Anda di halaman 1dari 20

HOMOSEKSUAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah


Berbagai fenomena penyimpangan seksual dalam beberapa dekade
terakhir berkembang dengan pesat. Fenomena homoseksual merupakan
fenomena yang sampai saat ini menjadi bahan diskusi para peneliti dalam
perspektif ilmiah dan keagamaan. Dalam pandanganya para peneliti sosial
dan medis menemukan bahwa homoseksual terjadi karena lingkungan
keluarga dan masyarakat serta factor genetika. Dalam pandangan agama
mengatakan homoseksual dan lesbian merupakan suatu perbuatan yang
sangat tercela karena bertentangan dengan kodrat dan kenormalan manusia.
Dalam penanganan homseksualitas semua tergantung pada diri pribadi
apakah ia ingin pada kehidupan yang normal dengan jalan bertobat pada
Allah SWT dan berjanji agar kembali jalan yang benar atau malah sebaliknya
tetap pada keadaan yang sekarang.
Homoseksualitas merupakan salah satu penyimpangan perkembangan
psikoseksual. Homoseksual dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang
sama. Istilah homoseksualitas lebih lazim digunakan bagi pria yang menderita
penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama disebut lesbian.
Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual
sesesorang: heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis
kelamin sama) atau biseksual (kedua jenis kelamin) (Kaplan, 1997).

Istilah homoseksual paling sering digunakan untuk menggambarkan


perilaku jelas seseorang, orientasi seksual, dan rasa identitas pribadi atau
sosial. Hawkin (dalam Kaplan, 1997) menulis bahwa istilah gay dan
lesbian dimaksudkan pada kombinasi identitas diri sendiri dan identitas
sosial; istilah tersebut mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki suatu
perasaan menjadi kelompok sosial yang memiliki label sama.
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis
antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Homoseksual juga digunakan
untuk merujuk pada hubungan intim dan/atau hubungan seksual di antara
orang-orang

berjenis

kelamin

yang

sama,

yang

bisa

jadi

tidak

mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas dapat


mengacu pada: orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang
dengan orang lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau
Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli
orientasi seksual atau identitas gender. Identitas seksual atau identifikasi diri,
yang mungkin dapat mengacu identitas gender yang sama kepada perilaku
homoseksual atau orientasi homoseksual (Wikipedia, 2007).
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan homoseksual mengacu
pada orang-orang yang memiliki dorongan impuls, preferensi, perilaku
seksual dan ketertarikan secara fisik, emosi dan seksual dengan orang lain
yang

memiliki

jenis

kelamin

sama

serta

mengidentifikasikan diri mereka sebagai homoseksual.

orang-orang

yang

Dalam arti yang sederhana Homoseksual didefenisikan sebagai


hubungan seksual antara dua orang laki-laki. Perbuatan tak terpuji ini telah
terjadi jauh sebelum Allah SWT mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi
sekalian alam, yaitu pada kaum nabi Luth A.S. Allah mengutus nabi Luth A.S
kepada kaumnya untuk mengajak mereka kejalan yang benar dan agar mereka
meninggalkan perbuatan homoseksual ini. Tetapi mereka menolak sehingga
Allah memusnahkan mereka dari muka bumi. Kisah nabi Luth A.S ini bisa
kita temukan di beberapa surat didalam al-Quran.
Allah berfirman: Dan Luth ketika berkata kepada kaumnya: mengapa
kalian mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) yang belum pernah dilakukan
oleh seorangpun sebelum kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki
untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum
yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:
Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu);
maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.
[QS Al-Araf:80-84].
Allah menggambarkan Azab yang menimpa kaum nabi Luth :
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu
dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh

Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim [Hud :
82-83]
Semua ayat di atas secara jelas mengutuk dan melaknat praktik
homoseksual karena bertentangan dengan kodrat dan kenormalan manusia.
Seluruh umat islam sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar.
Oleh

karena

perbuatan

yang

menjijikkan

inilah

Allah

kemudian

memusnahkan kaum nabi Luth A.S dengan cara yang sangat mengerikan.
Bahkan Homoseksual jauh lebih menjijikkan dan hina daripada perzinahan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
( )
Artinya: Bunuhlah fail dan mafulnya (kedua-duanya) (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
Oleh karena itulah ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual jauh
lebih berat dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina. Didalam
perzinahan, hukuman dibagi menjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah
dihukum rajam, sedangkan bagi yang belum menikah di cambuk 100 kali dan
diasingkan selama satu tahun.
Adapaun dalam praktek homoseksual tidak ada pembagian tersebut.
Asalkan sudah dewasa dan berakal (bukan gila) maka hukumannya sama saja
(tidak ada perbedaan hukuman bagi yang sudah menikah atau yang belum
menikah).

