuk grafik yang
tidak linear.

13,80

101,25

X.

KESIMPULAN
Konsentrasi dari sampel menurut kurva kalibrasi yaitu sekitar 101,25 ml

(ini termasuk dengan penyimpangannya).


Konsentrasi sampel sukrosa jika kita lihat menurut persamaan

linearisasinya yaitu 100,08 ppm


Secara kasar dapat dikatakan bahwa sampel mempunyai konsentrasi 100

ppm.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung


Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.

Anda mungkin juga menyukai