Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan
penekanan pembahasan pada tinjauan teori tentang: perilaku hidup bersih sehat,
perilaku, dukungan keluarga, anak Sekolah Dasar, kerangka teori, kerangka
konsep, variabel penelitian, hipotesis.
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku adalah
apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner
(1938) dalam (Notoatmodjo, 2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek. Yang demikian mudah diamati atau dilihat
oleh orang lain
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku,
menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) adalah:
a. Faktor-faktor Pendukung (Predisposing Factors)
Faktor pendukung adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku mencakup :
pengetahuan, sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
masyarakat terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan , tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Faktor-Faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku maka sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
8

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan saran dan
prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut faktor pemungkin.
c. Faktor-faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor-faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang,
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan
hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas
kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2. Teori Perubahan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003), teori-teori yang berhubungan
dengan perubahan perilaku antara lain :
a.

Teori Stimulus Organisme (S-O-R)


Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme.
9

b.

Teori festinger (Dissonance Theory)


Teori ini berkonsep imbalance concep (tidak seimbang), yang berarti
keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis
yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan kembali. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena
dalam individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentang,
yakni pengetahuan, pendapat atau keyakinan.

c.

Teori Fungsi
Teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku tergantung pada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti
dalam konteks kebutuhan orang tersebut.

d.

Teori Kurt Lewin


Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces). Dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku ini
dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadi
perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni;
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

10

3. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku


Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat
bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam
pemahannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a.

Perubahan alamiah (Natural Change)


Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan
karena kejadian alamiah.

b.

Perubahan terencana (Planned Change)


Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subyek.

c.

Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)


Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat
maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk
berubah.

4. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungan, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap
tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2002).
11

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2002), klasifikasi


tentang perilaku kesehatan meliputi:
a. Perilaku Hidup Sehat
Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan perilaku
ini mencakuup antara lain makan dengan menu yang seimbang
(approprite diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minum
keras dan narkoba istirahat cukup, megendalikan stress, perilaku dengan
gaya lain yang positif bagi kesehatan.
b. Perilaku sakit (Illness Behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)
Dari segi sosiologi orang sakit (pasien) mempunyai peran yang
mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit
sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya
disebut perilaku peran orang sakit.
B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
1. Pengertian
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu
melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), untuk memelihara
12

dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan


melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi jawa Tengah, 2006),
merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu

kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan


melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam
tatanan tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
2. Tujuan PHBS
Tujuan

dari

pelaksanaan

program

PHBS

adalah

untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga


dalam mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (1997) tujuan dari PHBS
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan

13

peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya


mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3. Sasaran PHBS
Sasaran dari program PHBS menurut Depkes RI (1997) ada lima
tatanan meliputi :
a. Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah
perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam
keluarga yang bermasalah).
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga
yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh
keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan
dan lintas sektor terkait, PKK.
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah,
camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan lain-lain.

14

b. Tatanan Institusi Pendidikan


Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan (termasuk madrasah atau
pondok pesantren) adalah seluruh anggota institusi pendidikan dan
terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah
perilakunya adalah murid dan guru yang bermasalah (individu atau
kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua
murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan
dan lintas sektor terkait, PKK.
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya,
kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat dan orang tua murid.
c. Tatanan tempat kerja
Sasaran PHBS di tatanan tempat kerja (pabrik, kontor, dan
sebagainya) adalah seluruh anggota karyawan tempat kerja dan terbagi
dalam :
15

1). Sasaran primer


Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat kerja yang akan dirubah
perilakunya adalah para karyawan atau buruh yang bermasalah.
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat
kerja yang bermasalah misalnya, pengurus atau serikat pekerja
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat kerja misalnya,
direksi atau pemilik.
d. Tatanan tempat umum
Sasaran PHBS di tatanan tempat umum (seperti tempat ibadah, pasar,
warung, hotel, terminal atau stasiun, tempat hiburan, dan lain-lain),
adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam :
1). Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat umum yang akan
dirubah perilakunya adalah pengunjung atau pengguna tempat-tempat
umum yang bermasalah.
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat
umum yang bermasalah misalnya, pengurus atau pegawai.