Terhadap pelaku penyimpangan seksual, seperti gay, lesbi, dan


sejenisnya, juga terhadap pelaku penyimpangan perilaku, seperti waria atau
sejenisnya, tindakan hukum dalam Islam sangat keras dan tegas. Tindakan
hukum seperti itu harus dilakukan karena sesungguhnya mereka jelas-jelas
telah melakukan penyimpangan perilaku dan seksual.
Penyimpangan perilaku dan seksual ini tidak bisa dianggap sebagai
hak asasi manusia. Dengan berlindung di balik HAM, tidak boleh
penyimpangan seperti ini dipelihara, karena justru penyimpangan seperti ini
merusak kehidupan dan generasi umat manusia, termasuk diri pelakunya
sendiri.
Bila diperhatikan sesunguhnya perbuatan homoseksual merupakan
suatu perbuatan yang sungguh-sungguh dilaknat allah awt dan nabi
Muhammad saw. Apapun alasanya perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan.
Allah SWT dalam menciptakan manusia dan seisi bumi tidak
melakukannya dengan sia-sia hal tersebut diterangkan dalam QS AlMukminun ayat 115) yang berbunyi:
Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?
Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual maupun
lesbian adalah bentuk perilaku seksual menyimpang bahkan bertentangan
dengan fitrah kemanusiaan. Hubungan seks dalam Islam tidak hanya sekadar

untuk memuaskan hawa nafsu (prokreasi), akan tetapi memiliki tujuan


penting menyangkut kelangsungan kehidupan, yaitu melanjutkan
keturunan (reproduksi). Hubungan seks sejenis tidak mungkin akan
menghasilkan keturunan, sehingga hal ini tidak sejalan dengan tujuan
hubungan seks dalam Islam. Karena penyimpangan itu, maka dalam Hadis
Nabi terdapat beberapa Hadis yang mengutuk dan memberi hukuman dengan
tegas bagi orang yang melakukan homoseksual/lesbian.
Seperti dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan Ibn
Majah, melalaui Ibn Abbas Rasulullah bersabda:

Juga dalam Hadis riwayat Abu Daud yang bersumber dari Sa'id Ibn
Jubair dan Mujahid dari Ibn Abbas tentang kasus seorang anak perawan yang
kedapatan melakukan praktek lesbian (), maka ia harus dihukum rajam.
oleh sebab itu tidak ada alasan lain bagi para kaum homoseksual
mengatakan

bahwa

mereka

terlahir

dengan

kecendrungan

tersebut.

Sesungguhnya demikian merupakan cobaan yang diberikan oleh allah swt.


Tergantung apakah hambanya mampu melalui cobaan tersebut atau tidak.
Berdasarkan paparan di atas, penulis menganggap perlu, sekaligus
tertantang untuk mengkaji secara lebih dalam tentang perilaku homoseksual
dan lesbian dilihat dari pendidikan Islam.
A. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah
a.

Wilayah Kajian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Norma-norma Pendidikan
Islam

b.

Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Normatif, atau riset kepustakaan (library research) ialah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian 1

2. Pembatasan Masalah
a.

Homoseksual
Homoseksualitas merupakan salah satu penyimpangan
perkembangan psikoseksual. Secara sederhana homoseksual
dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan
daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang
sama. Istilah homoseksualitas lebih lazim digunakan bagi pria
yang menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan
yang sama disebut lesbian. 2

1 Zed, Mestika, 2008, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

2 http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/03/homoseksual.html

Homoseksual dalam bahasa Inggris disebut dengan


homosexual. [3] Yang berarti sifat laki-laki yang senang
berhubungan seks dengan sesamanya.[4] sedangkan menurut
bahasa arab disebut sebagai ( al-Liwath) yang pelakunya
disebuat ( al-Luthi/ orang yang melakukan perbuatan
homo) yang dapat diartikan secara singkat oleh bangsa arab
dengan perkataan ( laki-laki yang selalu
mengumpuli sesamanya).[5]
Secara bahasa juga, al-liwath adalah bentuk masdar dari
kata latha. Dikatakan:latha ar-rajulu wa lawatha, artinya
melakukan perbuatan kaum Luth. Sebab, belum pernah ada
seorangpun melakukan perbuatan ini sebelum kaum Luth.
Maka dalam hal ini, dapat ditarik suatu pengertian bahwa
homoseksual adalah kebiasaan seorang laki-laki melampiaskan
nafsu seksualnya pada sesamanya.
Adapun definisinya menurut istilah syariat, ialah
memasukkan penis ke dubur laki-laki. [6]

Definisi lain juga

3 John M. Echols dan Hassan Shandily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta


:Gramedia, 1976), hal. 302.
4 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, Berbagai Kasus Hukum Islam Masa Kini
(Jakarta:Kalam Mulia, 1990), hal. 30.
5 Ibid
6 Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, hal. 70

menjelaskan homoseksual adalah hubungan biologis antara


sesama jenis kelamin, baik pria maupun wanita. Homoseksual
ini dilakukan dengan cara memasukkan zakar ke dalam dubur.[7]
Dan ada juga menjelaskan homoseksual itu ialah hubungan
seksual antara orang-orang yang sama kelaminnya, baik sesama
pria maupun sesama wanita. Namun, biasanya istilah homosex
itu dipakai untuk seks antar pria, sedangkan untuk seks antar
wanita, disebut lesbian.[8]
a)

Pendidikan Islam
Menurut Muhammad Yunus dan Qosim Bakri dalam
bukunya yang berjudul Kitabut Tarbiyat Watalimi adalah:
Pengertian pendidikan menurut istilah adalah: segala pengaruh
yang dipilih yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
rangka meningkatkan jasmani dan rohani serta akhlak (tingkah
laku) sehingga sampai pada tujuan yang sempurna.[9]
Sementara menurut beberapa pakar, pendidikan Islam
sendiri diartikan di antaranya:
1. Menurut Achmadi

7 Chuzaimah T Yanggo dan Hafiz Anshari Az, Problematika Hukum


Islam Kontemporer (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hal. 76
8 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: CV Haji Masagung,1987), hal.
41.
9 Muhammad Yunus Dfan Qosim Bakri, Kitabut Tarbiyah Wa Talimi

Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk memelihara


dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani
yang ada padanya menuju manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam.[10]
2. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengantarkan
manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang
berpedoman pada syariat Allah SWT.[11]
3. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan

hukum-hukum

agama

Islam

munuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran


Islam.[12]
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas dapat
kita pahami bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian
usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia,
berupa kemampuan belajar. Sehingga terjadi perubahan di dalam
10 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta: Aditya
Media, 1992) hlm.20
11

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Sumah, Sekolah Dan


Masyarakat,(terj) shihabuddin: Gema Insani Press, 1995) hlm.26

12

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: PT. Al


maarif,1974)hlm.23

kehidupan pribadinya sebagai mahluk individual dan mahluk


sosial serta dalam hubungannya dengan sekitar di mana ia
hidup. Proses tersebut senantiasa di landasi oleh nilai-nilai ideal
Islam yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlakul
karimah untuk mempersiapkan kehidupan dunia akherat.
3. Pertanyaan Penelitian
a.

Apakah Homoseksual itu?

b.

Apakah Pendidikan Islam Itu ?

c.

Bagaimanakah Perspektif pendidikan Islam


tentang Homoseksual ?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.

Tujuan Penelitian
1)

Untuk memperoleh pengetahuan


tentang Homoseksual

2)

Untuk memperoleh pengetahuan


tentang Pendidikan Islam,

3)

Untuk memperoleh pengetahuan


tentang perspektif pendidikan Islam terhadap Homoseksual.

2.

