Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami
terima, serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan
bagi kami dalam penyusunan tugas tentang hasil penelitian kunjungan ke
Museum Sang Nila Utama ini.
Didalam karya tugas ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang
bisa kami sajikan, sebagai sebagai tugas dari mata pelajaran Sejarah dengan
judul Penelitian Benda Benda Sejarah di Museum Sang Nila Utama . Dimana
di dalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya
benda benda bersejarah yang ada di daerah Riau.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami
tentang Museum Sang Nila Utama, menjadikan keterbatasan kami pula untuk
memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga tugas tentang penelitian benda benda bersejarah
yang ada di Museum Sang Nila Utama ini membawa manfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang benda yang
pernah bersejarah yang ada di Riau.
Juli
1994
oleh
Prof.Dr.Edi
Sedyawati,
Direktur
Jenderal
Kebudayaan pada waktu itu. Pada saat itu pula nama Museum Negeri
Provinsi Riau Sang Nila Utama diresmikan. Nama tersebut berasal dari
nama seorang raja Bintan yang berkuasa pada sekitar abad ke-13 M di
Pulau Bintan.
Museum Sang Nila Utama adalah salah satu museum yang mungkin
terbesar dan terlengkap di Pekanbaru. Museum ini terletak di Jalan
Jenderal Sudirman, sebuah jalan utama yang menghubungkan antara
Bandara Sultan Syarif Kasim II dengan pusat kota.
Museum Daerah Sang Nila Utama ini mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan urusan, pekerjaan dan kegiatan pengelolaan museum dan
kepurbakalaan. Dan memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian
benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
2. Melakukan urusan keperpustakaan dan dokumentasi ilmiah.
3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi
yang mempunyai nilai bidan dan ilmiah.
4. Melakukan bimbingan edukatif kultural dan penyajian rekreatifitas
benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
5. Melakukan urusan tata usaha
kesebelah
kiri
pojok
ruangan
pameran
museum
raksasa yang sedang sandar di Dumai. Dari maket kita juga bisa tahu
lapisan bumi yang di bor serta urutan produksi dari mulai di bor sampai
siap pakai. dari pelabuhan Dumai minyak bumi tersebut di ekspor ke
beberapa negara di dunia seperti singapura dan lainnya. Sekitar 60% dari
hasil minyak bumi dihasilkan dari Riau. Betapa kaya negeri Riau ini.
Kemudian masih dilantai atas dari pintu masuk depan kita bisa
menemukan berbagai peninggalan kerajaan melayu Riau, yaitu kerajaan
Siak. Banyak artefak dan prasasti yang ditampilkan. Demikian pula
dengan kelengkapan kebesaran kerajaan seperti perhiasan, baju, senjata,
dan yang lainnya. Terdapat pula mata uang dari masa sebelum
kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan, alat batu manusia purba,
keramik dan gerabah yang kebanyakan berasal dari cina sekitar abad 1019 M, payung kerajaan siak, mahkota dan sebagainya. Diantara bendabenda tersebut terpajang sepeda tua bersejarah bercat hitam milik
Soeman H.S.
Masih di lantai dua ruangan pameran Museum Sang Nila Utama,
terpasang di dinding foto-foto orang yang berjasa kepada Riau. Ada foto
Tuanku Tambusai, Imam Bonjol, Idrus Tintin, Soeman HS, dan lain-lain.
Selain itu juga terdapat foto Gubernur Riau yang pertama kali menjabat
sebagai gubernur di Riau hingga saat ini.
Kita langkahkan kaki turun ke lantai bawah dari museum tersebut,
disana dapat ditemui patung harimau yang sebenarnya bukannya tiruan
melainkan harimau asli yang sudah diawetkan. Semua bagian dari
harimau itu masih asli kecuali lidah dan mata. Tetapi disayangkan pada
harimau tersebut ada sesuatu yang hilang, yaitu kumis dan taringnya
yang ternyata dicuri orang yang konon katanya ada kepercayaan
masyarakat yang mengatakan kumis dan taring harimau tersebut bisa
membuat seseorang berwibawa.
Selain itu ada juga alat tenun tradisional khas Riau serta koleksikoleksi batik yang sering digunakan masyarakat melayu riau di zaman
dahulu. Berbagai pakaian pengantin juga dipamerkan dari setiap daerah di
Riau, misalnya pakaian pengantin dari kampar, rokan hulu, siak sri
indrapura, dan lain-lain. Dilanjutkan melihat-lihat benda-benda bersejarah
di daerah Riau di lantai bawah, masih banyak terdapat benda peninggalan
bersejarah di masa lampau seperti alat musik tradisional, alat permainan
tradisional, alat komunikasi, alat peralatan dapur, alat penangkap ikan,
alat penangkap burung, alat bertani, mesin jahit dan masih banyak lagi.
Terdapat juga beberapa Al-Quran yang ditulis tangan, salah satunya dari
Kampar. Serta pelaminan dan tempat tidur khas melayu Riau.
Di pojok bawah terdapat replika rumah pandai besi, sejak masa
lampau manusia telah mengenal pemanfaatan dan pengaturan suuhu api
yang kemudian menciptakan suatu teknologi pengerjaan dan pengelolaan
benda-benda yang terbuat dari bahan baku logam. Berdasarkan buktibukti arkeologis teknologi pengerjaan dan pengelolaan benda logam
sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi, yaitu dengan
ditemukannya benda yang terbuat dari perunggu, besi dan emas. Secara
umum teknik pembuatan benda-benda logam dibagi atas teknik cetak dan
teknik tempa.
Disamping rumah pandai besi, ada sebuah suku asli riau yaitu suku
sakai. Suku sakai ini sebagian besar berada di daerah minas kabupaten
siak, mandau dan bukit batu. Umumnya suku sakai hidup dalam
kelompok-kelompok kecil pada suatu perkampungan yang mereka dirikan
dekat dengan sumber-sumber air, seperti di sungai, rawa dan sumber
mata air di hutan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka
bercocok tanam di ladang dengan menanam ubi kayu yang disebut
dengan ubi manggalo. Selain itu juga mereka menangkap ikan dan
berburu binatang, mengambil madu lebah serta mencari hasil hutan
lainnya.
Pada zaman dahulu sawah merupakan sebidang tanah yang telah
digarap untuk dapat dikembangkan menjadi lahan budidaya tanaman
padi. Di indonesia kepandaian mengolah lahan budidaya tanaman padi
sudah dikenal sejak masa lampau yang merupakan perkembangan dari
pengetahuan
bercocok
tanam
dengan
pola
berladang
pada
masa
neolitikum atau sekitar 2000 s.d 1000 SM. Pada masa itu manusia telah
memanfaatkan hutan belukar dengan cara menebang dan membakar
pohon dan belukar.
Kemudian dikembangkan menjadi ladang untuk ditanami tumbuhan
yang dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan. Tumbuhan yang mulamula ditanam antara lain jenis umbi-umbian seperti keladi, ubi jalar,
jewawut, padi dan kacang. Pengolahan lahan yang ditampilkan di Museum
Sang Nila ini adalah mengolahan model sawah di daerah Kampar yang
Kereta Angin
Mahkota
Batu Siput
Harimau
Layang-Layang
Penenun Kain
TUGAS IPS
Kunjungan Benda-Benda Bersejarah di Museum
Sang Nila Utama Pekanbaru
O
L
E
H
Kelas 7-A
SMP Santa Maria Pekanbaru