16

3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya,
direksi atau pemilik baik pemerintah atau swasta.
e. Tatanan institusi kesehatan
Sasaran PHBS di tatanan institusi kesehatan (puskesmas, rumah sakit,
klinik, dan lain-lain) adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi
dalam :
1). Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam Tatanan institusi kesehatan yang akan
dirubah perilakunya adalah pasien dan keluarga atau pengunjung yang
bermasalah.
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat
umum yang bermasalah misalnya, petugas kesehatan.
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya,
pimpinan, direktur atau pemilik baik pemerintah atau swasta.

17

Tabel 1 : Sasaran PHBS menurut Depkes RI (1997)


Sasaran
primer
Anggota
keluarga

Tatanan PHBS
RUMAH
TANGGA

Sasaran
sekunder

Sasaran tersier

Prioritas

ibu

Kepala keluarga

KIA, Gizi, Kesling,


Gaya Hidup, Sarkes
atau JPKM

INSTITUSI
PENDIDIKAN

Seluruh siswa

Guru, karyawan,
OSIS

Kepala sekolah
atau pengelola
atau pemilik

Kesling,
gaya
hidup, sarkes atau
JKPM

TEMPAT
KERJA

Seluruh
karyawan

Pengurus atau
serikat pekerja

Direksi
pemilik

atau

Kesling, gaya hidup

TEMPAT
UMUM

Pengunjung
atau pengguna
jasa
Pasien
atau
pengunjung

Pegawai
karyawan

Direksi
pemilik

atau

Kesling atau gaya


hidup

Pimpinan
direktur

atau

Kesling,
gaya
hidup, KIA, gizi

INSTITUSI
KESEHATAN

atau

Petugas
kesehatan

4. Strategi PHBS adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan PHBS. Dalam hal ini ada tiga strategi utama dalam melakukan PHBS.
Dapat digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 2 : Strategi PHBS menurut Depkes RI (1997)
Strategi
PEMBERDAYAAN
(EMPOWERMENT)

Sasaran
Primer

PEMBINAAN
SUASANA
(SOCIAL
SUPPORT)
PENDEKATAN
PIMPINAN
(ADVOCACY)

sekunder

tersier

Tujuan
Peningkatan
pengetahuan,
sikap
dan
perilaku
(PHBS)
Pengembangan
pendapat
umum, opini,
norma
Persetujuan,
dukungan

18

Cara Yang Dilakukan


Penyuluhan
perorangan,
kelompok
dan
massal,
pelatihan
atau
orientasi,
mendistribusikan
bahan
penyuluhan.
Pendekatan perorang dan
kelompok
Konsultasi, pertemuan

5. Tatanan PHBS
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006) program perilaku
hidup sehat (PHBS) dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah
tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan.
Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah menfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan dan tatanan tempat
umum. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang
besar dalam pencapaian derajat kesehatan.
a. Tatanan Rumah Tangga
Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak
dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan
kehidupan

sehari-hari.

Selain

itu

PHBS

adalah

upaya

untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu


melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
b. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses
belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu
pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud
adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTP atau MA.
19

c. Tempat umum
Tempat ibadah adalah saran yang digunakan untuk kegiatan
keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang
dianut. PHBS ditempat ibadah merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun
pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
6. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi
Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan dan kesehatan
pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
peserta didik di Sekolah atau Madrasah dan di rumah. Melalui peningkatan
kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik,
Kebersihan pangkal kesehatan. Slogan ini tidak dapat kita pungkiri
kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, anatara lain
dengan cara-cara berikut.
a. Membiasakan hidup bersih dan sehat.
Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tampa
disadari oleh yang memilki kebiasaan itu. Hal ini di sebabkan karena
kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup
lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negative
(buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah disembarang tempat,
menggigit-gigit jari atau benda dan sebagainya. Contoh kebiasaan yang
20

positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam
waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga
secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990), ada lima pesan utama
dalam membiasakan hidup bersih sehat pada kehidupan sehari-hari
diantaranya :
1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum,
sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air
besar yang dapat mencegah penularan penyakit.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat
mematikan kuman yang melekat di tangan. Hal ini membantu
mencegah masuknya kuman ke dalam mulut. Anak-anak sering
sekali mempunyai kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut, oleh
karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan
setelah buang air besar guna mencegah penularan penyakit.
2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar
dapat mencegah penyebaran penyakit.
Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga
untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare adalah
membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban. Kuman
dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan dan alat
makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan jamban
21

untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara teratur dan
bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari pencemaran
atau kotoran manusia dan kotoran hewan.
3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan
penyakit.
Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting
untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara :
menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air
limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih
(gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari
sumber air bersih. Keluarga dapat menjaga agar air tetap bersih di
rumah dengan : menyimpan air minum dalam wadah yang bersih dan
tertutup, mengambil air dengan gayung yang bersih, melarang
minum langsung dan mencegah agar tanggan tidak masuk dalam
wadah air, serta menjauhkan binatang dari rumah. Air yang diminum
harus dimasak duhulu dan dimasukkan dalam tempat (teko, cerek,
kendi, gelas) yang bersih. Hal ini sangat penting terutama bila
diberikan kepada anak-anak balita karena daya tahan tubuh mereka
terhadap kuman penyakit masih rendah dibanding orang dewasa.
4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat
mencegah penularan penyakit.
Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman
22

dengan : makanan di masak dengan baik, terutama daging dan


unggas, memakan makan segera setelah dimasak, sehingga tidak
menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindnug dari
lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci
dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman.
5) Penangganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran
penyakit dan pencemaran lingkungan.
Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak
pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta sayuran.
Setiap keluarga hendaknya membuat lubang khusus untuk menanam,
mambakar sampah setiap hari atau membuang sampah pada tempat
yang telah disediakan.
b. Memelihara kebersihan pribadi.
Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi
peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan
pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan
pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tampa adanya
penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat
didambakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu
yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut
kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai
23

tingkat kesehatan pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga


kesehatan pribadi jika dia peduli terahadap pemeliharan : kulit, rambut,
kuku, mata, mulut dan gigi, hidung, telinga, tenggorokan pemeliharaan
kebersihan pakaian.
1) Menjaga kebersihan kulit
Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan
memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu,
kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Kulit yang sehat akan
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk itu, kulit harus selalu
dipelihara kebersihannya. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan
umunya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit;
menghilangkan bau keringkat, merangsang peredaran darah dan syaraf,
serta mengembalikan kesegaran tubuh (Ananto, 2006).
Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara
mandi yang baik dan benar meliputi:
a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk
mandi.
c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun untuk
menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama pada
bagian yang lembab dan bagian yang berlemak (lipatan telinga,

24

ketiak, lipatan paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai
kotoran hilang.
d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh atau
kulit kemudian disiram dengan air bersih.
e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk
pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering.
f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih
2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku)
Menutut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki dan
tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak sekali
dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang cukup
penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu, maka tangan
akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya langsung
dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku yang kotor
dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat ditularkan
kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu,baik kuku jari tangan
maupun jari kaki harus selalu diperlihara kebersihanya (Ananto,
2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah kuku tumbuh dengan baik,
kuat, bersih dan halus.
Menjaga

kesehatan

kaki

dan

tangan

dengan

cara

menjaga

kebersihannya :
a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor

25

b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum


tidur.
c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang
lembab, di tanah kotor.
d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki dan tangan.
Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku
yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai
tempat tinggal kuman. Cara menjaga kesehatan kuku :
(1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari tempat
perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan dengan bentuk
ujung jari.
(2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi dan
tidak tajam.
(3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih dengan
menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan handuk kecil
atau lap.
(4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali.
3) Memelihara kebersihan rambut.
Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yang
menempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau
memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan
menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.

26

Menurut

Ananto

(2006),

untuk

menjaga

kebersihan

atau

pemeliharaan kesehatan rambut, yang harus dilakukan adalah:


a) Mencuci rambut
Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung dari:
(1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci.
(2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada
lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci
rambutnya.
(3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus sering
mencuci rambutnya.
Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah dengan
memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu secara teratur.
Rambut disiram dengan air bersih kemudian digosok dengan
menggunakan bahan pembersih tersebut (sampho) dan dipijat agar
kotoran yang melekat dapat terlepas dan untuk memperlancar
sirkulasi darah sehingga rambut menjadi lebih sehat. Rambut
kemudian dibilas dengan air bersih sampai semua kotoran dan
sampho terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk
bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).
b) Menyisir rambut
Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit
kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran. Menyisir
rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui sisir dapat
27

