Anda di halaman 1dari 42

KELAS F

JUSRAN
NIM : 213 190 023
ANWAR SAAD
NIM : 213 190
054
AHMAD RIADHI
NIM : 213 190
020
JURUSAN TEKNIKNIM
SIPIL : 211 190
BASIR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
053

Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya.


Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat
dimanfaatkan untuk :
- analisis perencanaan turbin
- mesin-mesin hidraulis
- saluran yang panjang dan berkelok-kelok
- dsb.

Momentum suatu partikel atau benda


didefinisikan sebagai perkalian antara massa
M dan kecepatan V,
Momentum = M V

Partikel-partikel aliran zat cair mempunyai


momentum.
Perubahan momentum dapat menyebabkan
terjadinya gaya.
Gaya yang terjadi karena gerak zat cair
disebut dengan gaya dinamis dan
merupakan gaya tambahan pada gaya
tekanan hidrostatis.

Momentum = Q V
Dengan :
: rapat massa zat cair
Q : debit aliran
V : kecepatan rerata aliran

F = Q (V2 V1)
F = QV2 QV1
Gaya yang bekerja pada zat cair
adalah sebanding dengan laju
perubahan momentum

Dalam menurunkan persamaan momentum, distribusi


kecepatan aliran dianggap seragam padahal tidak demikian
kenyataannya, sehingga perlu koreksi.

F = Q (2V2 1V1)
Dengan adalah koefisien koreksi momentum.
Laminer = 1,33
Turbulen = 1,01 1,04

Ditinjau gaya pada curat.


Gaya ini dapat menimbulkan gaya
tarik pada curat.
Perencanaan baut dan las pada
sambungan didasarkan pada gaya
tarik tsb.

Rx = p1A1 Q(V2 V1)

Perubahan arah aliran dalam pipa dapat menyebabkan


terjadinya gaya-gaya yang bekerja pada belokan pipa.
Gaya-gaya tersebut disebabkan oleh gaya tekanan statis
dan gaya dinamis.
Belokan arah x (horisontal) :

Rx = p1A1 p2A2cos Q(V2cos V1)


Belokan arah y (vertikal) :

Ry = W + p2A2sin + QV2sin

Resultante gaya R :
2

R Rx R y
tg

Ry
Rx

Sudut diukur terhadap horisontal


menunjukkan arah kerja gaya R. Gaya R
tersebut akan berusaha untuk melepaskan
bagian belokan dari pipa utama, yang harus
dapt ditahan oleh sambungan antara pipa
dan belokan.

PLAT TETAP
Apabila suatu pancaran zat cair menghantam plat
datar diam dengan membentuk sudut tegak lurus
terhadap plat, pancaran tsb tidak akan dipantulkan
kembali tetapi akan mengalir di atas plat dalam segala
arah.
Gaya yang bekerja pada plat :
R = a V2
Apabila pancaran membentuk sudut terhadap plat :
R = a V2 sin
V

Apabila plat yang dihantam pancaran


zat cair bergerak dengan kecepatan
v dalam arah pancaran, maka
pancaran tersebut akan
menghantam plat dengan kecepatan
relatif (V-v).
V

R = a (V v)2

Jumlah plat dapat ditambah menjadi beberapa plat datar


yang dipasang di sekeliling roda dan memungkinkan
pancaran air menghantam plat-plat tersebut secara
tangensial sehingga roda dapat bergerak dengan
kecepatan tangensial v. apabila dianggap bahwa jumlah
plat adalah sedemikian sehingga tidak ada pancaran air
yang terbuang (tidak mengenai plat), maka gaya yang
ditimbulkan oleh zat cair pada plat adalah :

R = a V(V v)

Kerja yang dilakukan/detik = gaya x


jarak/detik

K = a V(V v)v

Energi kinetik pancaran :

Ek =
Efisiensi kerja :

aV3

2(V v)v

2
V

Perubahan momentum dapat terjadi karena


adanya perubahan arah aliran tanpa terjadi
perubahan kecepatan.
Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair pada
plat lengkung adalah :
R = a V (V cos
Apabila = = 0 maka :

R=2

+ Vcos)

a V2

Perbandingan antara persamaan gaya pada


plat datar dan plat lengkung menunjukkan
bahwa gaya yang terjadi pada plat lengkung
dimana pancaran membelok 180 adalah 2
kali gaya yang terjadi pada plat datar.
Pancaran membelok 180 apabila plat
lengkung berbentuk setengah lingkaran.

Pancaran air datang dengan kecepatan V


menghantam plat dengan kecepatan relatif, Vr = V
v. pancaran tersebut akan meluncur pada plat
lengkung dan keluar melalui kedua ujungnya dengan
membentuk sudut terhadap arah gerak plat.
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran dalam arah
pancaran :

R = a (V v)2(1+cos )
V

Kerja yang dilakukan :

K = a (V v)2 (1+cos ) v

Kerja akan maksimum jika : V = 3v


Kerja maksimum :

Kmaks = a (1+cos ) 4/27V3

Apabila plat adalah setengah lingkaran, atau =0

Kmaks = 8/27 a V3

Tenaga kinetik pancaran air :

Ek =
Efisiensi maksimum :

maks

aV3

k maks 16

59,2%
E
27

LUBANG : bukaan pada dinding atau


dasar tangki dimana zat cair mengalir
melaluinya.
PELUAP : bukaan dimana sisi atas dari
bukaan tersebut berada di atas
permukaan air.

Fungsi hidraulik dari keduanya biasanya


adalah sebagai alat ukur debit.

H
H

(a)

(b)

Pancaran air yang


melewati lubang akan
mengalami kontraksi
(penguncupan aliran).
Kontraksi maksimum
terjadi pada suatu
tampang sedikit di
sebelah hilir lubang.
Tampang dengan
kontraksi maksimum
tersebut dikenal
sebagai vena
kontrakta.

