Anda di halaman 1dari 16

4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Otitis Eksterna
a. Pengertian
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah
tertentu sebagai bisul (furunkel) atau jerawat (Sander, 2009). Faktor yang
mempermudah radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga,
yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi
terhadap infeksi menurun (Soepardi, 2007).
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur
mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma
ringan ketika mengorek telinga (Soepardi, 2007).
b. Etiologi
Otitis eksterna disebabkan terutama terutama disebabkan oleh
infeksi bakteri, yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, dan
Escherichia coli. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah
Pseudomonas sp. (41 %), Streptococcus sp. (22%), Staphylococcus
aureus (15%) dan Bacteroides sp. (11%) (Oghalai, 2003). Penyakit ini
dapat juga disebabkan oleh jamur (Aspergillus niger dan Candida
albicans), alergi (nikel, krom, bahan kimia hair spray, kosmetik), dan

virus. Otitis eksterna dapat juga disebabkan oleh penyebaran luas dari
proses dermatologis yang bersifat non infeksi (Sander, 2009).
Predisposisi terjadinya otitis eksterna lebih besar pada ras yang
memiliki liang telinga lebih kecil, karena lebih mudah terjadi obstruksi
dan infeksi. Selain itu otitis eksterna memiliki rasio yang sama pada lakilaki maupun perempuan dan bisa terjadi pada semua kelompok usia,
namun mencapai puncak insidensi pada anak usia 7-12 tahun (Roland,
2002).
Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu (Sander, 2009) :
1) Struktur anatomis.
Penimbunan serumen dapat diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga.
2) Kelembaban lokal.
Udara hangat/panas dan lembab memudahkan kuman bertambah
banyak.
3) Derajat keasaman (pH) liang telinga.
PH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna. PH asam
memproteksi terhadap kuman infeksi.
4) Trauma mekanik.
Trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus
akustikus

eksterna),

misalnya

setelah

menggunakan lidi kapas atau benda lainnya.


5) Berenang dan terpapar air.

mengorek

telinga

Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.
Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang telinga
sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis
eksterna sering disebut sebagai Swimmer's ear.
6) Benda asing.
Benda asing menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manikmanik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
7) Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
8) Alergi.
Alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal (nikel).
9) Penyakit psoriasis.
10) Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
11) Penyakit diabetes.
Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien diabetes.
12) Penyumbat telinga dan alat bantu dengar.
Terutama jika alat tersebut tidak dibersihkan dengan baik.
Otitis eksterna kronik dapat disebabkan (Sander, 2009) :
1) Pengobatan. Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak
adekuat.
2) Trauma berulang.
3) Benda asing.

4) Alat bantu dengar (hearing aid). Penggunaan cetakan (mould) pada


hearing aid.
c. Klasifikasi
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
1) Otitis eksterna akut
a) Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul) adalah
otitis eksterna lokal yang bermula dari infeksi folikel rambut dan
menimbulkan furunkel (bisul) pada sepertiga luar dari liang
telinga luar (meatus akustikus eksterna) (Sander, 2009). Kulit
telinga sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa
kulit,seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada
pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab
biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus
(Soepardi, 2007).
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai
dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga
tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan perikrondrium. Rasa nyeri dapat
juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula).

Selain

itu

terdapat

juga

gangguan

pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga


(Soepardi, 2007).
b) Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah otitis eksterna yang dapat
disebabkan bakteri (Pseudomonas sp., Staphylococcus sp.,

Proteus sp.) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga
luar (meatus akustikus eksterna) (Sander, 2009). Biasanya
mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya
(Soepardi, 2007).
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas sp..
Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus
albus, Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis (Soepardi,
2007).
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat
sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan
nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum
timpani pada otitis media (Soepardi, 2007).
2) Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis

eksterna

yang

berlangsung lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut


(sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit
(Sander, 2009).
d. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh

adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan ini
dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur (Sander, 2009).
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri (Sander, 2009).
Proses

infeksi

menyebabkan

peningkatan

suhu

lalu

menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses


infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam
liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran (Sander, 2009).
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
Pseudomonas sp. (41%), Streptococcus sp. (22%), Staphylococcus
aureus (15%) dan Bacteroides sp. (11%). Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal (Sander,
2009).
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan (Sander, 2009) :

10

1) Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan


bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
2) Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit
saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan
liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.
e. Manifestasi Klinik
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit
(otalgia). Gejala dan tanda pasien otitis eksterna selengkapnya (Sander,
2009) :
1) Otalgia
2) Gatal-gatal (pruritus)
3) Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada
tahap awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan
4)
5)
6)
7)

nyeri tekan daun telinga.


Pendengaran berkurang atau hilang.
Deskuamasi
Tinnitus
Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang
telinga (otore). Kadang kadang pada otitis eksterna difus ditemukan
sekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan
tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur dengan

lendir (musin).
8) Demam.
9) Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.

11

10) Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah,
darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
11) Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang
telinga pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan
batas

yang

tidak

jelas.

Bisa

tidak

terjadi

pembengkakan,

pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak


yang benar-benar menutup liang telinga.
Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada
saluran telinga tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan
serpihan sel-sel kulit yang mati.
Otalgia merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia
berat biasa ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta. Keluhan ini
bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit tidak enak, perasaan
penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga rasa sakit hebat
dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin hebat bila menyentuh,
menarik, atau menekan daun telinga. Juga makin nyeri ketika pasien
sedang mengunyah.
Gatal-gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu
otalgia pada otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis
eksterna akut, tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa
penuh dan rasa tidak enak pada telinga.
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat
terjadi pada otitis eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga
luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau purulen, atau

12

penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu, peredaman
hantaran suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang telinga
oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada otitis
eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat
liang telinga.
f. Diagnosis
Diagnosis otitis eksterna dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika terdapat demam dan gejala
toksisitas, dapat dilakukan pememriksaan laboratorium. Pemeriksaan
penunjang lain seperti pewarnaan gram dan kultur discharge dapat
dilakukan jika diduga suspek infeksi bakteri atau jamur (Ngan, 2007).
g. Diagnosis Banding
Diagnosa banding otitis eksterna : (a) Otitis eksterna nekrotik;
(b) Otitis eksterna bullosa; (c) Otitis eksterna granulosa; (d) Perikondritis
yang berulang; (e) Kondritis; (f) Furunkulosis dan karbunkulosis; (g)
Dermatitis seperti psoriasis dan dermatitis seboroika (Sander, 2009).
h. Komplikasi
Jika otitis eksterna tidak diobati, infeksi akan menyebar ke
struktur organ disekitarnya yang lebih dalam dan dapat berkembang
menjadi otitis eksterna maligna. Komplikasi ini sering ditemukan pada
pasien imunokompromise seperti diabetes, pasien AIDS, pasien
kemoterapi,

pasien

dengan

pengobatan

imunosupresan

seperti

glukokortikoid. Otitis eksterna maligna memiliki tingkat mortalitas


hampir 50%. Komplikasi ini dapat dicurigai jika nyeri tekan, eritema dan

13

edema dari telinga luar atau jaringan yang lebih dalam ditemukan dari
pemeriksaan fisik (Roland, 2002).
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta (Sander, 2009):
1) Lokal. Pada stadium infiltrat, berikan tampon yang dibasahi dengan
10% ichthamol dalam glycerine, ganti setiap hari. Tampon dapat
juga dibasahi dengan larutan Burrowi (Burrow's solution). Pada
stadium abses, lakukan insisi abses dan berikan tampon larutan
rivanol 0,1%.
2) Sistemik. Minumkan antibiotik pada otitis eksterna sirkumskripta
yang cukup berat.
3) Analgetik. Minumkan paracetamol atau antalgin.
Pada kasus otitis eksterna sirkumskripta yang berulang, cari
adanya faktor penyakit sistemik seperti diabetes. Penatalaksanaan otitis
eksterna bertujuan : (a) Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit
mati dari liang telinga. Bersihkan dan keringkan menggunakan alat
penghisap atau kapas kering; (b) Mengeluarkan mikroorganisme.
Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga
untuk menghindari infeksi bakterial akut dan ulserasi. Berikan juga
antibiotik sistemik jika perlu; (c) Mengurangi rasa sakit, peradangan dan
edema. Berikan obat golongan kortikosteroid misalnya metil prednisolon;
(d) Menghilangkan rasa tidak enak; (e) Memulihkan pendengaran; (f)
Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal

14

untuk menghindari infeksi jamur; (g) Terapi antialergi dan antiparasit


(Sander, 2009). Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi
rekonstruksi liang telinga.
j. Pencegahan
Telinga perenang kemungkinan dicegah dengan meneteskan
cairan yang mengandung campuran alkohol dan cuka di dalam telinga
sebelum dan sesudah berenang. Orang tersebut harus menghindari
berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan semprotan rambut,
dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang lembab.
Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap kapas mengganggu
mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa mendorong
serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga,
tindakan ini bisa menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi
otitis eksternal (Sander, 2009).
2. Cotton Bud

a. Pengertian
Cotton bud terdiri dari segumpal kecil kapas yang dibungkuskan
pada satu atau kedua ujung tongkat pendek, biasanya terbuat dari kayu,
kertas yang digulung, atau plastik. Cotton bud umumnya digunakan
dalam berbagai aplikasi termasuk pertolongan pertama, aplikasi
kosmetik, pembersihan, seni dan kerajinan. Alat ini ditemukan pada
tahun 1920 oleh Leo Gerstenzang (Schueller, 1996).

15

Cotton bud tradisional mempunyai ujung tunggal pada batang


kayu, dan ini masih sering digunakan terutama dalam tindakan medis.
Panjangnya sekitar 6 inchi (15 cm). Cotton bud ini dikemas steril dalam
kertas atau plastik. Kemasan ini dapat

disterilkan menggunakan

autoclave. Cotton bud yang digunakan untuk kebutuhan rumah berukuran


lebih pendek, sekitar 3 inchi (7,6 cm) dan memiliki dua ujung kapas.
(Moser, 2006)
Cotton bud sering digunakan untuk membersihkan lubang
telinga dan untuk mengeluarkan serumen telinga. Walaupun dokter
mengatakan selama bertahun-tahun bahwa penggunaan cotton bud untuk
membersihkan telinga tidak aman, masyarakat tetap menggunakannya
(Moser, 2006) (Stein, 2001). Selain itu cotton bud juga sering digunakan
untuk mengaplikasikan dan menghapus riasan wajah, serta digunakan
untuk keperluan rumah tangga seperti membersihkan lukisan dan
kerajinan (Moser, 2006)
Cotton bud dapat digunakan untuk membersihkan air yang
secara tidak sengaja masuk ke liang telinga dalam beberapa keadaan.
Cotton bud hanya disarankan untuk mengeluarkan air atau kotoran di
liang telinga, bukan untuk membersihkan serumen atau menggaruk liang
telinga yang terasa gatal. Serumen hanya diproduksi di bagian luar liang
telinga (Lee, 2005).
b. Efek penggunaan Cotton bud

Penggunaan cotton bud untuk membersihkan telinga dapat


menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema

16

dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang


mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan
eksudat (Oghalai, 2003). Cotton bud dapat memasukkan elemen bakteri
dan jamur ke dalam liang telinga dan jika epitel mengalami trauma, akan
mudah terjadi infeksi. Di samping itu, cotton bud juga dapat mendorong
serumen ke dalam liang telinga. Semakin lama, serumen akan
terakumulasi dan mengakibatkan penimbunan serumen (Lee, 2005).
c. Serumen
Serumen umumnya dapat ditemukan di kanalis akustikus
eksternus. Kanalis akustikus eksternus normalnya memproduksi serumen
dengan berbagai tujuan, antara lain sebagai lubrikasi membran timpani
dan

epitelium,

perlindungan

untuk

melawan

kehilangan

cairan

transepidermal dan mengumpulkan debris dan organisme (Angus, 2005).


Serumen akan memberikan suasana asam dan kaya lisozim. Serumen
adalah campuran sekresi glandula sebasea dan glandula seruminosa
(modifikasi kelenjar keringat apokrin) (Stout-Graham, 1990) yang
berkombinasi dengan epitel deskuamasi dan rambut (Gortel, 2006).
Sekresi normal dari glandula seruminosa memiliki konsistensi
yang lebih sedikit daripada glandula sebasea. Jika terjadi inflamasi
kanalis akustikus akan terjadi akumulasi produksi serumen, yang akan
melindungi bakteri dan jamur dari terapi topikal dan menambah
kelembaban kanalis akustikus (Gotthelf, 2006)
Normalnya kanalis akustikus mempunyai

mekanisme

pembersihan sendiri. Reflek ini akan mengeluarkan serumen, deskuamasi

17

keratinosit dan debris yang terperangkap serta bakteri yang pelan-pelan


akan dikeluarkan dari kanalis akustikus melalui migrasi epitel dari bagian
yang lebih dalam ke arah superfisial, proses ini akan dimulai dari sel
germinal pada membran timpani yang akan dibantu dengan pergerakan
artikulasi temporomandibular (Gotthelf, 2006).
3. Pengaruh Penggunaan Cotton bud terhadap Otitis Eksterna

Penggunaan cotton bud merupakan salah satu predisposisi timbulnya


otitis eksterna. Cotton bud dapat menimbulkan trauma mekanik, dapat
berupa trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus
akustikus eksterna). Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Cotton bud dapat memasukkan
elemen bakteri dan jamur ke dalam liang telinga dan jika epitel mengalami
trauma, akan mudah terjadi infeksi. Cotton bud dapat mengganggu
mekanisme reflek pembersihan serumen (Sander, 2009). Cotton bud
mendorong serumen ke dalam liang telinga sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan terakumulasi di sekitar gendang telinga (Lee, 2005). Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat,

18

dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan
bakteri dan jamur (Sander, 2009).

19

Kerangka Pemikiran
Frekuensi
Intensitas
Durasi
Teknik penggunaan
Bahan
Kondisi Telinga
Kanalis akustikus eksternus
Produksi Serumen
Mekanisme
Pembersihan Sendiri
Migrasi Epitel

Cotton bud
Mendorong Serumen
Ke dalam telinga

Trauma mekanik epitel


MAE

Akumulasi Serumen

Bakteri masuk MAE

Kelembaban MAE

Inflasi dan Eksudat


dalam MAE

Mengeluarkan
Keterangan
:
Perkembangan
serumen, deskuamasi
bakteri
: mempengaruhi
tapi tidak ditelitidan
danjamur
tidak dapat dikendalikan
keratinosit,debris
dan
bakteri
: mempengaruhi tapi tidak diteliti dan dapat dikendalikan
Otitis Eksterna
: menghambat
Perenang
B. HipotesisBenda asing
Bahan iritan
Terdapat Alergi
pengaruh penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.
Penyakit psoriasis.
Penyakit eksim atau dermatitis
Kelembaban lokal
pada kulit kepala.
Derajat keasaman (pH) liang telinga
Penyakit diabetes.
Struktur anatomis telinga
Penyumbat telinga dan alat
bantu dengar

Anda mungkin juga menyukai