ditularkan penyakit dan kutu rambut. Maka sisir yang baik adalah
sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rapat, lentur serta
menpunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir kotor harus
dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali (Tim Pembina
UKS Prop. Jawa Barat, 2004).
4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata.
Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang
mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia
tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya.
a) Mata sebaiknya di bersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu
sebaiknya dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi oleh air
yang sudah dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai
dari pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal
ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih.
b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau
saputangan yang kotor atau saputangan orang lain.
c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke
petugas kesehatan.
d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan jarak
antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30 cm.
e) Biasakan makan makanan yang banyak mengadung vitamin A.
f) Berikan istirahat secukupnya.

28

5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi


Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat
pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras, terdapat
pada rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi merupakan satu
kesatuan karena gigi terdapat di rongga mulut. Dengan membersihkan
gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa
makanan yang biasanya tertinggal di antara gigi dan gusi. Pada waktu
menyikat atau mengosok gigi harus diingat bahwa arah penyikatan
yang baik adalah dari gusi ke permukaan gigi, sehingga selain
membersihkan gigi juga dapat melakukan pengurutan terhadap gusi.
Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju mundur dan
pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x gerakan unttuk
permukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah, setelah selesai disikat
kumur-kumur dengan air yang bersih.meggosok gigi lebih baik
dilakukan setelah selesai makan (makan pagi) dan pada waktu malam
ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi.
Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lunak ; permukaan bulu sikat gigi rata ;
kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus.
6) Memelihara kesehatan telinga.
Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan
tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan telinga adalah :

29

a) Bersihkan daun telingga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga


dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua
menjadi bersih.
b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukan air, benda asing, karena
dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam.
c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang tajam,
kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan dapat
mendorong kotoran masuk kedalam telinga.
d) Menjaga telinga dari trauma.
7) Memelihara kesehatan hidung.
Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu bernafas. Di
dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lendir yang keluar dari
kelenjar didinding rongga hidung. Fungsi dari bulu dan lendir adalah
untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran debu sehingga udara
yang masuk keparu-paru lebih bersih, oleh karena itu di dalam rongga
hidung selalu terdapat kotoran. Cara menjaga kebersihkan atau
kesehatan hidung dengan :
a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu mandi,
sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai selaput hidung
yang sangat halus.
b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau menyederai
hidung.

30

8) Memelihara kesehatan tenggorokan.


Tenggorokan berfungsi sebagai jalan nafas untuk menuju keparuparu. Kita harus selalu menjaga kesehatan atau kebersihan dengan
jalan :
a) Menjaga jangan sampai ada benda asing yang masuk tenggorokan
karena hal ini dapat berakibat fatal.
b) Jangan

berbicara

sewaktu

sedang

makan,

karena

dapat

menyebabkan makanan masuk ke dalam tenggorokan, yang akan


menyebabakan tersumbatnya jalan nafas.
9) Memakai Pakaian yang Bersih dan Serasi
Pakaian yang dimaksud di sini meliputi pakaian yang erat
hubungannya dengan kesehatan seperti kemeja, baju, celana, rok
termasuk pakaian dalam, sepatu, sandal dan lain-lain. Kegunaan
pakaian adalah untuk malindungi kulit dari kotoran yang berasal dari
luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara
lain sebagai berikut.
a) Pakaian hendaknya diganti setiap selesai mandi dan bila kotor atau
basah karena keringat atau kena air hujan.
b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh.
c) Pakaian hendaknya dibedakan sesuai dengan ukuran keperluan
antara lain : pakaian rumah, pakaian sekolah, pakaian untuk kelur

31

rumah, pakaian olahraga, pakaian untuk rekreasi, resepsi atau


pesta, dan pakaian tidur.
d) Pakaian yang telah dipakai keluar rumah hendaknya jangan dipakai
untuk tidur, karena kemungkinan telah terkena debu atau kotoran.
e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah
tertular penyakit (terutama penyakit kulit).
C. Dukungan Keluarga
1. Keluarga
Menurut Effendy (1995) keluarga adalah dua atau lebih dari dua
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan
sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbale
balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan
keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial (Friedman, 1998). Sedangkan menurut Sarason (1983)
dalam kuncoro (2002) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah
keberadaan,

kesediaan,

kepedulian

dari

diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

32

orang-orang

yang

dapat

2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut model Friedman (1998) sebagai berikut :
a

Fungsi afektif
Fungsi afektif (fungsi pemeliharan kepribadian): untuk stabilitas
kepribadiaan kaum dewasa, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
para anggota keluarga, untuk memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
untuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, untuk saling
menghargai dan kehangatan didalam keluarga.