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perilaku


penyimpangan sexsual dilihat dari pendidikan Islam

b.

Penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi positif bagi para


akademisi, khususnya penulis, untuk mengetahui lebih lanjut tentang
perilaku penyimpangan sexsual dilihat dari pendidikan Islam

c.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah


kepustakaan yang dapat menjadi referensi penelitian-penelitian
selanjutnya

d.

Penelitian ini diharapkan bisa memperkuat keyakinan penulis


khususnya, dan Umat Islam pada umumnya, tentang tercelanya
perilaku-perilaku penyimpangan sexual dan buruknya efek dari
penyimpangan-penyimpangan sexual tersebut.

C. Kerangka Pemikiran
Homo seks merupakan seks abnormal yang dilakukan melalui anal
Dalam Kamus Bahasa Inggris, kata "anal" berarti yang bertalian dengan dubur. 13
Adapun kata "seks" dalam Kamus Bahasa Inggris berarti (1) perkelaminan; (2)
jenis kelamin.

14

Makna yang sama dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yaitu (1) jenis kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin,
seperti senggama. 15 Sedangkan menurut C.P. Chaplin, seks adalah: (1) perbedaan
yang khas antara perempuan dan laki-laki, atau antara organisme yang
memproduksi telur dan sel sperma; (2) proses reproduksi, erkembangbiakan; (3)

13 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesia Dictionary,
Gramedia, Jakarta, 2000, hlm. 28.

14 Ibid, hlm. 517


15 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 1014

kesenangan atau kepuasan organis yang berasosiasi dengan perangsangan


terhadap organ-organ kemaluan (alat kelamin). 16
Menurut James Drever, seks adalah suatu perbedaan mendasar yang
berhubungan dengan reproduksi, dalam satu jenis, yang membagi jenis ini
menjadi dua bagian, jantan dan betina sesuai dengan sperma (jantan) dan sel telur
(betina) yang diproduksi.

17

Bukhori dengan singkat menyatakan bahwa

pengertian seks pada garis besarnya adalah kelamin.

18

Dalam rumusan lain,

Hassan Hathout menegaskan bahwa seks adalah ekspresi cinta yang tertinggi,
dan merupakan pertemuan fisik dan emosi secara total.

19

Untuk memperjelas

keterangan tersebut, seks diartikan sebagai suatu kompleksitas emosi, perasaan,


kepribadian sikap, dan watak .sosial yang berkaitan dengan perilaku dan
orientasi seksual. Definisi seksualitas itu diuraikan ke dalam dua konsep berikut,
yakni sex acts dan sexual behavior.
Sex acts merupakan konsepsi seksual yang berkaitan dengan pengertian
seks sebagai aktivitas persetubuhan, baik yang menyangkut pengertian sex as
procreational (bertujuan untuk memiliki anak); sex as recreational (bertujuan
untuk mencari kesenangan); dan

sex as relational

(bertujuan untuk

pengungkapan rasa sayang dan cinta). Sementara itu, sexual behavior adalah
yang berkaitan dengan psikologis, sosial, dan budaya dari seksualitas seperti hal16 C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, PT Raja Grafindo, Jakarta, Persada,
1993, hlm. 458

17 James Drever, Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 439
18 Bukhari, Islam dan Adab Seksual: Menguraikan Kehidupan Seks Manusia Menuju Tatakrama yang
Benar Menurut Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 3

19 Hassan Hathout, Revolusi Seksual Perempuan: Obstetri dan Ginekologi dalam Tinjauan Islam,
Terj. Tim Penterjemah Yayasan Kesehatan Ibnu Sina, Mizan Anggota IKAPI, Bandung, 1994, hlm. 83

hal yang berkenaan dengan ketertarikan seseorang pada erotisitas, sensualitas,


pornografi, dan ketertarikan pada lawan jenis.

20

Dengan demikian, manusia adalah makhluk seks sepanjang hayatnya.


Pandangan ini tidaklah berlebihan bila dihubungkan dengan hakikat manusia itu
sendiri.

21

Itulah sebabnya Hassan Hathout menyatakan bahwa seks adalah

ekspresi fisikal yang paling intim dan intens dari seksualitas manusia.