Vena
Kontrakta

Vc

ac

Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi


kehilangan tenaga sehingga beberapa
parameter aliran akan lebih kecil dibanding
pada aliran zat cair ideal. Berkurangnya
parameter aliran tersebut dapat ditunjukkan
oleh beberapa koefisien, yaitu :

Koefisien kontraksi
Koefisien kecepatan
Koefisien debit

Koefisien kontraksi (Cc) didefinisikan sebagai


perbandingan antara luas tampang aliran
pada vena kontrakta (ac) dan luas lubang (a)
yang sama dengan tampang aliran zat cair
ideal.

ac
Cc
a

Koefisien kontraksi tergantung pada tinggi


energi, bentuk dan ukuran lubang dan nilai
reratanya adalah sekitar Cc = 0,64.

Koefisien kecepatan (Cv) : perbandingan antara


kecepatan nyata aliran pada vena kontrakta (V c)
dan kecepatan
teoritis
(V).
Kecepatan
nyata
pada vena kontrakta
Cv
kecepatan teoritis

Vc
Cv
V

Nilai koefisien kecepatan tergantung pada bentuk


dari sisi lubang (lubang tajam atau dibulatkan) dan
tinggi energi. Nilai rerata dari koefisen kecepatan
adalah Cv = 0,97.

Koefisien debit (Cd) : perbandingan


antara debit nyata dan debit teoritis.
Cd

debit nyata
Kecepatan nyata luas nyata tampang aliran

debit teoritis
kecepatan teoritis luas lubang

Cd Cv Cc

Nilai koefisien debit tergantung pada


nilai Cc dan Cv, yang nilai reratanya
adalah 0,62.

Kecepatan teoritis :

V 2 gH

Kecepatan nyata :

Debit aliran

Vc Cv 2 gH

Q C d a 2 gH

Lubang terendam : permukaan zat cair pada


lubang keluar terletak di atas sisi atas lubang.

V 2g (H1 H 2 )
Q Cd a 2g (H1 H 2 )

Q C d a 2 gH

H
H1
H2

3
3
2

2
2
Q Cd b 2 g H 2 H1
3

H2

2
V

Q Cd b 2 g H 2 0
3
2g

3
2

3
2

V
H1 0
2g

H1

H
H1
H2

H1

H2

Lubang bebas
Lubang terendam

Lubang terendam

Lubang terendam sebagian

Lubang terendam
Q C d b( H 2 H 1 ) 2 gH

Lubang terendam sebagian


Q Q1( bebas ) Q2 (terendam )
3
3
2

Q1 Cd b 2 g H 2 2 H1 2
3

Q2 Cd b( H 2 H1 ) 2 gH

Waktu yang diperlukan


untuk mengubah tinggi
permukaan air dari H1
menjadi H2 :1
1

2A

Cd a 2g

H1 2 H 2 2

Waktu pengosongan
tangki : 1
t

2 AH 1 2

Cd a 2g

H1

H2

Waktu yang diperlukan


oleh perbedaan
permukaan zat cair di
kedua tangki dari H1
menjadi H2 :
1
1
2 A1 A2

t
H1 2 H 2 2

C d a ( A1 A2 ) 2 g

H1

H2

Peluap : bukaan pada salah satu sisi kolam


atau tangki sehingga zat cair di dalam kolam
tersebut melimpas di atas peluap.
Tinggi peluapan : lapis zat cair yang
melimpas di atas ambang peluap.
Fungsi : mengukur debit
Jenis :
a. peluap ambang tipis : t < 0,5H
b. peluap ambang lebar : t > 0,66H
0,5H < t < 0,66H aliran tidak stabil, dapat
bersifat ambang tipis maupun lebar

H
t

Peluap ambang tipis

h
t

Peluap ambang lebar

Peluap tertekan : panjang peluap


sama dengan lebar kolam/saluran.
(a)
Peluap dengan kontraksi samping :
panjang peluap tidak sama dengan
lebar kolam/saluran. (b)

Peluap terjunan (sempurna) : muka


air hilir di bawah puncak peluap.
Peluap terendam (tak sempurna) :
muka air hilir di atas puncak peluap.
H

H1

H2

SEGIEMPAT

SEGITIGA

TRAPESIUM

2
Q Cdb 2 g H
3

3
2

Bila air yang melalui peluap mempunyai


kecepatan awal maka dalam rumus debit tersebut
tinggi peluapan harus ditambah dengan tinggi
kecepatan

V2
ha
2g

Sehingga debit aliran menjadi :

2
2
Q Cdb 2 g ( H ha ) ha 2
3

B 2.H .tg
Q C d tg
2g H 2
2
15
2
Apabila sudut = 90, Cd = 0,6 dan
percepatan gravitasi g = 9,81 m/d2,
maka debit aliran menjadi :

Q 1,417 H

5
2

2
8

2
Q C d 1b 2 g H C d 2 tg
2g H 2
3
15
2

Dengan :
H : tinggi peluapan
Cd1 : koefisien debit bagian segiempat
/2
Cd2 : koefisien debit bagian segitiga
B : lebar bagian segiempat
: sudut antara sisi peluap dengan garis
vertikal

/2
b

Q C d b 2 g ( Hh h )
2

Dengan :
H : tinggi air bagian hulu peluap
h : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah
melintang saluran)

3
2
Q C d b 2 g H 1 H 2 2 C d bH 2 2 g ( H 1 H 2 )
3

Dengan :
H1 : tinggi air bagian hulu peluap
H2 : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah
melintang saluran)

Anda mungkin juga menyukai