Fungsi sosialisasi
Merupakan interaksi atau hubungan dalam keluarga bagaimana
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. Untuk
sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka
menjadi anggota keluarga masyarakat yang produktif dan juga sebagai
penganugrahan status anggota.

Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan
juga untuk berlangsungnya hidup masyarakat.

Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi bertujuan untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi
yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara
efektif.

33

Fungsi perawatan kesehatan


Fungsi perawatan kesehatan bertujuan untuk menyediakan kebutuhankebutuhan fisik-pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan serta
kemampuan keluarga untuk melakukan lima tugas kesehatan dalam
keluarga serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan
yang sedang dihadapi :
a) Mengenal masalah kesehatan, keluarga mengetahui pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab, serta persepsi keluarga.
b) Mengambil keputusan, keluarga mengetahui masalah yang
dirasakan keluarga, keluarga merasa takut akan akibat dari
tindakan penyakit.
c) Merawat anggota yang sakit, keluarga mengetahui keadaan
penyakit, mengetahui sifat dan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan, sikap
keluarga terhadap yang sakit.
d) Memelihara lingkungan yang sehat, sumber-sumber keluarga yang
dimiliki, keuntungannya memanfaatkan pemeliharaan lingkungan,
pentingnya hygien sanitasi, kekompakan antar anggota keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, keberadaan fasiltas
kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan
terjangkau oleh keluarga.

34

3. Bentuk dukungan keluarga


Menurut Dinas kesehatan Prop. Jawa Tengah(2005), bentuk
dukungan keluarga terdiri empat macam dukungan yaitu :
a. Dukungan Instrumental atau material (Tangible Assistance)
Merupakan dukungan untuk memberikan dukungan secara
langsung dalam bentuk pinjaman, pemberian atau pelayanan. Penyedian
fasilitas juga termasuk dalam dukungan instrumental, dimana fasilitas
tersebut sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku hidup
bersih dan sehat pada diri anak, misalnya menyediakan tempat
pembuang sampah, menyediakan tempat mencuci tangan beserta
sabunnya, menyediakan air bersih (untuk memasak, mandi, mencuci),
menyediakn jamban atau WC dan lain-lain. Aspek dari dukungan
material meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk uang,
peralatan, waktu, modifikasi lingkungan dan menyediakan fasilitas
yang dibutuhkan oleh anggota keluarga (menyediakan jamban, tempat
sampah dan sebagainya),
b. Dukungan Informasional (Information Support)
Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan
umpan balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan
mengatasi masalahnya dengan lebih mudah. Informasi yang diberikan
diantaranya mengajarkan menggosok gigi tiga kali sehari (pagi, sore,
malam), mengajarkan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
dengan cara yang benar dan mengunakan sabun, memberi pengetahuan
35

tentang pentingnya berperilaku hidup berih sehat dan sebagainya.


Aspek dari dukungan informasi meliputi dukungan yang diberikan
dalam bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian
informasi.
c. Dukungan Penghargaan (Appraisal Support)
Merupakan

dukungan

keluarga

yang

bisa

membuat

kita

mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk hitungan.


Penghargaan diri adalah suatu bagaian yang penting dari manajemen
stres yang sukses. Kita mendapatkan dukungan dan pengahargaan dari
hubungan kita dengan seseorang yang akrap dan saling percaya dan
memberikan rasa tentram. Keluarga bertindak sebagai umpan balik,
membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber
dari validator identitas anggota keluarga. Aspek dari dukungan
penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk ungkapan
hormat, memberi sesuatu yang berharga (hadiah), reward, dan dorongan
untuk maju.
d. Dukunagn Emosional (Emotional Support)
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membatu penguasaan terhadap emosi.
Merupakan dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya
penegasan, reward, pujian dan sebagainya. Aspek dari dukungan