22

Seks

adalah aspek yang sangat penting dari perilaku manusia . semua manusia
mempunyai tiga aspek kepribadian yaitu agama, intelektual dan fisik serta
memiliki gairah karunia Tuhan untuk memuaskan ketiganya. Islam mengajarkan
bahwa ketiganya harus dipenuhi sesuai perintah Allah, dengan cara yang suci dan
sehat, tanpa berlebihan, tanpa tekanan dan mengakibatkan penderitaan.

23

Dari pengertian "anal" dan "seks" tersebut, maka yang dimaksud homo
seks terdapat beragam pengertian walaupun pada intinya tapi redaksinya
berbeda, misalnya:
1.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, homo seks berarti


perilaku seksual yang menyimpang, yaitu dengan memasukkan zakar ke
dubur pasangan antara pria dengan pria.

24

20 FX. Rudy Gunawan, Filsafat Sex, Bentang Intervisi Utama, Yogyakarta, 1993, hlm. 31
21 M. Imran Pohan, Seks dan Kehidupan Anak, PT Asri Media Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 2
22 Hassan Hathout, Panduan Seks Islami, Terj. Yudi, Zahra, Jakarta, 2006, hlm. 32.
23 Ruqayyah Waris Maqsood, Mengantar Remaja ke Surga, Terj. Alwiyah Abdurrahman, al-Bayan
Anggota IKAPI, Jakarta, 1997, hlm. 77

24 Depdiknas, op.cit., hlm. 43.

Menurut Ajen Dianawati, homo seks adalah hubungan

2.

seksual yang dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam anus atau anal
sesame jenis.25
3.

Menurut Budi Handrianto dan Nana Minarti, homo seks


adalah hubungan seksual melalui dubur (baik pria pada dubur wanita atau pria

4.

pada dubur pria).26


Menurut Mahfudli Sahli, homo seks adalah orang yang
memakai anus (dubur) sebagai alat coitus. Ia puaskan nafsu seksnya dengan
memasukkan penis ke dalam dubur baik dengan istrinya ataupun sejenisnya.
Perbuatan ini termasuk kelainan seksual yang dilarang di dalam agama.

27

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa homo seks


adalah hubungan seks lewat anus yang dilakukan oleh pria dengan pria baik
sebagai suami isteri atau bukan dan hubungan antara pria dengan pria, wanita
dengan wanita yang selanjutnya disebut lesbian.
Dalam fikih, homo seks sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq merupakan
perbuatan keji dan termasuk dosa besar. Homo seks juga termasuk salah satu
perbuatan yang merusak unsur etika, fitrah manusia, agama, dunia, bahkan
merusak pula kesehatan jiwa. Allah telah mengecam homo seks dengan siksa
yang maksimal.Allah telah membalikkan bumi terhadap kaum Luth yang telah
keterlaluan menjalankan homo seks. Allah telah menghujani batu yang menyala
kepada mereka sebagai balasan atas perbuatan mereka yang menjijikkan itu. 28
25 13Ajen Dianawati, Pendidikan Seks Untuk Remaja, Kawan Pustaka, Jakarta, 2003, hlm.72
26 Budi Handrianto dan Nana Mintarti, Seks dalam Islam, Puspa Swara, Jakarta, 1997, hlm. 108
27 Mahfudli Sahli, Moral Agama dalam Kehidupan Sexual Suami Isteri, Mujahidin,Semarang, 1981,
hlm. 124

28 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Maktabah Dr al-Turas, tth, hlm. 129

Dilihat dari sudut hadis, terdapat sabda Rasululullah Saw yang menegaskan: 29
Artinya: Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: "barangsiapa yang kalian temui telah menjalankan perbuatan kaum
luth (homoseks), maka bunuhlah kedua pelakunya. (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menunjukkan bahwa homo seks merupakan perbuatan sangat
terkutuk dan dimurkai Allah Swt yang pelakunya harus diberi sanksi yang berat.

E.

Metodologi Penelitian
1.

