Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengukuran Daya pada Lampu TL (Tube Luminescent / Lampu Tabung) dengan Ballast
Elektronik dan Konvensional.
KELAS
KE - 3D
Nama Pelapor
(07)
(01)
Andhika Bayu O.
(03)
(05)
Faisal Arifin
(09)
Frankie Indrajati
(11)
Tanggal Praktikum
: 4 November 2014
Tanggal Penyerahan
: 11 November 2014
2014
I.
JUDUL
Pengukuran Daya pada Lampu TL (Tube Luminescent / Lampu Tabung) dengan Ballast
Elektronik dan Konvensional.
II.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu :
1. Mengetahui besarnya daya pada lampu TL (Tube Luminescent / Lampu Tabung)
dengan ballast Konvensional dan Elektronik
2. Mengetahui factor daya pada rangkaian lampu TL tersebut.
3. Membandingkan kinerja serta biaya pemakaian dari penggunaan ballast Konvensioal
dengan ballast elektronik
lampu
neon
ini
dibutuhkan
alat
yang
disebut
Ballast.
Pada umumnya masyarakat kita lebih mengenal Ballast konvensional yang terbuat dari
lempengan besi yang didalamnya terdapat kumparan kawat tembaga/spul. Namun ballast
jenis konvensional ini banyak kelemahannya.
Belasan tahun yang silam, para ahli elektronika telah menemukan suatu sistem
penyalaan lampu neon dengan menggunakan frekuensi tinggi yang kemudian dikenal dengan
nama Ballast Elektronik. Saat ini sudah banyak lampu yang sudah dilengkapi dengan ballast
elektronik namun terbatas pada jenis lampu-lampu SL, PLE-C, PLE-T untuk penerangan
biasa seperti pemasangan di rumah dengan daya kecil yang dipasang langsung ke fitting
misalnya fitting E27. Lalu bagaimana dengan lampu TL untuk di perkantoran, gedunggedung dan industri yang masih menggunakan Ballast konvensional dan Starter sebagai
pemicunya.
Umur neon lebih pendek akibat banyaknya flicker dan arus picu pada filamen.
Adanya
flicker/kedipan
pada
lampu
yang
mengganggu
penglihatan
dan
Pada saat saklar dinyalakan lampu neon tidak langsung menyala melainkan harus
dipicu terlebih dahulu sehingga terdapat kedipan/flicker yang dapat memperpendek
umur neon (pada bagian ujung lampu neon biasanya berwarna hitam).
Arus dan Tegangan tidak stabil akibat induksi medan magnet pada kumparan ballast.
Cos phi (power factor) sangat rendah 0,48 (dibawah standar PLN yaitu 0,85), hal ini
yang menyebabkan listrik menjadi boros.
Ballast elektronik adalah konverter elektronika daya yang fungsinya untuk mensuplai
discharge lamp. Ballast elektronik mulai popular setelah berkembangnya mosfet yang
berdaya besar dan harga relatif murah. Dengan perkembangan mosfet ini membuat
pemakaian ballast elektronik menjadi lebih mudah.
Ballast elektronik banyak digunakan pada lampu hemat energi. Ini dikarenakan ballast
elektronik mempunyai keunikan yang khusus, yaitu sistem bekerjanya yang tidak lagi
menggunakan kumparan kawat pada inti besi tetapi menggunakan sistem rangkaian
elektronik. Hal ini menyebabkan losses yang terjadi pada kumparan menjadi hilang,
meskipun ada sedikit losseskarena rangkaiannya.
Adapun prinsip kerja dari ballast elektronik pada lampu hemat energi adalah:
Tegangan AC dari PLN akan disearahkan dengan menggunakan bridge yang nantinya
tegangan tersebut akan disimpan pada kapasitor bank (C). Kapasitor bank ini nantinya
akan menjadi sumber tegangan DC untuk lampu hemat energi.
Untuk mencegah terjadinya tegangan transient dari tegangan masukan PLN maka
digunakan filter. Selain itu filter juga berfungsi untuk meredam berbagai sumber
noiseelectromagnetik interference yang disebabkan oleh frekuensi tinggi pada tabung
lampu hemat energi. Filter ini dapat berupa rangkaian kapasitor maupun induktor.
Saat rangkaian dihidupkan maka tabung lampu hemat energi akan mempunyai
impedansi yang sangat besar. Impedansi ini menyebabkan Kapasitor 1 akan mengalami
seri dengan kapasitor 2 dan induktor (lihat gambar diatas bagian boost converter).
Tegangan yang sangat besar akan muncul akibat resonansi. Tegangan yang dihasilkan
ini dapat digunakan untuk mengionisai gas yang berada di dalam tabung lampu hemat
energi.
Saat tabung lampu hemat energi mengalami ionisasi penuh, maka impedansi pada
lampu akan turun cukup jauh. Hal ini menyebabkan rangkaian harus membuang
muatan pada kapasitor 1. Akibat ini pula frekuensi resonansi akan tergeser dengan nilai
yang akan ditentukan oleh kapasitor 2 dan induktor.