36

penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk


kepercayaan, perhatian, mendengarkan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Anwar,
(2000. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak 3, http://anak ad.co.k.diperoleh tanggal 20 maret 2008)
adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat
berpengaruh dalam mendukung anak untuk meningkatkan kesehatannya
dengan cara membiasakan berperilaku hidup bersih sehat.
b. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak
mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai dukungan keluarga
yang diberikan orang tua terhadap anaknya.
c. Sosial budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi. Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mendukung anak atau kebiasaankebiasaan masyarakat sekitarnya dalam mendukung anak. Orang tua
mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik,
oleh karena itu budaya dalam mendukung anak juga mempengaruhi

37

setiap orang tua dalam memberikan dukungan keluarga terhadap


anaknya.
d. Ekonomi
Ekonomi mempengaruhi dukungan keluarga dalam memenuhi
sarana dan prasarana (fasilitas) bagi anggota keluarganya. Dimana
tingkat ekonomi tiap keluarga berbeda-beda, misalnya keluarga yang
berpendapatan tinggi maka kerluarga tersebut akan mampu memenuhi
fasilitas rumah tangga secara lengkap dan akan mendukung anggota
keluarganya untuk berperilaku hidup bersih sehat.
5. Sumber dukungan keluarga
Menurut Rook dan Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002, Dukungan
sosial pada remaja 5, http://www.Epsikologi.com/remaja, htm diperoleh
tanggal 20 maret 2008) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber
natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
denagn orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga
(anak, istri, suami dan kerabat) teman dekat dan relasi. Dukungan keluarga
ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah
dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang
misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai
sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki
berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial
perbedaan tersebut terletak pada :
38

a. Keberadaan sumber dukunagn keluarga natural bersifat apa adanya


tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan
nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang
telah berakar lama.
d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki keragaman dalam
penyampikan dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata
hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari beban dan label
psikologis.
6. Peranan keluarga
Menurut Effendy (1998) peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya yang berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota
masyarakat dari lingkungannya.
39

b. Peran ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
c. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
D. Anak Usia Sekolah Dasar
1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar
Masa anak merupakan masa meletakkan landasan yang kokoh bagi
terwujudnya manusia seutuhnya, yang akan menjadi sumber daya insane
dan modal pembangunan bangsa. Kesadaran akan fungsi anak dan nilai
subtantifnya melatar belakangi dikembangnya berbagai upaya pembinaan
dan pengembangan anak, diantaranya upaya pembinaan kesehatan anak usia
Sekolah Dasar (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2004).
Menurut (Notoatmodjo, 2005) anak usia Sekolah Dasar (6 tahun18 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi dibanding dengan
40

kelompok umur yang lain. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang
sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena
kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus
sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat. Sekolah merupakan komunitas
yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka
pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
Menurut Wong (2001), anak usia Sekolah Dasar dimulai saat anak
masuk Sekolah Dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun
merupakan

tanda

perkembangan

akhir

selama

masa
anak

kanak-kanak
mengembangkan

menengah.
kompetensi

Langkah
dalam

keterampilkan fisik, kognitif, dan psikososial.


Pada waktu masuk sekolah anak memasuki usia yang pada saat itu
kesadaran sosial berkembang pesat dan menjadi pribadi yang sosial yang
merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.
Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang didefinisikan
oleh Havighurst sebagai suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia
sama yang berfikir dan bertindak bersama-sama (Hurlock, 2001).
Sedangkan menurut Stanhope dan Lancaster (1998) pada anak usia
Sekolah Dasar, anak-anak sedang bekerja kearah perkembangan pemikiran
industri, dengan menggunakan kemampuan kognitif mereka yang sedang
berkembang dari penalaran dan realisme, menjadi orang yang mampu
41

membedakan,

mengkategorikan,

menyelesaikan

masalah

dan

mengkonseptualisasi, menuntun anak untuk mencapai kecakapan sosial,


kognitif dan fisik.
2. Pertumbuhan dan perkembangan menurut (Soetjiningsih, 1995) sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan anak usia Sekolah Dasar
Pertumbuhan (Growht) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter). Umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
natrium dan nitrogem tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Pada usia sekolah
pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung lebih stabil, rata-rata
akan tumbuh 5cm (2 inci) setiap tahunnya, serta berat badan akan
bertambah 2-3kg (4,5-6,5pon) pertahun, terdapat sedikit perbedaan
pertumbuhan antara laki-laki dengan perempuan anak laki-laki akan
lebih tinggi serta lebih berat dibanding perempuan (Wong, 2001).
b. Perkembangan anak usia Sekolah Dasar
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan
(Soetjiningsih, 1995) :

