Suatu hari, saat Nasib dan teman-teman nya baru pulang dari sekolah, tuan Nah-Wah datang ke rumah. Mereka mampir karena melihat mobil tuan Nah-Wah yang parkir di depan halaman rumah Pak Teguh. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja. Pak Teguh terlihat santai-santai saja sebaliknya dengan tuan Nah-Wah yang terlihat tegang. Hatinya berdebar-debar. Belum pernah Pak Teguh melihat tuan Nah-Wah bersik demikian. Tidak lama, nasib dan teman-teman nya datang menyap Tuan Nah-Wah. Lalu setelah bertegur sapa dan minum, teman-teman Nasib pulang. Setelah mereka pulang, Nasib berbincangbincang dengan Tuan Nah-Wah. Ia berkata, contoh sarang burung layang-layang yang ia bawa tempo hari lalu ternyata laku dengan harga yang cukup tinggi. Tetapi, Nasib dan keluarga nya harus bersabar dan menjaga burung layangnya agar tidak berkurang jumlahnya. Nasib pun sangat terkejut sekaligus senang mendengarnya. Ia pun sangat bersemangat menjalankan apa yang di katakan oleh Tuan Nah-Wah. Lalu, Tuan Nah-Wah pun memberi Nasib sebuah amplop yang berisi uang dan langsung pulang ke rumah. Alangkah senangnya hati Nasib menerima uang yang berjumlah cukup banyak itu. Lalu ia menunjukan uang yang diterimanya kepada Inilah dengan bangga. Nasib pun menceritakan kegiatan belajarnya di kelas. Inilah pun berpesan, Nasib harus terus rajin belajar dan bersekolah. Karena, mereka susah-payah mencari nafkah agar anak-anaknya dapat bersekolah. Dan kedua orang tua, pasti mengharapkan anaknya menjadi pandai. Mendengar kata-kata kakak nya itu Naisb merasa kagum sekaligus setuju. Lalu, mereka pun pergi tidur. Keesokan paginya, saat nasib hendak berangkat sekolah, ia pun berbincang sebentar dengan ayahnya yang akan berangkat ke sawah. Nasib meminta izin kepada ayahnya, jika seandainya, sarang burung layang-layang ini laku, ia ingin mengajak keempat teman nya untuk membantunya menjaga sarang burung layanglayang. Ayahnya pun setuju dengan ide Nasib tersebut. Lalu ia mengajak keempat teman nya untuk menjaga sarang burung layang-layang. Nasib pun menceritakan keuntungankeuntungan apabila mereka berhasil menjaga sarang burung tersebut. Awalnya, Adi, teman Nasib merasa ragu-ragu. Menurutnya, anak di bawah umur tidak boleh dipekerjakan. Tetapi karena Adi adalah teman yang baik, mereka pun setuju untuk membantu Nasib menjaga sarang burung tersebut. Nasib pun merasa beruntung memiliki teman-teman yang baik, jujur dan setia. Lalu mereka berlima pun berpelukan erat.