Energi yang dipakai tersebut menjadi lebih kecil begitu pula dengan tegangan di
antara elektroda menjadi lebih kecil. Kondisi ini akan mengakhiri kondisi startup dari
lampu hemat energi ini dan lampu akan menyala.
IV.
( 1 buah )
( 1 buah )
( 1 buah )
4. Voltmeter
( 1 buah )
V.
5. Ampermeter
( 1 buah )
6. Wattmeter
( 1 buah )
7. Multimeter
( 1 buah )
8. Tespen
( 1 buah )
9. Kabel
( secukupnya )
GAMBAR RANGKAIAN
VI.
LANGKAH KERJA
VII.
DATA PERCOBAAN
Tabel 1Percobaan
Dengan Ballast
Elektronik
40W,220V-50Hz
Daya (P)
Tegangan (V)
Arus (I)
[watt]
[Volt]
[Ampere]
25
205
0,2
Daya (P)
Tegangan (V)
Arus (I)
[watt]
[Volt]
[Ampere]
32,5
205
0,3
Tabel 2 Percobaan
Dengan Ballast
Konvensioanal
40W,220V-50Hz
Analisa perhitungan
Contoh perhitungan factor daya (cos) pada ballast elektronik tabel 1
pada
P
= 25 W
= 205 V
= 0,2 A
= V I Cos (cos)
cos
P
V .I
25
205 x 0,2
= 0,609 lagging
Tabel 3 Perhitungan
Faktor daya
Dengan
Ballast
(cos)
Energi
Selama 8
jam / kWh
Biaya selama
8 jam
Biaya
selama 8 jam
untuk 1
bulan
Elektronik
40W,220V50Hz
0,609 lag
0,2
Rp.215,00
Rp.6450,00
Konvensioanal
40W,220V50Hz
0,528 lag
0,26
Rp.279.5,00
Rp.8385,00
VIII. ANALISA
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai penerapan saving
energy dengan melakukan pengukuran daya pada lampu TL 40Watt dengan percobaan
menggunakan ballast yang berbeda yaitu ballast Elektronik dengan Konvensional tanpa
penambahan kapaistor. Didapatkan beberapa parameter besaran yaitu Daya,Tegangan
dan Arus sehingga besarnya factor daya (cos) dari perhitungan terhitung juga total
biaya penggunaan dari penggunaan dari kedua ballast tersebut dengan penggunaan
lampu Tl pada masing-masing ballast selama 8 jam dalam sehari dengan biaya menurut
Tarif Dasar Listrik per September sebesar Rp.1075,00/kWh
Maka dari tabel 3 perhitungan dapat dikatakan bahwa :
Data saat menggunakan ballast Elektronik didapatkan daya 25 Watt dengan
Faktor daya (cos 0,609 lagging). Untuk biaya yang harus dikeluarkan dalam
penggunaan selama dalam kurun waktu 8 jam/hari sebesar Rp.215,00 , maka total biaya
yang dibayarkan dalam 1 bulan sebesar Rp.6450,00.
Sedangkan untuk penggunaan ballast jenis Konvensional didapatkan daya
yang lebih besar dari jenis Elektronik yaitu 32,5 Watt dengan factor daya (cos 0,528
Lagging). Untuk biaya yang harus dikeluaran dalam penggunaan selama dalam kurun
waktu 8 jam/hari sebesar Rp.279.5,00 sehingga untuk total biaya yang dibayarkan
dalam 1 bulan (30hari) sebesar Rp.8385,00
Dari kedua perhitungan dari segi ekonomis ballast jenis Elektronik lebih
menguntungkan dari pada Ballast Konvensional karena konsumsi daya yang
dibutuhkan Ballast Elektronik lebih kecil dibandingkan dengan Ballast Konvensional.
Hasil nilai (cos) saat menggunakan ballast elektronik nilai (cos) nya lebih baik dari
pada ballast konvensional. Untuk nilai (cos ) yang mendekati 1 adalah baik. untuk
digunakan sesuai dengan standart dari yang telah ditetapkan adalah sebesar 0,85
IX.
KESIMPULAN
2. Lampu TL dengan menggunakan ballast elektronik didapatkan daya yang lebih kecil
dari pada ballast konvensional, dan nilai cos phi yang lebih mendekati 1 .
3. Biaya pengeluaran penggunaan lampu TL selama 8 jam sehari dalam 1 bulan
hasilnya lebih ekonomis nilainya dibandingkan dengan menggunakan ballast
konvensional.
4. Pada penggunaan Ballast Elektronik dalam 8 jam perhari dalam kurun waktu 1 bulan
adalah sebesar Rp.6450,00.
5. Pada penggunaan Ballast Konvensional dalam 8 jam perhari dalam kurun waktu 1
bulan adalah sebesar Rp.8385,00
6. Selisih dari penggunaan ballast Konvensional dibanding Elektronik adalah
Rp.1935,00 artinya dalam sebulan mampu menghemat biaya sebesar Rp.1935,00
X. DAFTAR PUSTAKA
https://faisalrizka.wordpress.com/2013/04/01/prinsip-kerja-ballastelektronik-untuk -lampu-hemat-energy/