42

a) Perkembangan Psikologi Erikson


Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetisi dan
ketrampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti
dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberhasilan positif
merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi
kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja) atau perasaan
tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah
dan sebaya.
b) Perkembangan kognitif piaget
Perkembangan kognitif pada usia Sekolah Dasar adalah pada
kemampuan untuk berfikir dengan cara logis tentang disini dan saat
ini dan bukan tentang abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak
lagi didominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan
memahami dunia secara luas mereka mulai menggunakan proses
pemikiran yang logis dengan materi konkret (objek, manusia dan
peristiwa yang dapat mereka lihat dan sentuh).
c) Perkembangan Moral Kohlberg
Kebutuhan kode moral dan aturan sosial menjadi lebih nyata sesuai
peningkatan kemampuan kognitif dan pengalaman sosial anak
sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan
bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.

43

d) Perkembangan Spiritual
Pada usia ini anak-anak mulai berfikir tentang agama, mempunyai
keinginan besar untuk belajar sekitar Tuhan mereka dan mulai
membandingkan antara surga dan neraka (Whaley & Wong, 2001).
e) Perkembangan Psikososial
Menurut Patricia (2005), tugas perkembangan psikososial pada
anak usia Sekolah dasar adalah industri versus inferioritas. Selama
masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
keterampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti
dewasa, anak usia sekolah yang mendapat keberhasilan positif merasa
adanya perasaan berharga. Periode usia sekolah dasar merupakan
periode kritis untuk menerima latihan perilaku dan kesehatan menuju
kehidupan dewasa yang sehat sehinga perlu adanya promosi kesehatan
atau pendidikan kesehatan selama periode usia sekolah yang bertujuan
untuk meningkatkan penerimaaan pengetahuan dan keterampilam
untuk merawat diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan
keputusan tentang kesehatan.
Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) perkembangan psikososial
berawal dari umur 6-12 tahun, anak-anak memperluas aspek-aspek
sosial dan kognitif mereka. Mereka belajar untuk mengkostribusi,
mengkolaborasi dan bekerjasama untuk menjadi anggota produktif
dari teman sebayanya. Perkembangan kesadaran membolehkan

44

mereka untuk membedakan, mengkategorikan, memecahkan masalah


dan mengerti sebab akibatnya.
Kesehatan lingkungan bagi kelompok usia ini tidak saja ditujukan
pada kebersihan diri dan lingkungan fisiknya, tetapi lebih ditekankan
pada faktor lingkungan psikososial. Lingkungan psikososial yang
dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan, pergaulan
disekolah dan diluar sekolah yang turut mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan siswa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara
lain: kebersihan fisik bagi diri maupun lingkungannya (pembinaan
kebersihan pribadi siswa, pembinaan kebersihan lingkungan sekolah,
kegiatan sekolah, lingkungan di rumah maupun lingkungan sekolah)
(Narendra, 2005)

45

E. Kerangka Teori

Predisposing factors
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Tradisi
- Nilai
- Tingkat pendidikan
- Sosial ekonomi, dll
Enabling factors
(ketersediaan sumber
fasilitas)
- Puskesmas
- Rumah sakit
- Poliklinik
- Posyandu
- polindes

Perilaku
kesehatan

Reinforcing factors
- Dukungan keluarga
- Dukungan teman
- Dukungan tenaga
kesehatan

Gambar 1.
Kerangka teori pendidikan kesehatan menurut model Preced dalam Notoatmodjo,
2003

46

F. Kerangka Konsep
Variabel Independent

Variabel Dependent

Dukungan keluarga

Perilaku Hidup Bersih Sehat

Gambar 2. Kerangka Konsep


G. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk
diamati. Ada dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel indipendent : Dukungan keluarga
2. Variabel dependent

: Perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah


Dasar.

H. Hipotesa
Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat
dikemukakan adalah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar se-Kecamatan
Pageruyung Kabupaten Kendal.

47

Anda mungkin juga menyukai