Metode Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan
(library research). Oleh karena itu guna mendapatkan data-data yang
dibutuhkan, peneliti menelaah buku-buku kepustakaan yang relevan
dengan judul skripsi ini.
Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian akhlak dalam Kitab
Al- Barjanzi dengan rumusan masalah (1) Apakah Homoseksual itu ?, (2)
Apakah Pendidikan Islam Itu ? dan (3) Bagaimanakah Perspektif
pendidikan Islam tentang Homoseksual ?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk (1) memperoleh
pengetahuan tentang Homoseksual, (2) memperoleh pengetahuan tentang
Pendidikan Islam, dan (3) Untuk memperoleh pengetahuan tentang
perspektif pendidikan Islam terhadap Homoseksual.

2.

Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kepustakaan

29 Abu Isa Muhammad ibn Isa bin Surah at-Tirmizi, hadis No. 2760 dalam CD program Mausu'ah
Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company)

3.

Sumber Data
Penelitian ini sepenuhnya mengandalkan pada riset kepustakaan
(Library Research). Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder.
a.

Data Primer
Data ini merupakan sumber pokok yang diperoleh melalui
Buku yang berjudul Islam dan Adab Seksual: Menguraikan
Kehidupan Seks Manusia Menuju Tatakrama yang Benar Menurut
Agama Islam yang ditulis oleh Bukhari.

b.

Data Sekunder
Data ini merupakan data penunjang yang dijadikan alat untuk
membantu dalam penelitian, yaitu berupa buku, artikel, karya tulis,
internet, atau sumber-sumber dari penulis lain yang ada relevansinya
dengan tema penelitian. Diantaranya adalah buku Pembina Pribadi
Muslim karya Drs. H. Moh Rifa,i, Pendidikan Islam Transformatif
karya Dr. Mahmud Arif, Solusi Islam Atas Problematika Umat
(Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah) karya Dr. A.M. Saefudin dkk.

4.

Tehnik pengumpulan data


Sebagai sebuah library research, studi ini difokuskan pada
penelusuran dan penelaahan literatur sarta bahan pustaka lainnya yang
relevan dengan masaah yang dikaji.

5.

Teknik Analisis Data

Data yag dikehendaki dalam penelitian ini adalah data kualitatif,.


Oleh karena itu dalam menganalisis data tersebut menggunakan metode
content analysis atau dinamakan analisis data, yaitu teknik apa pun yang
dipergunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan, dan dikalikan secara objektif dan sistematis.

30

Karena

content analysis merupakan bagian metode penelitan dokumen.


Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif analisis. Metode analisis yaitu jalan yang ditempuh
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan
pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan terhadap
suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain guna sekedar memperoleh kejelasan
mengenai suatu hal. Setelah itu, perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna
mengkaji secara sistematis dan objektif.

30 Muhajir, Noeng, 1996, Metodologi pendekatan Kualitatif. Edisi ketiga. Yogyakarta: Rake
Sarasin.hal. 49

OUTLINE

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Al Qarashi, Baqir Sharif, 2003, Seni Mendidik Islami: Kiat-kiat Menciptakan


Generasi Unggul, Jakarta : Pustaka Zahra
Bukhari, 1994, Islam dan Adab Seksual: Menguraikan Kehidupan Seks Manusia
Menuju Tatakrama yang Benar Menurut Agama Islam, Jakarta : Bumi
Aksara
Hadi, dkk., 1998, Metodologi Penelitian Pendidikan II, Bandung: CV. Pustaka
Setia
Hathout, Hassan, 2006, Panduan Seks Islami, Terj. Yudi, Jakarta : Zahra
Mahfudli Sahli, 1981, Moral Agama dalam Kehidupan Sexual Suami Isteri,
Semarang : Mujahidin
Muhajir, Noeng, 1996, Metodologi pendekatan Kualitatif. Edisi ketiga.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Rifai, Mohammaad, 1993, Pembina Pribadi Muslim, Semarang : CV. Wicaksana
Sasono, Adi, dkk., 1998, Solusi Islam atas Problematika Umat (ekonomi,
pendidikan dan dakwah), Jakarta: Gema Insani Press
Surtiretna, Nina, 2006, Remaja dan Problema Seks: Tinjauan Islam dan Medis,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Yatimin, 2003, Etika Seksual dan Penyimpangannya dalam Islam, Jakarta: PT Amzah
Zed, Mestika, 2008, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai